You are on page 1of 48

Avian Influenza

in Indonesia :
Case management & Surveillance

Agus Suharto

Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat


BBKPM Surakarta
Latar belakang
Avian Influenza (Flu burung) : adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A yang ditularkan melalui
unggas
Virus influensa terdiri dari tipe A, B, C.
Virus tipe A antara lain : H1N1, H3N2, H5N1
Sekitar 15 subtipe virus Influenza diketahui
dapat menginfeksi unggas.
Saat ini semua KLB yang highly pathogenic
disebabkan oleh virus Influenza A subtipe H5
dan H7.
Subtipe virus AI dan host
alamiahnya
Sejarah Avian Influenza
Pandemi Influenza pertama tahun 1580
Selama ini telah dilaporkan terjadi 31 kali pandemi,
yang terhebat terjadi pada tahun 1918-1919 (21 juta
penderita meninggal di seluruh dunia)
Avian influenza dilaporkan pertama kali pada tahun
1997 (virus H5N1)
Wabah 1997 terjadi di Hong Kong dan 2001 terjadi di
Korea, Jepang, China, Thailand, Vietnam, Laos,
Kamboja,Indonesia
Pada Desember 2003-2004 terjadi lagi pandemi avian
influenza (virus H5N1)
Avian Influenza pada manusia
1997 : Hongkong (H5N1) 18 kasus,
6 meningggal
1998 : Hongkong (H9N1) 2 kasus
1999 : Hongkong (H9N2) 2 kasus
2003 : Hongkong (H5N1) 2 kasus
1 meninggal
2003 : Belanda (H7N7) 83 kasus
1 meninggal
2003 : Hongkong (H9N2) 1 kasus
Avian Influenza pada manusia

2004 : Vietnam (H5N1) 18 kasus,


13 meningggal
2004 : Thailand (H5N1) 5 kasus,
5 meninggal
2004 : Bangladesh ? kasus
2004 : Indonesia ? Kasus
2005 : Indonesia 3 meninggal
Situasi di Indonesia
25 Januari 2004 pertama kali dinyatakan
Indonesia telah tertular avian influenza pada
unggas oleh Dirjen Bina Produksi Peternakan
Departemen Pertanian.
Penularan pada manusia berasal dari unggas
(ayam, itik, angsa, dan jenis burung lain).
Penularan dari manusia ke manusia masih
sedang diselidiki
Pada bulan Juli 2005, 3 orang Meninggal di
Tangerang
Pengendalian
penularan virus
Kenali ciri-2 virus :
Mati pada suhu 560C selama 3 jam
atau 600C selama 30 mnt.
Survive pada suhu yg sejuk, pd pupuk
yg terkontaminan dpt bertahan 3 bulan.
Dlm air dpt bertahan sampai 4 hr pd
suhu 220C atau 30 hr pd suhu 00C
Terjadinya wabah flu burung
di suatu negara

Mudah menyebar dari pertanian/perternakan ke


pertanian/peternakan lainnya
Cara penularan : sekreta burung, debu/tanah yang
terkontaminasi, airborne. Juga via peralatan
manusia yang terkontaminasi (sarana transportasi,
sangkar, pakaian, sepatu)
Bisa juga via kaki / bag tubuh hewan lain ( rhodent)
= ‘mechanical vector’  jarang
Penyebaran dari negara ke negara lain :
perdagangan unggas internasional, migrasi burung.
Distribusi kasus AI di
peternakan unggas Indonesia
Provinsi Kabupaten / Distrik
1. Banten 1
2. Jakarta 1
3. Jawa Barat 9
4. Jawa Tengah 27
5. Yogyakarta 4
6. Jawa Timur 26
7. Bali 8
8. Lampung 9

SubTotal 84
Distribusi kasus AI di
peternakan unggas Indonesia
Provinsi Kabupaten / Distrik
8. Lampung 9
9. Sumatera Selatan 1
10. Bengkulu 1
11. Sumatera Barat 4
12. Kalimantan Tengah 2
13. Kalimantan Selatan 1
14. Kalimantan Barat 2
15. NTB 2

Total 98
Mengapa perlu waspada ?
Kebanyakan H5N1 sangat patogen, mempunyai
kapasitas menembus barier spesies lainnya ( tms
manusia) & menyebabkan penyakit yg berat.
Dapat menimbulkan pandemi influenza lainnya pada
manusia ( avian flu + influenza man  mutasi strain
baru infeksi manusia  memungkinkan penularan
dari man ke man)
Apakah tsb di atas sudah terbukti?  belum !
Penularan (1)
Melalui sekresi, feces, leleran hidung
unggas sakit
Telur pecah yang terkontaminasi pada
inkubator : menulari ayam sehat
Pergerakan ayam tertular
Peralatan terkontaminasi : rak telur,
kendaraan pengangkut makanan, baju,
sepatu pekerja
Kontak dengan unggas reservoir virus AI
alami (burung liar dan waterfowl)
Penularan (2)
Air minum terkontaminasi feces yang
mengandung virus AI
Penularan dari induk tidak terjadi
Satu gram sisa feces mengandung
virus HPAI (Highly pathogenic avian
influenza) dapat menginfeksi satu juta
unggas
Penularan (3)

