You are on page 1of 16

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfgh jklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvb nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer Awal Mula Terbentuknya NKRI tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas Disusun Oleh : dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx Danang Saputra Prakarsa

X-5 cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghj klzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbn mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf ghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc

Awal Mula Terbentuknya NKRI


Setiap bangsa pasti punya hak untuk menentukan nasibnya sendiri. Setiap bangsa punya hak juga untuk mengatur segala aspek kehidupan di negaranya. Tetapi,itu hanya berlaku bagi negara yang sudah bebas atau merdeka. Sebaliknya, bagi bangsabangsa yang sedang terjajah tidak akan mungkin bisa mewujudkan harapan seperti itu. Karena ini menyangkut hak kemerdekaan Negara tersebut yang kemerdekannya itu sudah dirampas oleh negara imperialis-kolonialis. Oleh sebab itu, banyak terjadinya perjuangan atau perlawanan untuk merebut kemerdekaan untuk Negaranya sendiri. Contohya seperti Bangsa Indonesia yang merupakan satu dari beberapa negara yang berada di kawasan Asia yang secara terus-menerus berjuang menghadapi para penjajah.

Kaitan Antara Tersiarnya Berita Kekalahan Jepang dan Kegiatan Para Pejuang di Jakarta
Pada awalnya Jepang telah mengira jika kekuataan Amerika Serikat sudah lumpuh atau sudah tidak bergerak lagi seusai pangkalan lautnya yang bernama Pearl Harbour dihancurkan. Tapi jepang salah mengira, ternyata dalam waktu singkat Amerika Serikat dan sekutunya itu bangkit dan bergerak cepat guna menyusun kekuatan baru di Australia, ketika Jepang mendengar itu, jepang pun berusaha untuk menguasai Australia. Tapi tidak semudah itu ternyata untuk menguasai Australia,Jepang harus bertempur terlebih dahulu melawan sekutu, dan akhirnya Sekutu pun berhasil memukul mundur kekuatan Jepang dalam pertempuran di Laut Karang pada tanggal 7 Mei 1942. Seusai pertempuran itu , kedudukan Jepang di Indonesia mulai terancam dan mulai goyah. Jepang pun terpikir untuk mengikutsertakan kekuatan pribumi dalam setiap peperangan. Lalu Jepang pun berusaha memikat rakyat Indonesia agar mau membantu perang dalam Perang Asia Timur Raya. Sebagai buktinya Jepang telah membentuk beberapa militer dan semi militer, seperti Heik Peta, Seinendan, Keibodan, dan Fujinkai. Agar bangsa Indonesia semakin bersimpati kepada jepang pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menterinya jepang yang bernama Koiso itu mengeluarkan janji kemerdekaan. Di Dalam pidatonya itu yang berada di depan parlemen Jepang, Koiso menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia di kemudian hari. Pada tanggal 29 April 1945 Jepang menyetujui terbentuknya Dokuritsu Jumbi Cosakai atau BPUPKI sebagai awal realisasi janji kemerdekaan. Lalu Jepang mengumumkan terbentuknya badan ini bersamaan dengan hari kelahiran kaisarnya. Badan ini diketuai oleh Bpk Dr.Radjiman Wediodiningratini yang mempunyai tugas utama, yaitu untuk mempelajari serta nyusun rencana untuk pembangunan pemerintahan Indonesia merdeka. Sejalan dengan peristiwa itu, kedudukan Jepang yang berada di berbagai front pertempuran di Asia Pasifik semakin

