You are on page 1of 16

ISOLASI, PEREMAJAAN DAN IDENTIFIKASI JAMUR

MIKROSKOPIS

Nama
NIM
Kelompok
Rombongan
Asisten

: Emi Lestari
: B1J013213
:1
: II
: Iyam Nursiyami Rohmah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI JAMUR MIKROSKOPIS

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan sumber penting keanekaragaman hayati dalam
tanah dan merupakan bagian integral dari terestrial ekosistem. Mereka berkontribusi
terhadap fungsi biologis utama seperti nutrisi dan gas, proses biogeokimia dan
dekomposisi dan transformasi organik materi. Jamur juga sangat melimpah di tanah
dan dapat mewakili sampai 80 % dari biomassa mikroba tanah (Lecomte, 2011).
Pengisolasian merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan
mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni
ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal.
Manfaat dilakukannya kultur murni adalah untuk menelaah atau mengidentifikasi
mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun
serologis, yang memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja (Soni, 2010).
Pemindahan jamur dari medium lama kemedium baru memerlukan banyak
ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar semua alat-alat yang kan
digunakan untuk mengerjakan medium dan pengerjaan inokulasi benar-benar steril.
Hal ini untuk menghindari kontaminasi yaitu masuknya mikroba lain yang tidak
diinginkan sehingga biakkan yang tumbuh di dalam medium adalah benar-benar
biakan murni ( Dwidjoseputro, 1990)
B. Tujuan
Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk mengetahui cara mengisolasi dan
mengidentifikasi jamur mikroskopis.

II.

TELAAH PUSTAKA

Teknik isolasi mikroba adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba


diluar dari lingkungan alamiahnya. Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan
air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis
mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, jamur, kapang dll. Populasi
mikroba di lingkungan sangan beranekaragam sehingga dalam mengisolasi
diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni tunggal.
Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan
penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi
mikroba yang telah resistem terhadap suatu antibiotik.atau untuk mengetahui
mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Ani, 2002).
Metode cawan sebar (spread plate) Teknik spread plate (lempeng sebar)
adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar
dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau mengapuskannya di atas media
agar yang telah memadat. Bedanya dengan pour plate adalah, pencampuran stok
kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat sedangkan pour plate kultur
dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan media
agar (Hadioetomo, 1990).
Isolasi mikroba dengan cara penggoresan (spread plate). Tujuan utama dari
penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang terpisah
dengan baik dari suspensi sel yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau
dari sudut ekonomi dan waktu, tapi memerlukan keterampilan yang diperoleh
dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang
terpisah. Cara penggresan dapat dilakukan dengan cara ujung kawat imokulasi yang
membawa bakteri digesekkan atau digoreskan dengan bentuk zig-zag pada
permukaan agar-agar dalam cawan Petri sampai meliputi seluruh permukaan. Untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan, yang biasanya diperoleh dari
pengalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan
menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan
yang umum sekali dilakukan adalah tidak memanfaatkan
dengan sebaik- baiknya untuk digores sehingga

permukaan medium

pengenceran mikroorganisme

menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak
sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digores (Suriawiria, 2006).
Fungi dapat ditemukan pada aneka substrat, baik dilingkungan darat, perairan
maupun udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetatifnya
yang umumnya berupa miselium berwarna putih dan mudah terlihat pada substrat
yang membusuk. Konidianya atau tubuh buahnya dapat mempunyai warna (merah,
hitam, jingga, kuning, kream, putih, abu-abu, coklat, kebiru-biruan dan sebagainya).
Pada daun, batang kertas, tekstil, kulit dan lain lain. Tubuh buah fungi lebih
mencolok karena dapat langsung diilihat dengan mata kasat, sedangkan miselium
vegetatif yang menyerap makanan hanya dapat dilhat menggunakan mikroskop
(Gandjar, 1999).
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula bersifat saprofit. Parasit apabila
dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang
ditumpanginya. Sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda
mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi mensintesis protein dengan
mengambil sumber karbon dan karbohodrat (misalnya glukosa, sukrosa atau
maltosa)., sumber nitrogen dari bahan organik atau anorganik, dan mineral dari
substratnya . ada juga beberapa fungi yang dapat mensintesis vitamin-vitamin yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan sendiri. Tetapi ada juga yang
tidak dapat mensintesis sendiri, sehingga harus mendapatkan dari substrat, misalkan
thaimin dan biotin (Waluyo, 2007).

