You are on page 1of 23

AUDIT PENDAHULUAN

Audit pendahuluan dilakukan dalam rangka mempersiapkan audit lebih dalam. Audit ini
lebih ditekankan pada usaha untuk memperoleh informasi latar belakang tentang objek
audit. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan pelaksanaan audit
ini, antara lain:
1. Pemahaman auditor terhadap objek audit
2. Penentukan tujuan audit
3. Penentuan ruang lingkup
4. Review terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek
audit.
5. Pengembangan kriteria awal dalam audit
1. Pemahaman auditor terhadap objek audit
Kebanyakan pendokumentasian dan proses perolehan pemahaman diselesaikan bahkan
sebelum auditor melakukan audit. Studi awal yang dilakukan auditor mencakup
penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi,
dan dokumen-dokumen lain yang akan membantu untuk lebih memahami subyek audit.
Pada banyak kondisi, studi awal akan dilakukan di kantor pusat, meskipun banyak auditor
saat ini dapat mengakses informasi secara elektronik dari lokasi yang jauh. Jika audit
merupakan satu di antara serangkaian penugasan rutin, auditor akan terlebih dahulu
melihat dokumen permaen untuk operasi tertentu. Dokumen permanen berisi salinan
laporan audit terdahulu dan jawaban-jawaban serta informasi relevan lainnya tentang
aktivitas yang akan diaudit. Dokumen tersebut memberikan semacam pandangan
menyeluruh bagi auditor, masalah-masalah yang sebelumnya ditemukan, dan langkah-
langkah yang diambil atau janji-janji untuk menyelesaikannya. Bila audit merupakan
bagian penugasan rutin atau merupakan penugasan baru, penelaahan literature yang ada
mengenai subjek tersebut merupakan hal penting. Literatur mengenai audit telah
berkembang dengan cepat, dan cakupan yang terdapat dalam buku teks audit, hasil-hasil
penelitian dan tulisan-tulisan terus-menerus meningkat. Banyak auditor juga mencari
buku dan penelitian di bidang audit, khususnya untuk topik-topik terbaru. Misalnya, jika
auditor sedang melaksanakan audit untuk pertama kali untuk beberapa aspek operasi
sebuah agensi periklanan, bacaan yang relevan untuk ditelaah bisa jadi mencakup bacaan
yang terkait dengan industry periklanan, dan juga literature audit lainnya yang sesuai.
Objek audit meliputi keseluruhan perusahaan dan/atau kegiatan yang dikelola oleh
perusahaan tersebut dalam rangka mencapai tujuannnya. Setiap objek audit memiliki
wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan
system pendelegasian wewenang yang diselenggarakan pada perusahaan tersebut. Dalam
suatu divisi yang dikelola secara terdesantralisasi, manajer divisi memiliki wewenang dan
tanggung jawab untuk mengatur divisi tersebut seperti suatu perusahaan yang berdiri
sendiri. Perencanaan, pengelolaan, pengendalian, pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan divisi tersebut menjadi wewenang dan tanggung jawab manajer divisi, yang akan
dipertanggungjawabkan bersamaan dengan penyajian laporan divisi kepada manajemen
pusat. Suatu divisi dapat berupa anak perusahaan, segmen bisnis atau cabang dari suatu
perusahaan. Departemen dalam suatu perusahaan memiliki wewenang dan tanggung
jawab utama pada departemen tersebut. Manajer pemasaran memiliki keputusan di
bidang pemasaran.
Untuk mencapai tujuannya, objek audit menetapkan berbagai program yang
pelaksanaannya dijabarkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan. Setiap program-
program/aktivitas yang diselenggarakan pada setiap departemen/divisi harus selaras
dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, auditor harus memahami
tujuan perusahaan dan berbagai program/aktivitas yang diselenggarakan untuk
mendapatkan pemahaman tentang keselarasan tujuan tersebut.
Dalam pemahaman terhadap objek audit, auditor harus mendapatkan informasi tentang
sumber daya (kapasitas aktivitas) yang dimiliki objek audit dalam melaksanakan berbagai
kegiatan. Di samping itu, metode operasi (cara pelaksanaan kegiatan) juga harus menjadi
perhatian penting karena dari hubungan antara metode operasi dengan ketersediaan
sumber daya, auditor akan mendapatkan informasi awal apakah suatu kegiatan telah
dilaksanakan dengan ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai tujuannya.
Pendokumentasian merupakan beberapa langkah yang akan mengarah pada pertemuan
awal antara auditor dengan manajer klien. Pembuatan daftar pengingat dan daftar isi awal
untuk kertas-kerja merupakan beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokumentasian.
Auditor juga membuat kuesioner yang akan digunakan dalam wawancara dan diskusi
dengan manajer klien dan yang lainnya.
Dalam setiap permulaan audit, auditor kadang kala bingung, “ Apa yang akan dikerjakan
selanjutnya? “ Meskipun setiap penugasan audit tidak sama, namun terdapat langkah-
langkah awal tertentu yang berlaku untuk setiap audit. Langkah-langkah ini harus dicatat
dalam daftar pengingat, sehingga memudahkan pekerjaan. Sebelum auditor mulai
melakukan instruksi-instruksi yang terdapat pada daftar, sebaiknya disiapkan dulu daftar
isi dibagian pertama kertas kerja. Langkah ini dilakukan sebelum tahap perencanaan
audit. Daftar isi akan memaksa auditor untuk (1) mendaftar masalah-masalah tertentu
yang harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan dan (2) membuat acuan kertas
kerja.
Penelaahan awal yang dilakukan auditor akan memberikan pandangan yang cukup bagi
auditor untuk menghasilkan pertanyaan-pertanyaann yang cerdas tentang entitas yang
diaudit. Tak seorang pun mengharapkan auditor menjadi ahli pada aktivitas yang diaudit,
namun diharapkan setidaknya mereka memiliki pemahaman umum mengenai aktivitas
tersebut. Penelaahan umumnya akan menghasilkan sebuah daftar yang dikembangkan
dari catatan-catatan berikut : dokumen permanen, laporan audit dan kertas kerja tahun
sebelumnya. Dari bahan-bahan ini, auditor dapat merancang kuesioner untuk (1)
memenuhi tujuan audit mereka dan (2) bertemu manajer klien pada pertemuan awal.
Pertemuan auditor dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor untuk
menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Dalam pembahasan
dengan manajer dan supervisor, auditor menjelaskan tujuan, sasaran, standar operasi,
serta risiko bawaannya. Waktu dan pertemuan harus diatur terlebih dahulu. Jika
memungkinkan, hindari kunjungan mendadak, meskipun audit yang tidak diberitahukan
terlebih dahulu mungkin perlu untuk dilakukan dalam audit kas, audit keamanan, atau
hal-hal lain yang cukup rawan. Klien yang siap akan memberikan lebih banyak informasi,
dan kesalahan informasi yang disengaja oleh klien akan cenderung dideteksi dalam
pelaksanaan audit sesungguhnya. Mungkin tidak ada keahlian yang lebih penting bagi
auditor dari wawancara. Teknik-teknik wawancara yang baik membuat orang merasa
nyaman, membuat mereka ingin memberi informasi, bekerjasama dalam audit, dan
mudah-mudahan membuat penugasan audit berhasil. Survey pendahuluan akan
berlangsung lancar dan sistematis jika auditor memiliki pandangan yang jelas mengenai
apa yang ingin dicapai. Dalam kebanyakan audit, informasi penting dapat
diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar manajemen: perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan control. Pengamatan dalam arti umum, terus dilakukan
selama audit pendahuluan. Melalui pengamatan yang gigih dan Tanya jawab yang cerdas,

Auditor harus membuat kesimpulan sementara secara umum atas pemahamannya


terhadap objek audit. Berbagai informasi yang diperoleh dalam tahap ini, termasuk
indikasi adanya kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki menjadi dasar dalam
membuat kesimpulan tersebut. Walaupun kesimpulan ini bersifat sementara, berbagai
temuan yang diperoleh pada tahap ini terutama indikasi adanya kelemahan-kelemahan
yang perlu diperbaiki, dapat digunakan sebagai dasar sementara untuk menentukan
tujuan, ruang lingkup, tujuan audit dan penentuan kriteria serta bukti-bukti yang
diperlukan.
Auditor harus mengomunikasikan dengan atasan pengelola objek atau pemberi tugas
audit tentang pemahamannya terhadap berbagai program/aktivitas objek audit untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman. Komunikasi ini lebih efektif jika dilakukan
secara tertulis, dengan meminta tanggapan pemberi tugas audit tentang hal-hal berikut:
1. Informasi yang mendukung tujuan audit.
2. Informasi yang mengarahkan ruang lingkup audit.
3. Informasi yang mengarah pada tujuan audit
Di samping mendapatkan tanggapan tentang hal-hal tersebut, auditor juga harus
mendapatkan tanggapan tentang kesimpulan umum yang telah diajukannya untuk
memantapkan hasil kesimpulan auditor.

