You are on page 1of 10

PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI

DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN GEREJA


Irena Septianita Kaomaneng
Abstrak
Organisasi Gereja merupakan salah satu bentuk organisasi nirlaba dalam bidang keagamaan,
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 tahun 2011 tentang
Organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga harus dan berhak untuk membuat laporan
keuangan dan melaporkan kepada para pemakai laporan keuangan. Untuk itu gereja juga harus
dan berhak untuk membuat laporan keuangan yang akuntabilitas dan melaporkan kepada
pemakai laporan keuangan gereja. Akuntansi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menghasilkan suatu sistem informasi berupa laporan keuangan yang dibutuhkan oleh berbagai
pihak baik pihak internal maupun pihak eksternal organisasi. Kegiatan yang dilakukan dalam
proses akuntansi meliputi pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisisan
data keuangan dari suatu organisasi. Dengan demikian, gereja memerlukan akuntansi sebagai
alat bantu dalam pengelolaan, perencanaan dan pengawasan keuangan dengan berpedoman
pada PSAK 45 tahun 2011 tentang Standar Pelaporan keuangan Organisasi Nirlaba yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sehingga laporan keuangan yang dihasilkan
oleh gereja dapat dipercaya dan transparan dalam pelaporannya.
Kata kunci: Akuntansi, keuangan gereja, laporan keuangan.
Pendahuluan
Peranan akuntansi sebagai alat
pembantu dalam pengambilan keputusankeputusan ekonomi dan keuangan semakin
disadari oleh semua pihak dari segala
aspek, baik dalam perusahaan yang
bertujuan mencari laba maupun dalam
organisasi-organisasi yang tidak
mencari laba atau organisasi nirlaba. Salah
satu penyebabnya adalah karena hal ini
diatur dalam undang-undang. Alasan utama
mengapa akuntansi digunakan dalam
berbagai organisasi adalah karena semakin
rumitnya variabel-variabel yang dihadapi,
terutama di dalam organisasi nirlaba.
Akuntansi pada dasarnya adalah
merupakan kegiatan yang mengolah
transaksi-transaksi
keuangan
menjadi
informasi keuangan yang siap pakai.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses
akuntansi meliputi: 1) pencatatan, 2)
penggolongan, 3) peringkasan, 4) pelaporan
dan 5) penganalisian data keuangan dari

suatu organisasi. Proses akuntansi tersebut


akan menghasilkan informasi keuangan
yang berguna baik bagi pihak intern
organisasi dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan keuangan maupun
ekstern
organisasi
dalam
menilai,
mengevaluasi,
menganalisis
dan
memonitoring
Jusup
(2005)
mendefiniskan
Organisasi
nirlaba
sebagai
sebuah
organisasi yang tidak bertujuan mencari
laba misalnya
organisasi keagaaman,
yayasan
atau
lembaga
pendidikan.
Organisasi tersebut juga membutuhkan
informasi
akuntansi
seperti
halnya
organisasi yang bertujuan mencari laba.
Walapun organisasi semacam ini tidak
mencari laba, namun mereka tetap
berurusan dengan keuangan karena mereka
harus mempunyai anggaran, membayar
tenaga kerja, membayar biaya utilitas
seperti listrik, telepon, air serta urusan-