terdesak oleh Sekutu. Untuk merealisasikan bantuan dari rakyat Indonesia serta untuk memperkuat janji kemerdekaan, maka pada akhir Juli tahun 1945 Jepang mengadakan rapat di Singapura. Dalam rapat itu diputuskan bahwa kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 7 September 1945. Pada tanggal 7 Agustus 1945 panglima tentaranya Jepang yang berada di Asia Tenggara yang bernama, Jenderal Terauci menyetujui pembentukan Dokuritsu Jumbi Inkai atau PPKI. Badan ini sudah dibentuk sebagai pengganti dari BPUPKI yang dianggap telah selesai menjalankan tugasnya. Badan ini pun bertugas untuk menyiapkan segala bentuk sesuatu yang ada kaitanya dengan pemindahan kekuasaan dari pihak pemerintah Jepang kepada bangsa Indonesia. Jenderal jepang Terauchi kemudian memanggil tiga orang tokoh dari PPKI ke markas besarnya di Dalat, Vietnam Selatan pada tanggal 9 Agustus 1945 Ketiga tokoh tersebut ialah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat. Kehadiran mereka di Dalat itu berkenaan dengan pelantikan PPKI secara simbolis. Tiga hari sesudah pertemuan itu, Jenderal Terauchi memberitakan bahwa kekaisaran Jepang sudah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Soekarno dan kawan-kawan pulang ke tanah air pada 14 Agustus 1945. Sebelum tiba di tanah air, mereka singgah dulu di Singapura dan sempat bertemu dengan tokohtokoh PPKI dari Sumatera, seperti Moh. Amir, Teuku Hasan, dan Abdul Abbas. Dalam pertemuan yang singkat itu mereka bersama-sama memperkirakan kekalahan Jepang yang akan terjadi dalam waktu relatif singkat. Dugaan para tokoh pejuang tersebut ternyata benar. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Amerika Serikat telah menjatuhkan sebuah bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki di jepang. Ribuan rakyat Jepang tewas dalam peristiwa tersebut dan berbagai fasilitas kehidupan yang berada di kedua kota tersebut mengalami rusak berat. Ribuan atau bahkan jutaan manusia telah menjadi korban dalam suatu peperangan, tidak terkecuali yang tidak berdosa. Namun, manusia seperti tak pernah lelah untuk menyatakan siap untuk berperang. Manusia selalu meneriakkan suatu slogan tentang keadilan dan kebenaran di bawah bara nafsu kekuasaan. Pengeboman kedua kota itu rupanya membuat Jepang mengajukan permintaan damai yaitu pada 10 Agustus 1945. Namun, permintaan itu ditolak oleh Sekutu. Pihak Sekutu hanya mau nerima penyerahan tanpa syarat dari Jepang. Berita permintaan Jepang itu ternyata didengar oleh salah satu pejuang Indonesia yang bernama Sutan Sjahrir dari radio gelapnya. Oleh karena itu, begitu Soekarno dan Hatta tiba di tanah air, Sjahrir langsung mendesak kedua pemimpin bangsa tersebut untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Lalu Mereka berdalih,katanya si berita kekalahan Jepang itu masih simpang-siur. Selain itu, mereka juga menyadari bahwa kekuatan Jepang di Indonesia itu masih kuat dan utuh. Sebenarnya pada 15 Agustus 1945 Kaisar Jepang yang bernama Hirohito telah memerintahkan penghentian permusuhan terhadap Sekutu,.Peristiwa itu disiarkan langsung oleh radio Jepang dari Tokyo dalam Bahasa Jepang. Siaran ini tertangkap di

Indonesia, tetapi orang yang dapat mengerti Bahasa Jepang masih sedikit. Selain itu, jumlah radio pada zaman itu juga masih terbatas sehingga berita kekalahan jepang itu ditutupi oleh Jepang, Sesudah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, Indonesia berada dalam keadaan vacuum of power atau dalam bahasa indonesianya hampa dari kekuasaan atau penjajahan Artinya, pada saat itu tidak ada satu pun Negara yang menjajah dan berkuasa di Indonesia. Jepang telah menyatakan kalah kepada Sekutu, sedangkan pihak Sekutu sebagai pemenang perang belum sempat menggantikan kedudukan Jepang di Indonesia. Dalam situasi seperti itu, para tokoh pejuang melakukan berbagai kegiatan yang intinya untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Beberapa pertemuan para tokoh pejuang di Jakarta berhasil merumuskan langkah-langkah penting dalam mempersiapkan dan menyongsong kemerdekaan Indonesia. Kegiatan yang diadakan pada saat itu meliputi hal berikut: 1. Menentukan saat yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan, 2. Menentukan juga tokoh yang akan memproklamasikan kemerdekaan, 3. Menyusun teks proklamasi, 4. Menentukan bentuk pelaksanaan proklamasi yang tepat, dan 5. mempersiapkan perlengkapan negara yang kelak diperlukan.

Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Ketika kekosongan kekuasaan terjadi, para tokoh pejuang yang berbeda pendapat menyangkut pelaksanaan waktu proklamasi. Berkenaan dengan hal ini, muncul beberapa pendapat yang menjadikan timbulnya suatu pemisahan antara kelompok pejuang antara yang tua dengan yang muda. Tokoh golongan tua antara lain seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Moh. Yamin, dr. Buntaran, dr. Samsi, dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Sedangkan , seperti B.M. Diah, Sukarni, Yusuf Kunto, dr. Muwardi, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh dianggap mewakili golongan yang muda. Golongan tua itu sikapnya amat hati-hati sekali dalam mencermati suatu masa vacuum of power Mereka berpendapat si bahwa kemerdekaan itu harus dilaksanakan sesuai ketentuan perjanjian dengan aparat Jepang. Bagi golongan yang tua, pembicaraan tentang proklamasi kemerdekaan hanya dimungkinkan apabila dalam wadah PPKI. Melalui cara proklamasi kemerdekaan tidak akan ada yang namanya pertumpahan

darah. Golongan tua sadar, kekuatan Jepang di Indonesia masih kuat dan utuh. Selain itu, mereka juga tahu bahwa Jepang itu diberi tugas oleh Sekutu untuk mempertahankan status yang ada di Indonesia. Sebaliknya, dengan golongan yang muda yang punya sikapa amat agresif. Mereka selalu ingin proklamasi kemerdekaan secepatnya dilaksanakan sebelum Sekutu itu mengambil alih kekuasaan Jepang. Para pemuda menginginkan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan itu lepas dari pengaruh Jepang. Kemerdekaan Indonesia itu harus diperoleh dari usaha sendiri, bukan hadiah dari Jepang. Oleh karena itu, golongan yang muda tidak menyukai keterlibatan PPKI yang dianggapnya itu sebagai badan buatan Jepang. Kendati demikian, di antara golongan antara yang muda dengan yang tua sepakat untuk memilih tokoh yang pantas mendapatkan tugas memproklamasikan kemerdekaan. Dan Mereka percaya kepada Soekarno dan Hatta untuk mewakili para tokoh pejuang. Soekarno dan Hatta dianggap punya jiwa wibawa yang tinggi di mata golongan yang tua dan yang muda. Kedua tokoh ini juga mempunyai kepiawaian dalam berdiplomasi sehingga mereka dapat menarik simpati atau perhatian perwira-perwira Jepang dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. Kedua golongan itu mempunyai sikap yang berbeda dalam menentukan saat yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan. Akan tetapi, perbedaan sikap ini tidak menghambat perjuangan di antara keduanya. Meskipun demikian, perbedaan yang ada di antara keduanya sempat menajam ketika masing-masing bersikeras dengan kehendaknya. Dalam Peristiwa Rengasdengklok adalah bukti kuat bahwa dua kekuataan yang pernah berjuang dalam proklamasi kemerdekaan sempat berselisih paham saat mewujudkan cita-cita bangsa. Perbedaan pendapat tersebut merupakan suatu rahmat. Dengan perbedaan, manusia dapat saling memahami dan menghargai keberadaan masing-masing diri. Dengan perbedaan, manusia juga menjadi sadar bahwa ada keterbatasan yang melingkupi dirinya.