III.

MATERI DAN METODE

A. Materi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah LAF, cawan
petri, pinset, labu erlenmeyer, skalpel, api Bunsen, wrapping, aluminium foil,
kapas, jarum ose, sprayer, alkohol 70%, akuades, tisu, cover glass, object
glass, dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah media
potato dextrose agar, sampel biji jagung, kayu lapuk, daun kelor, roti berjamur,
dan ragi.
B. Metode
1. Metode tanam langsung

Sampel biji dan


daun kelor

Direndam di
alkohol 70%
1 menit

Dibilas
dengan
akuades

Diinkubasi
(SR) selama
4 x 24 jam
Medium PDA +
chloramfenikol
2. Metode semai
Diinkubasi
(SR) selama
4 x 24 jam

Sampel biji dan


kayu lapuk
3. Peremajaan

Ditabur di medium
PDA +
chloramfenikol

Diinkubasi
(SR) selama
5 x 24 jam

isolat

Diambil 1
plug

Media
PDA baru

4. Identifikasi jamur

Isolat
hasil
peremaja
an di
ambil 1
plug

Diletakkan pada
object glass

Ditetesi akuades dan


ditutup cover glass

Diamati di
mikroskop

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
3.1. Tabel Hasil Pengamatan Makromorfologi dan Mikromorfologi
P. Makro
morfologi

Serbuk
kayu

Biji
jagung

Tekstur
permukaan

Halus

Halus

Warna
koloni

Hijau

Warna
sebalik
koloni
Tepi koloni

Putih
kehija
uan
Rata

Kunin
ghijau
Hyalin

Pola
penyebaran
P. Mikro
morfologi

Terseb
ar

Kelor

Ragi

Halus
seperti
kapas
Putih

Halus

Putih

Putih
susu

Abuabu

Putih

Putih

Putih Putih
keruh

Bergerig
i
Konsent
ris

Rata

Rata

Rata

Konse
ntris

Berger
igi
Terseb
ar

Kons
entris

Kons
entris

Konse
ntris

Spora
Ada
(ada/tidak)
Hifa
Septat
(septet/asept
at)
Bentuk
Bulat
spora
Rhizoid
-

Ada

Ada

Ada

Septat

Tidak
ada
Septa
t

Ada

Septat

Tidak
ada
Aseptat

Bulat

Bulat

Nama
spesies

Asperg
illus
flavus

Gliocla
dium
sp.

Rata

Ada

Roti
jamura
n
Halus
seperti
kapas
Putih

Septa
t

Glob
us
Ada

Asperg
illus
niger

Unidenti
fied

Rizop
us sp.

Biji
jagun
g
Halus

Asper
gillus
sp.

Kayu
lapuk

kelor

Halus

Kasar

Putih

Putih

Putih
kekunin
gan
Bergeri
gi
Konsen
tris

Tidak
ada
Septat Aseptat

Bulat
Asper
gillus
sp.

Unident
ified

Gambar 4.1. Hasil Isolasi Metode


Semai Kayu Lapuk

Gambar 4.4. Hasil Peremajaan


Metode Semai Kayu Lapuk

Gambar 4.5. Hasil Identifikasi


Metode Semai Kayu Lapuk

Gambar 4.2. Hasil Isolasi Metode


Tanam Langsung Biji Jagung

Gambar 4.4. Hasil Peremajaan


Metode Tanam Langsung Biji
Jagung

Gambar 4.6. Hasil Identifikasi


Metode Tanam Langsung Biji
Jagung

B. Pembahasan
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian
dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis,
misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang
hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari
campuran

bermacam-macam

mikroba.