2. Penentuan Tujuan Audit


Selama survey pendahuluan, Auditor harus menentukan tujuan aktivitas yang diaudit-
bukan tujuan audit yang akan ditetapkan selanjutnya, melainkan tujuan aktivitas itu
sendiri. Tujuan audit harus mengacu pada alasan mengapa harus dilakukan pada objek
audit dan didasarkan pada penugasan audit. Jika tujuan-tujuan ini tidak dipahami dengan
baik, maka audit bisa kehilangan manfaatnya. Mendapatkan gambaran tujuan aktivitas
yang tepat dan kesesuaian misinya dengan sasaran strategis perusahaan merupakan
cerminan profesionalisme auditor. Penugasan audit biasanya memberikan tujuan audit
dalam lingkup yang luas. Terhadap hal ini auditor harus menggunakan keahlian
professionalnya untuk merumuskan tujuan audit yang lebih rinci. Beberapa alasan yang
mendasari diperlukannya audit manajemen termasuk di antaranya:
1. Terjadinya pemborosan dan ketidakefisienan penggunaan sumber daya perusahaan.
2. Tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai.
3. Adanya alternative yang lebih baik dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
4. Terjadinya penyimpangan dalam penggunaan sumber daya
5. Adanya penyimpangan terhadap peraturan dan kebijaksanaan perusahaan.
6. Sistem informasi dan pelaporan kurang baik.
Dalam merumuskan tujuan ini, auditor dapat melakukannya dengan cara sebagai berikut:
1. Mengindentifikasi tujuan yang ada, mungkin mempunyai arti penting pada pemberi
tugas.
2. Mempertimbangkan tujuan audit yang telah ditetapkan pada masa sebelumnya.
3. Membahas dengan pemberi tugas dan pengelola objek audit
Jika auditor memiliki wewenang yang besar untuk menentukan tujuan audit, harus
memperhatikan dengan cermat tentang arti penting dan risiko yang berkaitan dengan
audit tersebut. Kedua hal ini dapat memberikan petunjuk/indikasi tentang bidang-bidang
yang harus diuji dalam audit. Dalam penentuan tujuan audit, auditor harus
memperkirakan dan mengukur dengan cermat apakah:
1. Sasaran dapat memungkinkan untuk diaudit.
2. Sumber daya cukup tersedia untuk melaksanakan audit.
3. Waktu pelaksanaan yang tersedia cukup untuk audit.
Faktor-faktor ini memberikan gambaran kepada auditor tentang apakah audit dapat
dilaksanakan dan dapat terselesaikan dalam waktu yang ditentukan.
Auditor harus membedakan tujuan, sasaran dan standar. Tujuan berasal dari bahasa latin
objectum, yang secara harfiah berarti sesuatu yang dilontarkan sebelum (pikiran).
Arti penting program/aktivitas sangat berpengaruh dalam rangka penentuan tujuan audit.
Besarnya anggaran yang dikelola dalam program/aktivitas, kebijakan-kebijakan penting
yang mendasarinya dan adanya aktivitas yang memerlukan perbaikan harus diperhatikan
dengan baik. Dalam menentukan tujuan audit, auditor harus lebih menekankan pada
aktivitas yang memerlukan perbaikan.
Penentuan tujuan audit harus memerhatikan berbagai risiko kegagalan yang mungkin
terjadi, baik risiko tidak tercapainya tujuan objek audit maupun tujuan audit itu sendiri.
Beberapa hal berikut ini mengandung risiko kegagalan tinggi terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan audit yang harus diperhatikan auditor:
1. Tujuan objek audit yang beraneka ragam dan tidak konsisten.
2. Tujuan objek audit yang kurang jelas.
3. Kegiatan objek audit yang rumit dan kompleks
4. Pengendalian yang lemah
5. Perubahan-perubahan yang tidak terencana dan perputaran karyawan yang tinggi
6. Perubahan lingkungan objek audit.
Tujuan audit yang ditentukan auditor harus sesuai dengan yang diinginkan pemberi tugas.
Hasil dari berbagai analisis yang dilakukan terhadap factor-faktor yang mempengaruhi
penentuan tujuan audit, harus dikomunikasikan kepada pemberi tugas audit untuk
mendapatkan kesamaan sudut pandang dalam penentuan tujuan audit.

3.Penentuan Ruang lingkup


Ruang lingkup audit menunjukkan luas (area) dari tujuan audit. Beberapa hal penting
yang merupakan keinginan dari pemberi tugas harus diperhatikan dalam menentukan
ruang lingkup audit. Di samping itu, penentuan ruang lingkup audit harus mengacu pada
tujuan audit yang telah ditetapkan. Tujuan audit adalah target yang akan diaudit. Dalam
target ini terkandung pertanyaan auditor yang jawabannya akan diperoleh melalui proses
dan kesimpulan hasil audit.

4.Penelaahan terhadap Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan objek audit
Penelaaan ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang peraturan-peraturan yang
berhubungaan dengan objek audit baik bersifat umum maupun yang berhubungan khusus
dengan berbagai program/aktivitas yang diselenggarakan pada objek audit. Dalam
penelaahan ini auditor dapat memahami bata-batas wewenang objek audit dan berbagai
program yang dilaksanakan dalam mencapai tujuannya. Peraturan dan kebijakan yang
ditetapkan oleh objek audit dapat berupa adopsi terhadap peraturan yang ditetapkan
pemerintah atau yang secara penuh di kembangkan dalam objek audit sebagai penjabaran
strategi dalam meningkatkan kemampuan bersaingnya.

5.Pengembangan Kriteria Awal dalam audit


Kriteria adalah norma atau standar yang merupakan pedoman bagi setiap individu
maupun kelompok dalam melakukan aktivitasnya di dalam perusahaan. Faktor yang
mempengaruhi kriteria yang akan digunakan dalam audit antara lain:
1. Tujuan dari kegiatan yang diaudit
2. Pendekatan audit
3. Aktivitas tujuan audit
Karakteristik kriteria yang baik antara lain:
1.Realistis
2.Dapat dipercaya
3.Bebas dari pengaruh kelemahan manusia
4.Mengarah pada temuan-temuan dan kesimpulan untuk memenuhi kebutuhan informasi
pemberi tugas audit.
5.Dirumuskan secara jelas dan tidak mengandung arti ganda yang dapat menimbulkan
interpretasi yang berbeda.
6.Dapat dibandingkan
7.Diterima semua pihak
8.Lengkap
9.Memerhatikan adanya rentang waktu pada saat suatu kejadian/kegiatan berlangsung.

Dalam pengembangan kriteria ini, auditor dapat mengacu pada beberapa sumber, antara
lain :
1.Undang-undang (peraturan) yang berlaku
2.Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam objek audit
3.Norma yang sudah mendapat pengakuan secara umum
4.Kriteria yang digunakan pada objek audit sejenis
5.Pengalaman auditor dalam tugas-tugas audit sebelumnya pada objek audit sejenis

