You are on page 1of 10

FLU BURUNG

Iwan Sulianto
Usman Hadi

PENDAHULUAN
Flu burung (Avian Influenza) adalah penyakit menular pada hewan yang
pada umumnya menginfeksi burung atau jenis unggas lainnya, yang disebabkan
oleh virus Avian Influenza (AI) tipe A dan bisa tapi jarang menginfeksi mamalia
termasuk manusia. Virus Influensa terdiri dari tipe A, B, C. Menurut WHO, Flu
burung adalah suatu penyakit infeksi yang akut yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A, terutama H5N1 dan yang di tularkan melalui unggas. (CDC;
2004, WHO;2004)
Akhir-akhir ini infeksi yang disebabkan oleh flu burung atau Avian Influenza
banyak menyita perhatian dunia, dikarenakan penularannya yang sangat cepat
serta luas dan telah menyebabkan jutaan ayam mati dan jutaan ayam harus
dibunuh untuk mencegah penularan yang lebih luas sehingga minimbulkan
kerugian di bidang ekonomi. Bahkan di beberapa negara telah dilaporkan
adanya manusia yang tertular penyakit flu burung ini dan beberapa di antaranya
meninggal dunia. Jenis - jenis unggas yang dapat terkena penyakit ini adalah
ayam, kalkun, burung puyuh, burung onta, burung laut, bebek darat serta angsa.
(Depkes NSW 2004)
Perhatian terhadap wabah flu burung ini sangat besar karena out break di
Asia oleh adanya strain ganas yaitu H5N1. Strain H5N1 dapat menerobos barier
spesies dan hal ini meningkatkan infeksi oleh strain lainnnya. Makalah ini akan
membahas epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis,
penatalaksanaan dan pencegahan dari flu burung.
Tinjauan Pustaka ini dipresentasikan dengan tujuan untuk mengetahui lebih
dalam tentang flu burung mengingat kasusnya pada manusia yang meskipun
jarang tapi mematikan.

EPIDEMIOLOGI
Influenza (Spanish flu) sudah di kenal sejak tahun 1918-1919, yang
disebabkan virus influenza A (H1N1) dan dalam waktu kurang lebih 2 tahun
________________________________________________________________
Tinjauan Pustaka Bagian – SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair – RSU Dr. Soetomo
Surabaya, 5 Juli 2005

1
tersebut diperkirakan menelan korban 40-50 juta orang dalam one single
pandemic. Pada tahun 1957-1958 terjadi out break influenza di Asia (Asian Flu)
yang disebabkan virus Influenza jenis H2N2, yang menelan korban satu juta
orang. Penyakit ini teridentifikasi pada Pebruari 1957 di Cina dan dalam waktu
4 bulan sudah menyebar sampai di Amerika Serikat dan menyebabkan 70.000
orang Amerika meninggal. (WHO;2004,CDC;2004) Pada tahun 1968-1969
terjadi out break di Hongkong (Hongkong flu) dan menelan korban 700.000.
penduduk dunia yang mana 34.000 orang diantaranya penduduk Amerika yang
disebabkan virus jenis H3N2 dan masih beredar aktif hingga saat ini. Wabah flu
burung lainnya swine flu atau Russian Influenza pada tahun 1977 yang
disebabkan oleh virus H1N1. Dan pada tahun 1999 jenis H9N2 yang menginfeksi
2 anak tapi sembuh dan tidak mewabah. (Andrej T;2004,CDC;2004)
Infeksi flu burung yang disebabkan virus A (H5N1) pada manusia jarang
terjadi. Pada tahun 1997 terjadi wabah flu burung lagi di Hongkong yang
disebabkan H5N1. Pada wabah yang pertama ini 18 orang terinfeksi dengan 6
orang diantaranya akhirnya meninggal. Dan tahun 2001 wabah flu burung terjadi
di China , Jepang, Korea, Laos, Singapura, Kamboja dan Indonesia. Penularan
penyakit tersebut dapat terjadi ke hewan ataupun manusia. Penularan antar
manusia kemungkinan bisa terjadi, terutama bila terjadi mutasi virus, akan tetapi
sampai saat ini belum ada bukti yang bisa menjelaskan penularan antar
manusia. Pada pertengahan 2003 terjadi wabah flu burung di negara-negara
Asia. Hal ini sangat menarik oleh karena wabah flu burung ini disebabkan virus
Influenza tipe A yang sangat ganas yaitu H5N1, dan oleh karena tidak lazim
menginfeksi manusia. Virus ini sangat unik dengan kapasitasnya yang dapat
menular dari host nya ke manusia sebagai penyakit yang berat dengan angka
kematian yang tinggi. (Hildy M;2004.WHO;2004)
Penyebaran Virus Flu Burung dari satu negara ke negara lain yaitu melalui
perdagangan unggas internasional, migrasi burung dari satu tempat ke tempat
lain, terutama yang mempunyai jarak tempuh jauh. Migrasi unggas air (itik liar)
yang merupakan reservoir alami virus flu burung. Dikatakan tikus dan lalat dapat
sebagai vector mekanis, akan tetapi tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung
hipotesis ini. Minum air dan makan makanan yang terkontaminasi burung yang
terinfeksi dapat sebagai sumber penularan penyakit ini. (Health Canada;2004)
Kondisi di Indonesia sendiri pertama kali dinyatakan telah tertular avian
influenza pada Agustus 2003 di Pekalongan Jawa Tengah, namun masih dalam
penelitian Dinas Peternakan dan pada tanggal 25 Januari 2004 dinyatakan

