You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah_Nya sehingga makalah yang berjudul Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat pada waktunya oleh tim penulis/penyusun. Shalawat dan salam juga senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad Saw. beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat syafaatnya di akhirat kelak. Amin ... Kesempurnaan adalah harapan tiap orang. Namun, kami menyadari akan kekurangan yang terdapat dalam makalah yang tak kami ketahui. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada kita semua terutama kepada saya khususnya.

Makassar, 5 Oktober 2011

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. B. Rumusan Masalah.... BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian.. B. Penyebab DBD.. C. Jenis-jenis Demam Berdarah. a) Demam Berdarah Klasik b) Demam berdarah hemoragik.. D. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue... a) Agent......................................................................................... b) Vector........................................................................................ c) Host........................................................................................... d) Lingkungan............................................................................... E. Pencegahan oleh masyarakat dan pemerintah....... F. Penderita DBD di Lamongan dan Makassar.......................................... BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran. DAFTAR PUSTAKA

BAB I ISI
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada tahun 1953 dan selanjutnya menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%). Selanjutnya sejak saat itu penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung menyebar ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988. Akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab clan nyamuk penularnya tersebar luas baik di rumah maupun tempat- tempat umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Pada saat ini seluruh propinsi di Indonesia sudah terjangkit penyakit ini baik di kota maupun desa terutama yang padat penduduknya dan arus transportasinya lancar. Sebagaimana diketahui bahwa sampai saat ini obat untuk membasmi virus dan vaksin untuk mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue belum tersedia. Cara yang tepat guna untuk menanggulangi penyakit ini secara tuntas adalah memberantas vektor/nyamuk penular. Vektor Demam Berdarah Dengue mempunyai tempat perkembangbiakan yakni di lingkungan tempat tinggal manusia terutama di dalam stan diluar rumah. Pemberantasan vektor Demam Berdarah Dengue dilaksanakan dengan memberantas sarang nyamuk untuk membasmi jentik nyamuk Aedes aegypti. Mengingat nyamuk Aedes aegypti tersebar luas diseluruh tanah air baik dirumah maupun tempat-tempat umum, maka untuk memberantasnya diperlukan peran serta seluruh masyarakat. Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi diperluas

dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang kami berikan agar pembaca tidak bingung akan makna pembuatan makalah yang penulis buat, yakni apakah sebenarnya epidemiologi Demam Berdarah Dengue itu sendiri ? dan bagaimana kita memutus rantai penyebaran penyakit tersebut dengan melibatkan masyarakat dan pemerintah ?.

BAB II

ISI
A. PENGERTIAN
Demam adalah penyakit demam berdarah (DB) akut yang

disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari

genus Aedes, aegypti atau Aedes

misalnya Aedes albopictus.

Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan demam

berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, family Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembab. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Epidemi dengue dilaporkan sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad ke dua puluh di Amerika, Eropa selatan, Afrika Utara, Mediterania Timur, Asia dan Australia, dan beberapa pulau di Samudra India, Pasifik Selatan dan tengah serta Karibia. DF dan DHF telah meningkat dengan menetap baik dalam insiden dan distribusi sepanjang 40 tahun, dan pada tahun 1996, 2500 3000 juta orang tinggal di area yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun diperkirakan terdapat 200 juta kasus infeksi dengue dan mengakibatkan kirakira 24 juta kematian.

B. PENYEBAB
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda. Sistem imun

yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk. Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina danAedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk. Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.

C. JENIS DEMAM BERDARAH


a) Demam berdarah klasik Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien. Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan munculnya ruam. Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah atau trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah (haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia). b) Demam berdarah hemoragik

Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD. Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat keparahan DBD sekaligus membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma darah. Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah. Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan kematian.

D. EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit serta fakor yang terkait di tingkat populasi. Ini adalah model corestone penelitian kesehatan masyarakat, dan membantu menginformasikan kedokteran berbasis bukti (eveidence based medicine) untuk mengidentifikasikan faktor risiko penyakit serta menentukan pendekatan penanganan yang optimal untuk praktik klinik dan untuk kedokteran preventif. Berikut pembahasan demam berdarah dengue dari segi epidemiologinya. a) Agent Virus Dengue merupakan bagian dari famili Flafiridae dan termasuk dalam group B Arthropod born viruses (arboviruses). Keempat serotipe virus dengue (disebut DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4) dapat dibedakan dengan metode serologi. Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue tipe satu dan tipe tiga. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama,

tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap serotipe yang lain (WHO, 1997). b) Vektor Aedes aegypti adalah spesies nyamuk tropis dan subtropis yang ditemukan di bumi, biasanya antara garis lintang 35LU dan 35LS, kira-kira berhubungan dengan musim dingin isoterm 10C. Meski Aedes aegypti telah ditemukan sejauh 45LU, invasi ini telah terjadi selama musim hangat dan nyamuk tidak hidup pada musim dingin. Distribusi Aedes aegypti juga dibatasi oleh ketinggian. Ini biasanya tidak ditemukan diatas ketinggian 1.000 m tetapi telah dilaporkan pada ketinggian 2.121 m di India, pada 2.200 m di Kolombia, dimana suhu rerata tahunan adalah 17C, dan pada ketinggian 2.400 m di Eritrea. Aedes aegypti adalah salah satu vektor nyamuk yang paling efisien untuk arbovirus, karena nyamuk ini sangat antropofilik dan hidup dekat dengan manusia dan sering hidup di dalam rumah. Wabah dengue juga telah disertai dengan Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan banyak spesies kompleks Aedes scutellaris. Setiap spesies ini mempunyai distribusi geografisnya masing-masing, namun mereka adalah vektor epidemik yang kurang efisien dibanding Aedes aegypti. Faktor penyulit pemusnahan vektor adalah bahwa telur-telur Aedes aegypti dapat bertahan dalam waktu lama terhadap desikasi (pengawetan dengan pengeringan), kadang selama lebih dari satu tahun (WHO, 1997). Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu : Telur Jentik Kepompong Nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran + 0,80 mm. Pada umumnya

telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu + 2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, stadium pupa (kepompong) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-3 bulan. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100 meter. Namun secara pasif, misalnya karena angin atau terbawa kendaraan nyamuk ini dapat berpindah lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat umum (TTU). Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah + 1000 m dari permukaan air laut.

Diatas ketinggian 1000 m tidak dapat berkembang biak,karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut. c) Host Manusia adalah pejamu (host) pertama yang dikenai virus, meskipun studi telah menunjukkan bahwa monyet pada beberapa bagian dunia dapat terinfeksi dan mungkin bertindak sebagai sumber virus untuk nyamuk penggigit. Virus bersirkulasi dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih saat dimana mereka mengalami demam, dan nyamuk nyamuk tak terinfeksi mendapatkan virus bila mereka menggigit individu saat dia dalam keadaan viramia. Virus kemudian berkembang di dalam tubuh nyamuk selama periode 8-10 hari sebelum ini dapat ditularkan ke manusia lain selama menggigit atau menghisap darah berikutnya. Lama waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik ini tergantung pada kondisi lingkungan khususnya suhu sekitar (WHO, 1997). d) Lingkungan 1. Suhu dan Kelembaban Udara Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi proses metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai dibawah suhu kritis. Rata-rata suhu optimum untuk untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25C - 27C, pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10C. Kelembaban optimum dalam kehidupannya adalah 70%-80%. Kelembaban dapat memperpanjang umur nyamuk. Umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada temperatur udara sekitar 20C 30C (Depkes RI, 2003). 2. Musim dan Curah Hujan Peningkatan curah hujan mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, demikian pula pada musim penghujan. Dikarenakan akan semakin banyak jumlah tempat penampungan air yang dapat digunakan sebagai tempat perindukan. Perubahan musim akan berpengaruh pada frekuensi gigitan nyamuk atau panjang umur nyamuk dan berpengaruh pula pada kebiasaan hidup manusia untuk lebih lama tinggal didalam rumah pada waktu musim hujan (Soedarmo, 1988). 3. Sanitasi Lingkungan Sanitasi lingkungan mempengaruhi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti terutama tempat-tempat penampungan air sebagai media breeding place nyamuk. Seperti bak mandi/WC, gentong, tempayan, vas bunga, tempat minum burung, kaleng bekas, ban bekas dan lain-lain.

Tempat penampungan air yang berisi air jernih dan ada didalam rumah serta tidak terkena sinar matahari langsung adalah tempat yang disukai nyamuk (Soegijanto, 2004). 4. Kepadatan dan Mobilitas Penduduk Kepadatan dan mobilitas penduduk ikut menunjang penularan DBD, semakin padat penduduk maka semakin mudah penularan DBD. Jarak antara rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari suatu rumah ke rumah lain, semakin dekat jarak antara makin mudah nyamuk menyebar ke rumah sebelah. Mobilitas memudahkan penularan dari satu tempat ke tempat lain dan biasanya penyakit menjalar dimulai dari suatu pusat sumber penularan kemudian mengikuti lalu lintas penduduk. Makin ramai lalu lintas itu, makin besar kemungkinan penyebaran (Soedarmo,1988).

