You are on page 1of 15

1

REFERAT
AMBLIOPIA

Disusun oleh:
Anis Lilyani (011.06.0029)
Maryam Bagis (011.06.044)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. R. SOEDJONO SELONG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2016

AMBLYOPIA
DAFTAR ISI
BAB I
I.PENDAHULUAN.........................................................................................................................3
BAB II
II.DEFINISI.....................................................................................................................................4
III.EPIDEMIOLOGI........................................................................................................................4
IV.PATOFISIOLOGI......................................................................................................................4
V.KLASIFIKASI.............................................................................................................................5
VI.DIAGNOSIS...............................................................................................................................8
VII.PENATALAKSANAAN........................................................................................................10
VIII.KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAAN...................................................................13
IX.PROGNOSIS............................................................................................................................13
BAB III
X. KESIMPULAN .......................................................................................................................15
BAB IV
XI. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
Ambliopia adalah penurunan ketajaman penglihatan,walaupun sudah diberi koreksi yang
terbaik, dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak dapat dihubungkan langsung dengan
kelainan struktural mata maupun jaras penglihatan posterior.
Klasifikasi ambliopia dibagi ke dalam beberapa kategori dengan nama yang sesuai
dengan penyebabnya yaitu amblyopia strabismik, fiksasi eksentrik, amblyopia anisometropik,
amblyopia isometropia dan amblyopia deprivasi.
Amblyopia, dikenal juga dengan istilah mata malas (lazy eye), adalah masalah dalam
penglihatan yang memang hanya mengenai 2 3 % populasi, tapi bila dibiar biarkan akan
sangat merugikan nantinya bagi kehidupan si penderita. Amblyopia tidak dapat sembuh dengan
sendirinya, dan amblyopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan penglihatan
permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka
penderita akan bergantung pada penglihatan buruk mata yang amblyopia, oleh karena itu
amblyopia harus ditatalaksana secepat mungkin.
Hampir seluruh amblyopia itu dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi dini
dan intervensi yang tepat. Anak dengan amblyopia atau yang beresiko amblyopia hendaknya
dapat diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis keberhasilan terapi akan lebih baik.

BAB II
PEMBAHASAN
II. DEFINISI
Amblyopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia (penglihatan).
Dikenal juga dengan lazy eye atau mata malas. Amblyopia merupakan suatu keadaan dimana
pemeriksa tidak melihat apa-apa dan pasien melihat sangat sedikit. Ambliopia adalah penurunan
ketajaman penglihatan walaupun sudah diberi koreksi yang terbaik, dapat unilateral atau bilateral
(jarang) yang tidak dapat dihubungakan lamgsung dengan kelainan structural mata maupun jaras
penglihatan posterior.
III. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi amblyopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan berbeda pada tiap
literatur, berkisar antara 1 3,5 % pada anak yang sehat sampai 4 5,3 % pada anak dengan
problema mata. Hampir seluruh data mengatakan sekitar 2 % dari keseluruhan populasi
menderita amblyopia. Di Cina, menurut data bulan Desember tahun 2005 yang lalu, sekitar 3 5
% atau 9 hingga 5 juta anak menderita amblyopia.
Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada perbedaan. Usia terjadinya amblyopia yaitu pada
periode kritis dari perkembangan mata. Resiko meningkat pada anak yang perkembangannya
terlambat, prematur dan / atau dijumpai adanya riwayat keluarga amblyopia.
IV. PATOFISIOLOGI
Pada amblyopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah
penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang serta
studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode kritis yang peka
dalam berkembangnya keadaan amblyopia. Periode kritis ini sesuai dengan perkembangan
sistem penglihatan anak yang peka terhadap masukan abnormal yang diakibatkan oleh
rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan. Secara umum, periode
kritis untuk amblyopia deprivasi terjadi lebih cepat dibanding strabismus maupun anisometropia.

Lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya amblyopia ketika periode kritis lebih
singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan strabismus ataupun anisompetropi.