Peristiwa Rengasdengklok
Seiring dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu, para pemuda yang dipimpin Chaerul Saleh melakukan pertemuan yang berada di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta (sekarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI). Pertemuan yang berlangsung pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 ini menghasilkan keputusan, yaitu : a. mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan pada hari itu juga, b. menunjuk Wikana, Darwis, dan Subadio Sastrosatomo untuk nemuin tuh Soekarno dan Hatta dan nyampein keputusan rapat dengan catatan, kemerdekaan tidak diproklamasikan melalui PPKI, serta c. membagi tugas kepada para mahasiswa, pelajar, dan pemuda di seluruh Jakarta untuk merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Sesuai keputusan rapat, pada sekitar pukul 22.00 WIB. Wikana dan kawan-kawan menemui Ir. Soekarno di kediamannya Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Pada pertemuan tersebut Wikana menyampaikan bahwa rapat telah menentukan, kemerdekaan harus segera diproklamasikan oleh Soekarno pada, 16 Agustus 1945. Jika keinginan tersebut tidak dilaksanakan, Wikana memberitahukan kemungkinan terjadinya pertumpahan darah. Mendengar pernyataan yang bernada mengancam itu, Soekarno menjadi marah. Dengan serta merta, ia menolak permintaan dan tuntutan golongan muda tersebut. Para pemuda tidak putus asa atas penolakan itu. Para pemuda lalu melaksanakan pertemuan kembali di Asrama Baperpi di Jalan Cikini No.71 Jakarta. Rapat tersebut dilangsungkan pada pukul 24.00. Di akhir rapat diputuskan bahwa para pemuda memang harus membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah ya untuk jatuhin kedua tokoh pejuang tersebut dari tekanan dan pengaruh Jepang. Sesuai rencananya, pada tanggal 16 Agustus 1945 pada pukul 04.00 Soekarno dan Hatta dibawa oleh para pemuda ke Rengasdengklok yang dipimpin oleh Syodanco Singgih. Kepada Soekarno dan Hatta para pemuda menyampaikan alasan bahwa

semangat para rakyat akan kemerdekaannya begitu meluap dan akan dapat mengancam Soekarno-Hatta apabila masih ada di Jakarta. Setelah melalui perdebatan, akhirnya kedua tokoh tersebut menerima alasan yang dikemukakan oleh para pemuda. Akhirnya Berangkatlah Soekarno beserta Ibu Fatmawati dan Guntur (puteranya yang masih bayi) dalam satu mobil. Moh. Hatta dan para pengawalnya berada di dalam mobil lainnya. Supaya keberangkatan mereka tidak dicurigai Jepang, Soekarno-Hatta dan para pengawalnya mengenakan pakaian seragam Peta dengan mengendarai kendaraan militer Rengasdengklok merupakan sebuah kota kawedanan yang letaknya 15 km di sebelah utara Karawang, Jawa Barat. Rengasdengklok dipilih sebagai tempat mengamankan Soekarno-Hatta karena perhitungan militer. Rengasdengklok terletak di utara Karawang dari jalan raya Jakarta-Cirebon. Dengan letak geografis seperti itu, gerakan tentara Jepang dari Jakarta, Bandung, dan Jawa Tengah yang menuju Rengasdengklok akan segera diketahui. Selain itu, di antara pasukan Peta Jakarta dan Peta Rengasdengklok sudah terjalin kerja sama yang baik untuk menghadapi segala kemungkinan serangan dari Jepang. Sehari penuh Soekarno dan Hatta berada di Rengasdengklok. Para pemuda terus menekan mereka berdua supaya mereka berdua melaksanakan proklamasi yang lepas dari kaitan Jepang. Namun keinginan mereka tidak terlaksana karena wibawa kedua tokoh tersebut cukup besar. Para pemuda amat segan untuk melakukan penekanan secara terus-menerus. Menyikapi situasi seperti itu, Syodanco Singgih berusaha melakukan pembicaraan kembali dengan Soekarno. Dalam suasana tegang,akhirnya Soekarno menyetujui proklamasi akan diucapkan tanpa campur tangan pihak dari Jepang. Soekarno menyatakan kesediaannya apabila sudah berada di Jakarta. Betapa gembiranya para pemuda mendengar pernyataan itu. Syodanco Singgih menyalami Soekarno. Para pemuda segera merencanakan untuk kembali ke Jakarta. Mereka hendak menyampaikan rencana proklamasi kepada kawan- kawannya. Pada saat yang sama, di Jakarta dilangsungkan pertemuan antara golongan tua yang diwakili oleh Mr. Achmad Soebardjo dan golongan muda yang diwakili oleh Wikana. Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia harus dilakukan di Jakarta. Karena Atas dasar kesepakatan itu, Achmad Soebardjo akhirnya segera menjemput Soekarno-Hatta di Rengasdengklok. Keberangkatan mereka diantar oleh Yusuf Kunto sebagai wakil pemuda dan Sudiro selaku sekretaris pribadinya. Mereka tiba di Rengasdengklok pada pukul 17.30 WIB.