E. PENCEGAHAN OLEH MASYARAKAT DAN PEMERINTAH


Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu: a) Lingkungan Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah. b) Biologis Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. c) Kimiawi Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu dapat juga digunakan larvasida. Selain itu oleh karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi

tubuh

dari

gigitan

nyamuk

bila

sedang

beraktivitas di luar rumah. Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah. Sampai saat ini belum ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah. Banyak orang yang sembuh dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu. Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah, konsumsi obat yang mengandung acetaminofen (misalnya tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak istirahat. Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan sodium naproxen justru dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan demam berdarah yang lebih parah, akan sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi. Seseorang yang terkena demam berdarah juga harus dicegah terkena gigitan nyamuk, karena dikhawatirkan dapat menularkan virus dengue kepada orang lain yang sehat. Berdasarkan Kep. Mekes No. 581/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue, maka upaya pemberantasan penyakit dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilakukan melalui kerjasama lintas program/sektoral. Pengorganisasian masyarakat di desa/kelurahan dilaksanakan melalui Pokja Demam Berdarah Dengue-LKMD yang dibina secara berjenjang oleh Pokjanal Tim Pembina LKMD Kecamatan s/d Tk. Pusat. Mengingat semua wilayah mempunyai resiko untuk terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue, sangat luas maka upaya pemberantasan perlu dilaksanakan secara menyeluruh dan meliputi semua wilayah. Namun mengingat keterbatasan sumber daya, upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue dewasa ini diprioritaskan pada wilayah kecamatan yang

endemis Demam Berdarah Dengue, yaitu kecamatan yang dalam 3 tahun takhir mempunyai desa/kelurahan yang setiap tahunnya ada kasus Demam Berdarah Dengue. Adapun strategi program Demam Berdarah Dengue, meliputi : (1) Kewaspadaan Dini penyakit Demam Berdarah Dengue, guna mencegah membatasi terjangkitnya KLB/Wabah penyakit Demam Berdarah Dengue, (2) Pemberantasan intensif penyakit Demam Berdarah di Desa kelurahan endemis Demam Berdarad Dengue, melalui pelaksanaan: Penyemprotan massal di desa /kelurahan endemis sebelum musim penularan disertai abatisasi selektif dan Penggerakkan masyarakat dalam PSN Demam Berdarah Dengue melalui penyuluhan dan motivasi dengan memanfaatkan berbagai jalur komunikasi dan informasi yang ada, melalui kerja sama lintas program dan sektor dan dikoordinasikan oleh Kepala daerah/wilayah. Adapun gerakan PSN DBD yang dilaksanakan yakni keseluruhan kegiatan masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD, yang disertai pemantauan hasil-hasilnya secara terus menerus. Gerakan PSN DBD merupakan bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta perilaku sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera. Gerakan PSN DBD ini bertujuan untuk membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam memberantas jentik nyamuk penularnya, sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah. Adapun sasaran utama gerakan PSN DBD adalah agar semua keluarga dan pengelola tempat umum melakukan PSN DBD serta menjaga kebersihan lingkungan di rumah dan lingkungannya masing-masing secara terus menerus. Secara garis besar sasaran gerakan PSN DBD pada Pelita VI adalah tercapainya angka bebas jentik (ABJ) > 95% di Kecamatan endemis dan Kecamatan sporadis DBD, dan > 80% di seluruh wilayah. Dalam pelaksanaannya dilapangan gerakan PSN DBD ini menggunakan kebijaksanaan dan strategi sebagai berikut : 1. Gerakan PSN DBD dilaksanakan oleh masyarakat bersama pemerintah. Pembinaannya dilakukan melalui kerjasama lintas program dan lintas sektoral yang dikoordinasikan oleh Kepala Wilayah/Daerah. 2. Gerakan PSN DBD dilaksanakan dengan pendekatan edukatif dan persuasif melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat. Pelaksanaannya dapat diintegrasikan