6. Kesimpulan Hasil audit


Dari hasil audit pendahuluan, auditor harus membuat kesimpulan atas hasil audit
pendahuluan yang telah dilakukan. Kesimpulan ini menjadi dasar dalam menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam tahapan audit selanjutnya. Audit pendahuluan
yang dilakukan dengan baik biasanya menghasilkan sejumlah informasi yang bermanfaat.
Data yang dikumpulkan dapat mengindentifikasi hal-hal penting dan masalah-masalah
yang ada serta membantu auditor memutuskan apakah pemeriksaan lanjutan diperlukan.
Pada tahap ini pula auditor seharusnya sudah menetapkan tujuan audit walaupun masih
bersifat sementara. Kesimpulan hasil audit pendahuluan memuat tentang hal-hal sebagai
berikut :
1. Daftar bidang/kegiatan yang mengandung kelemahan, yang akan dijadikan tujuan audit
pada tahap audit selanjutnya.
2. Alasan mengapa bidang/kegiatan tersebut memerlukan audit lanjutan
3.Temuan-temuan sementara yang diperoleh berkaitan dengan bidang/kegiatan yang
termasuk dalam daftar bidang/kegiatan yang masih mengandung kelemahan, berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan.
4.Rekomendasi sementara yang diajukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ada.
5.Tindakan-tindakan perbaikan yang sudah dilakukan objek audit berdasarkan
rekomendasi sementara yang diberikan auditor sebelumnya.
6.Bukti-bukti yang diperoleh pada audit selanjutnya berkaitan dengan tujuan audit
sementara yang telah ditetapkan.
Jika audit pendahuluan memberi keyakinan adanya system, control, pengawasan, dan
manajemen yang baik, maka bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit.
Sumber daya audit biasanya langka, dan kebanyakan organisasi audit memiliki lebih
banyak proyek dibandingkan auditor yang akan melakukannya. Tidak masuk akal untuk
menghabiskan waktu audit yang berharga hanya untuk mengejar pengujian transaksi jika
kelihatannta system control itu sendiri akan menunjukkan semua transaksi yang memiliki
kelemahan material.
Dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan dilakukan,
mungkin berguna untuk membuat ringkasan hasil survey dan melaporkan secara informal
ke manajemen.
Program Auditing
Program audit merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan satu kesatuan dengan
supervise audit dalam pengambilan langkah-langkah audit tertentu. Langkah-langkah
audit dirancang untuk (1) mengumpulkan bahan bukti dan (2) untuk memungkinkan
auditor internal mengemukakan pendapat mengenai efisiensi, keekonomisan, dan
efektivitas aktivitas yang akan diperiksa. Program tersebut berisi arahan-arahan
pemeriksaan dan evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan
audit dalam ruang lingkup penugasan audit.
Pendek kata, program audit dirancang untuk menjadi pedoman bagi auditor mengenai :
• Apa yang akan dilakukan
• Kapan akan dilakukan
• Siapa yang akan melakukannya
• Berapa lama waktu yang dibutuhkan
Program audit merupakan alat yang menghubungkan survei pendahuluan dengan
pekerjaan lapangan. Dalam survei pendahuluan, auditor mengidentifikasi tujuan operasi,
risiko, kondisi-kondisi operasi, dan control yang diterapkan. Dalam pekerjaan lapangan
mereka mengumpulkan bahan bukti tentang efektivitas system control, efisiensi operasi,
pencapaian tujuan, dan dampak risiko terhadap perusahaan.
Program audit yang disusun dengan baik bisa memberikan banyak manfaat, yaitu :
• Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit, yang merupakan
suatu rencana yang dapat dikomunikasikan baik kepada supervisor audit maupun kepada
staf audit.
• Menjadi dasar penugasan auditor
• Menjadi sarana pengawasan dan evaluasi kemajuan pekerjaan audit karena memuat
waktu audit yang dianggarkan.
• Memungkinkan supervisor audit dan manajer membandingkan apa yang dikerjakan
dengan apa yang direncanakan.
• Membantu melatih staf-staf yang belum berpengalaman dalam tahap-tahap pelaksanaan
audit.
• Memberi ringkasan catatan pekerjaan yang dilakukan
• Membantu auditor pada audit selanjutnya untuk mengenal lebih dekat jenis-jenis
pekerjaan audit yang dilakukan dan waktu yang dibutuhkan.
• Mengurangi waktu supervise langsung yang dibutuhkan.
• Menjadi titik awal bagi penilai fungsi audit untuk mengevaluasi upaya audit yang telah
dilakukan
Auditor harus menyiapkan program audit segera setelah survey pendahuluan. Program
yang terlambat disusun bisa memiliki kesenjangan dan tidak memadai serta tidak bisa
menetapkan prioritas yang tepat.
Program kerja audit disusun untuk setiap tahapan audit yang dilakukan. Program kerja
audit pendahuluan mencakup pengumpulan informasi umum tentang objek yang diaudit,
cara pelaksanaan prosedur, dan system operasional yang diterapkan dalam perusahaan
tersebut. Dalam tahap audit ini, auditor harus melakukan pengujian pendahuluan atas
informasi yang diperoleh untuk mengindentifikasi aktivitas yang memerlukan perbaikan.
Identifikasi ini disebut possible audit objective. Hasil identifikasi ini kemudian dianalisis
untuk menentukan informasi yang berkembang menjadi tujuan audit sementara. Dari
bukti-bukti sasaran sementara ini auditor kemudian menetapkan langkah-langkah kerja
spesifik yang diperlukan untuk tahap audit berikutnya.
Pada tahap audit pengujian dan review atas pengendalian manajemen, program kerja
audit biasanya memuat langkah-langkah audit yang bertujuan untuk menemukan bagian-
bagian yang mengandung kelemahan pada system pengendalian manajemen (SPM) yang
diterapkan objek audit. Langkah-langkah kerja pada tahap audit ini harus mengarahkan
auditor tidak hanya memperoleh informasi tentang keandalan system pengendalian
manajemen tetapi juga memperoleh bukti-bukti yang diperlukan untuk merumuskan
secara tepat tujuan audit sementara menjadi tujuan audit yang sesungguhnya.
Sedangkan program kerja audit untuk tahap audit lanjutan, memuat langkah-langkah rinci
untuk mendapatkan bukti yang cukup, material dan relevan dalam mendukung temuan-
temuan yang menjadi dasar rekomendasi. Program kerja audit pada tahap audit ini, harus
memberikan panduan kepada auditor dalam pengembangan temuan yang dilakukannya.
Setiap program kerja audit biasanya mengandung empat hal pokok yaitu:
1. Informasi pendahuluan, yang memuat:
• Informasi latar belakang mengenai program/aktivitas yang diaudit yang berguna bagi
para auditor dalam memahami dan melaksanakan program kerja auditnya. Bagian ini
harus disajikan seringkas mungkin.
• Komentar berbagai pihak yang berkompeten berkaitan dengan tujuan audit, termasuk
komentar auditor sendiri.
2. Pernyataan tujuan audit, menyajikan tentang:
• Tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi dan perbaikan
yang diharapkan dapat tercapai.
• Cara pendekatan audit yang dipilih
• Pola pelaporan yang dikehendaki
3. Instruksi-instruksi khusus
4. Langkah-langkah kerja

Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam menyusun program kerja audit:
1. Tujuan audit harus dinyatakan secara jelas dan harus dapat dicapai atas dasar pekerjaan
yang direncanakan dalam program kerja audit.
2. Program kerja audit harus disusun sesuai dengan penugasan yang bersangkutan
3. Setiap langkah kerja harus berbentuk instruksi-instruksi mengenai pekerjaan yang
harus dilakukan.
4. Setiap langkah kerja harus merinci pekerjaan yang harus dilakukan disertai alasan-
alasannya.
5. Program kerja audit harus menggambarkan urutan prioritas langkah-langkah kerja yang
harus dilaksanakan.
6. Program kerja audit harus fleksibel dan setiap perubahan yang dilakukan harus dengan
persetujuan atasan auditor.
7. Program kerja audit hendaknya hanya berisi informasi yang perlu untuk melaksanakan
audit dan evaluasi secara tepat.
8. Program kerja audit tidak boleh memuat perintah untuk memperoleh informasi yang
telah ada dalam permanent file.
9. Program kerja audit harus menyertakan taksiran-taksiran waktu yang diperlukan sesuai
dengan rencana kerja audit untuk melaksanakan kegiatan yang bersangkutan.
Pertemuan ke – 4 :Tahapan Audit Manajemen
Tahapan Audit Manajemen
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen. Secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu:
1. Audit Pendahuluan
2. Review dan pengujian pengendalian manajemen
3. Audit terinci
4. Pelaporan
5. Tindaklanjut