urusan keuangan lainnya. Semua hal


tersebut berkaitan dengan akuntansi.
Organisasi Gereja merupakan salah
satu bentuk organisasi nirlaba dalam bidang
keagamaan, sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45
tahun 2011 tentang Organisasi nirlaba,
bahwa organisasi nirlaba juga harus dan
berhak untuk membuat laporan keuangan
dan melaporkan kepada para pemakai
laporan keuangan (Perkasa, 2009). Untuk
itu gereja juga harus dan berhak untuk
membuat
laporan
keuangan
yang
akuntabilitas dan melaporkan kepada
pemakai laporan keuangan gereja yaitu
jemaat yang adalah sumber utama dalam
pendapatan gereja , bahkan donatur dari
luar sehingga Jemaat dan para donatur
termotivasi untuk lebih giat memberikan
persembahan syukur serta bantuan dana
untuk menopang pelayanan gereja. Untuk
itulah dalam mengupayakan perolehan dana
dan mengatur penggunaannya, gereja perlu
manajemen keuangan yang baik. Untuk
tujuan tersebut, pengelola keuangan gereja
membutuhkan informasi keuangan yang
akurat. Informasi yang akurat dapat
diupayakan melalui penerapan akuntansi
dalam gereja. Peranan akuntansi dalam
memperlancar manajemen keuangan adalah
dalam fungsi perencanaan dan fungsi
pengawasan serta dalam pengambilan
keputusan. Jadi dalam pengelolaan
keuangan gereja yang baik ada dua hal yang
perlu diperhatikan gereja yaitu bagaimana
gereja mengelola keuangannya dan
mengupayakan informasi keuangan gereja.
Pengalaman yang ada menunjukkan
bahwa persoalan yang sering dihadapi oleh
gereja adalah dalam hal pengelolaan
keuangan. Keuangan
gereja sering
dianggap sebagai dana sosial yang dipakai
habis dalam pelayanan sehingga dalam
pengelolaannya
terkesan
adanya
pembiaran
dalam penggunaan uang
gereja yang bisa menimbulkan praktek

korupsi. Karena dari pengamatan, gereja


merupakan organisasi yang memudahkan
korupsi tumbuh subur. contohnya : amplop
syukur jemaat yang tidak dilaporkan oleh
majelis , sumbangan dari donatur yang
tidak diteruskan ke bendahara, pengambilan
uang
persembahan
jemaat
untuk
kepentingan pribadi, tidak adanya laporan
keuangan pada saat serah terima jabatan
dari bendahara lama ke yang baru.
Terjadinya pembiaran ini karena tidak
adanya manajemen keuangan yang baik
dari pihak gereja dalam hal ini pimpinan
jemaat ataupun pemegang keuangan atau
bendahara, para majelis serta kurangnya
pendalaman teologis tentang dosa korupsi.
Gereja selaku organisasi juga harus dikelola
secara profesional berdasarkan fungsifungsi manajemen. Bukan saja kegiatannya
habis untuk khotbah di atas mimbar,
pelayanan orang sakit
tetapi harus
menyangkut
seluruh
aspek
yang
mendukung tugas gereja termasuk di
dalammya keuangan yang pencatatannya
tidak hanya dilakukan secara tradisional
masuk keluar saldo tanpa adanya pelaporan
yang holistik
Permasalahan-permasalahan
tersebut yang telah dikemukakan biasanya
tidak ditangani secara serius oleh para
pejabat gereja, bahkan ada kesan ditutuptutupi dan dibiarkan saja tanpa adanya
tindakan yang tegas. Alasan yang sering
dikemukan karena gereja dianggap sebagai
lembaga sosial sehingga permasalahan
tersebut diselesaikan dengan kasih. Ada
juga yang mengatakan bahwa masalah
keuangan adalah masalah yang sensitif
karena itu harus hati-hati dalam menangani
kasus ini untuk menghindari dari hal-hal
yang akan merusak keutuhan dan
kewibawaan gereja.
Dari pendahuluan yang sudah
diungkapkan jelas nampak bahwa gereja
sebagai organsisasi nirlaba keagamaan
harus dikelola secara profesional dalam