Hal

ini

dapat

dilakukan

dengan

menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni
sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo, 1996). Sedangkan identifikasi adalah
membandingkan gejala yang ada atau yang ditemukandengan yang terdapat di dalam
buku/pustaka (Perhutani, 1999).
Peremajaan yakni dengan cara memindahkan atau memperbaharui biakan
mikroorganisme dari biakan lama ke media tumbuh yang baru secara berkala.
Inokulasi adalah salah satu cara peremajaan secara aseptik ke dalam media steril baik
pada media padat maupun media cair. Inokula adalah bahan yang mengandung
mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat. Pemurnian biakan murni bertujuan
untuk mendapatkan satu spesies dalam satu tabung pemeliharaan kultur. Langkahlangkah pemurnian biakan murni adalah sebagai berikut, koloni dengan karakter
morfologi tertentu (koloni tunggal) dapat dipisahkan satu dengan lainnya dengan
cara mengambilnya dengan ose (diusahakan koloni yang berjauhan). Kemudian
digoreskan

pada medium agar pemurnian. Pengambilan dengan ose dapat

memisahkan koloni tunggal dengan yang lainnya. Untuk memurnikan kapang, ambil
koloni dengan karakter morfologi tertentu dengancara mengambilnya dengan jarum
enten kemudian menaruhnya pada satu titik media PDA pada cawan petri. Jarum ose
dan jarum enten yang digunakan untuk memindahkan sedikit biakan bakteri dan
kapang ke gelas obyek harus disterilisasi dengan cara dipanaskan diatas lampu
bunsen agar terbebas dari mikroba (steril), begitu pula dengan bibir cawan petri
tempat koloni fungi (Soni, 2010).
Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan
mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari
lingkungan ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak
bercampur lagi dengan bakteri lainnya dan disebut biakan murni. Prinsip dari isolasi

mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang
berasal dari camouran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel
yang tetap pada tempatnya (Nur dan Asnani, 2007).
Isolasi mikroba dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1.

Pengenceran

Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil
memelihara Streptococcus Laktis dalam piaraan murni yang diisolasi dalam sempel
susu yang sudah masam. Suatu sempel dari suatu suspensi yang berupa campuran
bermacam-macam spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil
pengenceran ini kemudian diambil kira-kira 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika
dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu
medium padat, kemungkinan besar akan didapatkan beberapa koloni yang akan
tumbuh dalam medium tersebut, akan tetapi mungkin juga hanya akan memperoleh
satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini dapat dijadikan piaraan murni. Jika
belum yakin, bahwa koloni tunggal yang diperoleh tersebut merupakan koloni yang
murni, maka dapat mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni sebagai
sampel.
2.

Penuangan

Robert Koch (1843-1905) mempunyai metode lain, yaitu dengan mangambil


sedikit sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan dan sampel ini kemudian
disebarkan di dalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan
demikian akan diperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental
maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing
dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan di atas maka akhirnya akan
diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin (Schiegel, 1996).
Metode sebar adalah teknik dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam
media agar dengan cara menuangkan stok kultur murni atau menghapuskannya diatas
media agar yang telah memadat. Bedanya dengan metode tuang adalah pencampuran
stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat, sedangkan metode tuang
kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan metode
sebar adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar,
dan metode ini digunakan untuk isolasi mikroba yang bersifat aerob. Kekurangan

metode ini adalah tidak cocok digunakan untuk isolasi mikroba yang bersifat anaerob
(Soni, 2010).
Metode pengenceran dilakukan dengan cara mengencerkan suatu suspensi
berupa cairan spesies kemudian diencerkan dalam tabung tersendiri. Dari
pengenceran tersebut kemudian diambil 1 ml umtuk diencerkan lagi. Jika perlu, dari
pengenceran yang kedua diambil 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut hingga
pengenceran yang diinginkan. Dari akhir pengenceran diambil kembali 1 ml untuk
disebarkan pada suatu medium padat sehingga kemungkinan besar akan didapatkan
beberapa koloni yang tumbuh pada medium tersebut. Dilakukannya pengenceran
bertujuan untuk memperoleh biakan atau koloni murni dari suatu medium. Selain
metode

