You are on page 1of 2

Aku dan kekurangan serta kelebihanku Tahun lalu, sewaktu aku kelas 9, aku sekelas dengan temam-teman yang

pintar, cantik, ganteng, atletis, gaul, kaya, dan bahkan memiliki semuanya. Mereka ada yang sampai memamerkan kelebihan mereka, sedangkan aku merasa iri, kenapa mereka bisa begitu, sedangkan aku tidak? Tuhan nggak adil. Saya ingat, waktu pengambilan nilai olahraga, saya mendapat nilai kkm. Waktu pengambilan nilai menggambar, saya hanya mendapat nilai 75. Waktu ulangan bahasa inggris, saya mendapat 73. Yang lainnya, mendapat nilai yang lebih bagus. Walaupun ada yang lainnya yang mendapat nilai lebih rendah, saya tetap sedih. Padahal saya sudah berusaha keras. Ulangan tengah semester kenapa harus ada ya? Bukannya merepotkan anak-anak? Malas banget deh... ujar saya terus saat belajar untuk persiapan ulangan besok. Alhasil, saya biasanya setidaknya masuk 10 besar, kali ini saya tidak. Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan, aku sudah hampir 4 bulan berada di kelas 9. Tiap hari ibuku selalu mendoakan aku sebelum aku berangkat sekolah. Engkau akan menjadi kepala, dan bukan ekor. Engkau akan diberkati supaya dapat memberkati orang lain. Desember, ujian akhir semester. Saya mencoba untuk mengubah cara belajar saya. Saya menggunakan mind map. Walaupun kelihatannya ribet, saya usahakan untuk membuatnya. Bahkan pelajaran PKn, yang bahannya seabrak-abrak, saya buat. Pembagian rapot akhir semester, saya akhirnya bisa menyusul ranking saya. Guru saya memberi selamat kepada saya. Saya yang waktu tengah semester ranking 17, sekarang saya ranking 7. Saya pun sangat senang, dan orang tua saya pun bahagia. Januari 10. Tak terasa liburan sudah selesai. Masuknya semester terakhir di SMP sangatlah berat. Teman-teman yang dekat mungkin pergi ke sekolah lain, guru-guru yang aku sayang akan aku tinggal. Hampir setiap hari aku terbebani kesedihan itu. Tapi pelajaran yang sangatlah memaksa membuat aku harus berusaha keras untuk lulus. Masalah itu dapat dipikirkan nanti. Kegiatan pendalaman materi sangat membuat capai. Waktu untuk bermain menjadi berkurang, badan pun ikut merasakan dampaknya. Tapi syukurlah, aku jarang sakit. Guruguru sangat supportif, membantu kami semua dalam menghadapi ujian nasional. Selama 4 bulan saya mengikuti kegiatan matrikulasi yang sangatlah membosankan. Bapak dan ibu guru terus tanpa henti-hentinya mengingatkan tentang pentingnya ketelitian dalam mengerjakannya. Sayapun mengikuti nasehat mereka dengan baik-baik. Walaupun saya teliti, tetapi nilai saya tetap biasa-biasa saja. Hasil-hasil matrikulasi saya yang biasabiasa itu ternyata berlawanan dengan kenyataan yang akan saya hadapi...

Akhirnya, setelah ujian sekolah yang sangat mengecewakan, saya mengikuti ujian nasional yang sangat memprihatinkan. Saya kerjakan dengan pelan-pelan, teliti, dan seksama. Teman-teman saya juga merasakan hal yang sama seperti saya, yaitu khawatir. Ujiannya sih tidak terlalu sulit, karena pilihan ganda semua. Tetapi, ada faktor-faktor lainnya yang membuat khawatir, seperti apakah sudah dibulatkan dengan benar? Sudah hitamkah? Tidak nembus? Ada yang keluar-keluar? Saya terus pertanyakan hal itu dalam hati saya selama menunggu hasil ujiannya. Perpisahan yang diadakan seminggu sebelum pengumuman di wisma PGI sangatlah menyedihkan. Mulai saat itulah saat-saat terakhir aku dapat melihatnya. Ia akan pindah sekolah, di SMAK 5 Penabur. Walaupun bertepuk sebelah tangan, aku selalu menyukai dia. Saya menangis sekuat-kuatnya saat kepala sekolahku memberi renungan saat kegiatan api unggun. Hatiku sangatlah hancur. Aku ingin bersamanya, setidaknya bisa melihatnya, tetapi malah jadinya seperti ini. Susah sekali melepasnya. Aku juga ingin merasakan cinta... Tibalah hari pengumuman yang penuh kekhawatiran. Sebelumnya, kepala sekolah memberikan pemberitahuan bahwa hasil ujian sekolah yang mengecewakan telah membuat nilai akhir angkatan kami sangat anjlok. Dan juga bagi yang tidak lulus, harap mengambil surat keterangan tidak lulus. Sesudah itu, kami turun ke lantai 1 untuk melihat hasil ujiannya. Ternyata, saya mencari-cari, nama saya tidak ada. Nama saya ada di kertas yang lainnya. Saya salah melihat ruang kelas ujian. Saya lihat nilai saya: 90, 98, 97.5, 97.5. HAH?! Nilai saya tanggung banget...? Walaupun begitu, saya tetap senang sudah mendapat nilai yang sangat tinggi itu... Pada acara pelepasan, saya mengenakan pakaian adat batak yang sangat mencolok. Setelah beberapa saat dalam acara, ada pemberian hadiah bagi siswa berprestasi. Ranking 1 adalah Vinny dari kelas 9B. Ranking 2 adalah Tiffany dari kelas 9A. Saya berharap saya dapat mendapat penghargaan itu, tetapi, Ranking 3 adalah Alvin dari 9D. Saya kaget setengah mati. Tuhan memberikan saya kesempatan untuk mendapat penghargaan ini. Saya naik ke atas panggung dan saya memperhatikan dia. Dia kelihatannya bangga, atau kesal, atau biasa-biasa saja kah? Saya berharap terus dia tidak akan pindah. Supaya kita sama-sama SMA di Yakobus. Saat menerima piala, saya tidak senang, bangga atau apa. Saya sangat sedih kehilangan dia. Tuhan dapat memberikan saya penghargaan ini, tetapi Ia tidak dapat memberikan dia... Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku yakin dialah satu-satunya untukku. Temantemanku selalu berusaha membuatku melepaskan dia. Sampai sekarang, saya masih menyimpan perasaan saya di dalam hati. Dan kenangan-kenangan yang sedih, bahagia, dan lain-lain tentang dia aku berharap aku dapat berbagi dengan dia suatu hari...

You might also like