suatu sistem akuntansi sesuai dengan


standar pelaporan yang telah diatur dalam
PSAK 45 tahun 2011 untuk mengatasi
masalah-masalah
dalam
pengelolaan
keuangan gereja.
Konsep Dasar Akuntansi
Jusup (2005) menyatakan bahwa
definisi akuntansi dapat dirumuskan dari
dua sudut pandang , yaitu definisi dari
sudut pemakai jasa akuntansi, dan dari
sudut proses kegiatannya. Ditinjau dari
sudut pemakainya, akuntansi dapat
didefinisikan sebagai suatu disiplin yang
menyediakan informasi yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan secara efisien
dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan suatu
organisasi. Informasi yang dihasilkan
akuntansi diperlukan untuk:
1. Membuat
perencanaan
efektif,
pengawasan
dan
pengambilan
keputusan oleh manajemen.
2. Pertanggungjawaban
organisasi
kepada para investor, kreditur, donatur.
Pemerintah dan sebagainya.
Dari defenisi tersebut di atas, dapat
disimpulkan
bahwa
akuntansi
diselenggarakan dalam suatu organisasi,
dimana informasi akuntansi yang dihasilkan
adalah informasi tentang organisasi
tersebut. Informasi akuntansi sangat penting
dalam
menyelenggarakan
kegiatan
organisasi, khususnya digunakan dalam
pengambilan keputusan internal organisasi.
Ditinjau
dari
sudut
proses
kegiatan,akuntansi dapat didefinisikan
sebagai seni pencatatan, penggolongan,
peringkasan,
pelaporan,
dan
penganalisisan data keuangan suatu
organisasi. Definisi ini menunjukkan
bahwa kegiatan akuntansi merupakan tugas
yang
kompleks
dan
menyangkut
bermacam-macam kegiatan. Pada dasarnya
akuntansi harus bias mengidentifikasikan
data mana yang berkaitan atau relevan
dengan keputusan yang akan diambil,

memproses atau menganalisa data yang


relevan dan mengubah data menjadi
informasi yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan.
Bastian (2007) mendefinisikan
akuntansi sebagai suatu proses pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan
pelaporan transaksi-transaksi keuangan
entitas sebagai suatu kesatuan dari unitunitnya serta penafsiran atas hasil-hasil
dari aktivitas yang dilakukan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
akuntansi merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan
untuk menghasilkan suatu
sistem informasi berupa laporan keuangan
yang dibutuhkan oleh berbagai pihak baik
pihak internal maupun pihak eksternal
organisasi.
Sistem Pengelolaan Keuangan Gereja
Dengan Akuntansi
Akuntansi pada dasarnya adalah
merupakan kegiatan yang mengolah
transaksi-transaksi
keuangan
menjadi
informasi keuangan yang siap pakai.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses
akuntansi meliputi: 1) pencatatan, 2)
penggolongan, 3) peringkasan, 4) pelaporan
dan 5) penganalisisan data keuangan dari
suatu organisasi. Proses akuntansi tersebut
akan menghasilkan informasi keuangan
yang berguna baik bagi pihak internal
organisasi dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan keuangan maupun
eksternal organisasi dalam menilai,
mengevaluasi,
menganalisis
dan
memonitoring.
Siklus akuntansi merupakan proses
akuntansi mulai dari pencatatan transaksi
keuangan sampai dengan penyusunan
laporan keuangan pada akhir periode. Pada
dasarnya siklus akuntansi dapat dibagi
sebagai berikut:
1. Membuat atau menerima bukti
pencatatan di mana biasanya sebuah
entitas mempunyai form voucher (

bukti pencatatan) sendiri, atau bukti


lain yang bisa berupa kwitansi atau
lainnya.
2. Mencatat dalam buku jurnal.
3. Memindahkan data jurnal ke buku
besar.
4. Menyusun laporan keuangan.
Siklus akuntansi dalam organisasi
gereja dapat dikelompokkan dalam empat
tahap, yaitu (Bastian, 2005):
Tahap pencatatan dan Penggolongan:
Kegiatan pengidentifikasian dan
pengukuran bukti transaksi serta
bukti pencatatan.
Kegiatan pencatatan bukti transaksi
ke dalam buku harian atau jurnal.
Memindahbukukan (posting) dari
jurnal berdasarkan kelompok atau
sejenisnya ke dalam akun buku
besar

Tahap peringkasan:
Penyusunan neraca saldo (trial
balance) berdasarkan akun-akun
buku besar.
Pembuatan ayat jurnal penyesuaian
Penyusunan kertas kerja (work
sheet).
Pembuatan ayat jurnal penutup
(closing entries).
Pembuatan neraca saldo setelah
penutupan.
Pembuatan ayat jurnal pembalik.
Tahap pelaporan:
Laporan Aktivitas ( Surplus/defisit)
Laporan arus kas
Neraca
Tahap analisis:
Analisis laporan keuangan dengan
menggunakan analisis rasio.

