Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1.1
Definisi Kualitas
Kata kualitas yang berorientasi pada kepuasan konsumen tidak harus
mempunyai arti yang terbaik dalam dunia industri, melainkan kualitas berarti
lebih baik dalam memuaskan kebutuhan konsumen. Sedangkan dalam orientasi
pada proses produksi kualitas adalah kesesuaian spesifikasi dari desain produk
yang telah ditetapkan produsen.Sedangkan pengendalian kualitas adalah aktivitas
keteknikan dan manajemen, yang dengan aktivitas itu kita ukur ciri-ciri kualitas
produk, membandingkanya dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil
tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang
sebenarnya dengan yang standart (Feigenbaum, 1961). Ini berarti bahwa proses
produksi harus stabil dan mampu beroperasi sedemikian hingga sebenarnya semua
produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi.
Dalam pengendalian kualitas terdapat tujuh alat pengendali kualitas
sebagai seven tools yang digunakan untuk mengidentifikasi perbaikan yang
mungkin dapat dilakukan, yaitu:
1. Lembar periksa (Check Sheet)
11
12
digunakan oleh para ahli statistik untuk mengukur standar deviasi atau variabilitas
dalam suatu proses (Levin dan Rubin, 1997). Standar deviasi mengukur variasi
atau jumlah persebaran suatu rata-rata proses. Nilai sigma dapat diartikan
seberapa sering cacat yang mungkin terjadi. Jika semakin tinggi tingkat sigma
maka semakin kecil toleransi yang diberikan pada kecacatan sehingga semakin
tinggi kapabilitas proses, dan hal itu dikatakan semakin baik.
Dalam esensinya, Six Sigma menganjurkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat antara cacat produk dan produk yang dihasilkan, reliability, costs, cycle
time, inventory, schedule, dan lain-lain. Bila jumlah cacat yang meningkat, maka
jumlah sigma akan menurun. Dengan kata lain, dengan nilai sigma yang lebih
besar maka kualitas produk akan lebih baik.
Pengertian Six Sigma yang termuat dalam bukunya yang berjudul
Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi dengan ISO 9001:2000,
MBNQA dan HACPP adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4
kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) untuk setiap transaksi produk (barang
13
1.2.1
14
menunjukkan banyaknya cacat atau kegagalan per satu kesempatan, dan dihitung
dengan formula:
15
tiga
kualifikasi
dasar
yang
harus
dipenuhi
bila
akan
masalah
tidak
dipahami
secara
benar.
Pihak
belum
ditetapkan.
Bila
pihak
manajemen
telah
16
17
4. Improve (I)
Setelah sumber-sumber dan akar penyebab permasalahan kualitas
teridentifikasi, maka perlu dilakukan penentapan rencana tindakan
(action plan) untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six Siqma,
yaitu dengan tools: Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang
mendiskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta prioritas
dan atau alternatif yang dilakukan dalam implementasi dari rencana
itu.
5. Control (C)
Merupakan tahap operasional terakhir dalam proyek peningkatan
kualitas Six Sigma. Pada tahap ini prosedur-prosedur serta hasil-hasil
peningkatan kualitas didokumentasikan untuk dijadikan pedoman
kerja standart guna mencegah masalah yang sama atau praktekpraktek lama terulang kembali, kemudian kepemilikan atau tanggung
jawab ditransfer dari tim Six Sigma kepada penanggung jawab proses,
dan ini berarti proyek Six Sigma berakhir pada tahap ini.
1.2.3
18
1. Kualitas produk
2. Dukungan purna-jual
3. Interaksi antara karyawan (pekerja) dan pelanggan
1.2.4 SIPOC Analysis
Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer) digunakan
untuk menunjukkan aktivitas mayor, atau subproses dalam sebuah proses bisnis,
bersama-sama dengan kerangnka kerja dari proses yang disajikan dalam Supplier,
Input, Process, Output, Customer. Dalam mendefinisikan proses-proses kunci
beserta pelanggan yang terlibat dalam suatu proses yang dievalusi dapat dilakukan
pendekatan dengan model SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer).
