You are on page 1of 23

Step 3

1. Mengapa penglihtan mata kanan pasien buram setelah jatuh dari motor?

Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup


baik seperti ronggaorbita, kelopak, dan jaringan lemak
retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam
ataumengedip, mata masih sering mendapat trauma dari
dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada
bola mata, kelopak, saraf mata dan rongga orbita .Kerusakan
mata akan dapat mengakibatkan atau memberi penyulit
sehingga mengganggu fungsi penglihatan.
Bagian orbita yang merupakan organ visera yang
berhadapan langsung dengan dunia luar adalah kornea,
sehingga kornea rentan untuk terkena trauma maupun
infeksi. Sehingga menimbulkan edema kornea, Edema
superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa
jam. Edemainterstisial adalah edema yang terjadi di
substania propria yang membentuk kekeruhan seperticincin
dengan batas tegas berdiameter 2 3 mm. Lipatan
membrana Bowman membentuk membran seperti lattice.
Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipat
atau robek dan akan tampak sebagai kekeruhan yang
berbentuk benang. Bila endotel robek maka akanterjadi
inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga
kornea menjadi edema. Bilarobekan endotel kornea ini kecil,
maka kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari
tanpaterapi.Deposit pigmen sering terjadi di permukaan
posterior kornea, disebabkan oleh adanyasegmen iris yang
terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadi di setiap
lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi
jarang menyebabkan perforasi.Gambaran klinis Edema
kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan
kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau
sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat
keruhdengan uji plasedo yang positif.
Sumber : Bruce, Chris, dan Anthony. 2006. Lecture Notes :
Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta :Penerbit Erlangga

2. mengapa didapatkan keluhan mata merah. Berair, nyeri dan bengkak kelopak mata
setelah jatuh dari motor?

Erosi kornea
Definisi dan etiologi
o Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel komea yang dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa
cedera pada membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat
bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut.
Tanda dan gejala
o Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang
mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme,
lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang
o

keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan

fluoresein akan berwama hijau.


Pada erosi komea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul
kemudian.

3. mengapa pada pemeriksaan ophtalmologi didapatkan VOD : visus 2/60,erosi kornea


(+),ruptur kornea di jam 5(+) COA dangkal, iris prolaps ? jelaskan
- visus 2/60: pasien menghitung jadri pada jarak 2 m sdangkan pada orangnormal 60
m. Terdapat penurun visus, karena kekeruham media refrakta sehingga terjadi
penurunan visus.
Erosi kornea
Definisi dan etiologi
o Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel komea yang dapat
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa
cedera pada membran basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat
bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut.
Tanda dan gejala
o Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang
mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme,
lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang
o

keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan

fluoresein akan berwama hijau.


Pada erosi komea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul
kemudian.

Trauma Tajam

Penetran :menembus bolamata


Non penetran : menggosok bola mata
Tanda
Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila
robekan konjungtiva ini atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu
dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva lebih 1 cm
diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya
granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan
terdapatnya robekan sclera bersama-sama dengan robekan
konjungtiva tersebut.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke
dalam bola mata maka
akan terlihat tanda-tanda bola mata
tembus, seperti:
Tajam penglihatan yang menurun
Tekanan bola mata rendah
Bilik mata dangkal
Bentuk dan letak pupil yang berubah
Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera
Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan
mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina
o Konjungtiva kemotis
o
o
o
o
o
o

4. Macam-macam Trauma (etiologi,gejala klinis dan penatalaksanaan,)?

Trauma Mekanik
a. Trauma tumpul
Kelopak
Palpebra hematom
o Penyebab
Trauma akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya
o Penatalaksanaan
Pada hematoma kelopak dini dapat diberikan
kompres dingin untuk menghentikan perdarahan
dan menghilangkan rasa sakit

