Professional Documents
Culture Documents
mempengaruhi emosi) otak gay juga lbh menyerupai otak perempuan heteroseksual ketimbang laki-laki heteroseksual. Perbedaan yang paling mencolok yang ditemukan Savic adalah pola aktivasi yang berbeda pada otak gay dalam merespons feromon yg dihasilkan di dalam keringat laki-laki. Hipotalamus dalam otak gay dirangsang oleh aroma keringat laki- laki lain. Ini adalah penyebab utama gay dapat tertarik dengan sesama jenis. Faktor kedua yang mempengaruhi orientasi seksual seseorang adalah gen. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Bailey dkk tahun 1993 menunjukkan apabila salah satu dari kembar identik adalah homoseks, maka kemungkinan kembaran yang lain homoseks adalah lebih dari 50%. Pada riset lain yang dilakukan oleh Dean Hamer di Amerika Serikat ditemukan tanda genetika di daerah Xq28 dari kromosom X yang berhubungan erat dengan orientasi homoseksual. Riset tersebut memberikan kesimpulan yang mengejutkan yakni adanya gen bawaan bagi tiap lelaki homoseksual. Hingga sekarang, berbagai riset genetis, sirkuit otak dan dampak hormon pada orientasi seksual masih terus dilakukan. Lalu muncul pertanyaan bagaimana bila seseorang sadar bahwa dirinya homoseks pada masa remaja atau telah dewasa, sementara sebelumnya pernah terlibat hubungan heteroseksual? Sejatinya, seorang homoseks adalah seorang homoseks, Titik. Tidak ada heteroseksual yang memutuskan pilihan menjadi homoseks akibat suatu atau beberapa kejadian. Apabila seseorang memang homoseks, pastilah ia homoseks sejak lahir. Pada umumnya, seseorang akan sadar tentang orientasi seksualnya pada umur 9-10 tahun. Penghakiman akan orientasi seksual yang dinilai salah cenderung mengakibatkan para homoseks menutupi orientasi seksualnya dengan berlagak normal. Sedih memang, karena mereka pikir mereka bisa mengubah orientasi seksualnya sembari beranjak dewasa. Padahal orientasi seksuak tidak akan berubah. Kehidupan sosial masyarakat kita yang menganaktirikan kaum homoseksual ini kadang berakibat fatal bagi mereka. Seorang homoseks bisa saja berlagak normal, menjalin hubungan cinta heteroseksual, menikah, memiliki anak, dan seterusnya. Namun apakah mereka bahagia? Apakah pasangan mereka bahagia? Ini sebuah pertanyaan sosial besar bagi orang yang mengingkari basic instinct-nya. Dengan demikian, orientasi seksual bukanlah masalah pada pilihan ketika dewasa, bukan masalah lingkungan, orientasi seksual adalah murni masalah kesalahan pada struktur otak sejak lahir. And nothing you can do about it. Acceptance, is the one thing you can do. Sayangnya, di lingkungan kita homoseksual masih dianggap tabu. Tidak ada (atau masih sedikit) panti sosial atau sejenisnya yang mengakomodasi kepentingan mereka karena terlanjur dianggap kotor. Sebenarnya mereka normal sama seperti manusia yang heteroseksual. Mereka hanya dianggap berbeda,. Kita sibuk dipisahkan oleh kata normal yang bahkan kita sendiri tidak bisa menerjemahkan definisi dan batas-batasnya secara jelas. Daripada sibuk mengutuki, how about offering some friendship to them? J