1. Audit Pendahuluan

Kompleksitas operasi yang terdapat pada perusahaan saat ini mungkin sulit dan membuat
frustasi untuk dipelajari. Banyak auditor sangat berharap mereka mengetahui kerumitan
operasi yang diaudit pada saat audit mulai dilakukan, sebagaimana kemudian ketahui
pada saat audit telah selesai. Audit pendahuluan dapat menjadi senjata terbaik bagi
auditor untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk
mendukung kesuksesan tersebut.
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang terhadap
objek yang diaudit. Di samping itu, pada audit ini juga dilakukan penelaahan terhadap
berbagai peraturan, ketentuan dan kebijakan berkaitan dengan aktivitas yang diaudit,
serta menganalisis berbagai informasi yang telah diperoleh untuk mengindentifikasi hal-
hal yang potensial mengandung kelemahan pada perusahaan yang diaudit. Auditor
mungkin menggunakan daftar pertanyaan, flow chart, Tanya jawab, laporan manajemen,
dan observasi dalam pelaksanaan audit pendahuluan. Daftar pertanyaan terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang mempengaruhi
efektivitas, efisiensi dan performa operasi. Auditor kemudian akan menilai jawaban yang
diperoleh, kemudian auditor mengumpulkan bukti-bukti untuk memperkuat jawaban yang
diterima. Beberapa contoh tipe pertanyaan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana performa operasi dinilai oleh manajemen puncak?
2. Wewenang apa yang telah didelegasikan untuk memenuhi kriteria performa?
3. Apakah performa operasi telah memuaskan?
4. Area mana yang perlu diperhatikan manajemen?
5. Metode apa yang digunakan untuk mengamankan aktiva?
6. Cukupkah atau berlebihankah orang-orang yang ditugaskan dalam operasi?
7. Apakah ada suatu program untuk mengawasi pekerjaan krerikal yang berlebihan atau
duplikasi ?
Untuk membantu memahami arus barang, jasa dan transaksi kemana, dari mana, dan
dalam operasi, auditor dapat ,menelaah atau menyiapkan flowchart, yang merupakan
diagram pictorial operasi. Pada waktu mempelajari flowchart, auditor akan mencari
ineffisensi dan kekurangan pengendalian, seperti operasi yang duplikasi, formulir dari
operasi yang tidak perlu, dan kekurangan pengawasan.
Pada saat auditor akan melakukan Tanya jawab melalui audit, banyak Tanya jawab akan
dilakukan pada audit pendahuluan dengan supervisor operasi yang akan diaudit. Pada
pertemuan ini, auditor harus berusaha membangun hubungan dengan mempromosikan
sikap yang koperatif dengan personil yang diaudit. Kerjasama ini penting untuk
penyelesaian yang efisien dari audit manajemen. Pada pertemuan ini, biasanya auditor
dapat menanyakan pertanyaan antara lain :
1.Laporan dan informasi lain apa yang dbutuhkan untuk mengelola operasi?
2.Apa manfaatnya menyiapkan setiap laporan?
3.Masalah operasi apa yang dialami?
4.Apakah ada program pelatihan?
5.Bagaimana menentukan prioritas operasi?
Dari informasi latar belakang ini, auditor dapat menentukan tujuan audit sementara.
Dalam tahap audit ini auditor dapat menentukan tujuan beberapa audit
sementara.Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber-sumber ini, auditor juga
dapat menentukan beberapa kriteria yang objektif untuk menilai operasi. Biasanya tidak
ada kriteria yang sempurna, dan auditor harus mengembangkan yang terbaik dalam
keadaan dialaminya. Sebagai contoh, kriteria apa yang akan digunakan untuk menilai
efektivitas bagian pembelian ?
Seseorang dapat melihat volume rupiah yang dibeli dibandingkan dengan personel yang
ada di departemen. Akan tetapi, ia tidak memperhatikan apakah pembelian dilakukan
dengan harga yang paling murah atau tidak. Dengan memperhatikan ini, seseorang
mungkin tidak mempehatikan ketetapan waktu pengiriman produk yang dibeli atau
kualitas produk. Seperti contoh yang diberikan. Maka kriteria yang banyak (multiple
criteria) sering diperlukan. Dengan informasi ini, auditor akan mendesain suatu program
audit untuk menggunakannya sebagai suatu petunjuk untuk mengumpulkan bukti dalam
penilaian akhir suatu operasi.
Walaupun audit pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis
karyawan dan system, namun bisa menjadi sebuah pencarian yang tak beraturan. Auditor
harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey pendahuluan
bisa produktif. Audit pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang
tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang keberhasilan audit. Jadi,
keberhasilan atau kegagalan audit bisa sangat tergantung pada survey. Jika survey
pendahuluan direncakan dan dilaksanakan dengan baik, maka survey tersebut akan
menjadi lebih dari sekedar untuk mendapatkan pemahaman yang efektif ; melainkan juga
menjadi penentu keberhasilan audit.
Audit bisa juga merupakan bagian dari penugasan rutin yang memiliki standard an proses
tertentu; atau bisa juga merupakan respons atas masalah yang berkembang, yang
membutuhkan pengetahuan akan hal baru atau teknik pemeriksaan yang berbeda.
Nyatanya, beberapa praktisi audit telah mengembangkan pendekatan tepat pada waktunya
untuk penjadwalan audit, untuk memastikan bahwa jasa audit siap tersedia sesuai waktu
yang dijadwalkan. Proses penjadwalan audit sedikit banyak juga telah dipengaruhi oleh
pendekatan nilai tambah yang telah diterapkan pada banyak kegiatan audit. Dalam
lingkungan audit yang berorientasi manajemen, pihak yang diaudit lebih cenderung
diposisikan sebagai pelanggan dank lien dan lebih ditekankan untuk memuaskan
pelanggan serta menunjukkan manfaat yang diberikan audit bagi organisasi. Dalam
beberapa situasi, cara pandang nilai tambah telah membuat audit dirasakan menjadi
kebutuhan bagi unit-unit organisasi, sehingga banyak audit yang tidak lagi terpaksa harus
dilakukan, tetapi justru diundang oleh klien.
Sebagaimana halnya filosofi audit yang terus bergeser dan berkembang, pendekatan audit
khusus seperti control self assessment juga makin berkembang. Audit pendahuluan dapat
membantu auditor memutuskan jenis audit yang paling efektif.
Terlepas dari pendekatan audit yang dipilih, survey pendahuluan merupakan sarana
penting untuk membuat auditor lebih memahami tujuan, proses, risiko dan control yang
terkait dengan audit. Auditor sebaiknya melakukan audit pendahuluan dengan tujuh
langkah dasar: melakukan studi awal, mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan
informasi, mengamati, membuat bagan alir dan melaporkan.
2.Review dan pengujian pengendalian Manajemen
Pada tahap ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap pengendalian
manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas pengendalian
manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dari hasil pengujian ini,
auditor dapat lebih memahami pengendalian yang berlaku pada objek audit sehingga
dengan lebih mudah dapat diketahui potensial-potensial terjadinya kelemahan pada
berbagai aktivitas yang dilakukan. Jika dihubungkan dengan tujuan audit sementara yang
telah dibuat pada audit pendahuluan, hasil pengujian pengendalian manajemen ini dapat
mendukung tujuan audit sementara tersebut menjadi tujuan audit sesungguhnya, atau
mungkin ada beberapa tujuan audit sementara yang gugur, karena tidak cukup (sulit
memperoleh) bukti-bukti yang mendukung tujuan audit tersebut.
3.Audit terinci
Pada tahap ini auditor melakukan pengumpulan bukti yang cukup dan kompeten untuk
mendukung tujuan audit yang telah dilakukan. Pada tahap ini juga dilakukan
pengembangan temuan untuk mencari keterkaitan antara satu temuan dengan temuan
yang lain dalam menguji permasalahan yang berkaitan dengan tujuan audit. Temuan yang
cukup, relevan, dan kompeten dalam tahap ini disajikan dalam suatu kertas kerja audit
(KKA) untuk mendukung kesimpulan audit yang dibuat dan rekomendasi yang
diberikan.Kertas kerja dapat diorganisir berdasarkan sub unit dari usaha yang diaudit
(seperti berdasarkan cabang, bagian), urutan prosedur audit dilaksanakan (seperti audit
pendahuluan, bukti) atau setiap system logis yang mempertinggi pemahaman auditor
terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Tujuan mengumpulkan bukti-bukti adalah untuk mendapatkan dasar factual dalam
menilai kriteria performa yang sebelumnya diidentifikasi. Contoh bukti yang mungkin
diuji untuk menilai performa adalah sebagai berikut :
1. Kriteria performanya adalah karyawan menerima pelatihan selama 40 jam setahun.
Bukti performanya adalah menguji arsip personel atau catatan pelatihan untuk
membuktikan 40 jam untuk pelatihan selama satu tahun.
2. Kriteria perfomanya adalah laporan anggaran diterima pada tanggal 10 bulan
berikutnya. Bukti performanya adalah wawancara dengan bagian untuk menentukan
waktu penerimaan laporan anggaran
3. Kriteria performanya adalah varian anggaran diselidiki dan tindakan koreksi dilakukan
apabila perlu. Bukti performanya adalah menelaah anggaran untuk varian dan menguji
dokumentasi tindakan korektif yang diambil (misalnya relokasi personel, penyesuaian
peralatan, perubahan dalam jadwal produksi).
4. Kriteria perfomanya adalah peralatan EDP tidak digunakan operator untuk tujuan
pribadi. Bukti performanya adalah menelaah console log dari operasi computer.
5. Kriteria performanya adalah kelebihan dana diinvestasikan untuk mendapatkan bunga.
Bukti performanya adalah menelaah anggaran arus kas dan saldo minimum kas harian
Wawancara merupakan alat yang penting untuk mendapatkan bukti-bukti selama audit
manajemen. Semakin baik pewawancaraan, semakin banyak bukti yang diperoleh.
Seorang pewawancara yang baik tidak sekedar mengajukan pertanyaan. Wawancara
harus direncanakan dan sebanyak mungkin informasi diperoleh sebelum dilakukan
wawancara. Orang yang diwawancara harus dibuat merasa seenak mungkin.
Pewawancara harus bijaksana dan menghindari untuk menyatakan tidak terhadap suatu
pertanyaan. Sebagai contoh, pertanyaan. Anda menggunakan laporan ini, bukan? “
biasanya mengakibatkan suatu tanggapan yang kurang positif. Pertanyaan yang lebih baik
adalah “ Apa yang anda lakukan dengan laporan ini? “ setelah wawancara selesai.suatu
memo perlu disiapkan untuk hal-hal penting yang dicakup dalam wawancara. Memo ini
akan memperkuat bukti-bukti informasi yang diperoleh dari wawancara. Auditor akan
mengumpulkan bukti yang diperoleh dari suatu arsip. Bukti-bukti mungkin berupa bentuk
daftar yang berisi informasi yang diuji (seperti daftar karyawan dan jumlah pelatihan
yang diperoleh setahun), dan tembusan dokumen. Dengan menggambarkan formulir-
formulir tersebut auditor harus mempunyai bukti dokumentasi untuk mendukung
temuannya.
Pada saat mengumpulkan bukti-bukti, auditor harus waspada untuk deviasi dari kebijakan
perusahaan dan performa yang tidak efektif dan efisien. Ia harus belajar membedakan
deviasi yang tidak signifikan (misalnya satu pesanan penawaran yang kecil yang sedikit
melebihi kuantitas pesanan ekonomis) dengan deviasi yang signifikan (misalnya beberapa
pesanan penawaran yang besar yang tidak dilakukan tender). Deviasi masa lampau dapat
atau tidak dapat dikoreksi, akan tetapi auditor member perhatian terhadap perusahaan
kalau pengaruh potensial deviasi berlangsung terus pada masa yang akan datang. Sebagai
contoh, dalam audit manajemen dari deviasi biaya riset dan pengembangan, auditor
menemukan bahwa keamanan lemah karena daerahnya tidak secara terpisah dikunci
selama bukan jam usaha dan hasil riset tidak dilindungi. Penyelidikan auditor dapat
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1.Ini adalah deviasi yang signifikan karena ada kemungkinan kerugian yang potensial
atas produk yang baru atau yang telah diperbaiki jatuh ke tangan pesaing atau pihak lain.
2.Ini bukanlah deviasi yang terisolasi, akan tetapi merupakan kejadian yang berulang-
ulang.
3.Deviasi disebabkan kebutuhan karyawan dan divisi untuk mengecek dan memonitor
percobaan selama jam buka usaha.
4.Tidak ada keamanan yang formal untuk divisi ini.
Analisis dan penyelidikan deviasi harus didokumentasikan dalam arsip auditor, karena
mereka merupakan dasar untuk menentukan tindakan korektif.
4. Pelaporan
Tahapan ini bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit termasuk rekomendasi yang
diberikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Hal ini penting untuk meyakinkan
pihak manajemen tentang keabsahan hasil audit dan mendorong pihak-pihak yang
berwenang untuk melakukan perbaikan terhadap berbagai kelemahan yang ditemukan.
Laporan disajikan dalam bentuk komprehensif (menyajikan temuan-temuan penting hasil
audit untuk mendukung kesimpulan audit dan rekomendasi). Rekomendasi harus
disajikan dalam bahasa operasional dan mudah dimengerti serta menarik untuk
ditindaklanjuti.
Walaupun laporan formal dapat dianggap sebagai langkah terakhir dalam manajemen
audit. Laporan informal ini harus dibuat selama audit. Sebagai contoh, apabila auditor
menemukan suatu ineffisiensi yang serius selama survey pendahuluan. Ia harus diselidiki,
dinilai, dan dilaporkan segera daripada menunggu audit selesai.
Laporan formal biasanya termasuk :
a. Suatu konferensi dengan supervisor bagian divisi pada saat selesainya audit.
b. Suatu laporan audit yang tertulis kepada departemen atau divisi yang termasuk temuan
audit secara terinci dan rekomendasi, dan
c. Suatu laporan audit yang tertulis kepada manajemen puncak atau penilaian audit dari
dewan direksi dengan meringkaskan hanya temuan audit yang lebih signifikan dari
rekomendasi.
Karena ekonomisasi dan efisiensi adalah istilah relative, seorang auditor tidak
menyatakan pendapat apakah suatu operasi tidak menyatakan pendapat apakah suatu
operasi dilakukan pada tingkat yang ekonomis dan efisien. Melainkan, auditor harus
melaporkan temuan khusus dan simpulan. Tidak ada bentuk laporan yang standar dari
suatu audit manajemen, akan tetapi berusaha masalah akan tercakup dalam kebanyakan
laporan demikian. Suatu paragraph ruang lingkup atau pendahuluan harus menguraikan
operasi yang diaudit, periode waktu. Setiap keterbatasan yang ditempatkan pada ruang
lingkup pekerjaan auditor juga harus dicatat. Paragraf yang lain harus memberikan
penilaian yang menyeluruh dari operasi dan penilaian performanya. Ini dapat diikuti
suatu bagian yang menyajikan temuan yang terinci berdasarkan masalah individu. Di sini
penting untuk melaporkan baik temuan yang baik ataupun yang jelek. Memberikan kredit
yang tepat untuk performa yang baik mempromosikan suatu kesan yang objektif dari
auditor dan mendorong kerjasama dengan auditor pada audit pada masa yang akan
datang. Temuan yang jelek harus termasuk suatu uraian deviasi, tindakan korektif yang
diusulkan, dan komentar oleh personel departemen atau divisi. Paragraf akhir dapat
menyatakan apresiasi auditor untuk kerjasama dan bantuan yang diterima selama audit.
Penemuan tindakan korektif actual yang diambil terhadap temuan termasuk dalam
laporan adalah tanggung jawab manajemen dan biasanya di luar lingkup audit
manajemen.

