You are on page 1of 11

AMBARAN KESEHATAN JIWA PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12

TAHUN) DI SEKOLAH DASAR NEGERI SEMERU 7 KOTA BOGOR


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu sumber daya manusia adalah suatu faktor yang sangat amat penting bagi bangsa yang
sedang membangun.
Bidang kesehatan berperan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM). Peran
bidang kesehatan ini
adalah bagaimana menciptakan manusia Indonesia yang sehat, fisik dan mental, mampu
bekerja keras. Oleh karena
itu, peran bidang kesehatan harus lebih dititik beratkan pada semua upaya untuk menciptakan
manusia sehat.
(Depkes RI, Jakarta 2001)
Mutu Sumber Daya Manusia ditentukan oleh faktor pembawaan dan faktor lingkungan
dimana dia berkembang,
termasuk disini adalah jenis dan tingkat pendidikan yang pernah diperolehnya. Pendidikan
bukanlah semata-mata
pemberian ilmu, tapi secara luas pendidikan dimulai dari pembentukan kepribadian, watak,
dan moral, sampai pada
perkembangan faktor kognitif (Kepandaian, efektif dan keterampilan) . Oleh karena itu,
pendidikan seorang anak
dimulai sejak di rumah, didalam keluarga oleh kedua orang tuanya, dan seluruh anggota
keluarganya sebelum ia
mulai masuk sekolah. (Depkes RI, Jakarta, 2001)
Selanjutnya seorang anak mulai bersekolah dimana ia akan memperoleh pendidikan secara
formal dari
guru/pengajar/pendidik. Sekolah adalah tempat sesudah keluarga dimana anak akan
memperoleh pendidikan. Oleh
karena itu sekolah merupakan lembaga yang sangat penting didalam pembentukan
kepribadian anak dan
menentukan mutu anak tersebut dikemudian hari. (Depkes RI, Jakarta, 2001)
Selama usia sekolah anak berkembang sampai memasuki usia remaja. Dengan fase ini, fisik
anak relatif sehat, tetapi
justru faktor mental-emosional yang banyak mengalami problem. Fase ini adalah fase dimana
dasar kepribadian
yang berpangaruh besar terhadap perkembangan selanjutnya. (Depkes RI, Jakarta, 2001)

Berbicara mutu Sumber Daya Manusia, berarti kita melihat manusia itu sebagai mahluk yang
terdiri dari tiga aspek,
yaitu fisik, mental-emosional, dan sosial. Mutu Sumber Daya Manusia sangat ditentukan oleh
tingkat kesehatan
mereka. Kesehatan berarti harus meliputi ke tiga aspek manusia tersebut diatas, yakni sehat
fisik , sehat
emosional, dan sehat sosial. (Depkes RI, Jakarta, 2001)
Hal ini senada dengan pengertian kesehatan sebagai mana tercantun dalam UU No 23 tahun
1992 tentang
kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun
1996 tentang kesehatan
jiwa di definisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang
optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Senada
dengan itu pakar lain
mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan kondisi mental yang sejahtera (Mental
wellbeing) yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup
seseorang dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Berbagi upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan jiwa. Upaya-upaya tersebut
meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif bertujuan meningkatkan
taraf kesehatan jiwa dan
mencegah terjadinya gangguan jiwa, berupa kegiatan penyuluhan dan kegiatan pembinaan
hidup sehat, agar dapat
hidup produktif dan harmonis. Upaya kuratif merupakan pelayanan yang bertujuan merawat
dan mengobati agar
penderita gangguan jiwa dapat disembuhkan atau dipulihkan kesehatannya.Upaya
rehabilitatif merupakan berbagai
upaya medis, edukatif, vokasional, dan sosial yang bertujuan memulihkan kemampuan
fungsional seseorang yang
cacat (Impairment, disability, dan handicap) seoptimal mungkin, sehingga dapat hidup
produktif dan berintegrasi
kembali ke dalam masyarakat.(http://www.DepkesRI.com , 2007)

Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-tiba tetapi
lebih kearah
permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan
demikian ada akibat pasti
ada sebab yang melatar belakangi timbulnya suatu gangguan. Pengetahuan dan pengalaman
yang cukup dapat
membantu seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut. Semakin dini kita
menemukan adanya
gangguan maka akan semakin
mudah penanganannya. Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia SD
sangat membantu
mencegah timbulnya masalah yang lebih berat. Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan
dapat dilakukan
penangan di sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena
penyebab permasalahan
dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga yang tidak ingin dibicarakan oleh orang tua,
mungkin pula anak
mempunyai masalah dengan teman. (http://hadafi.wordpress.com/2009/06/16/programkesehatan-jiwa-anak-usia-sd6-10-th/)
Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 merupakan sekolah yang letaknya berada di Kelurahan
Menteng, Kota Bogor dan
merupakan daerah yang penduduknya terdiri dari masyaraka urban, yang berarti berbagai
macam budaya, agama,
dan kebiasaannya banyak berkembang dan menyatu di tempat tersebut. Pada dasarnya hal ini
mempegaruhi
bagaimana keadaan kesehatan jiwa pada anak usia sekolah .Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru dan
beberapa orang tua siswa diperoleh informasi bahwa masih ada murid yang sering tidak
masuk dan anak yang tidak
mau pergi ke sekolah. Pernyataan di atas merupakan salah satu masalah-masalah kesehatan
jiwa pada anak usia
sekolah yang sering terjadi.
Dalam upaya mendukung kesehatan jiwa pada anak usia sekolah dan untuk dapat
mengoptimalkan peran dan fungsi
perawat dalam mendukung kesehatan jiwa anak usia sekolah perlu diketahui atau diteliti
mengenai bagaimana
gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah.

Dari masalah diatas peneliti tertarik untuk penelitian yang berjudul Gambaran Kesehatan
Jiwa Anak Usia Sekolah
(6-12 tahun) di Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 Kota Bogor.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kesehatan jiwa anak usia sekolah (6-12 t
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kesehatan Jiwa
1. Pengertian
a. Kesehatan

a. Gangguan kognisi
Suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadari dan mempertahankan
hubungan dengan
lingkungan yang baik, lingkungan yang dalam maupun luarnya (Fungsi mengenal).
b. Gangguan perhatian
Pemusatan dan konsentrasi energy menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar
akibat dari rangsang.
c. Gangguan ingatan
Kesanggupan untuk mencatat, menyimpan memproduksi isi dan data-data kedsadaran.
d. Gangguan Asosiasi
Proses mental dan dengannya perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung atau
gambaran ingatan
respon/konsep lain, yang sebelumnya berkaitan dengannya.
e. Gangguan Pertimbangan
Suatu proses mental untuk mebandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka
kerja dengan memberikan
nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas.( Zakaria Darajat, 2007)
B. Konsep Anak Usia Sekolah
1.Pengertian
Anak usia sekola adalah sekolah dasar (Disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di
Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
Saat ini murid kelas 6
diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (Dahulu Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa.
Lulusan sekolah dasar

dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (Atau sederajat). Pelajar


sekolah dasar umumnya
berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar,
yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (Atau sederajat)
3 tahun. Sekolah
dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi
daerah pada tahun 2001,
pengelolaan sekolah dasar negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah
Departemen Pendidikan
Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota. Sedangkan
Departemen Pendidikan
Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara
struktural, sekolah
dasar negeri merupakan unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
(http://www.DEPDIKNAS , 2005)
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia sekolah
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan mengalami proses percepatan pada
umur 10-12 tahun,
dimana penambahan berat badan 2,5 kg dan ukuran tinggi berat badan sampai 5cm per
tahunnya. Pada usia
sekolah ini secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi dan memperkuat
kemampuan motoriknya.
Pertumbuhan jaringan limpatik pada usia ini akan semakin besar bahkan melebihi jumlahnya
orang dewasa.
Kemampuan kemandiriaan anak akan semakin dirasakan dimana lingkungan di luar rumah
dalam hal ini adalah
sekolah cukup besar, sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan sendirinya dan
anak sudah mampu
menunjukan penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada, rasa tanggung jawab dan percaya
diri dalam tugas
sudah mulai terwujud sehingga dalam menghadapi kegagalan maka anak sering kali dijumpai
reaksi kemarahan atau
kegelisahaan, perkembangan kognitif, psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral, dan
spiritual sudah mulai
menunjukan kematangan pada masa ini. Secara khusus perkembangan pada masa ini anak
banyak
mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang nilai normal dan budaya dan
lingkungan keluarganya

