You are on page 1of 12

DRAFT LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH


ACARA V
KONSISTENSI TANAH KUALITATIF

Disusun oleh :
1. R. Yudha D.P Adlin (11280)
2. Gretarian Wahyu (12012)
3. Siti Halimah (12116)
4. Asokawah D. M (12203)
5. Rahmad Syafrilianto (12226)

Gol/ kel: B-4/ IV


Asisten: Satria Wahyu Anggita

JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
ACARA V
KONSISTENSI TANAH KUALITATIF

Abstraksi
Praktikum ini acara IV Konsistensi Tanah Kualitatif. Konsistensi tanah merupakan daya
kohesi butir-butir atau data adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Dalam praktikum ini
diuji beberapa macam jenis tanah yang akan dibandingkan dengan konsistensi masing-masing
dari jenis tanah tersebut. Berdasarkan nilai penentuannya nilai konsistensi dapat ditentukan
dengan dua cara yaitu kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan Afterberg yaitu batas cair,
batas gulung, batas lekat dan batas berubah warna. Hasilnya menunjukkan bahwa konsistensi
basah tanah yang diuji (Entisol, Latosol, Rendzina, Mediteran, dan Vertisol) dari yang sangat
lekat. Dari yang sangat plastisis adalah Vertisol, Mediteran, Latosol, Rendzina dan Entisol.
Keyword : Konsistensi tanah kualitatif

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsistensi tanah merupakan salah satu sifat fisika tanah yang penting untuk
dipahami. Konsistensi tanah ditakrifkan sehingga bentuk kerja kakas adhesi dan kohesi
pada partikel-partikel tanah pada tingkat kelengasan. Konsistensi tanah ini penting untuk
dipelajari karena ilmu ini berguna untuk menentukan cara pengolahan berbagai tanah baik
yang berhubungan dengan tanah pertanian maupun di luar pertanian, misal dalam hal
penetrasi akar, dan kemampuan tanah menyimpan langas sangat dipengaruhi oleh
konsistensi tanah. Konsistensi tanah ini penting dipelajari karena ilmu ini berguna untuk
menentukan cara pengolahan berbagai tanah baik yang berhubungan dengan pertanian
atau di luar pertanian, contoh pada bidang pertanian untuk melihat penetrasi akar,
kemampuan tanah menyimpan lengas. Konsistensi tanah meliputi ketahanan tanah
terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi, dan tarikan, kecenderungan massa tanah untuk
melekat satu dengan yang lain.
Bentuk kerja konsistensi tanah tercermin dalam:
1. Ketahanan tanah terhadap gaya tekanan, gaya gravitasi, dan tarikan.
2. Kecenderungan massa tanah untuk melekat satu dengan yang lain.
Untuk menentukan konsistensi tanah dapat dilakukan dua cara, yaitu di lapangan
(kualitatif) dan di laboratorium (kuantitatif) berdasarkan angka Atenberg.
Penentuan konsistensi tanah sangat dipengaruhi oleh kelengasan tanah (basah,
kering) dan tanah tekstur tanah (lempung).
B. Tujuan
1. Menentukan konsistensi tanah dalam keadaan basah.
2. Menetapkan konsistenai tanah dalam keadaan kering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah ialah istilah yang beraitan sangat erat dengan kandunngan air
yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang berada di
dalam tanah pada kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah mempunyai
konsistensi yang baik bila massa tanah itu besar atau kecil (ssedikit), dalam keadaan
ilmiah aaupun sangat terganggu. Terbentuk agregat atau tanpa struktur maupun dalam
keadaan lembab atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat
satu sama lain, struktur tanah mengangkut bentuk ukuran dan pendefinisikan alamiah
yang merupakan hasil dari keragaman gaya tarikan di dalam massa tanah. Sebaliknya,
konsistensi meliputi corak dan kekuatan dari gaya-gaya tersebut (Hakim, et.al.,1986).
Batas Attenberg adalah persen berat kadar lengas tanah yang manandai terjadinya
perubahan konsistensi secara nyata dan jelas (shickluna, 2003).
Konsistensi kering (kondisi kering udara), dicirikan dengan kerasnya tanah.
Istilah yang digunakan adalah lepas, lunak, sedikit, sangat keras, dan ekstrem keras
(Brady, 1974).
Faktor yang mempengaruhi kelengasan tanah adalah kadar air tanah, bahan
penyemen agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah, tingkat agregasi, dan factor
penentu struktur tanah (Notohadiprawiro, 2000)
Konsistensi tanah menunjjuukkan kekuatan daya butir-butir tanah atau daya
adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan O, daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan,
pembajakan, dan sebaginya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya
mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat
ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah
harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Hardowigeno, 1992).
Agregat tanah yang membentuk tanah juga berpengaruh dekat dengan konsistensi.
Tingkat pemisahan agregat tanah ditentukan oleh ukuran (berat) agregat yang pecah
menjadi mikroagregat dan menyebar menjadi partikel primer. Adanya polimer dalam
tanah dapat mengkondisikan tanah dengan peningkatan struktur tanah dan juga stabilitas
agregat (agregat stability) (Strainberg, 1992).
Lahan pasir umumnya berupa bahan marginal yang belum dapat dimanfaatkkan
secara optimal untuk pertanian. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan tanah pasir untuk
menahan air. Tanah tersebut termasuk entisol,, tanah muda yang belum berkembang baik
dengan struktur lepas-lepas dan belum membentuk agregat sehingga sangat peka terhadap
erosi. Tanah entisol juga kurang liat, mempunyai porositas rendah dan zat haranya juga
rendah (Triwahyuningsih, 1997).
Kemantapan agregat tanah umumnya menurun karena penggenangan sebagai
akibat penggembungan, penghidratan dan peningkatan keterlarutan beberapa bahan
perekat. Perubahan kekuatan tanah di dalam agregat dan diantara agregat, dapat dilihat
dari kohesi di dalam agregat tanah dimana menurun bila kadar lengas meningkat. Kohesi
antar agregat sangat rendah pada kadar lengas yang rendah, meningkat dengan cepat bila
kelengasan meningkat mencapai puncak kira-kira pada kapasitas lapang dan menurun
dengan tajam bila kadar kelengasan mendekatai kejenuhan (Anonim, 2004).
BAB III
METODOLOGI