2
penyebab kematian ayam di peternakan tersebut di sebabkan virus Avian
Influenza. Hal ini masih terjadi hingga sekarang (Departemen Pertanian, 2004)

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Flu burung disebabkan oleh virus Influenza tipe A. Virus Iinfluenza ini
termasuk dalam Orthomixovirus. Virus Influenza sendiri mempunyai 3 tipe yaitu
A, B, dan C. (Taisuke H;2001: Andrej T;2004) Pembagian tipe ini berdasarkan
perbedaan adanya antigen, yaitu nukleoprotein dan matrik protein. Sedangkan
virus flu burung termasuk tipe A. Virus influenza yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia adalah tipe A dan B. Selanjutnya pembagian sub tipe
virus flu burung sendiri berdasarkan glikoprotein, hemaglutinin (HA), dan
neuraminidase (NA). Virus Avian Influenza ini tipe virionnya berkapsul dan
berbentuk speris dengan ukuran 120 nm, dengan nukleokapsid berbentuk helix
yang simetris, single standard. Strain virus avian influenza pada manusia ada 15
macam, tetapi hanya ada 3 macam yang ganas. Virus ini akan mati bila terpapar
panas yaitu pada suhu 56 C dalam waktu 3 jam atau suhu 60 C selama 30
menit. Pada suhu dingin virus dapat hidup paling tidak 3 bulan lamanya. Di air
pada suhu 22 C virus dapat hidup selama 4 hari dan lebih dari 30 hari pada suhu
0 C. (Taisuke H;2001, Padhi;2004)
Penyakit ini ditularkan dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung
dengan unggas yang terinfeksi virus flu burung melalui udara (air borne), kotoran
(feces), sekret unggas, telur yang pecah, debu/ tanah yang terkontaminasi virus
AI, dan sampai saat ini cara penularan antar manusia belum diketahui dengan
jelas. Masa inkubasi penyakit ini 1 - 3 hari. (Taisuke H;2001, CDC;2004, Padhi
S;2004)
Proses penularan diketahui bahwa penggandaan virus terjadi di saluran
pernapasan dan saluran pencernaan, oleh karena sel–sel epitel organ ini dapat
menghasilkan suatu enzim yang penting untuk mengaktifkan virus avian
influenza ini. Enzim ini bila bergabung dengan asam amino virus yang sedang
membelah akan berpotensi menyebar ke seluruh tubuh.(Niko H,2004). Dikatakan
bahwa satu gram kotoran (faeces) Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI)
dapat menginfeksi satu juta unggas.(Padhi S;2004)
Dalam dekade terakir selain H5N1, ada dua jenis virus Avian Influenza yang
pernah menginfeksi manusia yaitu H9N2 yang dilaporkan menginfeksi 2 orang
anak di Hongkong 1999 dan seorang anak pada Desember 2003. Akan tetapi
virus ini tidak ganas. Ke dua yaitu H7N7 yang mewabah di Netherland pada
Pebruari 2003 dan menyebabkan 1 meninggal dan 83 orang sakit ringan.

