You are on page 1of 7

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

Pengaruh Kultur Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Melalui Kinerja Guru

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang Alumni Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang, E-mail: Etha87 ni2t@yahoo.co.id.

Imam Bukhori Nur Anita

Abstract: This research aims to get empirical data of the influences of school culture on students achivement and motivation of learning in SMK Negeri 1 Turen. In this study, the researcher used an explanatory research. The chosen population was all eleven graders of SMK Negeri 1 Turen that was 510 students. The researcher used a random sampling technique with 75 respondents and the analysis method was a multiple regression method. The results indicate that there are positive influences of the school culture on students performance in learning directly, equal to 0,389 with sig, 0,000. There are also positive influences of the school culture on students motivation in learning directly, equal to 0,215 with sig. 0,032. There are also positive influences of students performance on their motivation in learning, equal to 0,523 with sig. 0,000. There are positive influences of the school culture on students motivation in learning indirectly, equal to 0,203 with sig. 0,000. It can be concluded that the school culture existing at SMK Negeri 1 Turen has significcantly positive influences on students motivation, achievement, and teachers performance. It is suggeted that the headmaster create positive school culture to enhance teachers to work better, which in turn can affect students motivation and achievement. Kata kunci: kultur sekolah, motivasi belajar siswa, kinerja guru

Usaha-usaha peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan merupakan tekad dan komitmen bangsa Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada hakikatnya ada dua pendekatan yang dapat dilakukan yaitu struktural dan kultural. Perbaikan struktural telah lama dilakukan Departemen Pendidikan Nasional seperti perbaikan komponen-komponen dan pelatih-an guru namun hasilnya belum menggembirakan. Hal ini sesuai pengamatan Ginningham dan Gresso (dalam Jumadi, 2004: 22) yang mengisyaratkan bahwa dalam per182 182

jalanan sejarah, usaha peningkatan pendidikan melalui pendekatan struktural tidak berhasil mengubah keadaan. Berbeda dengan pendekatan kultural yang bersifat bottom-up, sehingga warga sekolah tidak merasa disuruh, diperintah atau dipaksa melakukan perbaikan-perbaikan, namun atas kesadaran, keyakinan dan kehendak sendiri melakukan perbaikan-perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan. Salah satu faktor untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah dan peningkatan kinerja sekolah perlu dibangun budaya organisasi di sekolah. Menurut Deal dan Peterson, (1999)

Imam Bukhori, Pengaruh Kultur Sekolah Terhadap Motivasi Belajar

budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. Stolp & Smith (1994) menyatakan kultur sekolah merupakan pola makna yang dipancarkan secara historis yang mencakup norma, nilai, keyakinan, seremonial, ritual, tradisi, dan mitos dalam derajad yang bervariasi oleh warga sekolah. Penerapan kultur sekolah yang tepat akan mempunyai pengaruh yang berarti dalam aktivitas belajar siswa, maupun dalam mempengaruhi guru untuk melakukan pekerjaan yang lebih efisien dan efektif untuk mencapai kinerja guru yang baik. Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan, antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana, lingkungan pendidikan, kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut guru dalam kegiatan proses belajar mengajar di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor yang lain, guru sebagai subjek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Studi yang dilakukan Heyneman & Loxley pada tahun 1983 di 29 negara me-nemukan bahwa di antara berbagai masukan (input) yang menentukan pendidikan (yang ditujukan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pelakasa pendidikan nasional guru merupakan faktor kunci. Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran, karena merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan belajar. Dengan adanya motivasi, siswa akan terdorong untuk melaksanakan dan mengerjakan tugas belajarnya. Motivasi tidak hanya berasal dari dalam diri sendiri (internal) akan tetapi juga berasal dari luar (eksternal). Motivasi intern muncul karena

adanya faktor dari dalam yaitu karena adanya kebutuhan, sedangkan motivasi ekstern muncul karena adanya faktor dari luar, terutama dari lingkungan. Dalam kegiatan belajar mengajar faktor eksternal yang mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah kinerja guru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara: (1) kultur sekolah terhadap kinerja guru, (2) kultur sekolah terhadap motivasi belajar siswa, (3) kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa, dan (4) kultur sekolah terhadap motivasi belajar melalui kinerja guru. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Explanatory research, hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meneliti pengaruh kultur sekolah terhadap motivasi belajar siswa melalui kinerja guru di SMK Negeri 1 Turen. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Random Sampling. Penelitian ini mengunakan instrumen berupa kuesioner dan untuk menentukan panjang pendeknya kelas interval maka digunakan Skala likert dengan 5 alternatif jawaban. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK Negeri 1 Turen sebanyak 510 siswa, karena keterbatasan biaya dan waktu maka diambil sampel sebanyak 15% atau 75 siswa. Sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2002: 112) berpendapat bahwa.Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya apabila subjeknya besar lebih dari 100, maka dapat diambil antara 10- 15% atau 20-25% atau lebih. Validitas dan Reliabilitas instrumen diuji coba dan dianalisis dengan validitas ini dan rumus koefesien Alpha Cronbach (Thorndike,1977). dari hasil perhitungan korelasi r berkisar antara 0,419 s/d 0,622 un-