Periode kritis tersebut adalah :


1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hinga 20/20 (6/6), yaitu pada saat
lahir sampai usia 3 5 tahun.
2. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya amblyopia deprivasi, yaitu di usia
beberapa bulan hingga usia 7 8 tahun.
3. Periode dimana kesembuhan amblyopia masih dapat dicapai, yaitu sejak terjadinya
deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia dewasa.
Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab amblyopia masih sangat belum jelas, studi
eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan laboratorium
pada manusia dengan amblyopia telah memberi beberapa masukan, pada binatang percobaan
menunjukkan gangguan sistem penglihatan fungsi neuron yang dalam/besar yang diakibatkan
pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan kemampuan
dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel yang masih responsif
fungsinya akhirnya dapat menurun. Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum lateral.
Keterlibatan retina masih belum dapat disimpulkan.
Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama interaksi
kompetitif antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks untuk berkembang
hingga dewasa. Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tapi mereka harus belajar bagaimana
menggunakan mata mereka. Mereka harus belajar bagaimana untuk fokus, dan bagaimana cara
menggunakan kedua mata bersamaan.
Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada kedua mata. Bila
bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka jaras
penglihatan tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan dapat memburuk. Bila hal ini terjadi,
otak akan mematikan mata yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung pada satu
mata untuk melihat.
V. KLASIFIKASI

Amblyopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan/kelainan yang


menjadi penyebabnya.
1. AMBLYOPIA STRABISMIK
Ambliopia yang terjadi akibat juling lama (biasanya juling ke dalam pada anak sebelum
penglihatan tetap. Pada keadaan ini terjadi supresi pada mata tersebut untuk mencegah
gangguan penglihatan (diplopia). Kelainan ini disebut sebagai ambliopia strabismik
dimana kedudukan bola mata tidak sejajar sehingga hanya satu mata yang diarahkan pada
benda yang dilihat.
Amblyopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau terhambatnya interaksi
antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu (fusi) dari kedua mata, yang
akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan kortikal oleh mata yang berfiksasi dan
lama kelamaan terjadi penurunan respon terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi.
Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan binokular ini
tampaknya merupakan faktor utama terjadinya amblyopia strabismik, namun pengaburan
bayangan foveal oleh karena akomodasi yang tidak sesuai, dapat juga menjadi faktor
tambahan.
Hal tersebut di atas terjadi sebagai usaha inhibisi atau supresi untuk menghilangkan
diplopia dan konfusi. (konfusi adalah melihat 2 objek visual yang berlainan tapi
berhimpitan, satu di atas yang lain).
Pengobatan. Pada ambliopia strabismik pengobatan ialah dengan menutup mata yang
sehat dan dirujuk pada dokter mata. Ambliopia strabismik dapat pulih kembali pada usia
di bawah 9 tahun dengan menutup total mata yang baik.
2. AMBLIOPIA REFRAKTIF
Ambliopia pada mata ametropia atau anisometropia yang tidak dikoreksi (ambliopia
anisometropi) dan mata dengan isoametropia seperti pada hipermetropia dalam, atau
myopia berat, atau pada astigmatisme (ambiopia astigmatik). Ambliopia yang terjadi pada
mata dengan kelainan refraksi dalam yang tidak dikoreksi (ambliopia ametropik) atau
terdapatnya kelainan refraksi antara kedua mata (ambliopia anisotropic). Penglihatan
dapat baiksetelah beberapa bulan memakai kaca mata koreksi. Pengobatan adalah dengan
menutup mata yang baik setelah mata yang ambliopia mendapatkan kacamata yang
sesuai.