Model SIPOC merupakan model yang paling banyak digunakan manajemen
dalam peningkatan proses. Nama SIPOC merupakan akronim dari lima elemen
utama dalam sistem kualitas, (Gasperz, V, 2002) yaitu:
1. Supplier adalah orang atau kelompok orang yang memberikan
informasi kunci,material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika
suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub sebelumnya
dapat dianggap sebagai petunjuk pemasok internal (internal supplier).
2. Input adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok (supplier)
kepada proses.
3. Process adalah sekumpulan langkah yang mentransformasi dan secara
idela menambah nilai kepada input (proses transformasi nilai tambah
kepada input). Suatu proses biasanya terdiri dari beberapa sub proses.
4. Output adalah produk (barang atau jasa) dari suatu proses. Dalam
industri manufaktur output dapat berupa barang setengah jadi maupun
19
20
lembar periksa, membuat diagram batang dari data yang ada, dan memberi
penjelasan pada diagram pareto (Kuswadi, 2004).
1.2.6
Kapabilitas Proses
Kapabilitas proses merupakan suatu ukuran kinerja kritis
yang
21
22
Definisi dari failure mode and effect analysis adalah metode yang
digunakan untuk mengidentifikasi bentuk kegagalan yang mungkin
menyebabkan setiap kegagalan fungsi dan untuk memastikan pengaruh
kegagalan berhubungan dengan setiap bentuk kegagalan (Moubray,
1997).
1.3.1
causes
(penyebab
yang
potential)
sebuah
kegagalan/kesalahan.
2. Hemat waktu ,karena lebih tepat pada sasaran.
Kegunaan FMEA adalah sebagai berikut:
1. Ketika diperlukan tindakan preventive/pencegahan sebelum masalah
terjadi.
2. Ketika ingin mengetahui/mendata alat deteksi yang ada jika terjadi
kegagalan.
23
24
Tanggal dimana FMEA ini selesai dibuat dengan tanggal revisi terkini.
8. Tim Inti (Core Team)
Berisi daftar nama anggota tim FMEA serta departemennya.
9. Fungsi Proses (Process Function)
Adalah deskripsi singkat mengenai proses pembuatan item dimana
sistem akan dianalisa.
10. Bentuk Kegagalan Potensial (Potential Failure Mode)
Merupakan suatu kejadian dimana proses dapat dikatakan secara
potensial gagal untuk memenuhi kebutuhan proses atau tujuan akhir
produk.
11. Efek Potensial dari Kegagalan (Potential Effect (s) of Failure)
Merupakan suatu efek dari bentuk kegagalan terhadap pelanggan.
Dimana setiap perubahan dalam variabel yang mempengaruhi proses
akan menyebabkan proses itu menghasilkan produk diluar batas-batas
spesifikasi.
12. Tingkat Keparahan (Severity (S))
Penilaian keseriusan efek dari bentuk kegagalan potensial.
13. Klasifikasi (Classification)
Merupakan dokumentasi terhadap klasifikasi karakter khusus dari
subproses untuk menghasilkan komponen, sistem atau subsistem
tersebut.
14. Penyebab Potensial (Potential Cause (s))
Adalah bagaimana kegagalan tersebut bisa terjadi. Dideskripsikan
sebagai sesuatu yang dapat diperbaiki.
25
26
27
3. Detection
Nilai Detection diasosiasikan dengan pengendalian saat ini. Detection
adalah pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan/mengontrol
kegagalan yang dapat terjadi.
4. Risk Priority Number (Angka Prioritas Risiko)
RPN merupakan produk matematis dari keseriusan effects (Severity),
kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang
berhubungan dengan effects (Occurrence), dan kemampuan untuk
mendeteksi kegagalan sebelum terjadi pada pelanggan (Detection).
RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut:
RPN = S * O * D
Angka ini digunakan untuk mengidentifikasikan resiko yang serius,
sebagai petunjuk ke arah tindakan perbaikan.