Penularan dari manusia ke manusia


belum terbukti ???
Masa inkubasi 1-3 hari
Masa infeksius pada manusia, 1 hari
sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul
gejala. Pada anak bisa sampai 21 hari.
Masa inkubasi 1-3 hari
Strategi menghadapi
Avian Influenza :
Case management
Surveillance
Komunikasi – Informasi – Edukasi
Alur Case Management dan
Surveillance
Case Management

Pengobatan &
Kasus MRS Dx Penanggulangan KRS
infeksi

Lapor

Kontak Investigasi
Surveillance &
Laboratory
investigation
Surveillance
Avian Influenza Surveillance
Difokuskan pada kasus pneumonia yang
disertai riwayat kontak atau paparan
terhadap peternakan
Mencakup seluruh wilayah dalam negara
(terutama wilayah yang unggasnya tertular
avian influenza)
Investigasi oleh tim epidemiologi yang terlatih
Pemeriksaan laboratorium di Balivet, Bogor
Monitoring dan update hasil surveillance
harian
Komunikasi, Informasi, & Edukasi

Penyuluhan melalui media massa


(TV, radio, surat kabar, brosur, booklet)
Press release tersentralisasi (tidak
menimbulkan kesimpangsiuran berita)
Update situasi harian
Avian Influenza Webpage
Hotline service
Manajemen kasus
Definisi kasus
Possible case (kasus tersangka):
Mereka dg gejala saluranan napas akut ditandai :
- Demam lebih dari 38°C
- Batuk
- Nyeri tenggorokan
dan salah satu di bawah ini :
Kontak dg penderita influenza A (H5N1) yg sudah pasti
selama masa penularan ATAU
Kurang dari 1 mgg terakhir mengunjungi peternakan di
daerah KLB, HPAI ATAU
Bekerja di laboratorium yang meproses sampel dari
orang atau binatang yang disangka terinfeksi HPAI
Manajemen kasus (lanj.)
Probable case
Possible case DAN
Hasil laboratorium tertentu untuk
virus influenza A (H5N1) – IFA
dengan H5 monoclonal antibody
ATAU
Tidak terbukti adanya penyebab lain
Manajemen kasus (lanj.)

Confirmed case - Kasus Pasti

Hasil biakan virus positif influenza A (H5N1)


ATAU
Hasil + dg pembiakan PCR untuk virus
influenza H5 ATAU
Peningkatan tifer antibodi spesifik H sebesar
4x
Gejala pada unggas
Jengger biru
Borok di kaki, lumpuh dan keluar lendir
dari mulut
Kematian mendadak
Masa inkubasi 1 minggu
Indonesia : 4,7 juta ekor ayam mati (Nov
’03 - Jan “04)
Gejala pada manusia
Batuk dan nyeri tenggorokan
Suhu badan panas diatas 38° C
Nyeri otot
Infeksi mata
Dapat berlanjut menjadi radang paru
(pneumonia) , acute respiratory distress,
dengan kemungkinan kematian tinggi
(1997 di Hong Kong: CFR 33.3%)
Kelainan foto thorax
Nonspesifik, dapat berupa infiltrat
difus, multifokal, atau patchy
Beberapa kasus menunjukkan
konsolidasi segmental atau lobular
dengan gambaran airbronchogram
Kelompok risiko yang perlu
diwaspadai
Pekerja peternakan / pemrosesan
unggas (termasuk dokter hewan / Ir.
peternakan)
Pekerja laboratorium yang memproses
sampel pasien / unggas terjangkit
Pengunjung peternakan / pemrosesan
unggas dalam 1minggu terakhir
Kontak dengan penderita flu burung
Tatalaksana
Pasien dirawat dalam ruang isolasi – kewaspadaan
terhadap penularan mel. udara (transmisi airborne)
Selama masa penularan yaitu 7 hari pertama sejak
timbulnya gejala demam ( 38°C)
Di ruang rawat biasa
Setelah hasil usap nasofaring negatif berulang kali
dengan PCR atau biakan
Setelah hari ke 7 demam kecuali
Demam berlanjut samapi 7 hari  sesuai
pertimbangan dokter yang merawat  kasus demi
kasus
TERAPI
Tersedia 2 golongan obat :
Obat neuraminidase inhibitor seperti Oseltamivir &
Zanimivir sudah ditemukan dan didaftarkan di
beberapa negara seperti Amerika Serikat,
Australia, dan Swedia
Obat M2 inhibitor seperti Amantadine
Hydrochlorida (nama dagang: Symmetrel atau
Symadine) atau Rimantidine (nama dagang
Flumadine)
TERAPI
Pencegahan bagi orang terpajan : Oseltamivir 1x75 mg
sehari selama 1 mgg
Terapi :
► Amantadine atau Rimatidine diberikan pada awal
infeksi sedapat mungkin dalam 48 jam pertama
dan diberikan 3-5 hari dg dosis 5mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis, bila lebih dari 45 kg diberikan
100mg, 2 kali sehari
► Dosis harus diturunkan pada orang lanjut usia dan
mereka yang mengalami penurunan fungsi hati
atau ginjal
Pencegahan bagi yang beresiko
(WHO / WPRO 14 Januari 2004)
Cuci tangan sesering mungkin dengan desinfektan
(alkohol 70 %)
APP (sarung tangan, kacamata, masker, dll)
Vaksinasi virus flu manusia bagi yang terpajan dengan
tujuan agar tidak terjadi dua infeksi gabungan virus flu
manusia dan flu burung dalam satu orang yang
memungkinkan timbulnya strain baru virus flu burung
yang dapat ditularkan dari manusia ke manusia
Mereka yang rentan (anak-anak, orang usia lanjut,
penderita penyakit jantung, paru kronis) agar
menghindari tempat jangkitan (peternakan unggas, dll)
Pencegahan
Hindari kontak dengan unggas yang
sakit
Pakai alat proteksi perorangan untuk
para pekerja peternakan, rumah
potong unggas, dan transporter
Cuci tangan sesering mungkin
Memasak daging unggas >70oC, rebus
telur hingga benar-benar matang
Pencegahan (lanj.)
Pengamatan kesehatan secara pasif bagi
yang berisiko terpapar dari keluarganya :
Tanda gangguan saluran pernapasan,
demam
Serosurvai bagi yang terpapar
Berisiko menghirup udara tercemar :
Anti viral (Oseltamivir 1x75mg selama 1
mgg)
Alat Pelindung Perorangan
(APP)
Kewaspadaan universal dg kewaspadaan
tambahan: kewaspadaan thd penularan airborne
► Cuci tangan
► Masker N95, minimum masker bedah
► Pelindung wajah/kacamata google
► Apron / gaun pelindung
► Sarung tangan
► Pelindung kaki (sepatu)
CAPS
GLOVES
CLOTHES
GOGGLES