3
(CDC;2004) Dari WHO dikatakan bahwa strain flu burung yang ada di Indonesia
ternyata berbeda dengan yang ada di Vietnam dan Thailand meskipun sama–
sama termasuk Virus Influenza Tipe A subtipe H5N1. Dari analisa menunjukkan
rantai DNA nya sejenis dengan yang ada di Propinsi Yunan (Cina). Dan yang
menjadi pertanyaan mengapa tidak ada kasus flu burung pada orang di
Indonesia? (Tri Satya P.N.;2004.WHO;2004.Hildy M;2004)

Patologi
Kerusakan organ secara makro dan histologi pada burung tergantung dari
cara penularannya. Akan tetapi secara umum didapatkan gambaran swelling
pada endotel mikrovaskuler, infiltrasi sel mononuclear pada perivaskuler,
systemic congestion, multifocal haemorrhages, dan trombosis. Selain itu Antigen
dari Virus juga di temukan di sel myosit jantung yang mengalami nekrosis dan di
organ-organ lain yang mengalami nekrosis dan inflamasi. (Taisuke H;2001:
Forbes N.A.;2002) Pada tikus percobaan didapatkan kelainan seperti pada
manusia, yaitu didapatkan kelainan alveolitis peribronkial yang terdiri dari
eksudat serofibrinous intra alveolar, eritrosit, netropil dan peningkatan jumlah
alveolar macrophage. (Jody K.et al;2000)

MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis pada Unggas adalah penurunan nafsu makan, Jengger


berwarna biru, bulu-bulu yang kusut, borok di kaki, lumpuh dan keluar lendir dari
mulut, penurunan produksi telur, diare berwarna kehijauan atau putih dan
kematian mendadak. Namun ada beberapa ayam yang tidak menunjukkan gejala
klinis, tiba–tiba mati setelah 24 -58 jam setelah terinfeksi. Dengan masa inkubasi
1 minggu. Akan tetapi ada juga yang sembuh dalam beberapa minggu. Di
Indonesia sedikitnya 4.7 juta ekor ayam mati (Nopember 2003-Januari 2004).
(Tri Satya P S;2004)
Gejala klinis pada manusia hampir sama dengan penyakit influenza lainnya,
yaitu nyeri tenggorokan, batuk, panas badan biasanya diatas 38 C, nyeri otot,
badan terasa lemah, ronkhi, limfopenia, infeksi pada mata (konjungtivitis), panas
tinggi yang persisten merupakan tanda yang signifikan, dapat memberat sampai
terjadi pneumonia, ARDS, dan kegagalan organ dengan kemungkinan kematian
yang tinggi. Di Hongkong tahun 1997 angka kematiannya mencapai 33.3%,
sedangkan di Thailand dan Vietnam lebih dari 70%). (WHO;2004, Andrej T;2004)
Dari pemeriksaan darah lengkap yang biasanya didapatkan hanya limfopenia.
Data terakhir dari Vietnam tahun 2004 menunjukkan tidak semua penderita

4
menunjukkan gejala seperti di atas. Bahkan sekitar 50% penderita di Vietnam
juga ada keluhan diare dengan tinja yang cair. (Aditama,2004; WHO;2004,
Andrej T;2004)
Kelainan foto toraks yang biasanya di temukan adalah tidak spesifik, dapat
berupa infiltrat difus, multifokal atau patchy. Beberapa kasus menunjukkan
konsolidasi segmental atau lobular dengan gambaran airbronchogram.(Andrej
T;2004)
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan untuk memastikan diagnosa adalah :
1. Isolasi / kultur virus dari bahan
• Darah
• Organ dalam
• Hapusan/ secret hidung dan mulut.
2. Serologi : Deteksi Anti bodi (ELISA/EIA, HAI test, CFT)
Deteksi Antigen (HI, Imunofluorescence Assay (IFA) /TA)
3. Polymerase Chain Reaction (PCR).