3. AMBLYOPIA ANISOMETROPIK
Ambliopia anisometropik terjadi akibat terdapatnya kelainan refraksi kedua mata yang
berbeda jauh. Akibat anisometropik mata bayangan benda pada kedua tidak sama besar
yang menimbulkan bayangan pada retina secara relative di luar focus di banding dengan
mata lainya, sehingga mata akan memfokuskan melihat dengan satu mata. Bayangan
yang lebih suram akan di supras, biasanya pada mata yang lebih ametropik. Beda refraksi
yang besar antara kedua mata menyebabkan terbentuk nya bayangan kabur pada satu
mata. Ambliopia yang terjadi akibat ketidak mampuan mata berfusi, akibat terdapatnya
perbedaan refraksi antara kedua mata, astigmat unilateral yang mengakibatkan bayangan
benda menjadi kabur. Ambliopia anisometrik terjadi bila terdapat perbedaan yang berat
kelainan refraksi kedua mata.
Ambliopia yang terjadi akibat perbedaan refraksi kedua mata yang terlalu besar atau lebih
dari 2,5 dioptri, mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan binocular tunggal, demikian
pula terjadi pada unilateral astigmatisme sehingga bayangan menjadi kabur.
4. AMBLYOPIA ISOMETROPIA
Amblyopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak dikoreksi, yang
ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri. Dimana walaupun telah
dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi hasil penglihatan normal. Tajam
penglihatan membaik sesudah koreksi lensa di pakai pada suatu periode waktu (beberapa
bulan). Khas untuk amblyopia tipe ini yaitu, hilangnya penglihatan ringan dapat diatasi
dengan terapi penglihatan, karena interaksi abnormal binokular bukan merupakan faktor
penyebab. Mekanismenya hanya karena akibat bayangan retina yang kabur saja. Pada
amblyopia isometropia, bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama dalam
hal kejelasan/ kejernihan dan ukuran.
Hyperopia lebih dari 5 D dan myopia lebih dari 10 D beresiko menyebabkan bilateral
amblyopia ,dan harus dikoreksi sedini mungkin agar tidak terjadi amblyopia.
5. AMBLYOPIA DEPRIVASI
Istilah lama amblyopia ex anopsia atau disuse amblyopiasering masih digunakan untuk
amblyopia deprivasi, dimana sering disebabkan oleh kekeruhan media kongenital atau
dini, akan menyebabkan terjadinya penurunan pembentukan bayangan yang akhirnya
menimbulkan amblyopia. Bentuk amblyopia ini sedikit kita jumpai namun merupakan

yang paling parah dan sulit diperbaiki. Amblyopia bentuk ini lebih parah pada kasus
unilateral dibandingkan bilateral dengan kekeruhan identik.
Anak kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital padat / total yang menempati
daerah sentral dengan ukuran 3mm atau lebih, harus dianggap dapat menyebabkan
amblyopia berat. Kekeruhan lensa yang sama yang terjadi pada usia > 6 thn lebih tidak
berbahaya. Amblyopia oklusi adalah bentuk amblyopia deprivasi disebabkan karena
penggunaan patch (penutup mata) yang berlebihan. Amblyopia berat dilaporkan dapat
terjadi satu minggu setelah penggunaan patchingunilateral pada anak usia < 2 tahun
sesudah menjalani operasi ringan pada kelopak mata.
6. AMBLYOPIA INTOKSIKASI
Intoksikasitang disebabkan pemakain tembakau, alcohol. Timah atau bahan toksis lainya
dapat mengakibatkan ambliopia. Biasanya terjadi neuritis optic toksik akibat keracunan
disertai terdapat tanda-tanda lapang pandangan yang berubah-rubah. Hilangnya tajam
pengheliatan sentral bilateral, yang di duga akibat keracunan metilalkohol, yang dapat
juga terjadi akibat gizi buruk.
VI. DIAGNOSIS
Amblyopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat
dijelaskan, dimana hal tersebut ada kaitan dengan riwayat atau kondisi yang dapat menyebabkan
amblyopia.

ANAMNESIS
PEMERIKSAAN AMBLIOPIA
Pemeriksaan serta mengetahui perkembangan tajam pengelihatan sejak bayi
sehingga sampai usia 9 tahun adalah perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk
memberikan perawatan.
- Uji Crowding Phenomenon
Penderita amblyopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan
mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam
penglihatan yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada kedua
fungsi tadi, selalu subnormal. Telah diketahui bahwa penderita amblyopia sulit untuk
mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf
yang terisolasi. Bila terjadi penurunann tajam penglihatan dari huruf isolasi ke huruf

dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding pada mata tersebut. Mata ini
-