Praktikum acara V dengan judul konsistensi tanah kualitatif. Dilakasanakan pada


tanggal 19 April 2011 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dalam praktikum ini dibutuhkan beberapa lat dan
bahan. Alat yang dbutuhkan adalah cawan porselin. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah tanah agregat tidak erusik dan tanah kering udara.
Pada praktiku ini dilakukan dua cara kerja yaitu konsistensi kering dan bbasah.
Cara kerja konsistensi kering adalah pertama-tama diambil agregat tanah +/ 1 cm
kemudian ditekan diantara ibu jar dan telunjuk terlebih dahulu, bila tidak hancur baru
dilanjutkan dengan ditekan antara pangkal telapak tangan dengan ibu jari. Setelah itu ikuti
konsistensi pada tabel.
Untuk cara kerja pada konsistensi basah, yaitu pertama diambil contoh tanag
kering secukupnya. Kemudian dibasahi masing-masing contoh dengan air dan
dicampurkan hingga homogeny menjadi pasta. Lalu diamati tingkat kelekatannya dengan
memijit pasta tanah antara jari telunjuk dan ibu jari. Diamati sisa pasta tanah yang
menempel pada permukaan kedua jari. Kemudian diikuti kriteria dari tabel dan dicatat
tingkat kelekatannya. Dibuat pipa tanah setebal +/ 2-3 mm. diikuti criteria dari tabel dan
dicatat tingkat plastisitas tanah.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

Jenis Konsistensi K. Basah


tanah tanah Lekat Plastis
Alfisol Agak keras Lekat plastis
Vertisol Sangat keras Sangat lekat Sangat plastis
Ultisol Agak keras Lekat Plastis
Rendzina Sangat keras Sangat lekat Agak plastis
Entinol Agak keras Agak lekat Agak plastis

B. PEMBAHASAN

Konsistensi merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan derajat adhesi dan
kohesi zarah-zarah pada berbagai tingkat kelengasan. Setiap materi tanah mempunyai
konsistensi, baik bila massa tanah itu besar atau kecil (sedikit), dalam keadaan
alamiah atau sangat terganggu, berbentuk agregat atau tanpa struktur, maupun dalam
keadaan lembab atau kering. Konsistensi tanah tergantung pada tekstur sifat, dan
jumlah kolid-koloid anorganik dan organik, struktur dan terutama kandungan air
tanah. Dengan berkurangnya kandungan air, umumnya tanah-tanah akan kehilangan
sifat lekatnya (stickness)dan plastisitasnya sehingga menjadi gembur (friable) dan
akhirnya jika kering akan menjadi keras dan koheren.