Pemeriksaan flu burung secara cepat dapat dilakukan dengan cara Enzyme
Immunoassay (AIE) melalui Directigen Flu A. Hasil dari pemeriksaan ini sudah
dapat di ketahui dalam 15 menit dengan spesifitas hampir 100% dan sensitivitas
79%. Bahan untuk pemeriksaan ini adalah swab atau aspirat dari nasoparing,
swab hidung, swab tenggotokan dan bronchoalveolar lavage. (Padhi S, et al;
2004)

DIAGNOSIS
Seseorang di duga menderita flu burung apabila dia menderita infeksi
saluran napas seperti influenza pada umumnya, konjungtivitis dan disertai
adanya riwayat kontak baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan
unggas yang terkena flu burung. Pemeriksaan foto torak juga membantu
diagnosa flu burung. Meskipun demikian tidaklah mudah untuk mendiagnosa
seeorang menderita flu burung.

Untuk itu WHO (2004) membuat kriteria definisi untuk mediagnosis flu
burung sebagai berikut:
1. Suspek flu burung: bila seseorang yang menderita ISPA dengan gejala
demam (>38 C), batuk, dan atau sakit tenggorokan dan atau beringus
serta dengan salah satu keadaan:
• Seminggu terakhir mengunjungi peternakan yang terjangkit KLB
unggas, atau

5
• Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan,
atau
• Bekerja pada suatu laboratorium yang memproses specimen
penderita yang di curigai menderita Flu burung.
2. Kasus Probable: jika kasus suspek disertai salah satu keadaan dibawah
ini:
• dalam waktu singkat menjadi pneumonia/ gagal nafas atau
meninggal.
• Tes laboratorium terbatas mengarah ke AI H5N1 positif (HI tes
positif atau IFA menggunakan monoclonal antibody).
• Tidak terbukti adanya penyebab penyakit lain.
3. Kasus Konfirmasi:
• Kultur virus AI H5N1 positif, atau
• PCR virus AI H5N1 positif, atau
• Peningkatan titer antibody sebesar 4 kali atau lebih

PENATALAKSANAAN
Jika seseorang diduga menderita flu burung maka pasien harus segera di
rawat tanpa menunggu konfirmasi pemeriksaan laboratorium, ditempatkan di
ruang isolasi, diberikan terapi simtomatis dan suportif seperti layaknya pada
penyakit influenza lainnya serta diberikan obat anti virus:
• Golongan M2 Inhibitor : Amantadin 2 x 100 mg/ hari di bagi dalam dua
dosis dan Rimantadin 2 x 100 mg/ hari selama 5 hari.
• Golongan Neuraminidinase: Aseltamivir 2 x 75 mg/ hari selama 7 hari dan
Zanimivir 2 x 10 mg / hari

Penelitian terakhir di Vietnam menunjukkan kecenderungan virus A (H5N1)


resisten terhadap anti virus golongan M2 Inhibitor. Sedangkan golongan
neuraminidinase masih cukup efektif melawan virus A strain H5N1.(Padhi S,
2004) Sedangkan laporan WHO Global Influenza Surveillance Network dikatakan
bahwa kedua golongan anti virus tersebut secara invitro masih sensitif terhadap
Virus influenza tipe H5N1 tersebut. Apabila keadaan penderita terus memburuk
maka perlu pemasangan ventilator untuk membatu pernapasannya. (Aditama,
2004)