Gambar 1. Siklus Akuntansi Organisasi Nirlaba (gereja)


Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi
perusahaan/organisasi yang dilakukan
secara kronologis ( berdasarkan urut waktu
terjadinya) dengan menunjukkan rekening
rekening yang harus didebet dan dikredit
beserta jumlah rupiahnya masing-masing.

Oleh sebab itu jurnal sering disebut sebagai


buku catatan pertama ( book of original
entry)
Bentuk jurnal sederhana seperti ditunjukkan
dalam tabel 1.

Tabel 1. Bentuk jurnal sederhana (Soemarso, 2009)


Uraian
Nomor rekening
(2)
(3)

Tgl
(1)

Pemakaian kolom-kolom dalam jurnal


dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kolom (1) : Untuk mencatat tanggal
terjadinya transaksi. Kolom ini
terbagi
atas
2
bagian. Bagian kiri digunakan untuk
menuliskan
bulan
dan
tahun
sedangkan kolom sebelah kiri
tanggal.
Kolom (2)
: Untuk mencatat nama
rekening yang didebet dan dikredit.
Dalam kolom ini dicatat juga
keterangan atau uraian singkat
tentang transaksi yang dicatat.
Kolom (3) : Untuk mencatat nomor
rekening dari setiap akun

Jumlah
(4)
Debet
Kredit

Kolom (4) : Untuk mencatat jumlah rupiah


yang harus didebet dan dikredit.
Sebagai contoh transaksi dapat gambarkan
dalam tabel 2.
Buku besar adalah alat untuk mencatat
transaksi berdasarkan klasifikasi atau
penggolongan
transaksi.
Proses
memindahkan ayat-ayat jurnal ke dalam
ditunjukkan dalam tabel 3.
Neraca Saldo adalah suatu daftar yang
disusun oleh organisasi/perusahaan setiap
akhir periode akuntansi yang berisi saldo
dari setiap rekening dalam buku besar,
seperti ditunjukkan dalam tabel 4.

Tabel 2. Contoh pencatatan transaksi


2012 April
1 Menerima persembahan dari jemaat dalam ibadah minggu pagi Rp. 600.000
Analisis transaksi; Kas bertambah (D) - pendapatan bertambah (K)
Maka pencatatan dalam jurnal adalah sebagai berikut:
Tgl
Uraian
Nomor
Jumlah
(1)
(2)
rekening
(3)
Debet
Kredit
2012
1
Kas
1
600.000
600.000
April
Pendapatan- Persembahan Jemaat
700
(Untuk mencatat pendapatan dari
persembahan jemaat)

Tabel 3. Contoh posting buku besar

Apr 1

600.000

Kas

Apr 1

Pendapatan
Apr 1

600.000

Tabel 4. Contoh neraca saldo

Nama Rekening

Gereja ..
Neraca Saldo
30 April 2012

Kas
Pendapatan-Persembahan jemaat

Apabila dalam praktek dijumpai


hal-hal yang memerlukan penyesuaian
dalam transaksi maka harus dilakukan
penyesuaian sesuai prinsip yang telah
ditetapkan seperti piutang pendapatan,
utang gaji, biaya dibayar di muka,
depresiasi (penyusutan).
Sesuai PSAK 45 tahun 2011,
laporan keuangan entitas nirlaba meliputi
1)laporan posisi keuangan pada akhir
periode laporan, 2)laporan aktivitas dan
3)laporan arus kas untuk suatu periode
pelaporan. Entitas nirlaba dianjurkan untuk
menyediakan informasi yang paling relevan
dan paling mudah dipahami dari sudut
pandang pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali.
Tujuan laporan Posisi Keuangan/
Neraca
adalah
untuk
menyediakan

Saldo
Debet
600.000

Kredit
600.000

informasi mengenai aset, liabilitas, dan


ekuitas. Akun-akun transaksi organisasi
nirlaba dalam laporan posisi keuangan
dapat ditunjukkan dalam tabel 5.
Disamping itu, tujuan utama laporan
aktivitas/Surplus-defisit
adalah
menyediakan informasi mengenai pengaruh
transaksi dan peristiwa lain yang mengubah
aset neto, hubungan antar transaksi dan
peristiwa lain dan membantu pemberi
sumber daya untuk mengevaluasi kinerja
dalam suatu periode, seperti ditunjukkan
dalam tabel 6. Sedangkan tujuan utama
laporan Arus Kas adalah menayajikan
informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode,
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 7.