menderita ambliopia.
Uji Densiti Filter netral
Dasar uji adalah diketahui bahwa pada mata yang ambliopia secara fisiologik berada
dalam keadaan berdaptasi gelap, sehingga bila pada mata ambliopia dilakukan uji
pengheliatan dengan intensitas sinar yang direndahkan ( memakai filter densit netral )
tidak akan terjadi penuruan tajam pengheliatan. Dilakukan dengan memakai filter
yang berlahan-lahan digelapkan sehingga tajam pengeliatan pada mata normalturun
50% pada mata ambliopia fungsional tidak akan atau hanya sedikit menurunkan tajam
pengliatan pada pemeriksaan sebelumnya.
Dibuat terlebih dahulu gabungan filter ( Kodak#96,N.D.2.00 dengan 0,50 ) sehingga
tajam pengeliatan pada mata yang normal turun dari 20/20 menjadi 20/40 atau turun 2
baris pada kartu pemeriksaan gabungan filter tersebut di taruh pada mata yang di

duga ambliopia.
Uji Worths Four Dot
Uji untuk melihat pengeliatan binocular, adanya fungsi, korespon densi retina
abnormal, supresi pada satu mata dannjuling. Penderita memakai kacamata dengan
filter merah pada mata kanan dan filter biru mata kiri dan melihat pada objek 4 titik
dimana satu berwarna merah, 2 hijau satu putih. Lampu atau titik putih akan terlihat
merah oleh mata kanan dan hijau oleh mata kiri. Lampu ,erah hanya dapat dilihat oleh
mata kanan dan lampu hijau hanya dapat dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka
akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih terlihat sebagai warna csmpuran hijau dan
merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata juling akan tetapi telah terjadi
korespondensi retina yang tidak normal. Bila terdapat supresi makan akan terlihat
hanya 2 merah bila mata kanan dominan atau 3 hijau bila mata kiri yang dominan.
Bila terlihat 5 titik 3 merah dan 2 hijau yang bersilangan berarti mata dalam
kedudukan eksotropia dan bila tidak bersilangan berarti mata berkedudukan esotropia.

VII. PENATALAKSANAAN
Amblyopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu
dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula
peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin
penglihatan optimal akan tetap bertahan.
Penatalaksanaan amblyopia meliputi langkah langkah berikut :

10

Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak


Katarak yang dapat menyebabkan amblyopia harus segera dioperasi, tidak perlu ditunda
Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama kehidupan, sangat penting
dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral,
interval operasi pada mata yang pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1-2
minggu. Terbentuknya katarak traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6
tahun harus diangkat dalam beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila
memungkinkan. Yang mana katarak traumatika itu sangat bersifat amblyopiogenik.
Kegagalan dalam menjernihkan media, memperbaiki optikal, dan penggunaan reguler
mata yang terluka, akan mengakibatkan amblyopia berat dalam beberapa bulan, selambat

lambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.


Koreksi kelainan refraksi
Bila amblyopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterapi
dengan kacamata atau lensa kontak.. Ukuran kaca mata untuk mata amblyopia diberi
dengan koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia.
Bila dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila
memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk. Karena
kemampuan mata amblyopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun, maka ia
tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mata anak
normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk menghindarkan
terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi defisit optikal berat.
Amblyopia anisometropik dan amblyopia isometropik akan sangat membaik walau

hanya dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.


Oklusi dan degradasi optikal
- Oklusi
Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 3 dan merupakan terapi pilihan,14
yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time)
atau paruh waktu (part-time).
a. Oklusi Full Time
Pengertian oklusi full- timepada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk
semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga.(Occlusion for all or all
but one waking hour),

arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan

amblyopia dengan cara penggunaan mata yang rusak. Biasanya penutup


mata yang digunakan adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia
secara komersial.

11

Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka
sewaktu tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa
kontak opak ,atau Annisas Fun Patches (Gambar 7) dapat juga menjadi
alternatif full-time patching bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya
kurang lengket. Full-time patching baru dilaksanakan hanya bila strabismus
konstan