Dalam pertemuan dengan para pemuda di Rengasdengklok, Achrnad Soebardjo memberi jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Atas jaminan itu, para pemuda kemudian bersedia untuk melepaskan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Peristiwa Rengasdengklok itu memperlihatkan perbedaan pendapat antara golongan yang tua dan golongan yang muda yang berakhir dengan baik setelah musyawarah. Jelaslah bahwa musyawarah dapat memecahkan masalah bersama.

Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan


Rombongan Soekarno-Hatta tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00 WIB pada tanggal 16 Agustus 1945. Semula tempat yang dituju adalah Hotel des hides (Duta Indonesia). Namun, dibatalkan karena pihak hotel tidak mengizinkan kegiatan apa pun selepas pada pukul 22.30 WIB. Di hotel yang terletak di Jalan Gajah Mada ini, pada pagi sebelumnya juga telah direncanakan pertemuan anggota PPKI, tetapi pihak Jepang melarangnya. Dalam keadaan demikian, Achmad Soebardjo berhasil meminjam tempat seorang perwira angkatan laut Jepang yang bersimpati kepada bangsa Indonesia, yaitu Laksamana Maeda. Akhirnya Rombongan Soekarno kemudian berangkat ke Myakodori (Nassau Boulevard) di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Di rumah Maeda ini berlangsunglah pertemuan anggota PPKI dengan para pemuda untuk membahas persiapan proklamasi kemerdekaan. Di ruang makan, dirumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Walaupun Maeda sebagai tuan rumah tetapi dia tidak ikut campur tangan dan lebih milih pergi ke kamar tidurnya yang berada di lantai dua. Tiga eksponen pemuda, yaitu Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebardjo membahas perumusan naskah proklamasi. Tokoh-tokoh lainnya menunggu di serambi muka rumah itu. Acara perumusan naskah proklamasi berjalan dengan lancar. Dan tidak menemukan kesulitan untuk menemukan rumusan yang tepat. Kalimat pertama pada rumusan itu merupakan I pikiran dari Soekamo dan Achmad Subardjo yang diambil dari teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran Moh. Hatta. Setelah naskah proklamasi udah selesai dirumuskan, rombongan langsung menemui hadirin serambi muka. Pada pukul 04.00 WIB. Soekamo membacakan rumusan naskah proklamasi kemerdekaan yang langsung disetujui oleh para hadirin. Namun, kemudian timbul pers tentang siapa yang harus menandatangani teks tersebut. Soekarno-Hatta menyarankan agar mereka yang hadir menandatangani naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Usul itu tidak disetujui oleh sebagian besar hadirin. Sukarni lantas mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi cukup dua orang saja, yakni Soekamo dan Hatta.