dari mulai mencoba mengambil bagian dari kelompok untuk berperan, terjadi perkembangan
seacara lebih khusus
lagi, terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, menulis serta berhitung,
belajar mengahargai di
sekolah. (Aziz Alimun, Jakarta : 2001)
3. Masalah kesehatan jiwa pada anak usia sekolah
Masalah yang sering ditemukan pada anak kelompok usia (6-12 tahun) adalah sebagai berikut
:
a.Prestasi belajar rendah
Seorang anak akan mengalami prestasi belajar rendah, apabila prestasinya dibawah sebaya
karena mengalami
kesulitan belajar yang membutuhkan perhatian khusus.
b. Gangguan hiperkinetik
Sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari aktivitas fisik yang berlebihan, kurang mampu
memusatkan perhatian
dan impulsive.
c.Gangguan tingkah laku

Suatu pola tingkah laku anti sosial, agresif atau menentang dan menantang berulang dan
menetap dalam bentuk
ekstrim.
d. Menolak pergi sekolah/ fobia sekolah
Suatu keadaan dimana anak merasa takut yang tidak masuk akal (irasional) untuk pergi ke
sekolah.
e. Gangguan cemas
Gangguan emosional yang paling ditemukan yang bermanifestasi dalam bentuk gejala fisik
dan psikologis.
f. Gangguan bicara (gagap)
Bicara tidak lancar, terpatah-patah yang sering terdapat anak dalam keadaan cemas.
g. Gangguan depresaif
Sekumpulan gejala yang menyebabkan penderita tidak mampu menikmati kehidupan seharihari.
h. Anak dengan penyakit fisik kronis, keterbatasan fisik atau cacat
Kelumpuhan tungkai/lengan atau serangan asma berulang kali.
i. Epilepsi

Serangan mendadak hilangnya kesadaran yang dapat disertai kejang.


j. Gangguan psikotik
Gangguan jiwa dengan gejala ketidak mampuan menilai realitas yang dapat di liat dari
penampilan, perilaku, proses
pikir atau perasaan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia sekolah.
a. Pengaruh guru
Perilaku guru menunjukan suatu pengaruh yang besar dan kuat terhadap iklim atau suasana
sekolah, baik sosial
maupun emosional. Kebersihan guru dalam mengajar dan mendidik, khusunya dalam
membantu perkembangan
kepribadian anak.
b. Pengaruh teman sebaya
Sehari-hari anak bergaul dengan teman sekolah atau teman di luar sekolah. Orang tua dan
guru harus mengetahui
kelompok teman bermain anak baik di sekolah maupun diluar sekolah. Di rumah anak berada
dalam dunia dewasa,
yang penuh dengan norma dan nilai yang harus dipatuhi, sedangkan di luar rumah anak
dalam dunia usia sebaya,
yang penuh dengan kebebasan.
c. Pengaruh kondisi fisik sekolah
Anak tidak akan tenang belajar, apabila sekolah terletak di dekat pasar, perkampungan yang
padat, dekat pabrik,
atau disekitar tempat hiburan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perilaku
anak.
d. Pengaruh kurikulum
Kurikulum sekolah merupakan pedoman proses pembelajaran yang sangat penting. Undangundang No. 2 Tahun
1989 dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 sudah menggariskan jenis dan muatan
kurikulum, khususnya
kurikulum nasional yang cukup fleksibel menampung keperluan khusus setempat dalam
bentuk muatan lokal
e. Pengaruh proses pembelajaran
Suasana sekolah yang menantang dan merangsang belajar, akan menentukan iklim sekolah.
Hal ini tergantung pada
kemampuan guru mengajar, serta tata tertib yang berlaku disekolah. Sekolah terasa

nyaman dan menarik, sehingga anak senang berada di sekolah dan guru pun bergairah dalam
mengajar.
f. Pengaruh keluarga
Keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian anak secara dini yang pertama dan
utama. Orang tua yang
bersifat otoriter, tidak sabar, mudah marah, selalu mengatakan tidak, selalu melarang,
sering memukul, akan
sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan kepribadian anak. (Depkes RI, Jakarta
2001)
5. Anak sekolah kelas 1
Anak yang berumur (6-7 tahun) yang baru bersekolah di tingkat dasar. Merupakan masa
peralihan dari tingkat
prasekolah ke usia sekolah, yang butuh adaptasi yang lebih baik lagi.
C. Kerangka Teori