5.Tindak lanjut
Sebagai tahap akhir dari audit manajemen, tindaklanjut bertujuan untuk mendorong
pihak-pihak yang berwenang untuk melaksanakan tindaklanjut sesuai dengan
rekomendasi yang diberikan. Auditor tidak memiliki wewenang untuk mengharuskan
tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan. Oleh karena itu, rekomendasi
yang disajikan dalam laporan audit seharusnya sudah merupakan hasil diskusi dengan
berbagai pihak yang berkepentingan dengan tindakan perbaikan tersebut. Suatu
rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek audit akan sangat berpengaruh pada
pelaksanaan tindak lanjutnya. Hasil audit menjadi kurang bermakna apabila rekomendasi
yang diberikan tidak ditindaklanjuti oleh pihak yang diaudit.
Dalam penentuan tindakan korektif, auditor harus menjawab dua pertanyaan berikut:
1.Tindakan korektif apa yang harus diambil?
2.Apakah tindakan korektif dapat diterapkan?
Pertanyaan kedua sering paling sulit dijawab karena auditor perlu mempertimbangkan
factor-faktor seperti hubungan biaya atau manfaat, pengaruh terhadap moral karyawan,
dan konsistensi dengan kebijakan perusahaan yang lain.
Dalam contoh keamanan yang lemah dalam divisi riset dan pengembangan, suatu
tindakan korektif yang mungkin adalah tidak memperbolehkan karyawan masuk ke
daerah selama jam bukan usaha. Akan tetapi, hal ini bertentangan dengan percobaan.
Tindakan korektif lain yang mungkin adalah merekrut staf keamanan untuk menjaga 24
jam daerah tersebut. Hal ini akan mahal, akan tetapi mungkin dapat dipertimbangkan
dalam beberapa kasus. Tindakan korektif ketiga yang mungkin adalah mengunci daerah
dan tanda identifikasi diri yang memperbolehkan mereka memasuki daerah tersebut.
Semua tindakan korektif perlu diusulkan perlu didiskusikan dengan orang lain yang
terlibat untuk mendapatkan ide dan kerjasamnya.
Pertemuan ke – 13 dan 14 Laporan Hasil Audit
Manajemen
Bagian akhir dari proses audit manajemen adalah pelaporan hasil audit.
Laporan adalah kesempatan bagi auditor untuk mendapatkan perhatian penuh
manajemen. Begitulah seharusnya cara seorang auditor memandang pelaporan-sebagai
sebuah kesempatan, dan bukan sebuah tugas yang membosankan-kesempatan yang
sempurna untuk menunjukkan kepada manajemen bagaimana seorang auditor dapat
memberikan bantuan.

Seringkali auditor membuka kesempatan emas yang mampu membuka mata manajemen
ini, untuk menunjukkan kepada manajemen apa-apa yang telah capai dan apa-apa yang
dapat mereka capai, untuk menjelaskan hal-hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh
manajemen.
Auditor membuang kesempatan ini dengan menggunakan cara penulisan yang datar,
membuat gunung dari tumpukan-tumpukan hal-hal yang tak berguna, merasa puas atas
format pelaporan yang tidak menarik, membuat tuduhan-tuduhan yang tidak dapat
menahan sanggahan, mengambil kesimpulan-kesimpulan yang tidak berdasar dan logis,
serta melaporkan temuan tanpa memberikan solusinya. Auditor hendaknya menggunakan
laporan-laporan mereka seperti seorang vendor yang menggunakan sebuah kesempatan
untuk mempresentasikan produk-produknya kepada direktur suatu perusahaan; sebuah
peluang untuk melakukan presentasi yang telah disiapkan, teuji, dan tervisualisasi dengan
baik. Dalam kondisi ini, laporan audit memiliki tiga fungsi yaitu : pertama, untuk
mengomunikasikan; kedua, untuk menjelaskan; dan ketiga, untuk mempengaruhi dan,
jika diperlukan, meminta dilakukannya suatu tindakan. Tetapi manajemen harus terlebih
dahulu ingin untuk membaca atau mendengar laporan audit tersebut. Agar suatu
komunikasi dapat menjadi efektif, saluran-saluran yang tersedia harus jelas dan media
yang digunakan harus tajam dan mudah untuk dipahami. Kisah yang diceritakan harus
sepadan dengan isinya; telah banyak usaha audit yang konstruktif dan dikerjakan dengan
keahlian ternyata tenggelam dalam pelaporan yang buruk. Auditor yang mempertajam
teknik-teknik audit mereka tetapi membiarkan laporan mereka membosankan, tidak akan
mampu menembus lingkaran manajemen yang kepada siapa kisah mereka seharusnya
diceritakan.
Ketika manajemen memberi kesempatan, auditor harus ingat bahwa mereka adalah
tenaga pemasaran. Oleh karena itu, mereka harus berusaha untuk persuasive-melalui
teknik-teknik motivasi dan gaya yang mereka gunakan. Mereka harus mempertegas hal-
hal yang tidak material. Mereka harus mengetengahkan perlunya pengambilan tindakan,
menjelaskan tindakan itu, serta menjelaskan keuntungan-keuntungan dan kerugian yang
terjadi jika tidak melaksanakannya.
Laporan audit dapat menjadi sebuah instrument yang kuat jika dibuat dan dipergunakan
dengan baik. Laporan audit dapat menciptakan kesan keprofesionaan audit Laporan
tersebut dapat memberitahukan kepada klien-manajemen senior-mengenai kejadian-
kejadian penting yang tidak akan mereka ketahui kecuali jika diberitahukan. Laporan
audit dapat mengubah pandangan. Laporan audit dapat mendorong dilakukannya
tindakan.
Laporan audit seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, memiliki tiga tujuan utama. Jika
auditor tidak mencapai tujuan ini, laporan mereka hanya akan membuang-buang waktu
saja. Di dalam laporannya, auditor hendaknya berusaha untuk :
Menginformasikan Menceritakan hal-hal yang mereka temui
Mempengaruhi Meyakinkan manajemen mengenai nilai dan validitas dari temuan audit.
Memberikan hasil Menggerakkan manajemen kea rah perubahan dan perbaikan
Karenanya laporan tersebut sebaiknya mempresentasikan temuan audit dengan jelas dan
sederhana. Laporan audit harus mendukung kesimpulan dengan bukti yang persuasive.
Laporan harus memberikan arah pada pengambilan keputusan manajemen dengan
memberikan rekomendasi perbaikan. Hasil akhir ini dapat dicapai dengan menggunakan
cara-cara berikut ini :

Sasaran Cara
Menginformasikan Menciptakan kesadaran
Mempengaruhi Mendapat penerimaan; menciptakan dukungan
Memberikan hasil Mendorong pelaksanaan tindakan
Tujuan dari laporan audit adalah untuk menyediakan cara-cara di atas. Laporan tersebut
sebaiknya menciptakan di pikiran pembacanya keyakinan bahwa (1) apa yang dilaporkan
dapat dipercaya, dan (2) apa yang direkomendasikan adalah valid dan berharga.
Untuk melaksanakan cara-cara itu, dibutuhkan unsur-unsur berikut ini di dalam laporan
audit:
Cara Unsur
Kesadaran Identifikasi kesulitan dengan jelas dan dapat dipahami, atau kesempatan untuk
perbaikan
Penerimaan/dukungan Dukungan persuasif dan nyata untuk kesimpulan dan bukti atas
pentingnya nilai mereka
Tindakan Memberikan cara-cara yang membangun dan praktis dalam mencapai
perubahan yang diinginkan.
Untuk mengembangkan kesadaran, laporan hendaknya menjelaskan kondisi yang ditemui
dan membandingkannya dengan beberapa kriteria tindakan yang dapat diterima. Untuk
dapat diterima oleh manajemen, laporan harus secara meyakinkan menunjukkan dampak
nyata atau dampak potensial dari kondisi tersebut. Untuk membantu manajemen
mengambil tindakan perbaikan yang memadai, laporan hendaknya menunjukkan
penyebab dari kesulitan; tidak hanya dari yang tampak di depan mata, tetapi juga masalah
mendasarnya. Dan untuk meningkatkan kemungkinan dilakukannya tindakan perbaikan,
laporan hendaknya memberikan beberapa rekomendasi – beberapa cara untuk
menyelesaikan permasalahannya.
A. Penyajian Laporan
Ada dua penyajian laporan audit manajemen, yaitu : (a) cara penyajian yang mengikuti
informasi yang diperoleh dalam setiap tahapan audit, dan (b) cara penyajian yang
mengikuti arus informasi yang menitikberatkan penyajian kepada kepentingan para
pembaca (pengguna) laporan hasil audit ini.
Penyajian laporan mengikuti arus informasi
Dalam cara ini, auditor menyajikan hasil auditnya dalam laporan berdasarkan informasi
yang diperoleh sesuai dengan tahapan-tahapan audit yang dilakukan. Seperti diketahui,
seorang auditor memperoleh informasi melalui tahapan-tahapan audit sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi latar belakang pada tahap audit pendahuluan
2. Menetapkan tujuan audit yang sesungguhnya berdasarkan hasil review dan pengujian
terhadap sistem pengendalian manajemen.
3. Pengumpulan bukti-bukti audit dan pengembangan temuan yang berkaitan dengan
tujuan audit, pada tahap audit lanjutan
4. Menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti (temuan) audit yang berhasil
dikumpulkan.
5. Merumuskan rekomendasi
6. Menyatakan ruang lingkup audit yang telah dilakukan
Sesuai dengan tahap audit, auditor mengorganisasikan laporan hasil auditnya berdasarkan
apa yang dilakukan dan yang ditemukan selama melaksanakan tahapan-tahapan audit.