BOOTS MASKS
Uji laboratorium
Isolasi virus dari bahan :
darah
Internal organ /alat dalam : paru, jantung, ginjal, dll
Apusan hidung dan mulut
Serologi :
Antibodi detection (ELISA/EIA, HI, CFT)
Antigen detection (HI, IF/TA)
Indonesia laboratorium rujukan : Badan Litbang
Kes
Imunisasi Influenza
Diberikan kepada mereka yang berisiko tinggi :
Peternak dan keluarganya, petugas kesehatan yang
merawat penderita flu-burung
Komposisi vaksin yang saat ini tersedia adalah: A/H1N1
strain New Caledonian, A/H3N strain Moscow, B/Strain
Hongkong
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap komponen vaksin
dan putih telur, individu dg sindrom Gulliain Barre,
demam dan kehamilan trimester pertama.
(Vaksin yg ada saat ini tidak memproteksi dari srtain
H5N1 pd manusia, karenanya WHO Global Influenza
Surveillance Network segera mengembangkan prototype
virus H5N1untuk pembuatan vaksin)
Bahaya reassortment virus

Poultry

Migratory
water birds
Vaksinasi
Vaksinasi dengan human influenza
vaccine tidak akan mencegah Flu
burung tetapi dapat mengurangi
kemungkinan Antigenic Shift melalui
proses reassortment pada tubuh
manusia
Vaksin yang tersedia adalah :
Virus Influenza A H1N1, H3N2, dan
virus Influenza B (Vaxigrip)
Tindakan pada saat wabah
Pendidikan kesehatan pada masyarakat, program
imunisasi untuk mereka yang berisiko tinggi tertular,
surveilans dan hasilnya dilaporkan kepada
masyarakat
Rumah Sakit harus mengantisipasi peningkatan
pasien selama periode wabah. Sediaan obat-obatan
termasuk antiviral apabila mungkin harus ditambah.
Selain itu sebaiknya petugas di Rumah Sakit harus
pula diimunisasi
Rangkuman (1)
Virus H5 masih akan tetap ada dan
dijumpai pada unggas di Asia
Ada kemungkinan peningkatan infeksi
oleh virus H1 dan H3 pada manusia
dengan hasil akhir yang tidak dapat
diprediksi
Karenanya Public Health harus
mengenali langkah-langkah
penanggulangan yang penting
Rangkuman (2)
Langkah-langkah penanggulangan:
Melaksanakan surveillance sesuai
petunjuk WHO
Meningkatkan kemampuan konfirmasi
diagnostik adanya virus H5
Meningkatkan kemampuan untuk
talaksana kasus influenza
Mengembangkan rencana
kesiapsiagaan menghadapi pandemi

You might also like