yang

disebutkan

diatas,

terdapat

metode

lainnya

yaitu

metode

micromanipulator, dimana kita memerlukan kesabaran dalam pengerjaannya, selain


itu harganya sangat mahal, tetapi dengan menggunakan alat micromanipulator ini
kita dapat mengambil satu bakteri dari sekian banyak bakteri dengan tidak ikut
sertanya bakteri lain (Soni, 2010).
Pengamatan makroskopis dilakukan dengan melihat bentuk permukaan dan
wama koloni dari masing-masing kelompok isolat mumi yang didapat. Dengan cara
aseptis diambil satu bagian blok agar tersebut dan diletakkan pada gelas objek dalam
cawan petri yang dilapisi tisu yang telah ditetesi air suling steril. Keempat sisi blok
agar tersebut diinokulasi dengan koloni sampel uji, kemudian ditutup dengan kaca
penutup. Semua pekerjaan diiakukan secara aseptis (Juwita et al, 2013). Identifikasi
dapat dilakukan dengan pengambilan isolate sampel jamur dan diamati morfologi
serta karakteristiknya melalui mikroskop (Jasuja et al, 2013).
Hasil identifikasi patogen yang diperoleh dari enam daun
tanaman sakit memberikan hasil yang beragam. Berikut ini
merupakan deskripsi singkat mengenai patogen yang terdapat
pada enam daun tanaman yang sakit.
1. Aspergillus sp.
Jamur Aspergillus sp. teridentifikasi pada hasil isolasi daun
Kangkung (Kelompok 1), daun Cabai (Kelompok 3), dan daun
Tomat (Kelompok 4). Hasil identifikasi pada kelompok 1 secara
makroskopis, jamur ini memiliki warna hitam, bertepi rata,
bertekstur kasar dan pola penyebaran yang acak sedangkan
secara mikroskopis jamur ini memiliki hifa tidak bersepta dan

berwarna hyalin, konidia berwarna hitam dan berbentuk bulat.


Hasil identifikasi pada kelompok 3 secara makroskopis, jamur
ini memiliki warna putih, bertepi rata, bertekstur halus dan pola
penyebaran yang acak sedangkan secara mikroskopis jamur ini
memiliki hifa bersepta, hifa berwarna bening dan hifa
berbentuk silindris, konidia berwarna hitam dan berbentuk
bulat. Hasil identifikasi pada kelompok 4 secara makroskopis,
jamur ini memiliki warna hitam, bertepi rata, bertekstur kasar
dan pola penyebaran yang acak sedangkan secara mikroskopis
tidak teridentifikasi. Berikut ini merupakan klasifikasi dari
Aspergillus sp menurut Susilowati & Listyawati (2001).
Kingdom : Fungi
Divisi
: Amastigomycota
Kelas
: Deuteromycetes
Ordo
: Moniliales
Famili
: Moniliaceae
Genus
: Aspergillus
Spesies
: Aspergillus sp.
Hasil identifikasi kelompok 1, 3 dan 4 tersebut tidak sesuai
dengan hasil pengaamatan Susilowati & Listyawati (2001) bahwa
ciri morfologi koloni berwarna hijau kebiruan dengan area kuning
sulfur pada permukaannya miselium berbentuk benang halus. Ciri
mikroskopis terdapat konidiofor, sel kaki dan kepala berkonidium
yang terdiri dari gelembung, hifa fialid serta kadang-kadang
terdapat metula dan konidium; hifa fialid dapat bentuk langsung
pada gelembung uniseriat atau metula biseriat; kepala konidium
berbentuk kolumner atau radial. Aspergillus adalah cendawan yang
paling sering mengkontaminasi karena pertumbuhan koloninya
sangat cepat.
Gliocladium sp. memiliki koloni tumbuh sangat cepat dan mencapai diameter
5-8 cm dalam waktu lima hari pada suhu 20 C di medium PDA. Perbedaannya
dengan T. viride adalah fialidanya seperti tertekan dan memunculkan satu tetes besar
konidium berwarna hijau, yang membentuk massa lendir, pada setiap gulungan.
Konidiumnya berbentuk bulat telur pendek, berdinding halus, agak besar, dan
kebanyakan berukuran (4,5-6) x (3,5-4) m (Soesanto, 2008).