Bila telah lama, untuk memudahkan absorbsi dapat


dilakukan kompres hangat pada kelopak
Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai
kedua kelopak dan berbentuk kaca mata yang
sedang dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai
hematoma kaca mata dan merupakan keadaan
sangat gawat. Hematoma kaca mata terjadi akibat
pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda
fraktur basis kranii. Darah masuk ke dalam kedua
rongga orbita sampai pada batas septum orbita
kelopak mata, akan memberikan bentuk hematoma
ini.
Konjungtiva
Edema konjungtiva
Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat
menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat
trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke duania luar dan
konjungtiva secara langsung kena angin tanpa mengedip, maka
keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva.
Penatalaksanaannya : dapat diberikan dekongestan untuk
mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir
konjungtiva.
Hematom subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya
pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva,
seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya
pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan,trauma tumpul basis
kranii, atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan
mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah
pada usia lanjut, hipertensi, areriosklerosis, konjungtiva
meradang(konjungtivitis), anemia, dan obat-obatan tertentu.
Pengobatan dini yang dapat dilakukan kompres hangat.
Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dalam 1-2
minggu tanpa diobati
Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu
dipastikan bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringn
konjungtiva atau sklera. Kadang-kadang hematoma

subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih burukseperti


perforasi bola mata. Bila tekanan bola mata rendah disertai tajam
penglihatan menurun dengan hematoma subkonjungtiva maka
sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari adanya
ruptur sklera atauterlihatnya jaringan kororid yang menonjol
Kornea
Edema kornea
Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat
mengakibatkan edema kornea ataupun malahan ruptur daripada
membran Descement. Edema kornea yang berat dapat
mengakibatkan serbukan sel radang dan neurovaskularisaso
masuk ke dalam jaringan stroma kornea.
Edema korne akan memberikan keluhan penglihatan kabur
dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya
yang dilihat.kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang
positif.
Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonikseperti
Nacl 5 %. Bila terdapat peninggian tekananbola mata maka
diberikan asetazolamida.
Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel
kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel
kornea. Hal yang dapat mengakibtkan erosi kornea adalah lensa
kontak, sinar ultra violet, debu, dan asap.
Akibatnya kornea yang mempunyai banyak serabut saraf
sensibel terkena, maka pasien akan merasa sakit sekali, dengan
blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan
terganggu oleh media kornea yang keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila
di beri pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau. Hati-hati bila
memakai obat topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada
pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan epitel. Pada
erosi kornea yang perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang
timbul kemudian akibat barier epitel hilang.
Pengobatan biasanya diberikan sikloplegik untuk
menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala
radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam

bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel


baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi
infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan
kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh
dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik.
Gangguan erosi kornea terhadap penglihatan atau
pekerjaan, sangat tergantung pada satu atau kedua mata terkena
erosi. Walaupun pekerja berat, erosi kornea menganggu pekerjaan
akibat rasa sakit meksimum terganggu selam 3 hari.
Erosi kornea rekuren
Uvea
Iridoplegia
Pada trauma tumpul dapat terjadi kelumpuhan otot sfingter
pupil sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis. Pupil ini tidak
bereaksi terhadap sinar.
Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan
akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar
pada pupil, akan terlihat anisokoria pada pupil.
Iridoplegia ini akan berlangsung beberap hari sampai
beberapa minggu. Kadang-kadang tidak menjadi normal lagi.
Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat
untuk mencegah terjadinya kelelehan sfingter disertai dengan
pemberian.
Iridodialisis
Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal
iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah menjadi lonjong.
Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya
hifema. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Bila
keluhan demikian maka pada pasien sebainya dilakukan
pembedahan dengan melakukan resposisi iris yang terlepas.
Hifema
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi
akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau
badan siliar. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul

di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat


memenuhi seluruh ruang bilik mata depan
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang
terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit
disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Pasien dengan hifema harus tinggal dan dirawat di
rumah sakit. Pasien tidur dengan kepala miring 60 derajat, diberi
koagulansia, dan mata ditutup. Pada anak-anak yang gelisah
dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi penyulit glaukoma
diberi asetazolamida.
Biasanya hifema akan hilang sempurna. Kadang-kadang
sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi
perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang
pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar
hilang.
Parasentesis atau mengelaurkan darah dari bilik mata
depan dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tandatanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan
berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda
gifema akan berkurang.
Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kontusi badan
siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi
gangguan pengaliran cairan mata.
Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan
siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis
bulbi dan kebutaan.
Iridosiklitis
Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea
sehingga menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior.
Pada mata akan terlihat mata merah, suar di dalam bilik mata
depan, dan pupil mengecil. Tajam penglihatan menurun. Pada
uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal. Bila
terlihat radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik.
Lensa
Dislokasi lensa
Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa
akibat putusnya zonula zinii.

