Professional Documents
Culture Documents
Berbicara mutu Sumber Daya Manusia, berarti kita melihat manusia itu sebagai mahluk yang
terdiri dari tiga aspek,
yaitu fisik, mental-emosional, dan sosial. Mutu Sumber Daya Manusia sangat ditentukan oleh
tingkat kesehatan
mereka. Kesehatan berarti harus meliputi ke tiga aspek manusia tersebut diatas, yakni sehat
fisik , sehat
emosional, dan sehat sosial. (Depkes RI, Jakarta, 2001)
Hal ini senada dengan pengertian kesehatan sebagai mana tercantun dalam UU No 23 tahun
1992 tentang
kesehatan. Kesehatan adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun
1996 tentang kesehatan
jiwa di definisikan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang
optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Senada
dengan itu pakar lain
mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan kondisi mental yang sejahtera (Mental
wellbeing) yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup
seseorang dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Berbagi upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan jiwa. Upaya-upaya tersebut
meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif bertujuan meningkatkan
taraf kesehatan jiwa dan
mencegah terjadinya gangguan jiwa, berupa kegiatan penyuluhan dan kegiatan pembinaan
hidup sehat, agar dapat
hidup produktif dan harmonis. Upaya kuratif merupakan pelayanan yang bertujuan merawat
dan mengobati agar
penderita gangguan jiwa dapat disembuhkan atau dipulihkan kesehatannya.Upaya
rehabilitatif merupakan berbagai
upaya medis, edukatif, vokasional, dan sosial yang bertujuan memulihkan kemampuan
fungsional seseorang yang
cacat (Impairment, disability, dan handicap) seoptimal mungkin, sehingga dapat hidup
produktif dan berintegrasi
kembali ke dalam masyarakat.(http://www.DepkesRI.com , 2007)
Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-tiba tetapi
lebih kearah
permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi atau terpecahkan. Dengan
demikian ada akibat pasti
ada sebab yang melatar belakangi timbulnya suatu gangguan. Pengetahuan dan pengalaman
yang cukup dapat
membantu seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut. Semakin dini kita
menemukan adanya
gangguan maka akan semakin
mudah penanganannya. Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia SD
sangat membantu
mencegah timbulnya masalah yang lebih berat. Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan
dapat dilakukan
penangan di sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena
penyebab permasalahan
dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga yang tidak ingin dibicarakan oleh orang tua,
mungkin pula anak
mempunyai masalah dengan teman. (http://hadafi.wordpress.com/2009/06/16/programkesehatan-jiwa-anak-usia-sd6-10-th/)
Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 merupakan sekolah yang letaknya berada di Kelurahan
Menteng, Kota Bogor dan
merupakan daerah yang penduduknya terdiri dari masyaraka urban, yang berarti berbagai
macam budaya, agama,
dan kebiasaannya banyak berkembang dan menyatu di tempat tersebut. Pada dasarnya hal ini
mempegaruhi
bagaimana keadaan kesehatan jiwa pada anak usia sekolah .Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru dan
beberapa orang tua siswa diperoleh informasi bahwa masih ada murid yang sering tidak
masuk dan anak yang tidak
mau pergi ke sekolah. Pernyataan di atas merupakan salah satu masalah-masalah kesehatan
jiwa pada anak usia
sekolah yang sering terjadi.
Dalam upaya mendukung kesehatan jiwa pada anak usia sekolah dan untuk dapat
mengoptimalkan peran dan fungsi
perawat dalam mendukung kesehatan jiwa anak usia sekolah perlu diketahui atau diteliti
mengenai bagaimana
gambaran kesehatan jiwa pada anak usia sekolah.