Menurut Alexopoulus and Mims (1999), Gliocladium spp. diklasifikasikan:


Kingdom

: Mycetaceae

Divisio

: Amastigomycota

Sub Divisi

: Deuteromycotina

Class

: Deuteromycetes

Ordo

: Hypocreales

Famili

: Hypocreaceae

Genus

: Gliocladium

Species

: Gliocladium spp.

Rhizopus sp. yaitu koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu;


stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan;
sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam
kelompok (hingga 5 sporangiofora); rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada
posisi yang sama dengan sporangiofora; sporangia globus atau sub globus dengan
dinding berspinulosa (duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam
bila telah masak; kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit
kasar; spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder; suhu optimal untuk
pertumbuhan 350C, minimal 5-70C dan maksimal 440C. Berdasarkan asam laktat
yang dihasilkan Rhizopus oryzae termasuk mikroba heterofermentatif (Kuswanto
dan Slamet, 1988). Klasifikasi jamur Rhizopus sp. Adalah sebagai berikut :
Kingdom

Fungi

Divisi

Zygomycota

Class

Zygomycetes

Ordo

Mucorales

Familia

Mucoraceae

Genus

Rhizopus

Species

Rhizopus sp.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Cara mengisolasi dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu isolasi tanam
langsung dan isolasi semai. Identifikasi dapat dilakukan dengan mengamati
bagian makroskopis dan mikroskopis. Hasil identifikasi pada kelompok 1
didapat jamur Aspergillus sp. dan Gliocladium sp.
B. Saran
Saran untuk praktikum yakni dalam isolasi harus menggunakan kerja aseptis
agar didapat hasil yang diinginkan.

DAFTAR REFERENSI

Alexopoulos, C.J; C.W.Mims & M. Blackwell, 1996. Introdctory Micology 4th


edition John Wiley and Sons, New York.869 p.
Ani M, 2002. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Bogor: IPB Press.
Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta
Gandjar, I.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : UI Press
Hadioetomo, 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT. Gramedia. Jakarta
Jasuja., N., D., R Saxena, S C & Suresh C. Joshi. 2013. Isolation and identification
of microorganism from polyhouse agriculture soil of Rajasthan. Afr. J.
Microbiol. Res. 7(41), pp. 4886-4891
Juwita D., A, N Suharti, & R Rasyid. 2013. Isolasi Jamur Pengurai Pati Dari Tanah
Limbah Sagu. Jurnal Farmasi Andalas 1 (1)
Kuswanto, K.R., dan Slamet Sudarmadji. 1988. Proses-proses Mikrobiologi Pangan.
Yogyakarta: PAU Pangann dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Lecomte julie, Marc St-Arnaud & Mohamed Hijri. 2011. Isolationand identication
of soil bacteria growing at the expense of arbuscular mycorrhizal fungi. De
partement de sciences biologiques, Institut de recherche en biologie vege
tale, Universite de Montre al, Montre al, QC, Canada.
Nur I & Asnani. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unhalu : Kendari.
Perhutani. 1999. Selayang Pandang Persemaian Permanen Pongpoklandak KPH
Cianjur. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat KPH Cianjur. Cianjur.
Schlegel, H. G dan Schmidt, K. 1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Soesanto, L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tumbuhan. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Soni, Ahmad. 2010. Isolasi Dan Pemurnian Mikroba, Teknik Pemeliharaan Kultur
Murni Dan Perhitungan Angka Lempeng Total (Total Plate Count =Tpc).
Skripsi.
Fakultas
Matematika
Dan
Ilmu
Pengetahuan Alam
UniversitasBrawijaya, Malang
Susilowati, A., & Listyawati, S., 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme
Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA
Pusat UNS. Biodiversitas, 2(1), pp.110-114.
Suriawiria, Unus. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sutedjo, M. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta, Jakarta.


Waluyo, L. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UMM: Malang

You might also like