Tabel 5. Akun-akun transaksi organisasi nirlaba dalam


laporan posisi keuangan (Bastian, 2005)
Asset/Aktiva

Liabilitas/Utang

Aset atau aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas atau
lembaga sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan sumber manfaat
ekonomi di masa depan yang diharapkan akan diperoleh entitas. Aktiva
ini terdiri dari:
Aset/aktiva lancar
Aset/Aktiva tetap
Kas
Tanah
Piutang
Gedung
Lain-lain
Peralatan kantor
Perlengkapan kantor
Lain-lain
Liabilitas atau utang mrupakan kewajiban amasa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya akan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Liabilitas terdiri dari:
Liabilitas/utang lancar
Liabilitas/utamg jangka
panjang

Ekuitas/Modal

Aset Neto

Utang
Utang Bank
Utang gaji dan honor
Lain-lain
Lain-lain
Modal adalah hak residual atas aktiva entitas setelah dikurangi semua
liabilitas/utang
a. Setoran modal dari entitas
b. Saldo surplus/defisit
c. Dana cadangan
( disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang ada)
Aset Neto adalah kas atau asset lain yang dibatasi penggunaannya oleh
pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali.
Seperti sumbangan. Lain-lain ( sesuai kondisi dalam organisasi)
Tabel 6. Akun-akun transaksi organisasi nirlaba
dalam laporan aktivitas (Bastian, 2005)

Pendapatan
Biaya
Surplus

Defisit

Arus masuk atau peningkatan lain aktiva sebuah entitas atau pelunasan piutang )
atau kombinasi dari keduanya) dari pemberian jasa, atau aktivitas lainnya yang
merupakan kegiatan utama dan masih berlangsung dari entitas tersebut.
Arus kas keluar atau penggunaan lain suatu aktiva atau timbulnya utang (atau
kombinasi keduanya) dari pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang
merupakan kegiatan utama dan masih berlangsung dari entitas tersebut.
Kenaikan ekuitas dari transaksi-transaksi tambahan atau insidentil suatu entitas dan
dari semua transaksi lainnya atau kejadian serta keadaan lain yang mempengaruhi
entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh suatu
entitas.
penurunan ekuitas dari transaksi-transaksi tambahan atau insidentil suatu entitas dan
dari semua transaksi lainnya atau kejadian serta keadaan lain yang mempengaruhi
entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh suatu
entitas
Tabel 7. Akun-akun transaksi organisasi nirlaba
dalam laporan arus kas (Bastian, 2005)

Arus kas dari Aktivitas Operasi

Arus Kas dari Aktivitas Investasi

Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan

Arus Kas Masuk dari Aktivitas Operasi


Penurunan Aktiva Lancar Non Kas
Kenaikan Utang Jangka pendek
Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi
Kenaikan Aktiva Lancar
Penurunan utang Jangka pendek
Arus Kas Masuk dari Aktivitas Investasi
Penurunan Investasi Jangka Panjang
Penurunan Aktiva tetap
Arus Kas keluar dari Aktivitas Investasi
Kenaikan investasi Jangka Panjang
Kenaikan Aktiva Tetap
Arus Kas Masuk dari Aktiviats Pembiayaan
Kenaikan utang jangka panjang
Kenaikan dana ekuitas
Kenaikan dana cadangan
Arus Kas Keluar dari Aktivitas Pembiayaan
Penurunan Utang Jangka Panjang
Penurunan Dana ekuitas
Penurunan Dana Cadangan