Entisol

Tanah ini cenderung menjadi tanah asal baru yang mempunyai batuan beku
keras di dekat permukaan. Tekstur tanah ini bergantung letak, bergantung tekstur
kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi daratan. Entisol
merupakan tanah dominan pada bukit pasir stabil. Pada horizon A-nya bersandar
langsung pada bantuan induk yang keras. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa
tanah entisol merupakn bentuk pasiran, sehingga sulit untuk dibentuk dan dilekatkan
dengan yang lain. Pada praktikum ini, tanah entiisol terklasifikasikan sebagai agak
plastis yang mana sulit untuk dibentuk pipa. Agak kerasnya tanah ini karena
kandungan organiknya yang rendah dikarenakan umumnya bersandar langsung dari
batuan beu dan dominan pada bukit pasir.

Alfisol
Tanah ini terbentuk pada area yang lembab yang berkembang di bawah
pohon-pohon dan mempunyyai kejenuhan basa aga lebih rendah mendekati mollisol.
Afisol terjadi pada padang rumput aam tetapi tidak mempunyai bahan organic yang
cukup atau warna tidak terlalu gelap. Karena tanah ini terbenntuk daengan pencucian
dan pelapukan yang intensif. Harusnya konsistensi keringnya lebih lunak/lembut
disbanding entisol, tetapi untuk onsistensi untuk konsistensi basah nilai-nilai yang
diberikan cukup tepat karena seharusnya tanah ini lebih mudah dibentuk daripada
tanah entisol yang berupa pasiran. Kerasnya tanah ini karena liat, bahan organic dn
oksida-oksida dari besi daan alumunium terakumulasi membentuk silikat.

Grumosol/ Vertisol
Ciri-ciri tanah bertekstur lemppung, mengandung kapur, koefisien ekspansi
dan kontraksi tinggi jika dirubah airnya. Penyebab konsistensi keringnya sangat
kerras adalah jens lempungnya menmorilonit sehingga tanah mempunyai daya
absorbs tinggi. Hal ini menyebabkan gerakan air dan keadaan aerasi buruk. Nilai 5
diberikan untuk konsistensi basah lekat karena konsistensi ftanah ini sangat lekat dan
bahan induknya kedap air. Kandungan tinggi dari liat menyebabkan tanah sangat lekat
bila basah dan sangat keras bila kering.

Rendzina
Tanah ini selalu mengandung CaCO3. Pada horizon B, dalam 15-20 cm sangat
padat dank eras, sehingga bila dikeringkan maka konsistensi pada saat kering cukup
keras. Tekstur dari tanah ini adalah lempung sehingga pada keadaan basah akan
lengket dan liat. Tanah ini bila dalam keadaan basah sulit diolah sehingga
penggunnaannya terbatas. Struktur gumppalannya juga berpengaruh pada konsistensi.

Ultisol
Keras pada konsistensi kering disebabkan karena kandungan liat yang
memperlihatkan perkembangan horizon agrilik dan kandungan bahan organiknya
rendah. Tanah ini mempunyai karakteristik translokasi lempung. Hal inilah mengapa
tanah ini mudah dibentuk dan lekat. Ultisol mengandung air sedikit basa. Maka dari
itu tanah ini tidak mudah patah pada perlawanan konsistensi basahnya.
Pada praktikum konsistensi tanah kualitatif ini digunakan metode pilinan dan
dengan cara merasakan tekstur dari jenis-jenis tanah yang diuji sehingga dapat
diketahui konsistensi basah dan konsistensi keringnya. Setiap manusia memiliki
tingkat sensifitas yang berbeda dalam indranya, hal ini yang menjadi suatu kendala
dalam praktikum ini. Karena perbedaan tingkat sensifitas, praktikan sulit menyatukan
pendapat untuk menentukan konsistensi kering maupun basah dari tanah-tanah yang
diuji. Tapi terlepas dari itu semua metode pilinan ini digunakan karena memang yang
paling mudah dan sederhana daripada metode-metode yang lain.