6
PENCEGAHAN DAN PENGEDALIAN
PENCEGAHAN
Secara umum cara pencegahan terkena flu burung tentunya tetap menjaga
daya tahan tubuh dengan makan yang seimbang dan bergizi, istirahat cukup dan
olah raga secara teratur serta membudayakan kebiasaan mencuci tangan
(Aditama,2004)
Selain itu WHO merekomendasikan sebagai berikut:
1. Menghindari kontak dengan unggas yang sakit.
2. Peternak, dan transporter dilengkapi:
• Baju pelindung
• Sarung tangan
• Kaca mata pelindung
• Sepatu karet
3. Sering cuci tangan dengan air dan sabun
4. Kebersihan area pemotongan unggas
5. Memasak daging dan telor unggas/ ayam hingga benar-benar masak
(daging dimasak minimal 80 C selama 1 menit, telor dimasak pada suhu
minimal 64 C selama 5 menit)
6. Vaksinasi untuk meminimalisasi mutasi gen
7. Skrining pemeriksaan serologi pada orang yang terpapar
8. Pengawasan perdagangan unggas
9. Pemeriksaan specimen post mortem

Vaksinasi

Vaksinasi terbukti efektif pada hewan. Akan tetapi pada manusia, dengan
Human Influenza Vaccine tidak tidak akan mencegah Flu burung, meskipun
demikian tetap dianjurkan untuk dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
Anthigenic Shift melalui proses reassortment pada tubuh manusia. Vaksinasi ini
dianjurkan pada orang dengan resiko tinggi terkena penyakit ini. (Wulandari
L;2004)
Mereka yang beresiko tinggi adalah:
• Peternak dan keluarganya.
• Petugas kesehatan terutama yang merawat penderita flu burung.
• Petugas laboratorium.
• Trevellers yang menuju daerah terjangkit flu burung.

7
Vaksin yang tersedia saat ini adalah untuk virus influenza:
1. A/H1N1 strain New Coledonian.
2. A/H3N2 strain Moscow.
3. B/Strain Hongkong.

PENGENDALIAN
Batasan Pengendalian pada Flu Burung.( Niko H,2004)
• Menghentikan penjualan daging ataupun telor di peternakan
tersebut
• Pemusnahan burung/unggas yang terinfeksi flu burung.
• Vaksinasi pada unggas yang sehat
• Peternakan dan sekitarnya disemprot suci hama dengan
desinfektan yang telah di uji coba dan di akui yaitu Antec Virkon S,
Antec Farm Fluid S, Antec Longlife 250S.
• Pembatasan perpindahan peternakan unggas antar Negara.

Kebijakan pemerintah Indonesia dalam rangka mengatasi wabah flu burung


adalah sebagai berikut:
1. Memberikan kompensasi bagi peternakan rakyat selama 6 bulan dari 29
januari – 30 Juli 2004 berupa Pakan.
2. Memusnahkan burung/unggas yang terinfeksi flu burung dengan cara
dibakar.
3. Mengadakan Vaksinasi pada ayam/ unggas yang masih sehat
4. Pengawasan secara ketat lalulintas unggas, produk unggas dan limbah
peternakan unggas.

RINGKASAN
Flu bururng adalah penyakit menular pada hewan yang pada umumnya
menginfeksi burung atau jenis unggas lainnya, yang disebabkan oleh virus
Avian dan bisa tapi jarang menginfeksi mamalia termasuk manusia. Gejala klinis
pada manusia hampir sama dengan penyakit influenza lainnya, yaitu nyeri
tenggorokan, batuk, panas badan biasanya diatas 38 C, nyeri otot, badan terasa
lemah, infeksi pada mata (konjungtivitis), dapat memberat sampai terjadi
pneumonia, ARDS, dan kegagalan organ dengan kemungkinan kematian yang
tinggi. Diagnosis ditegakkan atas dasar adanya riwayat kontak baik secara
langsung ataupun tidak langsung dengan unggas yang terkena flu burung yang

8
disertai dengan gejala seperti manifestasi klinis di atas. Pemeriksaan foto torak.
Ditemukannya Isolasi / kultur virus dari bahan,darah, organ dalam, hapusan/
secret hidung dan mulut. Serologi Deteksi Antibodi (ELISA/ EIA, HAI test, CFT),
Deteksi Antigen(HI, IFA/TA), PCR (sedang dikembangkan). Terapi yang dapat
diberikan suportif dan antivirus Golongan M2 Inhibitor : Amantadin dan
rimantadin, ( di Vietnam resistent) dan Golongan Neuraminidinase inhibitor :
Aseltamivir dan Zanimivir.

