Professional Documents
Culture Documents
Mahkamah Konstitusi
ENGAN ditetapkannya amendemen IV pada Sidang Tahunan MPR RI tanggal 10
Agustus 2002, rangkaian perubahan atas UUD '45 telah selesai. Amendemen
dilakukan empat kali, yaitu pada SU MPR 1999 dan pada ST MPR tahun 2000, 2001,
dan 2002. Hal itu menimbulkan kesan seolah-olah perubahan UUD '45 itu dilakukan
sepenggal-sepenggal dan tidak memperhatikan keterkaitan pasal-pasal di dalam UUD.
Sebenarnya empat kali amendemen itu merupakan satu rangkaian perubahan yang
dilakukan dalam kesatuan komprehensif.
Salah satunya menyangkut nilai kedaulatan rakyat. Nilai itu di dalam pasal-pasal dan
Penjelasan UUD '45 yang asli telah terdistorsi menjadi kedaulatan negara. Suatu
perubahan yang terjadi karena nilai kedaulatan rakyat itu telah dipahami dalam
konteks paham integralistik-totaliter. MPR telah diposisikan sebagai pelaksana
sepenuhnya kedaulatan rakyat, sebagai sebuah lembaga tertinggi yang mempunyai
kekuasaan yang tidak terbatas.
Dengan perubahan UUD '45, kedaulatan rakyat dipulihkan dan pelaksanaannya tidak
lagi dimonopoli oleh suatu lembaga tertentu (dhi MPR), tapi diatur oleh UUD (Pasal 1
Ayat (2)) dengan dasar prinsip checks and balances. Dengan perubahan itu kita telah
beralih dari suatu sistem otoriter-totaliter ke sistem demokrasi yang mempunyai
mekanisme checks and balances.
Selanjutnya, MPR telah berubah menjadi sebuah lembaga negara biasa dengan
kewenangan tertentu dan terbatas yang dapat dikontrol oleh kekuasaan lembaga lain
dari negara.
Fundamental
Perubahan yang juga fundamental adalah penegasan bahwa Indonesia adalah sebuah
negara hukum, yang diangkat dari Penjelasan dan dimaknai secara baru (Pasal 1 Ayat
(3)). Perdebatan mengenai hal itu berlangsung cukup lama sehingga kesepakatan
aklamasi untuk mencantumkan ayat itu baru dapat dicapai pada ST MPR tahun 2001.
Persoalannya bukan karena ada yang tidak setuju atas prinsip itu, tapi karena perlu
ada tukar pikiran untuk kesepahaman mengenai makna dan akibatnya terhadap
seluruh kesisteman di dalam UUD nantinya setelah perubahan selesai.
Istilah yang dipergunakan adalah "negara hukum", bukan "negara berdasar hukum"
atau "negara berdasar hukum yang demokratis", untuk menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan, di mana tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggungjawabkan (akuntabel)
dari negara yang menghormati hak-hak asasi manusia (HAM).
UUD juga telah dilengkapi dengan ketentuan tentang HAM yang lengkap (Bab XA
Pasal 28A s/d 28J). Dalam perspektif sejarah, keputusan melengkapi ketentuan HAM
di dalam UUD, yang berarti memperbaiki kedudukan warga di hadapan (kekuasaan)
negara, adalah merampungkan perdebatan di dalam BPU-PKI/PPKI tentang
pentingnya hak-hak individu di tengah sebuah kekuasaan (negara).
Bab VII B Pasal 22E memberikan dasar bagi pelaksanaan pemilihan umum secara
teratur dan akuntabel. Ketentuan itu menjadi dasar bagi siklus kehidupan bernegara
lima tahunan dan sekaligus menegaskan bahwa setiap anggota lembaga perwakil- an
harus dipilih melalui pemilihan umum dan tidak akan ada lagi anggota yang diangkat.
Presiden adalah kepala negara dan kepala pemerintahan. Dengan demikian, kabinet
yang akan datang adalah kabinet presidensial.
Masa jabatan Presiden tetap (fixed term) 5 tahun dan seorang Presiden hanya
dimungkinkan menjabat berturut-turut selama 2 kali masa jabatan (Pasal 7).
MPR tidak lagi membuat GBHN. Program pemerintah dalam masa jabatan Presiden
adalah program kerja partai yang mencalonkan Presiden yang ditawarkan dalam masa
kampanye, yang disusun berdasarkan UUD dan peraturan perundangan yang berlaku.
Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR dan MPR tidak dapat
menjatuhkan Presiden/Wakil Presiden dalam masa jabatannya dengan alasan politik.
Tata cara pemberhentian Presiden (impeachment) diatur jelas di dalam Pasal 7 A dan
7 B.
Kekuasaan Membentuk UU
Menurut ketentuan baru, rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh
DPR dan Presiden diundangkan oleh Presiden. Jika dalam waktu tiga puluh hari
rancangan itu tidak diundangkan oleh Presiden, otomatis rancangan itu berlaku
sebagai undang-undang (Pasal 20 Ayat (5)).
Ruang lingkup BPK meluas dan mencakup pengelolaan seluruh kekayaan negara di
Pusat dan daerah dan BPK adalah satu-satunya lembaga pemeriksa keuangan
eksternal yang berhak memberi opini. Hasil kerja BPK harus ditindaklanjuti oleh
lembaga terkait.
Pimpinan BPK juga dipilih dari dan oleh anggota BPK, dengan maksud memperbesar
independensi dan wibawa BPK. (Bab VIII A)
Anak kalimat "kekuasaan yang merdeka" diambil dari Penjelasan dan dilengkapi
dengan pemahaman yang utuh tentang fungsi hukum guna menegakkan hukum dan
keadilan.
Perdebatan mengenai pasal ini juga menyangkut perlunya UUD memuat landasan
bagi penegakan suatu sistem peradilan yang integral (integrated judiciary system).
Perdebatannya cukup panjang dari tahun 2000 s/d tahun 2002, antara lain mengenai
tugas dan kedudukan Kejaksaan dan Kepolisian dalam penegakan hukum di
Indonesia. Akhirnya pada ST MPR tahun 2002 diputuskan bahwa landasan untuk
sebuah sistem peradilan terpadu dirumuskan pada Bab IX Pasal 24 Ayat (3) yang
berbunyi: "Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
diatur dalam undang-undang." (Berbagai) undang-undang-lah yang nanti akan
mengatur itu lebih lanjut.
MA dan MK Sejajar
Perubahan besar yang juga perlu dicermati adalah perubahan dan pendekatan baru
dalam pengelolaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam praktiknya selama ini, negara kesatuan yang menciptakan ruang hidup bersama
(Liebensraum) bagi masyarakat Indonesia yang amat majemuk dikelola secara amat
sentralistik. Bahkan telah terjadi penyeragaman di dalam banyak aspek hanya demi
kemudahan administrasi.
Dari sisi pembangunan nasional ditegaskan pula bahwa Indonesia adalah satu
kesatuan ekonomi dan negara berkewajiban menjaga keseimbangan kemajuan seluruh
wilayah nusantara (Pasal 33 Ayat (4)). UUD juga menegaskan bahwa bentuk negara
kesatuan tidak dapat diubah (Pasal 37 Ayat (5)).
Mahkamah Konstitusi
Yang dimaksud dengan itu adalah lembaga-lembaga negara dalam lingkup eksekutif,
legislatif dan judikatif, yang nyata-nyata mendapat kewenangan dari UUD seperti
Presiden, DPR, DPD, MPR, MA, dan BPK. Tidak termasuk bank sentral, Komisi
Yudisial, komisi pemilihan umum, dan lain-lain.
MK juga diberi kewenangan untuk memutus dakwaan MPR dalam rangka proses
impeachment seperti telah diuraikan di atas.
Di samping itu MK diberi kewenangan untuk memutus sengketa (dispute) atas hasil
pemilu dan atas tuntutan pembubaran partai politik. Dalam kedua hal itu MK
melaksanakan kewenangannya berdasar peraturan perundang-undangan tentang
penentuan hasil pemilu dan tentang pembubaran partai politik.
Kita telah punya sistem yang dapat diandalkan dan terus dapat disempurnakan.
Indonesia, dari sisi besarnya negara dan jumlah penduduk telah menjadi negara
demokrasi terbesar ke-3 di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Namun tanpa
implementasi, perubahan UUD itu tidak berguna.
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Tugas dan bidang kuasa
Peranan peradilan
Peranan pengawasan
Peranan mengatur
Peranan penasihat
Peranan pentadbiran