dalam berbagai program yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan seperti program K3, Gerakan Jumat Bersih dan lain-lain. 3. Gerakan PSN DBD diprioritaskan pada wilayah Kecamatan endemis dan sporadis DBD. Untuk pengorganisasian pelaksanaannya, penggerakan PSN DBD di Desa/Kelurahan dikoordinasikan oleh POKJA DBD, yaitu forum koordinasi kegiatan pemberantasan penyakit DBD di Desa/Kelurahan dalam wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Sedangkan untuk pembinaan POKJA DBD Desa/Kelurahan dilaksanakan oleh POKJANAL DBD Tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kodya, Propinsi dan Tingkat Pusat secara berjenjang. POKJANAL DBD merupakan forum koordinasi lintas program/sektoral dalam pembinaan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD. Dalam rangka mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh penyakit demam berdarah, pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa kebijakan, di antaranya adalah: a. Memerintahkan semua rumah sakit baik swasta maupun negeri untuk tidak menolak pasien yang menderita DBD. b. Meminta direktur/direktur utama rumah sakit untuk memberikan pertolongan secepatnya kepada penderita DBD sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku serta membebaskan seluruh biaya pengobatan dan perawatan penderita yang tidak mampu sesuai program PKPS-BBM/ program kartu sehat . (SK Menkes No. 143/Menkes/II/2004 tanggal 20 Februari 2004). c. Melakukan fogging secara massal di daerah yang banyak terkena DBD.

d. Membagikan bubuk Abate secara gratis pada daerah-daerah yang banyak terkena DBD. Melakukan penggerakan masyarakat untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M dan merekrut juru pemantau jentik (jumantik). e. Penyebaran pamflet lewat udara tentang pentingnya melakukan gerakan 3 M (Menguras, Menutup, Mengubur). f. Menurunkan tim bantuan teknis untuk membantu RS di daerah g. Membantu propinsi yang mengalami KLB dengan dana masing-masing Rp. 500 juta, di luar bantuan gratis ke rumah sakit. h. Mengundang konsultan WHO untuk memberikan pandangan, saran dan bantuan teknis. i. Menyediakan call center :

DKI Jakarta, Pusadaldukes (021) 34835188 (24 jam), DEPKES, Sub Direktorat Surveilans (021) 4265974, (021) 42802669, DEPKES, Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK) (021) 5265043 j. Melakukan Kajian Sero-Epidemiologis untuk mengetahui penyebaran virus dengue.

F. DATA
800 700 600 500 400 300 200 100 0

PENDERITA

DBD

DI

MAKASSAR

DAN

LAMONGAN

Makassar Lamongan

2008

2009

2010

Dari data diatas dapat kita simpulakan bahwa jumlah penderita di kota Lamongan lebih banyak dibandingkan kota Makassar sejak tahun 2008 hingga 2010. Hal ini dikarenakan banyak factor penyebab, seperti yang telah dijelaskan dibagian makalah yang sebelumnya. Tetapi dengan membaca tabel diatas kita dapat menilai bahwa kedua kota tersebut sudah mampu menggenjot jumlah penderita DBD di daerah masing-masing. Meski demikian kita mesti terus sigap tanggap terhadap penyakit DBD itu sendiri.

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat kita tarik dari isi makalah yang telah kami sajikan, berikut: 1. Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Terdapat empat jenis virus dengue berbeda. 2. Dalam epidemiologi demam berdarah terdapat faktor agent yakni virus dengue, vektor yakni Aedes aegypti, host ialah manusia itu sendiri, dan lingkungan yakni Suhu dan Kelembaban Udara, Musim dan Curah Hujan, Sanitasi Lingkungan, Kepadatan dan Mobilitas Penduduk. 3. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus

dengue. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat. 4. Dalam menekan penyebaran penyakit perlu adanya kerja sama antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan masyarakat sebagai sumber daya manusia yang digunakan untuk merealisasikan kebijakan tersebut.\

B. SARAN
Adapun saran yang tim penulis berikan yakni semoga peraturan dan kerja sama semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung mampu mengurangi dan menekan laju penyebaran penyakir DBD tersebut. Dan semoga makalah ini mampu menjadi bahan acuan atau referensi buat pembaca dalam mempelajari epidemiologi terutama mengenai masalah Demam Berdarah Dengue (DBD).

REFERENSI
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah 2. http://fikunpad-divarosya.blogspot.com/2009/04/epidemiologi-penyakit-penyakitmenular.html 3. Departemen Kesheatan RI, Petunjukkan Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PLP, Jakarta, 1992. 4. Departemen Kesehatan RI, Berita Epidemiologi, Edisi Juni, Jakarta 1995. 5. Thomas Suroso et,al, Depkes RI, 2003,pencegahan dan penanggulangan penyakit demam dengue dan demam berdarah dengue. 6. Budiarto, eko.2003. Pengantar epidemiologi.jakarta: penerbit buku kedokteran egc. 7. http://202.146.4.121/read/artikel/145821 8. http://2010.10.19/jumlahpasiendemamberdarahmalangmeningkat 9. http://jatim.vivanews.com/news/read/125569.penderitadbddilamonganmenuruntajam

You might also like