Sekalipun konsistensi tanah dan tekstur berhubungan erat satu sama lain,
struktur tanah yang menyangkut bentuk, ukuran agregat alamiah yang merupakan
hasil dari keragaman gaya tarikan dari dalam massa tanah. Sebaliknya konsistensi
tanah meliputi kekuatan dan corak dari gaya-gaya tersebut. Baik bentuk maupun
derajat mempunyai hubungan yang erat dengan tipe atau kelas tekstur tanah bahkan
dengan sifat konssistensi yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tekstur
Tanah

Struktur Konsistensi

Hubungan 3 sifat fisik tersebut adalah suatu tanah dengan tekstur pasir maka
akan memiliki struktur tunggal dan sifat konsistensi lepas-lepas. Sebaliknya tanah
yang bertekstur lempung akan mempunyai struktur gumpal, pejal atau baji dan
mempunyai konsistensi agak teguh-teguh (kering) dan plastis bila basah. Langkah-
langkah kerja dalam penentuan konsistensi tanah kualitatif telah dibahas pada
metodologi.

Contoh dari hubungan ketiga sifat fisik tersebut adalah suatu tanah bersifat
tekstur pasir maka akan mempunyai struktur butir tunggal dan sifat konsistensi lepas-
lepas. Kemudian tanah yang bertekstur lempung akan mempunyai struktur gumpal,
pejal atau baji dan mempunyai konsistensi agak teguh-teguh (kering) dan plastis bila
basah.
Dalam bidang pertanian, memahami konsistensi sangat penting adanya, karena
dengan mengetahui struktur, tekstur dan konsistensi tanah, dapat diatur pula sistem
pengolahan tanah yang tepat, sistem irigasi yang tepat, serta jenis tannaman yang
cocok sehingga hasil yang didapat bisa optimal.

BAB V
KESIMPULAN
1. Konsistensi tanah ditentukan pada fraksi dan jenis mineral tanahnya.
2. Pada tanah keras dibutuhkan pengolahan yang intensif pada aerasi dan irigasi
3. Tanah yang terbentuk dari bahan organic memiliki keliatan yang tinggi disbanding
tanah yang terbentuk dari bahan mineral.
4. Konsistensi kering dari jenis tanah yang diuji adalah sebagai berikut :
a. Entisol : agak keras
b. Alfisol : sangat keras
c. Ultisol : agak keras
d. Rendzina : sangat keras
e. Vertisol : sangat keras
5. Urutan tingkat plastisitas dan daya lekat tanah (konsistensi basah) dari yang paling
rendah hingga tertinggi adalah sebagai berikut :
a. Entisol
b. Rendzina
c. Ultisol
d. Alfisol
e. Vertisol
6. Semakin banyak kandungan lempung dalam tanah maka semakin tinggi konsistensi
tanahnya, semakin banyak kandungan pasir yang ada dalam tanah semakin
konsistensi tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2004.Tanah dan Kehidupan.<http://www.kompas.com>. Diakses tanggal 22 April
2011.

Brady,N.C.1974.The Nature and Propeties of Soil 8th Edition. MacMilliand


Dub.Co,Inc,.New York.

Hakim,N.et al.1986.Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hardjowigeno,Sarwono.1992.Ilmu Tanah.Edisi Revisi.Mediyatama Sarana


Perkasa.Jakarta.233p.

Notohadiprawiro,T.2000.Tanah dan Lingkungan.Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Triwahyuningsih,N.1997.Pengaruh pemberian pupuk organik Blotong terhdap pertumbuhan


akar dan hasil jagung pada tanah pasir pantai.Jurnal Agri.UMY v(3) :1 – 5.

Shichkluna,J.C.2003.An Introduction to Soil and Plant Growth.


<http://www.missauryuniversity.ac.id/journal.html>. Diakses tanggal 23 April
2011.

Strainberg,I.1992.Agregate stability and real formation as affected by drops ipac energy and
soil amendments. Soil Science MLIV (2) : 113.

You might also like