Dari masalah diatas peneliti tertarik untuk penelitian yang berjudul Gambaran Kesehatan
Jiwa Anak Usia Sekolah
(6-12 tahun) di Sekolah Dasar Negeri Semeru 7 Kota Bogor.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kesehatan jiwa anak usia sekolah (6-12 t
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kesehatan Jiwa
1. Pengertian
a. Kesehatan
a. Gangguan kognisi
Suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadari dan mempertahankan
hubungan dengan
lingkungan yang baik, lingkungan yang dalam maupun luarnya (Fungsi mengenal).
b. Gangguan perhatian
Pemusatan dan konsentrasi energy menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar
akibat dari rangsang.
c. Gangguan ingatan
Kesanggupan untuk mencatat, menyimpan memproduksi isi dan data-data kedsadaran.
d. Gangguan Asosiasi
Proses mental dan dengannya perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung atau
gambaran ingatan
respon/konsep lain, yang sebelumnya berkaitan dengannya.
e. Gangguan Pertimbangan
Suatu proses mental untuk mebandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka
kerja dengan memberikan
nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas.( Zakaria Darajat, 2007)
B. Konsep Anak Usia Sekolah
1.Pengertian
Anak usia sekola adalah sekolah dasar (Disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada
pendidikan formal di
Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.
Saat ini murid kelas 6
diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (Dahulu Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa.
Lulusan sekolah dasar
dari mulai mencoba mengambil bagian dari kelompok untuk berperan, terjadi perkembangan
seacara lebih khusus
lagi, terjadi perkembangan konsep diri, keterampilan membaca, menulis serta berhitung,
belajar mengahargai di
sekolah. (Aziz Alimun, Jakarta : 2001)
3. Masalah kesehatan jiwa pada anak usia sekolah
Masalah yang sering ditemukan pada anak kelompok usia (6-12 tahun) adalah sebagai berikut
:
a.Prestasi belajar rendah
Seorang anak akan mengalami prestasi belajar rendah, apabila prestasinya dibawah sebaya
karena mengalami
kesulitan belajar yang membutuhkan perhatian khusus.
b. Gangguan hiperkinetik
Sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari aktivitas fisik yang berlebihan, kurang mampu
memusatkan perhatian
dan impulsive.
c.Gangguan tingkah laku
Suatu pola tingkah laku anti sosial, agresif atau menentang dan menantang berulang dan
menetap dalam bentuk
ekstrim.
d. Menolak pergi sekolah/ fobia sekolah
Suatu keadaan dimana anak merasa takut yang tidak masuk akal (irasional) untuk pergi ke
sekolah.
e. Gangguan cemas
Gangguan emosional yang paling ditemukan yang bermanifestasi dalam bentuk gejala fisik
dan psikologis.
f. Gangguan bicara (gagap)
Bicara tidak lancar, terpatah-patah yang sering terdapat anak dalam keadaan cemas.
g. Gangguan depresaif
Sekumpulan gejala yang menyebabkan penderita tidak mampu menikmati kehidupan seharihari.
h. Anak dengan penyakit fisik kronis, keterbatasan fisik atau cacat
Kelumpuhan tungkai/lengan atau serangan asma berulang kali.
i. Epilepsi
nyaman dan menarik, sehingga anak senang berada di sekolah dan guru pun bergairah dalam
mengajar.
f. Pengaruh keluarga
Keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian anak secara dini yang pertama dan
utama. Orang tua yang
bersifat otoriter, tidak sabar, mudah marah, selalu mengatakan tidak, selalu melarang,
sering memukul, akan
sangat berpengaruh buruk terhadap perkembangan kepribadian anak. (Depkes RI, Jakarta
2001)
5. Anak sekolah kelas 1
Anak yang berumur (6-7 tahun) yang baru bersekolah di tingkat dasar. Merupakan masa
peralihan dari tingkat
prasekolah ke usia sekolah, yang butuh adaptasi yang lebih baik lagi.
C. Kerangka Teori
Pergaulan dengan
teman, keluarga,
permainan, sekolah
dan alam
permainnanya
secara umum.
BAB IV
METODELOGI
A. Desain Penelitian
Metoda penelitian deskriptif adalah suatu metoda penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metoda penelitian deskriptif
digunakan untuk
memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.
Penelitian ini dilakukan
Tempat
Eksklusi
Kota Bogor.