1.3.4 Root-Cause Analysis
Root-Cause Analysis adalah hal yang diperlukan untuk memulai fase
inovasi dari sebuah proses. Hal yang diperlukan adalah observasi, investigasi,
analisa dan melakukan komunikasi dengan operator yang menjalankan proses
tersebut setiap harinya (Jeston & Nelis, 2006).
1.3.5 Control Chart
Peta kontrol pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart
dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat, pada tahun 1924 dengan
maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi
yang disebabkan oleh penyebab khusus dari variasi yang disebabkan oleh
penyebab umum (Gaspersz, 2003).
28
29
1. Jurnal Nasional
a. Ghiffari, I. et al. (2013)
CV. Miracle merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
konveksi. Perusahaan ini mempunyai dua buah stasiun kerja yaitu
stasiun kerja sablon dan stasiun kerja jahit. Stasiun kerja sablon
merupakan stasiun kerja kritis, karena menghasilkan cacat paling
banyak.Jumlah cacat paling banyak terdiri dari cacat warna leber dan
cacat terkelupas. Sebelum perbaikan diperoleh nilai sigma sebesar
1,3 sigma dan nilai DPMO 595.370. Biaya yang harus dikeluarkan
untuk cacat dari stasiun kerja ini sebesar Rp. 417.920.Berdasarkan
cause-effect diagram di peroleh keterangan bahwa metode sablon
dan manusia sebagai operator merupakan aspek yang harus di
perbaiki. Berdasarkan Failure Mode Effect Analysis diperoleh
bahwa cacat sablon bersumber dari metode penjemuran yang tidak
sempurna dan penggunaan tinner yang tidak tepat.Perbaikan cacat
penjemuran dilakukan dengan perancangan eksperimen. Perbaikan
proses sablon dilakukan dengan merancang standar operational
procedure. Proses perbaikan menghasilkan nilai sigma yang
meningkat sebesar 2,05 dan DPMO menurun sebesar 290.741. Cost
of Poor Qualityakibat cacat pada stasiun kerja ini menurun sebesar
Rp. 205.042,-.
Tools: Cause and Effect Diagram, Failure Mode Effect Analysis
(FMEA), dan Critical to Quality (CTQ).
b. Leksono, E. B. (2009)
Usaha Kecil Menengah (UKM) seperti di Kecamatan Manyar
memiliki 45 tungku pembakaran dengan kapasitas yang berbeda. Di
daerah ini, kualitas produk sering tidak menjadi perhatian sehingga
banyak pelanggan komplain sehubungan dengan kualitas konsentrasi
CaO tidak memenuhi kebutuhan konsumen. Penelitian ini diajukan
untuk menghasilkan zerro cacat dan berorientasi pada kepuasan
pelanggan
dengan
menggunakan
metode
Quality
Function
30
Analysis
of
Variance
(ANOVA),
Quality
Function
dari
hasil
fase
sebelumnya
dan
diakhiri
dengan
31
produk cacat yang awalnya 129 unit per bulan menjadi 25-unit
selama periode perbaikan atau mengalami penurunan sebesar 80,6%.
Untuk biaya efek produk cacat yang awalnya sama dengan Rp12.
996.750,00 per-bulan menjadi sama dengan Rp2.518.750,00 atau
terjadi penghematan sebesar 80,6% selama periode perbaikan. Selain
itu dengan menggunakan sistem DMAIC dalam metode Six Sigma
akan diperoleh penentuan konfigurasi tingkat proses yang lebih baik
dan dapat meningkatkan tingkat operasi perusahaan.
Tools: Define Measure Analysis Improve Control (DMAIC)
2. Jurnal Internasional
a. Beady, S. (2005)
Dalam
perang,
tentara
melakukan
pengintaian
untuk
32
adalah
dikenal
dengan
integrasi
model
proses
33
lebih
tinggi
kepada
Desain/metodologi/pendekatan
pelanggan
meruapakan
Best
sebuah
Buy.
kombinasi
34
dengan
keamanan
mekanisme
yang
gagal
untuk
35
data
dan
sistem
komunikasi
yang
digunakan.