You are on page 1of 1

A.

Kesimpulan

Secara umum ijtihad dapat idartikan sebagaipengerahan segala kesanggupan sesorang faqih
(pakar ilmu fiqih Islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum sesuatu melalui dalil
syara’ (agama), Ijithad telah berkembang sejak zaman Rasulullah SAW fiqih mengandung
“pengertian tentag hukum syara’ yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf” maka Ijtihad akan
terus berkembang perkembangan ini berkaitan dengan berbuatan manusia yang selalu berubah-
ubah baik bentuk maupun macamnya, dalam hubungan ini, menurut Asy syahstani bahwa
keadian dan kasus dalam peribadatan dan muamalah (tindakan manusia) secara pasti dapat
diketahui bahwa tidak setiap kasus ada nashnya apabila nashnya sudah berakhir sedangkan
kejadiannya berlansung terus tanpa batas ketika sesuatu yang tidak terbatas maka qiyas wajib
dipakai sehingga setiap kasus ada ijtihad mengenainya.

Menurut al Gahzali dalam kitabnya Al Mustasfa jus I : 137 “Istihsan adalah semua hal yang
dianggap baik oleh Mujtahid menurut Akalnya” dlam hal kehujjahannya para ulama berbeda
pendapat, ada yang menggunakan istihsan dan ada yang tidak mengakui adanya istihsan

DAFTAR PUSTAKA
Syafei, Rahmat, Prof Dr, MA,lmu Ushul Fiqh, Bandung : Pustaka Setia,
2007
Siswanto, Deding Drs, Ushul Fiqih untuk kelas III MA, Bandung : Armico,
1993
Uman, Khairul A. Achyar Amirudin, Ushul Fiqh II untuk Fakultas Syariah,
Bandung : Pustaka Setia, 2001

You might also like