menghambat

penglihatan

binokular,

karena

full-time

patchingmempunyai sedikit resiko, yaitu bingung dalam hal penglihatan


binocular.
Ada suatu aturan / standar mengatakan full-time patching diberi selama 1
minggu untuk setiap tahun usia misalnya penderita amblyopia pada mata
kanan berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu
dievaluasi kembali. Hal ini untuk menghindarkan terjadinya amblyopia pada
mata yang baik.
b. Oklusi Part-time
Oklusi part-timeadalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi hasil
sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya
tergantung dari derajat amblyopia.
Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan
peranan full-time patching dibanding part-time. Studi tersebut menunjukkan,
pasien usia 3-7 tahun dengan amblyopia berat (tajampenglihatan antara
20/100 = 6/30 dan 20/400 = 6/120 ), full-time patchingmemberi efek sama
dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2
jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir sama dengan
patching6jam/hari pada amblyopia sedang / moderate (tajam penglihatan lebih
baik dari 20/100) pasien usia 3 7 tahun.

Dalam studi ini, patching

dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat selama 1 jam/ hari. Idealnya,


terapi amblyopia diteruskan hinggaterjadi fiksasi alternat atau tajam
penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing masing mata.
Hasil ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan
kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan.
-

Degradasi Optikal

12

Metode lain untuk penatalaksanaan amblyopia adalah dengan menurunkan kualitas


bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih buruk
dari mata yang amblyopia, sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik
(biasanya atropine tetes 1% atau homatropinetetes 5%) diberi satu kali dalam sehari
pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihat
dekat dekat.
ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan patching
untuk amblyopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100).

ATS

tersebut dilakukan pada anak usia 3 7 tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa
pemberian atropine pada akhir minggu (weekend) memberi perbaikan tajam
penglihatan sama dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada kelompok
anak usia 3 7 tahun dengan amblyopia sedang. Ada juga studi terbaru yang
membandingkan atropine dengan patching pada 419 orang anak usia

3-7

tahun,menunjukkan atropine merupakan pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang


tadinya masih ragu ragu, memilih atropine sebagai pilihan pertama daripada
patching.
Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi, yaitu tidak
mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak
sulit untuk menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi.
Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa positif
dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek
samping farmakologik atropine. Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode
non-oklusi pada pasien dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata
dapat bekerjasama, jadi memungkinkan penglihatan binokular.
VIII. KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAAN
Semua bentuk penatalaksanaan amblyopia memungkinkan untuk terjadinya
amblyopia pada mata yang baik.Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan
harus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita.
Follow-up pertama setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1
minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi

13

part-timedan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi full-time, tapi
follow-up reguler tetap penting.
Hasil akhir terapi amblyopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi alternat,
tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua
mata.
IX. PROGNOSIS
Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi
oklusi pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat
tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya
kesembuhan parsial yang dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun.
Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut :

Jenis Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan kelainan
organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia strabismik

prognosisnya paling baik.


Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis

semakin baik.
Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam penglihatan
awal pada mata amblyopia, maka prognosisnya juga semakin baik.

14

BAB III
KESIMPULAN
Ambliopia adalah suatu keadaan mata dimana tajam pengelihatan tidak mencapai optimal
sesuai dengan usia dan intelegensinya walaupun sudah di koreksi kelainan refraksinya.
Ambliopia dapat tanpa kelainan organic dan dapat pula dengan kelainan organic yang tidak
sebanding dengan visus yang ada. Biasanya ambliopia disebabkan oleh kurangnya rangsangan
untuk meningkatkan perkembangan penglihatan.
Penyebab ambliopia adalah anisometropia, juling, oklusi, dan katarak atau kekeruhan
medua penglihatan lain. Penatalaksanaan amblyopia meliputi beberapa langkah yaitu
Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak, Koreksi kelainan
refraksi, dan Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan mata
yang lebih baik.

15

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1

Vaughan, Daniel G ; Asbury, Taylor and Eva, paul Riordan. 2009. Oftamologi Umum 14 th
ed. Jakarta : Widya Medika.

Suhardjo & Hartono. 2007. Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta. Bagian Ilmu Penyakit
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5 :


Amblyopia; Section 6; Basic and Clinical Science Course; 2004 2005; p.63 70

Yen, K.G ; Amblyopia. Available at : http://www.emedicine.com/OPH/topic316.htm

Amblyopia in Common Eye Conditions Disorders and Diseases. Available at:


http://www.middleseweye.com/eye_conditions.htm

Amblyopia. Available at : http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID=64

You might also like