You are on page 1of 2

inovasi Terbaik Anak Bangsa

Kamis, 30 September 2010

Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) Nasional ke-12 yang berlangsung dari 22 hingga 26
September lalu di Yogyakarta, memunculkan inovasi-inovasi kejutan dari anak bangsa dari
seluruh Indonesia.

Salah satu yang terbaik dari kejutankejutan di Gelar TTG itu adalah Alat Pengolah Air Laut
Menjadi Garam Viscos dan Air Mineral hasil karya Hasanudin asal Kabupaten Aceh Besar.

Alat itu selain bekerja dengan sistem yang sangat sederhana, juga mengandalkan energi yang
sangat ramah lingkungan yakni energi surya. “Air laut ditarik melalui kolektor, dan distilisasi
pengolahan air laut menjadi garam bersama air mineral.

Jadi selain dilakukan pengendapan air laut menjadi garam, alat ini juga menyuling air laut
menjadi air mineral,” kata Hasanuddin. Karena inovasinya tersebut, stan Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam (NAD) berhasil meraih juara I kategori substansi iptek terbaik TTG
Nasional Ke-12.

Ketua Tim Penilai TTG Nasional Ke-12, Agus Prasetyono, yang juga Deputi Bidang Sumber
Iptek Kementerian Riset dan Teknologi menjelaskan Kategori Substansi Iptek Terbaik dinilai
berdasarkan 45 persen aspek teknis dan 55 persen aspek sosial ekonomi.

“Provinsi NAD juara I dengan skor 1.492, juara II diraih Jawa Timur dengan skor 1.476, dan
juara III diraih DIY dengan skor 1.475. Sementara, untuk juara harapan berturut-turut diraih
Jateng (1.471), Sulawesi Tengara (1.446), dan Sumatra Selatan (1.398),” terangnya dalam
pengumuman resmi saat acara penutupan pameran.

Agus mengatakan secara umum terdapat beberapa inovasi teknologi unggulan yang muncul
di pameran TTG dalam tahun-tahun terakhir, yakni inovasiinovasi masyarakat yang terkait
dengan penyediaan energi secara mandiri.

“Alat Pengolah Air Laut Menjadi Garam Viscos itu sangat penting, karena kita impor garam
sampai satu juta ton tiap tahunnya. Teknologi biogas sekarang juga sudah berkembang pesat.

Ini akan terus dipacu karena problem energi kan problem krusial manusia sekarang,” katanya.

Teknologi Kincir
Sementara itu, Slamet, salah seorang peserta pameran dari pelosok dusun Sungai Tengah,
Desa Manggisan, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember, membuat Kincir Angin
Pembangkit Listrik di dusun tempat tinggalnya yang belum teraliri listrik sama sekali.

Teknologi kincir air yang dikembangkannya sudah digunakan oleh 120 warga di dusun
Sungai Tengah. Dengan memanfaatkan barang-barang bekas, teknologi sederhana ini
sanggup menghasilkan daya listrik sebesar 50-400 watt, dengan biaya pembuatan berkisar
antara 2 – 2,5 juta rupiah.

“Penduduk bikin sendiri, saya hanya ngajari. Nggak dibayar. Sebenarnya kami perlu bantuan
kabel. Selama ini, masih pakai kabel dari loakan, padahal kalau pakai kabel standar PLN bisa
lebih maksimal,” jelasnya.

Sementara itu, Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Dalam Negeri, Ayip
Muflieh, mengatakan pihaknya memberi bantuan kepada para inovator unggulan di dalam
pengurusan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).

“Kita akan koordinasikan dengan kementerian lain untuk mengurus HAKI inovator unggulan.
Kalau sudah punya HAKI mereka kan bisa sangat terbantu untuk memasarkan teknologinya.

Inovasi-inovasi yang muncul di pameran ini juga akan dibikin katalog untuk disebar di semua
pemda di Indonesia,” pungkasnya.
YK/L-1

You might also like