Penyajian Laporan yang menitikberatkan pada kepentingan pengguna


Penyajian dengan menggunakan cara ini menitikberatkan pada kepentingan para
pengguna laporan hasil audit. Umumnya para pengguna laporan lebih berkepentingan
terhadap temuan auditnya daripada bagaimana auditor melakukan audit. Dengan
demikian dibutuhkan penyajian laporan yang dapat menjawab pertanyaan pengguna
laporan dengan cepat, biasanya berupa kesimpulan atas audit yang dilakukan auditor.
Dalam penyajian ini, auditor mengikuti format sebagai berikut :
1. Informasi latar belakang
2. Kesimpulan audit disertai dengan bukti-bukti yang cukup untuk mendukung
kesimpulan audit.
3. Rumusan rekomendasi
4. Ruang lingkup audit
Tujuan audit manajemen adalah menemukan kekurangan/kelemahan dalam pengelolaan
berbagai program/aktivitas dalam perusahaan, biasanya pengguna laporan lebih
berkepentingan pada hasil audit (temuan audit) yang merupakan indikasi terjadinya
berbagai kekurangan/kelemahan dalam pengelolaan program/aktivitas dalam perusahaan.
Oleh karena itu, dalam buku ini penyajian laporan diarahkan pada cara penyajian yang
kedua yaitu penyajian laporan yang menitikberatkan pada kepentingan pengguna.
Informasi Latar Belakang
Informasi latar belakang merupakan informasi umum tentang perusahaan dan
program/aktivitas yang diaudit. Pada bagian ini auditor harus mampu memberikan
gambaran umum tentang tujuan dan karakteristik perusahaan serta program/aktivitas yang
diaudit, sifat, ukuran program, serta organisasi manajemennya. Pada bagian ini juga
disajikan apa alasan yang mendasari dilakukannya audit manajemen.
Kesimpulan dan Temuan Audit
Untuk menyakinkan pengguna laporan audit, auditor harus menyajikan temuan-temuan
yang diperoleh sebagai pendukung setiap kesimpulan yang dibuat. Kesimpulan dalam
audit manajemen selalu dibuat berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh pada saat
melakukan audit, baik itu temuan yang berhubungan dengan kriteria, penyebab, maupun
akibat. Dalam menyajikan temuan audit, auditor harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Judul bab harus mengindentifikasi pokok persoalan dan sedapat mungkin juga arah
dari temuan
2. Pokok-pokok setiap temuan harus diikhtisarkan secara singkat dan harus
mengungkapkan kepada pengguna akan adanya uraian yang mendukung dan menjelaskan
pokok-pokok temuan tersebut.
3. Auditor harus menggambarkan kepada pengguna laporan tentang hal-hal yang
ditemukan baik bersifat negative maupun positif, apa penyebab, dan akibat dari temuan
tersebut.
4. Dalam penyajian temuan ini auditor juga harus mempertimbangkan dan mengevaluasi
komentar para pihak yang berkaitan dengan program/aktivitas yang diaudit.
5. Semua penyajian temuan harus diakhiri dengan suatu pernyataan yang menjelaskan
sikap akhir auditor atas dasar pertimbangan yang matang terhadap informasi yang
diperoleh.

Rumusan Rekomendasi
Rekomendasi merupakan saran perbaikan yang diberikan auditor atas berbagai
kekurangan/kelemahan yang terjadi pada program/aktivitas yang diaudit. Auditor harus
memberikan rekomendasi kepada atasan dari pengelola program/aktivitas yang diaudit.
Rekomendasi harus disertakan dalam laporan hasil audit. Setiap rekomendasi yang
diajukan oleh auditor harus dilengkapi dengan analisis yang menyangkut adanya
peningkatan ekonomisasi, efisiensi, atau efektivitas yang akan dicapai pada pelaksanaan
program/aktivitas serupa di masa depan atau juga termasuk berbagai kemungkinan
kerugian yang akan terjadi pada perusahaan jika rekomendasi tersebut tidak dilaksanakan.
Agar mudah dipahami oleh pengguna laporan, rekomendasi seharusnya disusun dengan
kalimat yang operasional dan tidak teoritis.
Walaupun pelaksanaan rekomendasi tersebut sepenuhnya merupakan kewenangan
manajemen perusahaan, sebenarnya auditor juga berkepentingan terhadap
dilaksanakannya rekomendasi tersebut. Oleh karena itu, dalam proses audit komunikasi
yang konstruktif harus dilakukan oleh auditor dengan berbagai pihak yang ada dalam
perusahaan terutama yang berkaitan dengan program/aktivitas yang diaudit.
Pengomunikasian hasil temuan mutlak harus dilakukan di mana auditor harus
mendapatkan komentar yang seimbang berkaitan dengan berbagai temuan dari berbagai
pihak yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan tersebut. Sebelum
mengajukan rekomendasi final di dalam laporannya, auditor terlebih dahulu
mendiskusikannya dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian
diharapkan rekomendasi tersebut diterima dan dilaksanakan dengan penuh komitmen dan
tanpa keterpaksaan.
Ruang lingkup Audit
Ruang lingkup audit menunjukkan berbagai aspek dari program/aktivitas yang diaudit
dan periode waktu dari program/aktivitas yang diaudit oleh auditor. Pada bagian ini juga
harus disajikan seberapa mendalam audit tersebut dilakukan. Untuk hal-hal yang tidak
masuk dalam ruang lingkup audit ini, sebaiknya tidak disajikan di dalam laporan yang
dibuat supaya tidak mengaburkan pemahaman pengguna laporan terhadap hasil audit
yang disajikan auditor.

B. Tips untuk Penulisan Laporan Audit


Sebuah artikel di dalam audit menguraikan serangkaian tips umum dan tips khusus dalam
penulisan dan pengeditan laporan audit. Tips tersebut adalah :
1. Perlahan-lahan. Pikirlah sebelum anda menulis. Tulislah apa yang ingin anda tulis
2. Menulislah untuk pembaca anda yang paling tidak terinformasi. Sederhanakanlah apa
yang hendak anda tulis
3. Jika sesuatu hal tampaknya tidak begitu jelas bagi anda ketika anda menuliskannya.
Lakukanlah penulisan ulang sampai hal tersebut jelas.
4. Tujuan penulisan anda kepada para pendengar anda
5. Gunakanlah manual gaya penulisan yang baik dan sering-seringlah menjadikannya
sebagai referensi. Selalu siapkan satu manual di samping anda
6. Cobalah untuk menulis dan mengeditnya di pagi hari ketika pikiran anda masih relative
jernih
7. Ketika melakukan pengeditan, telaah setiap dokumen paling sedikit tiga kali :
• Untuk mendapatkan pemahaman umum atas apa yang dikatakan
• Untuk menentukan apakah setiap kalimat itu dibutuhkan dan menyampaikan secara
tepat apa yang hendak disampaikan.
• Untuk menilai gaya, bentuk, dan tata bahasa.
8. Percayalah pada pertimbangan anda walaupun menyakitkan
9. Jelaskan mengapa anda membuat pengubahan pada laporan. Hal ini dapat menjadi
suatu proses pembelajaran
10. Tetap lakukan usaha yang terbaik
Beberapa komentar tambahan untuk meningkatkan penulisan anda dapat termasuk:
• Isi dan alur pemikiran adalah kriteria yang paling penting dari draft pertama
• Lihatlah dengan pandangan yang segar. Lakukan baca ulang setelah beberapa waktu
untuk melihat apakah masih menyampaikan pemikiran-pemikiran yang diinginkan
• Jika ragu-ragu, keluarkan unsur tersebut dari laporan
• Jagalah tetap sederhana, jelas, dan singkat
• Lakukan pengeditan untuk tata bahasa, penampilan dan konsistensi

