Professional Documents
Culture Documents
A. KEAMNAN PANGAN
Menurut Undang-undang Republik Indonesia no. 18/2012 tentang pangan, bahwa
keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan
dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, sehingga aman untuk dikonsumsi Pangan
yang tidak aman akan menyebabkan penyakit yang disebut foodborne disease, yaitu
segala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan atau
senyawa beracun atau organisme pathogen (UU No. 18. 2012. Undang-undang Nomor 18
Tahun
2012
Tentang
Pangan.
Republik
Indonesia.
Available
at
pengolahan,
penyiapan,
perlakuan,
pengepakan,
pengemasan,
dan
Makanan jajanan (street food) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Konsumsi makanan
jajanan diperkirakan akan terus meningkat, mengingat makin terbatasnya waktu anggota
keluarga untuk mengolah makanan sendiri. Keunggulan makanan jajanan adalah murah
dan mudah didapat, serta cita rasanya enak dan cocok dengan selera kebanyakan orang.
Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi makanan jajanan juga berisiko terhadap
kesehatan (Hidayati, D., Saparinto, C. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta:
Kanisius )
Keberadaan bahan tambahan makanan adalah untuk membuat makanan tampak
lebih berkualitas, lebih menarik serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu
ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya memuaskan bagi konsumen dan
produsen (Afrianti, 2013). Sering tidak kita sadari bahwa dalam makanan yang kita
konsumsi sehari-hari ternyata mengandung zat-zat kimia yang bersifat racun, baik itu
sebagai pewarna, penyedap rasa dan bahan campuran lain. Zat-zat kimia ini berpengaruh
terhadap tubuh kita, sehingga kebanyakan kita akan mengetahui dampaknya dalam waktu
yang lama (Eka Reysa. 2013. Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. Jakarta: Titik
Media Publisher).
Beberapa jenis bahan makanan yang diuji Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan
(BPOM) mengandung bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas, dan cat (rhodamin
b, methanyl yellow, dan amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu
terjadinya kanker serta merusak ginjal dan hati yang disebabkan oleh bahan-bahan yang
ditambahkan pada jajanan untuk anak-anak seperti es sirup atau cendol, minuman ringan
seperti limun, kue, gorengan, kerupuk, dan saus sambal (Julyana, T. S. 2013. Analisis
Pewarna Rhodamin B Dan Pengawet Natrium Benzoat Pada Saus Tomat X Dari Pasar
Tradisional R Di Kota Balikpapan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,
(Online),
(2):
1-11
(Judawanto,
2009, Perilaku
Makan
Anak
Sekolah,
2012
Tentang
Pangan.
Republik
Indonesia.
Available
at
pengolahan,
penyiapan,
perlakuan,
pengepakan,
pengemasan,
dan
http://mysundaesunday.blogspot.com/2009/01/-pengaruh-penggunaan-boraks-
2012
Tentang
Pangan.
Republik
Indonesia.
Available
at
pengolahan,
penyiapan,
perlakuan,
pengepakan,
pengemasan,
dan
2007.
Dikhawatirkan
Formalin. http://www.suaramerdeka.com [
Daging
22
Ayam
Januari
Potong
2008]),
Mengandung
(Menkes
RI.
Bahan
Berbahaya
Bagi
Kesehatan,
Jakarta:
Depkes),
(Menteri
Perindustrian dan Perdagangan nomor 254 TENTANG TATA NIAGA IMPOR DAN
PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA TERTENTU. 2000)
Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara cepat dengan hampir semua zat
di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel. Selain itu
kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi,
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (perubahan fungsi sel)
serta orang yang mengkonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing
bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah
(Cahyadi, W., 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.Bumi
Aksara, Jakarta)
Setelah menggunakan formalin, efek sampingnya tidak akan secara langsung
terlihat. Efek ini hanya terlihat secara kumulatif, kecuali jika seseorang mengalami
keracunan formalin dengan dosis tinggi (Saparinto, C. dan Hidayati, D. 2006. Bahan
Tambahan Pangan. Cetakan I.Kanisius. Yogyakarta). Jumlah formaldehida yang masih
boleh diterima manusia per hari tanpa akibiat negatif pada kesehatan (Acceptable Daily
Intake/ ADI) adalah 0,2 mg per kilogram berat badan (Widmer, P. & Frick, H., 2007. Hak
Konsumen dan Ekolabel. Yogyakarta:Kanisius, 42-43). Formalin dapat menyebabkan
kematian pada manusia bila dikonsumsi melebihi dosis 30 ml. Setelah mengonsumsi
formalin dalam dosis fatal, seseorang mungkin hanya mampu bertahan selama 48 jam
(Khomsan & Anwar, 2008) dalam (Anonymous.2009.Mengenal Formalin dan
Bahayanya.
http://netverum.blogspot.com/2009/03/mengenal-formalin-dan-
bermembran, memiliki dinding sel peptidoglikan, dan materi asam nukleatnya berupa
plasmid (Postlethwait dan Hopson. 2006. Modern Biology. Holt, Rinehart and Winston.