183

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

2= 0.215 Sig= 0.032 X 1= 0.389 Sig= 0.000 Z 3= 0.523 Sig= 0.000 Y

E1= 0.848
Gambar 1 Hasil Lintasan dalam Analisis Jalur tuk skala kultur sekolah, untuk skala kinerja guru 0,416 s/d 0,708 dan 0,358 s/d 0,769 untuk skala motivasi belajar siswa, dimana r 0,3. Suatu angka yang menunjukkan tingkat ketepatan pengukuran instrumen dengan kata lain bahwa instrumen tersebut sudah relatif tepat mengukur apa yang sebenarnya ingin diukur. Reliabilitas instrumen diukur dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Koefesien reliabilitas masing-masing instrumen dari variabel tersebut adalah untuk kultur sekolah nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,786 maka instrumen ini reliabel. Instrumen-instrumen variabel intervening kinerja guru dinyatakan valid karena tingkat probabilitas r 0,6 dengan nilai koefesien reliabilitas Alpha Cronbach 0,715 maka instrumen ini reliabel. Sedangkan instrumen-instrumen variabel terikat motivasi belajar dinyatakan valid, dengan tingkat probabilitas r 0,6, sehingga diperolah nilai probabilitas 0,717 maka nilai instrumen ini reliabel. Kesimpulan bahwa instrumen penelitian ini dapat dipercaya dan dapat digunakan penelitian. Adapun proses uji normalitas dilakukan dengan OLS pada masing-masing persamaan

E2= 0.593

yang menyusunnya secara sendiri-sendiri (parsial). Pendugaan parameter dengan metode OLS, dimana di dalam software SPSS dihitung melalui analisis regresi, yaitu dilakukan pada masing-masing persamaan secara parsial (Solimun, 2004: 34-50). Baik pengujian analisis maupun pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan taraf signifikansi 0,05. Untuk mengetahui koefesien korelasi antar variabel dihitung melalui perhitungan korelasi product moment regresi berganda untukmengetahui pengaruh dari variabel kultur sekolah terhadap motovasi belajar siswa melalui kinerja guru. HASIL Skor kultur sekolah antara 39 - 69, ratarata 55,4800 dengan standar deviasi 5,66964. Skor rata-rata kultur sekolah sebesar 55,4800 menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap kultur sekolah cukup baik, sebab skor 55,4800 berada di bawah skor subjek untuk kategori tinggi, yaitu 57. Kinerja guru memiliki rentang 35 - 49, rata-rata 42,0533 dengan standar deviasi 3,28754. Skor rata-rata kinerja

184

Imam Bukhori, Pengaruh Kultur Sekolah Terhadap Motivasi Belajar

guru sebesar 42,0533 menjunjukkan kinerja guru SMK Negeri 1 Turen tinggi, sebab skor 42,0533 dapat dikategorikan tinggi. Persepsi siswa tentang motivasi belajar dengan rentang skor antara 27 - 47, didapatkan rata-rata sebesar 36,9733 dengan standar deviasi sebesar 3,95233. Skor rata-rata motivasi belajar siswa sebesar 36,9733 menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi belajar cukup baik, sebab skor 36,9733 berada di bawah skor subjek untuk kategori tinggi 39. Korelasi pengaruh antara kultur sekolah dengan kinerja guru secara langsung, dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung = 3,612 dengan Sig. sebesar 0,000 sedangkan nilai t tabel = 1,993. Dengan demikian karena t hitung > t tabel dan nilai Sig (0,000) > (0,05) maka Ho ditolak, berarti hubungan kultur sekolah dengan kinerja guru adalah signifikan dengan nilai koefesien terstadarisasi sebesar 0,389. Koefesien korelasi antara kultur sekolah dengan motivasi belajar siswa secara langsung, dari hasi perhitungan didapatkan nilai t hitung = 2,182 dengan t tabel = 1,993, jadi t hitung > t tabel maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kultur sekolah berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa secara signifikan dengan nilai koefesien terstadarisasi sebesar 0,215. Korelasi pengaruh antara kinerja guru dengan motivasi belajar siswa secara langsung, dari hasil perhitungan didapat nilai t hitung = 5,305 dengan t tabel =1,993, jadi t hitung > t tabel maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja guru berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa secara signifikan dengan nilai koefesien terstandarisasi sebesar 0,523. Untuk pengaruh tidak langsung antara kultur sekolah terhadap motivasi belajar siswa melalui kinerja guru sebesar 0,203 lebih kecil dari pengaruh langsung kultur sekolah terhadap kinerja guru sebesar 0,215 maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kultur sekolah secara tidak langsung berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa melalui ki-nerja guru di SMK Negeri 1 Turen.