Pergaulan dengan
teman, keluarga,
permainan, sekolah
dan alam
permainnanya
secara umum.
BAB IV
METODELOGI
A. Desain Penelitian
Metoda penelitian deskriptif adalah suatu metoda penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metoda penelitian deskriptif
digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.
Penelitian ini dilakukan

dengan menempuh langkah-langkah: pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data


dan membuat
kesimpulan dan laporan. (Metode riset keperawatan, 135)
1. Waktu dan Tempat
Waktu

: Bulan Juni 2010

Tempat

: Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 Bogor

2. Populasi dan Sempel


a. Populasi
Populasi adalah kelompok elemen lengkap, yang biasanya berupa orang, obyek, transaksi,
atau kejadian dimana
peneliti tertarik untuk mempelajari atau objek penelitian. Populasi penelitian ini adalah :
1. Populasi target : Murid kelas I di Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 Bogor, berjumlah 34
orang.
2. Populasi studi : Murid-murid di Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 Bogor.
b. Sampel
Sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya akan diteliti dan
mewakili keseluruhan
populasi.
a). Jumlah Sampel : 34 Responden
Berdasarkan populasi yang ada dapat ditentukan jumlah sampel dengan pemilihan sampel
dalam penelitian ini
dilakukan denga cara mengambil semua murid kelas I (Satu) di Sekolah Dasar Negeri
Semeru 7 Kota Bogor, dengan
sempel minimal 30 responden. Alasan penggunaan cara pemilihan sampel dengan accidental
sampling dikarenakan
selain untuk mencapai target minimal 30 sampel ( Widodo, 2003 ), juga untuk mempermudah
dalam pengambilan
dan pengumpulan data.
b).Karakteristik Sampel
Inklusi

: Murid kelas I di Sekolah Dasar Negeri Semeru 7

Eksklusi

: Murid-murid di Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 Kota Bogor.

Kota Bogor.

3. Cara Pengumpulan Data


Data yang didapatkan melalui observasi dengan cara Accidental Sampling.Yaitu mengambil
kasus atau responden
yang kebetulan ada atau tersedia.
Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karkteristik populasi, misalnya dengan
mengadakan studi pendahuluan

atau dengan populasi. Kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangannya,


sebagian dari anggota
populasi menjadi sampel penelitian. Sehingga teknik pengambilan sampel secara Accidental
Sampling ini didasarkan
pada pertimbangan pribadi peneliti sendiri.
a. Pengolahan Data
Data yang terkumpul melalui observasi dan dipisahkan antara jumlah responden yang
bermasalah dan yang tidak
bermasalah.
b. Data Coding atau menkode data, dimaksudkan untuk menguantifikasi data kualitatif atau
membedakan aneka
karakter. Pemberian kode ini sangat di perlukan terutama dalam rangka pengelolaan data,
baik secara manual,
menggunakan kalkulator, maupun dengan menggunakan komputer.
c. Data editing atau mengedit data, di maksudkan untuk mengevaluasi kelengkapan,
konsistensi dan kesesuaian
antara kriteria data yang di perlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan
penelitian.
d. Data file, peneliti mengembangkan sesuai rencana hipotesis dan memberi nama variable
sehingga dapat di baca
oleh komputer.
e. Data cleaning, yaitu peneliti melihat distribusi frekuensi untuk mengetahui apakah sesuai
distribusi frekuensi itu
logis atau tidak, apabila ada outhers maka peneliti dapat melihat ulang kuesioner dan
merevisinya. ((Sudarwan
Danim, 2003 : 245)
5. Analisa Data
Data di analisa dengan menggunakan analisa univariat. Analisa univariat yaitu menganalisa
satu persatu variabel
untuk mengetahui gambaran kesehatan jiwa anak usia sekolah di Sekolah Dasar Negeri
Semeru 7 Bogor. Analisa
univariat didapat melalui perhitungan skor anak, dimana skor anak = (jumlah jawaban
kadang-kadang X 1) +
(jumlah jawaban sering X 2).
Bila skor 23 kemungkinan ada masalah kesehatan jiwa pada anak tersebut

You might also like