Gangguan kedudukan lensa ini dapat dalam bentuk ;


a) Subluksasi lensa
Terjadi akibat zonula zinn putus sebagian sehingga lensa
berpindah tempat.
Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang.
Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa
iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka
lensa yang elastis akan menjadi cembung, dan mata akan
menjadi lebih miopia. Lensa yang menjadi sangat cembung
mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila
sudut bilik mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi
glaukoma sekunder.
Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien
menderita kelainan pada zonula zinn yang rapuh (sindrom
Marphan).
b) Luksasi lensa anterior
Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat
trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan.
Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka akan
terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga
akan timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalnya.
Pasien akan mengeluh penglihatan menurut mendadak, disertai
rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan
blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea,
lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang
dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi. Pasien
secepatnya dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya
dengan terlihat dahulu diberikan asetazolamida untuk
menurunkan tekanan bola mata.
c) Luksasi lensa posterior
Pada keadaan putusnya zonulla zinn di seluruh lingkaran
ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan
tenggelam di datarn bawah polus posterior fundus okuli. Mata ini
akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien
akan melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptri untuk jauh, bilik
mata depan dalam dan iris tremulans. Pasien akan mengeluh
adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa
mengganggu kampus pasien.

Katarak traumatic
Trauma tumpul dapat mengakibatkan katarak pungtata,
selain daripada dapat mengakibatkan katarak, yang biasanya
berjalan lambat, dan proses degenerasinya dapat berjalan lanjut.
Proses degenerasi lanjut ini dapat mengakibatkan pencairan
korteks lensa dan bocor melalui kapsul lensa. Bahan lensa di luar
kapsul sebagai benda asing menimbulkan reaksi di dalam bilik
mata depan sehingga menimbulkan reaksi uveitis yang disebut
sebagai uveitis fakotoksik dan glaukoma fakolitik.
Bila katark telah menimbulkan reaksi fakolitik maka pasien
akan mengeluh mata sakit disertai dengan gejala uveitis lainnya
sehingga lensa perlu dikeluarkan dengan segera.
Retina dan koroid
Edema retina dan koroid
Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema
retina. Edema retina akan memberiakn warna retina yang lebih
abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan uvea melalui retina
yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral dimana
terdapat edema retinakecuali daerah makula, sehingga pada
keadaan iniakan terlihat cherry red spot yang berwarna merah.
Edema retina akibat trauma tumpuljuga mengakibatkanedema
makula sehingga tidak terdapat cherry red spot.
Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi
edema makula atau edema berlin. Pada keadaan ini akan terjadi
edema yang luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli
berwarna abu-abu.
Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah
beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang
akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmenepitel.
Ablasi retina
Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya
retina dari koroid pada penderita ablasi retina. Biasanya pasien
telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina ini seperti
retina tipis akibat retinitis sanata, miopia, dan proses degenerasi
retina lainnya. Bila terjadinya ablasi retina setelah suatu trauma
tidak diketahui dengan jelas karena waktu terjadinya tidak selalu
sama.

Pada pasien ekan terdapat keluhan seperti adanya


selaput yang seperti tabir menganggu lapang pandangannya. Bila
terkena atau tertutup daerah makula maka tajam penglihatan
akan menurun. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina
yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat
terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh
darah seperti yang terputus-putus.
Rupture koroid
Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang
dapat merupakan akibat daripada ruptur koroid. Ruptur ini
biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar
konsentris di sekitar papil saraf optik. Bila ruptur koroid ini
terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam
penglihatan akan turun dengan sangat.
Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar
dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorbsi maka akan
terlihat bagian yang ruptur berwarna putih karena sklera dapat
dilihat langsung tanpa tertutup koroid.
Saraf optic
Avulse papilsaraf optic
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari
pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil
saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam
penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan.
Penderita perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan
saraf optiknya.
Optic neuropati traumatic
Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada
saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema
sekitar saraf optik.
Tanda :
Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata.
Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya
kelainan nyata pada retina.
Tanda lain yang dapat diemukan adalah gangguan
penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil

saraf optik dapat normal beberapa minggu sebelum


menjadi pucat.
Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada
waktu dengan memberi steroid. Bila penglihatan
memburuk
setelah
steroid
maka
perlu
dipertimbangkan untuk pembedahan.
b. Trauma Tajam
Penetran :menembus bolamata
Non penetran : menggosok bola mata
Tanda
Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva
saja. Bila robekan konjungtiva ini atau tidak melebihi 1
cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan
konjungtiva lebih 1 cm diperlukan tindakan penjahitan
untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap
robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya
robekan
sclera
bersama-sama
dengan
robekan
konjungtiva tersebut.
Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing
masuk ke dalam bola mata maka akan terlihat tandatanda bola mata tembus, seperti:
i. Tajam penglihatan yang menurun
ii. Tekanan bola mata rendah
iii. Bilik mata dangkal
iv. Bentuk dan letak pupil yang berubah
v. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera
vi. Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan
mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina
vii. Konjungtiva kemotis
Pengobatan
Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai
adanya perforasi bola mata maka secepatnya dilakukan
pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup dan
segera dikirim pada dokter mata untulk dilakukan
pembedahan.
Pada setiap terlihat kemungkinan trauma perforasi
sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang
masuk ke dalam mata dengan membuat foto.

Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya


diberikan antibiotika sistemik atau intravena dan pasien
dipuasakan untuk tindakan pembedahan.
Pasien juga diberi anti tetanus profilaktik, analgetika, dan
kalau perlu penenang. Sebelum dirujuk mata tidak diberi
salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien
tidak boleh diberi steroid local dan beban yang diberikan
pada mata tidak menekan bola mata.
Etiologi
Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda
asing ke dalam bola mata. Benda asing di dalam bola
mata pada dasarnya perlu dikeluarkan. Benda asing yang
bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnit
raksasa. Benda yang tidak magnetik dikeluarkan
vitrektomi.
Penyulit
Penyulit yang dapat timbul pada terdapatnya benda asing
intraokular adalah endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi
retina, perdarahan intraokular dan ptisis bulbi.
c. Trauma Benda Asing
Logam dan Non logam
Binatang
Trauma Non Mekanik
1. Trauma Kimia
Bahan kimia yang dapat mengakibaIkan kelainan pada mata
dapat dibedakan dalam bentuk:
1. Trauma Asam
2. Trauma Basa atau Alkali.
Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada:
pH,
Kecepatan,
Jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata.
Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali
cepat dapat merusak dan menembus kornea.
Pengobatan

Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan


segera.
lrigasi daerah yang terkena trauma kimia merupa
tindakan yang segera harus dilakukan karena dapat
memberikan penyulit yang lebih berat.
Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi
atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit
15-30 menit.
Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air
yang tersedia pada saat itu seperti dengan air keran,
larutan garam fisiologik, dan asam berat.
Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat
blefarospasme berat.
Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat
3% sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat
0.5% atau bufer as asetat pH 4.5% untuk menetralisir.
Diperhatikan kemungkinan
terdapat benda
asing
penyebab luka tersebut.
Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang
diberi adalah antibiotika topikal, sikioplegik dan bebat
mata selama mata masih sakit.
Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat
lambat yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari.
Klasifikasi
Trauma Asam
Etiologi
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan
anorga organik (asetat, forniat),d an organik anhidrat (asetat).
Patofisiologi
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi
pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan
sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat
destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan
hanya pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan
konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma basa
sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.
Pengobatan

a. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang


terkena secepatnya dan selama mungkin untuk
menghilangkan dan melarutkan bahan yang
mengakibatkan trauma.
b. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali,
sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.
Trauma Basa atau Alkali
Patofisiologi
a. Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan
akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali akan
menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan,
dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa
akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi
proses persabunan, disertai dengan dehidrasi.
Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik
mata depan dalam waktu 7 detik.
b. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang
akan menambah bertambah kerusakan kolagen
kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata
akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan
kebutaan penderita.
Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat
dibedakan dalam :
Derajat 1 hiperemi konjungtiva disertai dengan
keratitis pungtata
Derajat 2 hiperemi konjungtiva disertai dengan
hilang epitel kornea
Derajat 3 :hiperemi disertai dengan nekrosis
konjungtiva dan lepasnya epitel kornea
Derajat 4: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak
50%.
Pengobatan
a. Tindakan bila terjadi trauma basa adalah dengan
secepatnya melakukan irigasi dengan garam
fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan selama
mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling
sedikit 60 menit segera setelah trauma.

b. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk


mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu
trauma
alkali
diperlukan
untuk
menetralisir
kolagenase yang terbentuk pada hari ke tujuh.
Penyulit
Penyulit yang dapat timbul trauma alkali adalah
a. Simblefaron,
b. Kekeruhan kornea,
c. Edema dan neovaskularisasi kornea,
d. Katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata.
2. Trauma Radiasi Elektromagnetik
Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah
Sinar inframerah
Sinar ultraviolet
Sinar X dan sinar terionisasi
Trauma Sinar Infra Merah
Patofisiologi
Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap
gerhana matahari dan pada saat bekerja dipemanggangan.
Kerusakan ini da terjadi akibat terkonsentrasinya sinar inframerah
terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat
pemanggangan kaca akan menggeluarkan sinar infra merah. Bila
seseorang berada pada jarak kaki sela satu menit di depan kaca
yang mencair dan pupilnya lebar atau midria maka suhu lensa
akan naik sebanyak 9 derajat Celcius. Demikian pula yang
mengabsorpsi sinar infra merah akan panas sehingga berakibat
tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar infra
merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi
kapsul lensa.
Factor resiko terkena
Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada
pekerja industri gelas dan pemanggangan logam.
DD
1. Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis
superfisial, katarak kortikal anterior-posterior dan
koagulasi pada koroid.

2. Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat skotoma


sement ataupun permanen.
Pengobatan
1. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang
sudah terjadi kecuali mencegah terkenanya mata oleh
sinar infra merah ini.
2. Steroid sistemik dan lokal diberikan uniuk mencegah
terbentuk jaringan parut pada makula atau untuk
mengurangi gejala radang yang timbul.
Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)
Definisi
Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang
tidak terlihat mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM.
Patofisiologi
Sinar ultra violet banyak terdapat padd saat bekerja las, dan
menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas
salju. Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea. Sinar
ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea
sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata
terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa
waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan
yang menetap.
Tanda dan gejala
1. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan
memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien
akan merasa mata sangat sakit mata seperti kelilipan
atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan
konjungtiva kemotik.
2. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada
permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan
kornea yang keruh dan uji fluoresein positif. Keratitis
terutama terdapat pada fisura paipebra.
3. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan
terganggu.
4. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila
radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen
sehingga akan memberikan kekeruhan pada komea.

Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra


violet sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat.
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika
lokal, analgetik, dan mata ditutup untuk selama 2-3 hari.
Biasanya sembuh setelah 48 jam.
Sinar lonisasi dan Sinar X
Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk:
1. Sinar alfa yang dapat diabaikan
2. Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan
3. Sinar gama dan
4. Sinar X
Patofisiologi
1. Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak
dan rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi
dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda
dan lebih peka.
2. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri
sel epitel secara tidak normal. Sedang sel baru yang
berasal dari set germinatif lensa tidak menjadi jarang.
3. Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti
kerusakan yang diakibatkan diabetes melitus berupa
dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata, dan
eksudat.
4. Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang
mengakibatkan kerusakan permanen yang sukar diobati.
Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan
iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat akan
mengakibatkan parut konjungtiva atrofi set goblet yang
akan mengganggu fungsi air mata.
Pengobatan
1. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal
dengan steroid 3 kali sehari dan sikioplegik satu kali
sehari.
2. Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan
tindakan pembedahan.
(Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Prof.dr.H. Sidarta Ilyas.
SpM)

5. Derajat dari trauma pada mata?

Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat


dibedakan dalam :
Derajat 1 hiperemi konjungtiva disertai dengan
keratitis pungtata
Derajat 2 hiperemi konjungtiva disertai dengan
hilang epitel kornea
Derajat 3 :hiperemi disertai dengan nekrosis
konjungtiva dan lepasnya epitel kornea
Derajat 4: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak
50%.