KEPUSTAKAAN

1. Aditama T.J.,(2004) Flu Burung di Manusia. Perhimpunan


Dokter Paru Indonesia. UI Press.2004
2. Alexander D J.(2001) A review of avian influenza.
http://www.esvv.unizh.ch/gent_abstracts/Alexander.html
3. Andrej T. et al. (2004) Avian Influenza: A New Pandemic
Threat? Mayo Clin Proc. 2004;79:523-530
4. Department of Health and Human Services center for
disease Control and prevention, basic Information About Avian Influenza (Bird
Flu), http:// www. cdc. gov/ flu . January 29, 2004
5. Department of Health and Human Services center for
disease Control and prevention. Update on Avian Influenza A(H5N1),
http://www. cdc. gov/ flu/avian/professional/han081304.htm. January 29, 2004
6. Departemen Kesehatan,(2004) Flu Burung. Website
http://www.dh.gov.hk
7. Disease Control Division Ministry of Health.(2004) Avian
Influenza. http://dph.gov.my/survelans/Avian %20Influenza.htm
8. Forbes N A. (2004) Avian Clinical Phatology, B VetMed
CBiol DECAMS FRCVS. drhawk@lansdown-vets.co .uk
9. Hildy M.(2004) Avian Influenza (H5N1) in Asia. Public
Health Epidemiology & Assessement.
http://www.who.int/csr/don/2004_01_15/en/
10. Jihad Slim.(2004) Epidemiology of Avian Influenza(H5N1)
in Vietnam. http://www.turner-white.com
11. Jody K. et al.(2000) Distinct Pathogenesis of Hong Kong-
Origin H5N1 Viruses in Mice Compared to That of Other Highly Pathogenic
H5 Avian Influenza Viruses;Journal of Virology,Feb.2000, p.1443-1450

9
12. Pathogenesis of Avian Influenza. http://www.avian-
influenza.com/Disease/AI_in_poultry/Pathogenesis.asp
13. Padhi S.(2003) et al.Avian Influenza a (H5N1): A
preliminary review. Indian Journal of Medical Microbiology 2004;22:143-146
14. Prevention of Avian Influenza.(2004) Avian flu preventive
measures in Hong Kong.
http://www.info.gov.hk/info/flu/eng/preventive_measures.htm.2004
15. Tri Satya P. N.,(2004) Flu Burung, Departemen Pertanian.
http:// www.vision.net.id
16. Wulandari L.,(2004) Avian Influenza in Indonesia : Case
management and surveillance ,2004
17. World Heath Organization.(2004) Avian Influenza (“bird
flu”) and the significance of its transmission to humans.15 January 2004.
http://www.yahoo.com
18. Taisuke H.,Yoshihiro K. (2001) Pandemic Threat by Avian
Influenza A Viruses. Clinical Microbiology Review, Jan. 2001 p.129-149
19. Tri Satya P.S.(2004) Avian Influenza A (H5N1) Di
Indonesia. Direktur Kesehatan Hewan, Departemen Pertanian.
20. World Health Organization.(2004) Avian Influenza
frequently asked questions.2004. http://www.yahoo.com
21. World Health Organization Western Pasific Region.(2004)
Avian Influenza WHO interim recommendations for the protection of person
involved in the mass slaughter of animals potentially infected with highly
pathogenic avian influenza viruses. Manila, 26 January 2004.
http://www.Google.com
22. World Health Organization.(2004) Assessment of risk to
human associated with outbreaks of highly pathogenic H5N1 Avian Influenza
in poultry. 14 May 2004. http://www.yahoo.com

10

You might also like