C. Strategi yang efektif dalam penulisan laporan


Serangkaian strategi yang efektif untuk penulisan laporan audit baru-baru ini dibahas
dalam sebuah surat kabar Internal Auditing oleh Warren Gorham & Lamont. Secara
substantif, berikut ini adalah hal-hal yang ditekankan :
• Penulisan singkatan secara penuh sebaiknya dilakukan ketika singkatan tersebut
pertama kali digunakan dalam sebuah laporan. Jika terdapat banyak singkatan, gunakan
lampiran untuk ke semuanya
• Rekomendasi hendaknya secara seksama menguraikan prosedur yang akan
menyelesaikan masalah
• Rekomendasi hendaknya menyelesaikan masalah dasarnya, bukan masalah-masalah di
permukaan atau gejala-gejalanya
• Rekomendasi hendaknya diberikan pada segmen dari organisasi klien yang memiliki
wewenang untuk mengimplementasikannya
• Respon-respon klien atas temuan sebaiknya dimasukkan dalam laporan
• Sebuah temuan audit sebaiknya menggambarkan hanya satu sisi situasi
• Bahasa yang digunakan sebaiknya objektif dan tidak menghakimi
• Gunakan kamus yang telah diperbaharui
• Buatlah kerangka pikiran dari laporan sebelum memulai membuat dan menuliskannya
• Gunakan paragraph-paragraf pendek
• Gunakan poin-poin untuk hal-hal pendek daripada menggunakan kalimat
• Tempatkan tabel-tabel panjang dalam lampirannya
• Kelompokkan temuan-temuan yang serupa bersama-sama
• Tempatkan temuan yang paling penting pada awal laporan
• Masukkan sebuah ringkasan eksekutif yang berisi temuan-temuan dan rekomendasi-
rekomendasi
• Untuk penekanan, gunakan bullet point, garis bawah, dan jenis huruf cetak tebal atau
miring.
D. Diskusi dengan klien
Penelaahan-penelaahan awal draft laporan bersifat konstruktif di mana auditor dank lien
bertemu untuk menetapkan fakta-fakta, mengevaluasi rekomendasi, dan menetapkan nada
laporan yang dibuat. Penelaahan draft laporan yang dikeluarkan merupakan reaksi atas
rekomendasi dan mungkin menggunakan pendekatan yang depensif. Setelah sebuah
laporan rutin selesai dibuat draftnya, penelaahan oleh klien mungkin menjadi sebuah
langkah yang tepat. Ia akan menjadi jaminan untuk memastikan aspek-aspek penting dari
operasi yang diaudit.

A. Laporan untuk Manajemen


Laporan kepada manajemen senior dan dewan melalui komite audit memiliki dua tujuan.
Pertama adalah untuk mengomunikasikan hal-hal yang telah dicapai oleh auditor.
Sedangkan yang lainnya adalah untuk menjelaskan apa-apa yang telah diamati oleh
auditor. Buku ini mengistilahkan yang pertama, sebagai laporan aktivivitas dan yang
kedua sebagai laporan evaluasi.
Laporan aktivitas menjelaskan sampai sejauh mana auditor mampu memenuhi
sasarannya. Laporan ini menguraikan ruang lingkup dan kedalaman usaha auditor.
Laporan ini meringkas tindakan perbaikan yang dianggap sebagai hasil dari auditor.
Mereka menunjukkan bagaimana audit telah membantu melindungi perusahaan melalui
pengawasan atas kecukupan dan efektivitas berbagai sistem kontrol yang ada.
Laporan evaluasi memberikan informasi tentang perusahaan yang tidak tersedia di tempat
lain kepada manajemen dan dewan. Laporan operasional mernguraikan operasi dari sudut
pandang manajer operasional, yang mungkin dapat dapat atau tidak sepenuhnya objektif.
Sedangkan laporan evaluasi dari auditor memberikan informasi yang objektif akan
kesehatan operasional perusahaann dan membantu mendukung laporan auditor dan surat
manajemen.
Laporan aktivitas dan laporan evaluasi telah cukup lama digunakan oleh banyak aktivitas
auditor, namun jarang sekali diperintahkan untuk dibuat. Pada umumnya, laporan tersebut
merupakan layanan yang diberikan kepada manajemen dan dewan atas keinginan dari
auditor sendiri. Akan tetapi, Internal Auditing (standar).Practice Advisory 2060-
1,”Reporting to the Board and Senior Management” (Pelaporan kepada Dewan dan
Manajemen Senior), menyebutkan kewajiban dari direktur audit untuk menerbitkan
laporan tersebut sebagai berikut :
1. Direktur audit hendaknya memberikan laporan aktivitas kepada manajemen senior dan
dewan setiap tahun atau lebih banyak frekuensinya jika dibutuhkan. Laporan aktivitas
hendaknya menyoroti observasi dan rekomendasi penting dari penugasan dan hendaknya
menginformasikan kepada manajemen senior dan dewan setiap penyimpangan signifikan
yang terjadi dari jadwal kerja penugasan yang telah disetujui, perencanaan staf, dan
anggaran keuangan, serta alasan terjadinya penyimpangan tersebut.
2. Obserrvasi penugasan yang penting adalah kondisi-kondisi yang berdasarkan
pertimbangan dari direktur audit, dapat memberikan dampak yang merugikan bagi
perusahaan. Observasi penugasan yang penting dapat meliputi kondisi yang berhubungan
dengan ketidakwajaran, kegiatan-kegiatan illegal, kesalahan-kesalahan, ketidakefisienan,
konflik kepentingan, dan kekurangan kontrol. Setelah melakukan penelaahan atas kondisi
ini bersama-sama dengan manajemen senior, direktur audit internal sebaiknya
mengomunikasikan observasi penugasan yang signifikan dan rekomendasinya kepada
dewan, apakah mereka telah atau belum dipecahkan secara memuaskan
Anggota dewan sangat jauh terpisah dari operasi perusahaan, namun mereka tetap
dianggap bertanggung jawab untuk apa pun yang terjadi di sini. Jalur ketua dewan untuk
memperoleh informasi tentang operasi yang akurat, objektif, dan tidak bias adalah kontak
dengan dan informasi dari auditor. Para anggota dewan mungkin tidak akan dapat
membaca seluruh laporan pemeriksaan audit, tetapi mereka akan sangat tertarik dengan
laporan ringkasan dari seluruh kontrol perusahaan secara keseluruhan dan kinerjanya:
• Ringkasan temuan-temuan audit dan kesimpulannya
• Status dan kontrol internal perusahaan
• Opini auditor atas aktivitas yang ditelaah
• Temuan-temuan material yang belum diperbaiki
• Tren keseriusan dan kepelikan penyimpangan yang dilaporkan
Sehingga laporan berkala mengenai apa yang telah di capai auditor dan apa yang telah
mereka temuan, sekaligus laporan evaluasi auditor atas kesehatan operasional dan
administrative dari perusahaan, dapat menjadi perhatian penting bagi audit komite dari
dewan komisaris
Dalam laporan tentang kesehatan operasional perusahaan dapat menarik perhatian
manajemen. Manajemen akan melihatnya sebagai sebuah indicator kelancaran
administrasi atau kekurangan organisasional. Oleh karena itu, laporan tersebut harus
memiliki dasar yang kuat dan logis. Terdapat beberapa unit pengukuran untuk laporan
seperti ini. Dua diantaranya adalah opini audit dan temuan audit.