Penutup
Untuk
mengatasi masalah dalam
pengelolaan keuangan dalam gereja, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan
1. Gereja memerlukan akuntansi sebagai
alat bantu
dalam pengelolaan,
perencanaan dan pengawasan keuangan
dengan berpedoman pada PSAK 45
tahun 2011 tentang Standar Pelaporan
keuangan Organisasi Nirlaba yang
ditetapkan
oleh
Ikatan
Akuntan
Indonesia(IAI)
sehingga
laporan
keuangan yang dihasilkan oleh gereja
dapat dipercaya dan transparan dalam
pelaporannya.
2. Diperlukan adanya tenaga ahli untuk
pemeriksaan internal (audit internal)
agar dapat diukur tingkat reabilitas
laporan keuangan, petugas pemegang
keuangan serta semua yang terlibat
dalam keuangan gereja.

Daftar Pustaka
Bastian, I., 2009. Akuntansi Pendidikan.
Erlangga. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2012. Standar
Akuntansi Keuangan. IAI. Jakarta.
Jusup, A. H., 2005. Dasar-dasar Akuntansi.
STIE-YKPN. Yogyakarta.
Kristina, F. M., 2010. Studi atas akuntansi
pada organisasi gereja yang dilihat
dari sudut pandang pelaporan
keuangan. Skripsi. STIE Perbanas,
Surabaya.
Perkasa, I. R., 2009. Implementasi
akuntansi
pada
organisasi
keagamaan (Studi Kasus Pada
Gereja Kristen Indonesia Pondok
Tjandra Indah Sidoarjo). Skripsi.
UPN Veteran. Surabaya.
Setiawan, T., 2009. Mahir Akuntansi.
Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Soemarso, S. R., 2005. Akuntansi: Suatu
Pengantar. Ed.5. Salemba4. Jakarta.

Lampiran:
Contoh Bentuk Neraca

Gereja
Neraca
31 Desember 2012

ASET
Aset Lancar
Kas
Piutang
Aset Lancar total

Rp. xx
xx +

Aset Tetap:
Tanah dan gedung
Akumulasi depresiasi gedung
Perlengkapan
Akumulasi depresiasi perlengkapan kantor
Aset tetap total
Aset total
Rp.xx
LIABILITAS, EKUITAS DAN ASET NETO
Utang lancar:
Utang Gaji dan honor
Utang lain-lain
Liabilitas lancar total
Utang Jangka Panjang
Utang bank
Liabilitas jangka panjang
Ekuitas
Saldo Surplus/defisit
Aset neto
Sumbangan
Liabilitas , ekuitas dan Aset Neto total

Rp.xx
( xx)
xx
(xx)+

Rp.xx

Rp.xx+

Rp.xx
xx+

xx +

Rp.xx

Rp.xx

xx
xx

Rp,xx

Contoh Bentuk Laporan Aktivitas/Surplus-Defisit


Gereja.
Laporan Surplus/Defisit
Untuk Tahun yang Berakhit 31 Desember 2012
Pendapatan Operasi
Pendapatan
Pendapatan
Biaya Operasional
Gaji Dan Honor
Listrik
ATK dan Foto copy
Transpotasi
Macam-macam
Total biaya
Surplus/Defisit Operasi

Rp.xx
xx
Rp.xx
xx
xx
xx
xx+

Rp, xx
`Rp.xx

Contoh Bentuk Laporan Arus Kas


Gereja..
Laporan Arus Kas
Untuk Periode Yang Berakhir pada 31 Desember 2012
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Utang Lancar
Belanja Personalia gaji
Arus Kas bersih Untuk Aktivitas Operasi

Rp.xx
xx+

Arus Kas dari aktivitas investasi


Peralatan
Arus Kas bersih untuk aktivitas investasi

xx

Arus Kas Dari pembiayaan


Utang Jangka Panjang
Arus Kas bersih dari pembiayaan
Kenaikan/(Penurunan) Kas
Saldo Kas Awal
Saldo Kas Akhir

Rp.xx

Rp.xx

Rp. xx

Rp. xx Rp.xx
Rp.xxRp.xx

You might also like