Texas).
Bakteri berkembang biak membelah diri dan karena begitu kecil maka hanya
dapat dilihat menggunakan mikroskop. Bakteri mempunyai beberapa organel yang dapat
melaksanakan beberapa fungsi hidup.
B. ISOLASI BAKTERI
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan
asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni.
Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur
aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena
mikroorganisme lain. Teknik aseptik ini sangat penting bila bekerja dengan bakteri.
Beberapa alat yang digunakan untuk menjalankan prosedur ini adalah bunsen
dan laminar air flow. Bila tidak dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi
oleh miroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik
aseptik juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Singleton,P.andD.Sainsbury.
2006.Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3 Edition.England: John
rd
WileyandSons.Ltd)
Teknik kultur untuk mendapatkan biakan murni, terbagi menjadi 3 macam teknik,
yaitu:
1. Cara penuangan
Isolasi bakteri dengan penuangan bertujuan untuk menentukan jumlah bakteri
yang hidup dalam suatu cairan. Hasil perhitungan jumlah bakteri pada cara penuangan
dinyatakan dalam koloni (Irianto, K.2006. Mikrobiologi.Yrama Widya : Bandung).
2. Cara penggoresan
Isolasi bakteri dengan pengoresan bertujuan agar bakteri dapat tumbuh menyebar
pada medium sehingga medium dapat dimanfaatkan lebih optimal. Cara penggoresan
dilakukan dengan terlebih dahulu medium agar pada cawan petri steril. Jarum ose yang
akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu hingga memijar, setelah itu sentuhkan pada
koloni bakteri yang akan diisolasi, kemudian digoreskan pada medium yang tersedia.
Inkubasi biakan dilakukan selama 2x24 jam pada suhu ruang, lalu dilakukan pengamatan
(Barrow, G.I., and R. K. A. Feltham. 1993.Cowan and Steels Manual for
Makasar).
Suatu jenis koloni mikroba yang terpisah dari koloni campurannya akan lebih
mudah untuk diamati. Selain itu teknik untuk memisahkan dan mendapatkan koloni
tunggal serta pemeliharannya terdapat beberapa jenis. Teknik-teknik tersebut memiliki
kelebihan dan kelemahan. Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah
bakteri yang terdapat pada bahan pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah
cara penghitungan koloni pada lempeng pembiakan (plate count) atau juga dapat
dilakukan penghitungan langsung secara mikroskopis (Burrows, 2004. Prinsip-prinsip
Fisiologi Mikoba. Biologi FMIPA ITB : Bandung).
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal
yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan mikroba. Berikut ini
faktor-faktor
penting
yang
Pewarna merupakan garam-garam yang tersusun atas ion positif dan ion negatif,
yang salah satunya berwarna dan disebut kromofor. Bila kromofor berada pada ion
positif, disebut sebagai pewarna basa dan bila kromofor berada pada ion negatif disebut
sebagai pewarna asam. Bakteri akan bermuatan negatif pada pH 7, sehingga pewarnaan
basa akan terikat pada muatan negatif sel bakteri. Yang termasuk pewarna basa adalah
kristal ungu, metilen biru, malasit hijau dan safranin. Pewarna asam seperti eosin dan
fuchsin acid, tidak terikat sel bakteri karena muatan keduanya saling bertolak belakang,
sehingga pewarna asam ini hanya mewarnai bagian latar belakang spesimen. Prosedur
pewarnaan dimana sel bakteri yang tidak berwarna diamati dengan latar belakang
pewarna negatif disebut pewarnaan negatif. Pewarnaan negatif ini umumnya digunakan
untuk mengamati kapsul bakteri. Kapsul bakteri tidak menyerap zat warna sehingga
dalam pewarnaan negatif akan terlihat sebagai daerah jernih disekeliling sel bakteri
dengan latar belakang gelap (BrooksGF,ButelJS,MorseSA.Streptokokus.ElferiaRN,
Ramadhani D,KarolinaS,Indriyani F,Rianti SSP,Yulia P.Mikrobiologikedokteran
Jawetz,Melnick,&Adelberg.Edisi23.Jakarta:EGC.2008.23350)
Ada tiga prosedur pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial,
dan pewarnaan khusus. Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam
pewarna dan bertujuan mewarnai seluruh sel mikroorganisme sehingga bentuk seluler
dan struktur dasarnya dapat terlihat. Biasanya suatu bahan kimia ditambahkan ke dalam
larutan pewarna untuk mengintensifkan warna dengan cara meningkatkan afinitas
pewarna pada spesien biologi. Bahan kimia ini disebut mordant (Pratiwi, S. T.
2008.MikrobioligiFarmasi.Erlangga,Jakarta)
E. MORFOLOGI