Mereka ditunjuk sebagai wakil dan atas nama bangsa Indonesia karena kedua tokoh tersebut telah dikenal sebagai pemimpin utama bangsa indonesia. Para tokoh yang hadir akhimya menyetujui usulan Sukarni. Dengan disetujuinya usul tersebut, Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah tersebut berdasarkan tulisan tangan dari Soekamo. Setelah naskah proklamasi itu di tandatangani oleh Soekarno-Hatta, muncul persoalan mengenai tempat dibacakan naskah proklamasi. memberitahukan bahwa rakyat Jakarta sekitarnya telah diserukan berkumpul di Lapangan Ikada (sekarang adalah Lapangan Monas) untuk mendengarkan pembacaan naskah proklamasi. Akan tetapi, Soekarno tidak menyetujuinya. Karena Soekamo khawatir akan timbul bentrokan antara rakyat dengan penguasa militer Jepang. Lalu soekarno mengusulkan agar pembacaan naskah proklamasi dilakukan di rumah kediamannya. Ia memiliki halaman yang cukup luas untuk ratusan orang. Akhirnya usul ini disetujui sehingga pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia akhirnya akan berlangsung di Jalan Pengangsaan Timur No.56 Jakarta pada hari Jumat 17 Agustus 1945.

Pernyataan Proklamasi dan Penyebarluasan Berita tentang Kemerdekaan Indonesia


Para tokoh pejuang kemerdekaan berhasil merampungkan pekerjaannya dalam mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia kira-kira pada pukul 04.30 WIB. Tokoh-tokoh dari golongan yang tua dan yang muda meninggalkan kediaman Laksamana Maeda dengan diliputi perasaan bangga dan gembira. Mereka pulang ke rumah masing-masing. Namun, banyak pula pemuda yang tidak langsung pulang ke rumahnya. Mereka membagi pekerjaan dalam kelompok-kelompok untuk memberitahukan saat proklamasi tiba. Kelompok pemuda yang bermarkas di Jalan Bogor Lama berusaha untuk mencari dan mengatur pelaksanaan penyiaran berita proklamasi. Dalam situasi yang mencekam. mereka menyebarluaskan beberapa pamflet ke seluruh tempat di Jakarta dan sekitarnya. Pengeras suara dan mobil-mobil dikerahkan ke segenap penjuru kota. Semua itu dilakukan untuk mengerahkan massa agar ikut menyaksikan pembacaan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Para pemuda dengan senang hati menerima dan menjalankan tugas yang diberikan kepadanya karena mereka memiliki tujuan dan kepentingan yang sama.