PEMBAHASAN Penelitian ini telah berhasil menunjukkan hubungan yang terjadi antara kultur sekolah dengan kinerja guru, hubungan yang terjadi antara kultur sekolah dengan motivasi belajar siswa, hubungan yang terjadi antara kinerja guru dengan motivasi belajar siswa dan hubungan antara kultur sekolah terhadap motivasi belajar siswa melalui kinerja guru. Bagaimana hubungan antara varibel bebas dan variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut. Hubungan antara kultur sekolah terhadap kinerja guru secara langsung. Kultur sekolah dengan kinerja guru terdapat hubungan yang cukup berarti pada taraf signifikansi 0,05. Dikatakan berarti karena dari hasil perhitungan tersebut didapat t hitung lebih besar dari t tabel berarti kultur sekolah memberikan kontribusi yang nyata terhadap kinerja guru. Berdasarkan keadaan tersebut antara kultur sekolah dengan kinerja guru terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Kultur sekolah merupakan salah satu variabel penting yang perlu mendapatkan perhatian untuk meningkatkan kinerja guru yang nantinya mengarah pada motivasi belajar siswa seperti yang diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Jumadi (2003: 26) bahwa dari hasil analisis diperoleh koefesien korelasi positif yang signifikan antara kultur akademik disekolah dengan kinerja guru. Kultur sekolah yang direalisasikan dengan baik akan menimbulkan loyalitas pada masyarakat sekolah salah satunya guru, dimana mereka tidak akan merasa disuruh atau diperintah melakukan perubahan dan perbaikan-perbaikan namun berdasarkan kesadaran. Adanya kultur sekolah diharapkan mampu meningkatkan kinerja guru yang mana nantinya juga berimbasa pada motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kulur sekolah dengan motivasi belajar siswa secara langsung. Kultur sekolah dengan motivasi belajar siswa terdapat hubungan yang cukup berarti pada
185

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

taraf signifikansi 0,05. Dikatakan cukup berarti karena dari hasil perhitungan tersebut didapatkan t hitung lebih besar dari t tabel berarti kultur sekolah memberikan kintribusi nyata dalam motivasi belajar siswa. Maka antara kultur sekolah dengan motivasi belajar siswa terdapat hubungan yang signifikan, hal ini sesuai penelitian yang dikemukakan oleh Isminingsih (2003: 61) yang mengemukakan bahwa dengan adanya budaya sekolah yang baik maka dapat merangsang siswa untuk berprestasi melalui motivasi belajar pada dirinya. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar karena motivasi menurut Sadirman (2008: 75) adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Adanya kultur sekolah yang baik akan sangat mempengaruhi persepsi yang ada pada diri siswa yang nantinya menimbulkan perasaan senang, yang pada ahirya menimbulkan motivasi yang tinggi pada siswa dalam belajarnya. Hubungan antara kinerja guru dengan motivasi belajar siswa secara langsung. Kinerja guru dengan motivasi belajar siswa terdapat hubungan positif yang tinggi pada taraf signifikansi 0,05. Dikatakan tinggi karena dari hasil perhitungan tersebut didapatkan t hitung lebih besar dari t tabel, berarti kinerja guru memberikan kontribusi nyata dalam motivasi belajar siswa. Maka antara kinerja guru dengan motivasi belajar siswa terdapat hubungan yang signifikan. Kalangan ahli berpendapat bahwa guru yang mempunyai kerja yang tinggi akan senantiasa bekerja keras untuk mengatasi segala jenis permasalahan yang dihadapi dengan harapan mencapai hasil yang lebih baik lagi. Guru yang memiliki motivasi kerja yang tinggi, akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ikut serta dalam suatu tugas atau kegiatan. Hasil penelitian ini selaras dengan temuan Putro (2007) yang menyebutkan bahwa kinerja guru dalam kelas berpengaruh langsung secara signifikan terhadap motivasi belajar siswa SMK Muhammadiyah Kabupaten Pur186

worejo. Sehingga dalam penelitian ini didapatkan hasil apabila kinerja guru yang diberikan pada siswa SMK Negeri 1 Turen tinggi, maka motivasi belajar siswa akan tinggi. Hubungan antara kultur sekolah terhadap motivasi belajar siswa melalui kinerja guru secara tidak langsung. Hal ini menunjukkan bahwa kultur sekolah yang tinggi dapat mempengaruhi secara tidak langsung motivasi belajar siswa melalui kinerja guru. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa, pengaruh tidak langsung kultur sekolah lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh langsung dari kultur sekolah melalui kinerja guru. Motivasi belajar siswa merupakan hasil yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-unsur yang terdiri kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerjasama dengan semua warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa, serta tanggung jawab terhadap tugasnya. Oleh karena itu tugas Kepala Sekolah selaku manager adalah berusaha menciptakan kultur sekolah yang baik agar tercipta loyalitas yang tinggi terhadap sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kultur sekolah di SMK Negeri 1 Turen dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 36 siswa SMK Negeri 1 Turen atau 48,00% menyatakan kultur sekolah adalah cukup baik. Sedangkan untuk kinerja guru di SMK Negeri 1 Turen dari hasil penelitian