6. Prognosis dari macam-macam trauma?


PROGNOSIS
Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut.Derajat
iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma
dan prognosis penyembuhan.Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva
memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan gambaran
cooked fish eye dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat terjadi kebutaan. 8

Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat menyebabkan simblefaron
(adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi pada kamera okuli anterior dapat
menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder.8

Gambar Cooked Fish Eye Appearance8

7. Mengapa dokter jaga memberikan tetes mata antibiotik dan bebat mata?

Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin efektif untuk
menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus.
Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).

Bebat mata
o Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada
persesuaian pendapat di antara para sarjana. EdwardLayden lebih condong untuk menggunakan bebat mata
pada mata yang terkena trauma saja, untuk mengurangi
pergerakan bola mata yang sakit. Bila mungkin kedua
mata ditutup untuk memberika istirahat pada mata.
o Selanjutnya dikatakan bahwa pemakaian bebat pada
kedua mata akan menyebabkan penderita gelisah, cemas
dan merasa tidak enak, dengan akibat penderita
(matanya) tidak istirahat.
o Akhirnya Rakusin mengatakan dalam pengamatannya
tidak ditemukan adanya pengaruh yang menonjol dari
pemakaian bebat atau tidak terhadap absorbsi, timbulnya
komplikasi
maupun
prognosis
dari
tajamnya
penglihatannya.

8. Komplikasi dari masing-masing trauma?


Komplikasi dari trauma alkali :

Keratitis sika.
Parut akibat terjadinya erosi
Neovaskularisasi kornea
Entropion
Simbleferon
Glakoma sudut tertutup
Katarak
Ptisis bulbi.
Komplikasi pada trauma tembus:

Endoftalmitis
Panoftalmitis
Ablasi retina
Perdarahan intraokuler
Ptisis bulbi.
Komplikasi Trauma Kimia:

Ankyloblefaron (perlekatan antara palpebra superior dan inferior)

Iridosiklitis
Ilmu Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM

Gambar Simblefaron

Gambar Phthisis bulbi

9. Penatalaksanaan dari skenario?


DIAGNOSIS
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan
pemeriksaan fisik dan penunjang.Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan
dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga
hanya diperlukan anamnesa singkat.
Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya
dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.
Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi
beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada
trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.
Anamnesis
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau
tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu
diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut

(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan
terjadinya trauma tersebut.
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera
terjadi.Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi
secara tiba tiba.Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran
umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat
riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat kimia
sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral.Obat anestesi
topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan
kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan
dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan
kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea,
neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan
berulang.7,12
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH
bola mata secara berkala dengan kertas lakmus.Irigasi pada mata harus dilakukan
sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit
lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan
indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri
untuk mengetahui tekanan intraocular.

Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH


Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri.Namun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele
jangka panjang.Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak
membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma
kimiamencakup:
Penatalaksanaan Emergency
Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata
dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit.Makin lama makin baik.Jika perlu dapat diberikan
anastesi topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik.Irigasi dalam waktu
yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang

terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang
konstan.
Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang
terdapat pada bola mata.Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya
perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva
forniks.
Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea. Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata,
lensa kontak lembek dan artificial tear (air mata buatan).
Penatalaksanaan Medikamentosa
Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan pemberian obatobatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis selama 7 hari.
Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan untuk
mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya ulkus
kornea.
Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil.Namun
pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan
sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas.Untuk itu steroid hanya
diberikan secara inisial dan di tappering of setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1%
ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan
Prednisolon IV 50-200 mg
Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.
Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.
Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan
penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas
kornea.Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam.Untuk dosis sitemik
dapat diberikan sampai dosis 2 gr.
Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra
okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder.Diberikan secara oral
asetazolamid (diamox) 500 mg.
Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.Tetrasiklin
efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan
mengurangi pembentukan ulkus.Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan
sistemik (doksisiklin 100 mg).
Asam hyaluronik untuk membantu proses re-epitelisasi kornea dan menstabilkan
barier fisiologis. Asam Sitrat menghambat aktivitas netrofil dan mengurangi
respon inflamasi. Natrium sitrat 10% topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.
Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang terjadi 7 hari setelah
trauma.
Pembedahan
Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi
limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks.
Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk


mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus
kornea.
Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar
donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi
normal.
Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:
Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan
simblefaron.
Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini
untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat
dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.

10. Mengapa pasien dikonsulkan ke dr . spesialis mata?


11. Pencegahan trauma pada mata?

You might also like