B. Meringkas Temuan
Ringkasan dari temuan-temuan yang menyebabkan dikeluarkannya opini yang tidak
memuaskan akan menunjukkan di mana tindakan perbaikan sebaiknya dilakukan.
Temuan dapat dibagi menjadi dua klasifikasi : berat dan ringan. Sebaiknya dibuat
panduan untuk membedakan dua klasifikasi tersebut. Di bawah ini adalah beberapa
definisi yang dapat digunakan.
Temuan yang berat adalah temuan yang mempengaruhi kinerja atau kontrol, menghalangi
suatu aktivitas, fungsi, atau unit utuk mencapai bagian yang substantial dari sasaran atau
tujuannya yang signifikan.
Temuan yang ringan adalah temuan yang perlu untuk dilaporkan dan meminta
dilakukannya tindakan perbaikan, tetapi hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai suatu
halangan tercapainya sasaran atau tujuan yang penting.
Temuan membutuhkan satu uraian lebih lanjut jika pelaporannya ingin dapat digunakan
secara efektif. Secara sederhana, manajemen memiliki dua tanggung jawab dasar dalam
melaksanakan operasinya: Pertama adalah menjelaskan kepada para karyawannya
mengenai apa-apa yang perlu dilakukan. Kedua adalah meminta mereka melakukannya
dan meyakinkan bahwa mereka telah melakukannya dengan benar. Arti tidak langsung
dari tanggung jawab pertama adalah memberikan kriteria: sistem, standar, perintah,
prosedur, instruksi jabatan, dan cara-cara lain yang berada di bawah arti umum dari
kontrol. Beberapa contoh dari masing-masing kondisi :
Kontrol/berat. Organisasi pengadaan tidak mensyaratkan pelaksanaan penawaran
kompetitif. Kecerobohan seperti ini akan memberikan dampak buruk yang serius bagi
perusahaan dan mencegah tercapainya salah satu tujuan utamanya: mendapatkan barang
atau jasa yang dibutuhkan dengan harga terbaik. Hal ini akan lebih mempengaruhi
kontrol dibandingkan dengan kinerja, karena tidak ada yang menghalangi pembeli
mendapatkan penawaran-penawaran. Dan, bahkan jika tidak diperintahkan untuk
melakukan hal tersebut, para pembeli yang berpengalaman akan mendapatkan
penawaran-penawaran, yang tidak akan memperkecil keseriusan dari kekurangan.
Pembeli-pembeli baru bisa saja masuk ke dalam organisasi pengadaan dan, tanpa adanya
peraturan yang mengatakan sebaliknya, memberikan seluruh pesanan mereka kepada
pemasok yang mereka sukai. Semua pembeli dapat terpengaruh godaan yang diberikan
oleh vendor yang nakal.
Kinerja/berat. Prosedur mensyaratkan dilakukannya penawaran yang kompetitif. Namun
tetap saja 5 persen dari 200 pesanan pembelian yang diperiksa, jumlah yang
mencerminkan bagian yang cukup besar dari komitmen pembelian bahan baku, tidak
dilaksanakan melalui penawaran secara kompetitif. Kegagalan untuk memperoleh
penawaran tidak diberikan justifikasinya atau pun didokumentasi. Hal ini merupakan
kekurangan dari kinerja karena aktivitas tidak dilaksanakan sesuai dengan instruksi-
instruksi yang ada. Mungkin terdapat kekurangan kontrol yang berhubungan dengan
kejadian ini jika instruksi pengadaan tidak mensyaratkan dilakukannya penelaahan
pengawasan atas pemeriksaan yang ditempatkan, namun pada dasarnya yang kita hadapi
di sini adalah kekurangan dalam pelaksanaan yang dapat menghalangi tercapainya tujuan
pengadaan yang penting.
Kontrol/ringan. Instruksi mengenai pembuatan sebuah laporan statistic kepada
manajemen senior tentang komitmen pengadaan tidak menunjukkan adanya suatu
verifikasi independen atas angka-angka yang disajikan. Karenanya diasumsikan bahwa
penelaahan pengawasan atas laporan akan mencegah dilaporkannya kesalahan besar
kepada manajemen, tetapi tidak adanya kontrol telah melanggar ajaran dari pelaksaan
administrasi yang baik\ dan seharusnya diperbaiki.
Kinerja/ringan. Meskipun instruksinya mensyaratkan dilakukannya verifikasi independen
atas laporan komitmen kepada manjemen eksekutif, sejumlah kesalahan tetap ditemukan
di dalam laporan, masing-masing dengan jumlah yang tidak lebih dari $100. Para
karyawan seharusnya diperingatkan untuk memberikan perhatian yang lebih besar. Orang
yang menandatangani laporan seharusnya menjalankan tes-tes berkala atas laporan
tersebut untuk menjamin keakuratannya. Tentu saja kekurangan pelaksanaan yang terjadi
perlu diperbaiki-tetapi tidak dapak dikatakan bahwa kesalahan-kesalahan tersebut telah
sangat mempengaruhi sasaran atau tujuan yang penting.
Umumnya temuan-temuan berat dilaporkan di dalam laporan audit. Temuan-temuan
ringan akan diringkas dalam laporan audit atau dimasukkan sebagai bagian dari surat
manajemen dari auditor kepada manajer klien. Surat manajemen ini tidak membebaskan
klien dari kewajiban memberikan respons atas temuan-temuan ringan. Surat manajemen
biasanya ditelaah pada audit berikutnya, dan jika masih belum terpecahkan, kondisi ini
dapat menjadi sebuah temuan yang berat di dalam laporan audit berikutnya. Jadi,
persentase dari temuan-temuan penyimpangan yang dilaporkan akan dianggap sebagai
persentase dari masalah, opini, atau kinerja yang utama.

C. Meringkas Opini Audit


Tidak semua auditor menyajikan opini secara keseluruhan dari masing-masing audit yang
mereka lakukan. Beberapa orang cukup puas dengan hanya melaporkan temuan dan
rekomendasinya saja; di beberapa kasus bahkan hanya temuan saja yang dilaporkan.
Namun, beberapa yang lainnya, memiliki argument bahwa sebuah opini professional atas
kecukupan, efisiensi, dan efektivitas sistem kontrol, keuangan dan operasional, dari
aktivitas yang diaudit, akan memberikan informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi
manajemen. Para auditor percaya bahwa opini atas operasi tidak kalah penting jika
dibandingkan dengan opini yang diberikan atas laporan keuangan
Opini auditor atas aktivitas operasional sepesifik yang diaudit pada dasarnya akan
menjadi memuaskan atau tidak memuaskan. Tentu saja gradasi di dalamnya; sangat
memuaskan, memuaskan, dengan pengecualian buruk, tidak memuaskan. Tetapi
perbedaan ini sendiri mungkin hanya berupa perbedaan penampilan saja. Dari sudut
pandang manajemen, operasi tersebut hanya diukur apakah telah memenuhi standar atau
tidak. Apakah pekerjaan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak-dan jika tidak,
mengapa. Temuan-temuan spesifik akan mendukung opini-opini ini.

D. Pemetaan Tren
Tren dalam opini dan temuan-temuan penyimpangan hendaknya dipetakan sehingga
dapat memberikan sebuah indikasi yang bermanfaat tentang kesehatan administratif
perusahaan. Grafik dapat menggambarkan sejarah dari catatan opini-opini berat yang
tidak memuaskan. Opini ini disajikan terpisah untuk kontrol dan kinerja. Sebuah grafik
final akan menunjukkan kombinasi dari keduanya. Grafik ini menunjukkan penurunan
administrative secara bertahap atau adanya inisiasi atau perubahan di banyak aspek
operasional organisasi. Grafik tersebut menunjukkan kebutuhan untuk mencari penyebab-
penyebab mendasarnya dan untuk meminta manajemen melakukan tindakan yang
diperlukan untuk membalik tren yang tidak memuaskan. Akan tetapi penggunaan
persentase sendiri adalah praktik yang berbahaya tanpa adanya informasi memenuhi
persyaratan dari tingkat kepentingan dan risiko serta jumlah dari sumber daya yang
dipertanyakan. Penggunaan angka-angka dari segmen-segmen audit memberikan
beberapa informasi ini. Tambahan informasi akan membuat angka-angka statistiknya
menjadi lebih bermakna.

E. Meringkas Penyebab
Mengetahui kekurangan saja tidaklah cukup. Manajemen hendaknya mengetahui
mengapa kekurangan tersebut terjadi. Mungkin informasi yang paling berguna yang dapat
diberikan auditor kepada manajemen adalah informasi tentang penyebab terjadinya
penyimpangan. Kenali penyebabnya dan anda telah setengah jalan menuju penemuan
perbaikannya. Laporan mengenai kondisi yang menyimpangan dan opini yang tidak
memuaskan dapat memberikan alasan bagi manajemen untuk memberikan perhatian,
akan tetapi laporan tersebut bisa membuat frustasi. Eksekutif akan melihat penentuan dari
kekurangan-kekurangan operasional dan berkata, “ Saya setuju dengan opini anda,
auditor, bahwa kondisi ini memang buruk. Tetapi mengapa kondisi seperti ini dapat
terjadi? Sampai saya mengetahui penyebabnya, saya tidak yakin dapat membuat keadaan
menjadi lebih baik.”
Di bawah ini adalah beberapa kumpulan penyebab yang dapat dikaitkan dengan hierarki
kontrol manajemen:
1. Tujuan dan Perencanaan yang sesuai tidak dibuat
2. Sumber daya manusia dan bahan baku yang sesuai tidak diberikan
3. Standar atau kriteria lainnya tidak ditentukan
4. Karyawan tidak dilatih
5. Tidak adanya sistem persetujuan
6. Tidak adanya kontrol utama (pusat)
7. Kepatuhan terhadap standar tidak dijamin
8. Proses yang sedang berjalan tidak diawasi
9. Sistem pencatatan dan pelaporan yang memadai tidak dibuat atau dipelihara
10. Tidak ada tindakan yang dilakukan oleh manajemen saat menerima laporan
11. Tidak ada tindak lanjut atas implementasi tindakan berkenaan dengan kekurangan-
kekurangan sebelumnya.
Di bawah ini adalah kumpulan penyebab lainnya yang meliputi usaha-usaha yang telah
dilakukan oleh organisasi, manajer dan masyarakat. Penyebab-penyebab ini dicantumkan
menurut empat fungsi manajemen:
A. Perencanaan dan Pengorganisasian
1. Kebutuhan akan adanya kontrol yang tidak diakui
2. Wewenang yang tepat tidak diberikan
3. Karyawan yang memadai tidak diberikan
4. Prioritas yang tepat tidak diberikan
5. Peralatan yang memadai tidak diberikan
6. Cara-cara melakukan koordinasi tidak diberikan
7. Tanggung jawab tidak diberikan
8. Pelatihan yang memadai tidak diberikan
9. Strategi operasional tidak dirancang
B. Pengarahan dan Kontrol
1. Jadwal tidak dibuat atau dipenuhi
2. Instruksi-instruksi yang memadai tidak diberikan
3. Standar-standar tidak dipenuhi
4. Umpan balik mengenai proses yang sedang berjalan tidak diperoleh
5. Tindakan perbaikan segera tidak dilaksanakan
6. Perhatian manajemen yang tidak memadai
7. Perhatian supervisor yang tidak memadai
8. Sikap manajemen atau supervisor (penolakan kontrol)
9. Sikap karyawan
10. Kesalahan manusia
11. Kurangnya komunikasi
12. Keputusan Manajemen untuk tidak mengambil tindakan yang diminta
13. Kontrol tidak diperbarui
14. Pelatihan dasar yang memadai tidak diberikan
Di samping menentukan penyebab, juga diperlukan penetapan sifat kekurangan itu
sendiri. Benar, penyebabnya mungkin misalnya, kegagalan untuk mengambil tindakan
perbaikan dengan segera. Tetapi kekurangan ini dapat terjadi di setiap waktu atau
sebagian waktu. Tindakan yang dilaksanakan bisa saja tidak tepat pada waktunya atau
tidak akurat. Pada akhirnya, tindakan itu bisa tidak konsisten. Jadi bersama-sama dengan
penyebabnya, menarik untuk diketahui apakah kontrol atau kinerja yang terjadi adalah :
a. Tidak lengkap
b. Kurang
c. Tidak tepat waktu
d. Tidak akurat
e. Tidak konsisten
f. Salah

You might also like