Imam Bukhori, Pengaruh Kultur Sekolah Terhadap Motivasi Belajar

menunjukkan bahwa sejumlah 28siswa SMK Negeri 1 Turen atau 37,33% menyatakan kinerja guru adalah tinggi. Dan untuk variabel motivasi belajar siswa yang ada di SMK Negeri 1 Turen dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 32 siswa SMK Negeri 1 Turen atau 42,67% menyatakan motivasi belajar siswa adalah cukup tinggi. Terdapat pengaruh langsung yang positif dan signifikan antara kultur Sekolah terhadap Kinerja guru pada siswa SMK Negeri 1 Turen sebesar 0,389. Sedangkan untuk kultur sekolah dan motivasi belajar siswa terdapat pengaruh langsung yang positif dan signifikan antara Kultur Sekolah terhadap motivasi belajar siswa pada siswa SMK Nege- ri 1 Turen sebesar 0,215. Pada variabel kinerja guru dan motivasi belajar siswa terdapat pe-ngaruh langsung yang positif dan signifikan antara kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri 1 Turen sebesar 0,523. Dan terdapat pengaruh tidak langsung yang positif dan signifikan antara Kultur Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa melalui variabel Kinerja Guru pada siswa SMK Negeri 1 Turen sebesar 0,203. Saran Salah satu sarana yang ada di sekolah adalah perpustakaan, selama ini penggunaan perpustakaan di SMK Negeri 1 Turen masih kurang maksimal selain dikarenakan koleksi buku-buku yang terbatas, penataan ruangan yang kurang menarik juga diakibatkan ruang perpustakaan yang digunakan untuk keDAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Isminingsih, S. 2003. Dampak Budaya Organisasi, Iklim Organisasi, dan Kinerja Kepala Sekolah Terhadap Keefektifan Proses Belajar

giatan belajar mengajar sehingga membatasi siswa untuk masuk kedalam perpustakaan. Kultur sekolah yang ada di SMK Negeri 1 Turen hendaknya ditingkatkan utamanya dalam penyediaan sarana dan prasarana kelas dan perpustakaan sekolah, karena perpustakaan merupakan sumber pengetahuan bagi siswa dimana siswa mendapatkan berbagai informasi yang mungkin tidak diberikan di kelas. Kondisi kinerja guru di SMK Negeri 1 Turen dikategorikan cukup. Kondisi tersebut akan lebih meningkat apabila kepala sekolah dapat mempertahankan dan bahkan mampu meningkatkan hasil kerja yang telah dicapai kearah yang lebih baik di masa mendatang dengan cara memberikan motivasi melalui penciptaan kultur sekolah yang baik, agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan mencapai kinerja yang maksimal. Sedangkan untuk motivasi sendiri diharapkan dalam menimbulkan motivasi belajar siswa peranan guru sebagai orang tua bagi siswa di sekolah sangat berperan besar, sehingga diharapkan guru mampu bekerja secara profesional dan menjadi pribadi yang menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan belajarnya. Dalam penelitian selanjutnya yang bertema kultur sekolah dan motivasi belajar siswa agar objek yang di ambil lebih baik adalah sekolah se-Malang Raya. Dengan mengambil sampel pada sekolah se-Malang Raya maka akan memiliki keragaman yang lebih tinggi baik karakter maupun demografi pada kultur yang ada pada sekolah. Sehingga hasil penelitian bisa digeneralisasi lebih luas.

Mengajar Pada SMU Negeri di Kota Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Jumadi. 2003. Pengaruh Kultur Sekolah, Kiner-

187

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

ja Guru Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa dan Prestasi Akademik Siswa. (Jurnal Online). Diakses tanggal 28 Oktober 2008 Putro. 2007. Analisis Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa. (Online). (http: //www.um-pwr.ac.id/web/download/publikasi-ilmiah/Analisis%20Pe-

ngaruh%20Kinerja%20Guru%20Terhadap%20Motivasi%20Belajar%20Siswa. pdf. diakses tanggal 12 Juni 2009) Sadirman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Solimun. 2002. Structural Equation Modeling Liserl dan Amos. Malang: UM Press.

188

You might also like