Oleh. sebab itu, berusahalah mencari titik persamaan daripada membesar-besarkan perbedaan agar hidup tetap aman dan damai! Akan tetapi, tanpa diduga siapa pun, sejak pagi hari berbondong-bondong beberapa kelompok pemuda membanjiri Lapangan Ikada. Para pemuda datang ke Lapangan Ikada karena informasi dari kawan-kawannya yang disampaikan dari mulut ke mulut. Mereka menyangka proklamasi akan diucapkan di Lapangan Ikada. Tetapi Rupanya, pihak Jepang pun telah mencium isu akan adanya kegiatan di Lapangan Ikada. Akibatnya, sejak pagi hari Lapangan Ikada dijaga ketat pasukan Jepang yang bersenjata lengkap. Sudiro selaku pimpinan Barisan Pelopor hadir pula di Lapangan Ikada. Melihat adanya pasukan Jepang di situ, la segera kembali dan melapor kepada Kepala Keamanan Soekarno, dr. Muwardi tentang situasi di Lapangan Ikada. Dari dr. Muwardi, Sudiro mendapat penjelasan bahwa pelaksanaan proklamasi tidak jadi dilakukan di Lapangan Ikada. Dan Sudiro segera kembali ke Lapangan Ikada untuk memberitahukan hal tersebut kepada kelompok-kelompok pemuda. Di kediaman Ir. Soekarno, kesibukan tampak mewarnai rumah yang cukup luas tersebut. Sejak pagi sejumlah massa pemuda telah memadati halaman rumah. Rakyat luar kota telah berdatangan dengan pakaian hitam-hitam dan bersenjatakan kelewai Untuk menjaga keamanan dan ketertiban jalannya proklamasi, dr. Muwardi meminta Syodanco Latief Hendraningrat berjaga-jaga di sekitar kediaman Ir. Soekarno. Latif pun memenuhi permintaan itu. la dan beberapa prajurit Peta berjaga-jaga di sekitar area jalan kereta api yang membujur di belakang rumah. Sejumlah pasukan Peta juga telah disiagakan di Asrama Jaga Monyet. Pasukan ini sewaktu-waktu dapat dihubungi melalui pesawat telepon apabila terjadi insiden oleh pihak Jepang. Syodanco Arifin Abdurrahman selaku pimpinan pasukan selalu siap siaga di dekat pesawat telepon di rumah Soekarno. Persiapan peralatan yang diperlukan dalam pembacaan teks proklamasi dilakukan oleh Mr. Wilopo setelah ia mendapat perintah dari Wakil Walikota Jakarta Suwiryo. Ia meminjam mikrofon dan pengeras suara kepada Gunawan, pemilik toko radio Satria Jln. SalembaTengah No. 24. Gunawan tidak keberatan meminjamkan peralatan tersebut dan bahkan ia mengirim seorang teknisinya. Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk menyiapkan satu tiang bendera. Suhud segera mencari tiang di belakang rumah. ia mengambil sebatang bambu, membersihkan, dan memberi lubang untuk memasukan tali bendera.

S. Suhud tidak ingat lagi bahwa sebenarnya di depan rumah ada dua tiang bendera dari besi yang tidak digunakan. Menjelang pukul 10.00 hampir semua tokoh pejuang telah hadir di Pegangsaan timur. Mereka antara lain adalah dr. Buntaran Marmoatmojo, Mr. A.A. Maramis. Mr. Latuharhary, Abikusno Cokrosuyoso, Anwar Cokroaminoto, Harsono Cokroaminoto, Otto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangie, K.H. Mas Mansur, Mr. Sartono, Sayuti Melik, Pandu Kartawiguna, M. Tabrani, dar A.G. Pringgodigdo. Para pemuda yang telah menunggu sejak pagi hari sudah tidak sabar lagi. Mereka kemudian mendesak dr. Muwardi agar mengingatkan Soekarno bahkan hari sudah siang. Muwardi terpaksa mendatangi Soekarno di kamarnya setelah mendapat desakan terus-menerus. Namun, permintaan itu ditolak Soekarno dengan alasan proklamasi kemerdekaan tidak mungkin dibacakan tanpa kehadiran M. Hatta. Kendati demikian, Muwardi terus mendesak Soekamo. Mendapat desakan itu Soekamo akhirnya marah dan menjawab dengan keras, Saya tidak akan membacakan teks proklamasi itu jika Hatta tidak ada. Jika Mas Muwardi tidak ingin menunggu lama, silakan saja bacakan teks proklamasi itu sendiri! Pada saat itu situasi seperti itu, terdengar suara Bung Hatta. Dengan berpakaian putihputih, Hatta datang lima menit sebelum acara dimulai. Bung Hatta langsung menemui Soekamo. Segera sesudah itu, kedua tokoh bangsa tersebut kemudian menuju tempat yang telah disediakan. Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa adanya protokol. Latief Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempuma. Suasana menjadi sangat hening. Soekamo dan Hatta dipersilakan maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Soekamo mendekati mikrofon. Dengan suaranya yang mantap, Soekamo mengucapkan pidato pendahuluan sebelum membacakan teks proklamasi kemerdekaan. Saudara-saudara sekalian! Saya telah minta Saudara hadir di sini untuk menyaksikan suatu peristiwa yang maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya, tetapi kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakikatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri, tetap kita percaya kepada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita di dalam tangan kita sendiri.

Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia, permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk rnenyatakan kemerdekaan kita.

saudara-saudara ! Dengan ini kami rnenyatakan kebulatan tekad. Dengarkanlah proklamasi kami. PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini rnenyatakan kemerdekaan Indonesia. Halhal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan Iain-lain, diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05 Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta Demikianlah Saudara-saudara!
Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara merdeka, negara Republik Indonesia merdeka, kekal dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu. Acara dilanjutkan dengan pengibaran sang saka merah putih. Soekarno dan Hatta maju dengan beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka. Jarak antara kedua tokoh itu dengan tiang bendera kira-kira sekitar dua meter. Suhud segera mengambil bendera merah putih di atas baki yang telah disediakan. la mengikatkan bendera itu ke tali tiang bendera dengan bantuan Syodanco Latief Hendraningrat. Kedua orang ini menaikkan bendera merah putih secara perlahanlahan. Secara spontan hadirin mengiringi penaikan bendera dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman. Seiring dengan selesainya lagu kebangsaan, bendera merah putih yang dijahit Fatmawati Soekarno berkibar di puncak tiang. Hadirin kemudian mendengarkan pidato sambutan dari Wakil Walikota Jakarta yaitu Suwiryo dan dr. Muwardi. Seusai upacara, mereka lalu meninggalkan tempat bersejarah itu.

Dengan demikian, selesailah upacara singkat yang berlangsung kira-kira satu jam. Peristiwa proklamasi kemerdekaan itu memang hanya berlangsung sebentar. Namun, peristiwa itu telah mengubah segala sendi kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa proklamasi telah menjadi momentum puncak perjuangan bangsa Berita proklamasi yang telah meluas ke seluruh Jakarta lantas disebarluaskan ke seluruh Indonesia. Waidan B. Panelewen, Syahrudin, F. Wuz, Sutamto, Susilaharja, dan Suhandar adalah tokoh-tokoh yang berjasa dalam menyiarkan berita proklamasi. Mereka bertugas sebagai pegawai Indonesia dari Kantor Berita Domei. Berita proklamasi ini lalu disiarkan setiap setengah jam sampai pukul 16.00. Ketika kantor berita itu disegel Jepang, para pegawai tersebut dengan cerdik mendirikan pemancar baru di Menteng 31. Dari tempat inilah berita proklamasi terus disiarkan. Penyerbarluasan berita proklamasi juga ditempuh melalui pemberitaan surat kabar, penempelan plakat, poster, spanduk, dan berita dari mulut ke mulut. Akhirnya, berita proklamasi itu sampai juga ke luar negeri. Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia. Lebanon, Suriah, Irak, Afganistan, Saudi Arabia, India, dan beberapa negara yang lain menyusul kemudian. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dicapai berkat perjuangan seluruh rakyat dan atas ridho Allah swt.

Pengesahan UUD1945, Pemilihan dan Pengangkatan Presiden serta Wakil Presiden RI yang Pertama
Sehari sesudah proklamasi kemerdekaan, para tokoh pendiri Republik Indonesia lalu disibukkan dengan kegiatan untuk membentuk lembaga pemerintahan dan kenegaraan. Untuk keperluan tersebut perlu ditetapkan sebuah Undang-Undang Dasar (UUD) sehingga lembaga pemerintahan dan kenegaraan yang baru terbentuk akan memiliki pedoman kerja yang terarah. Sesudah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia memang belum memiliki UUD, presiden dan wakilnya, serta perangkat lembaga pemerintahan lain. BPUPKI jauhjauh hari telah mempersiapkan dan bahkan tinggal dirampungkan oleh PPKI. Lembaga PPKI yang pada saat itu menjadi satu-satunya organisasi tertinggi yang dimiliki bangsa Indonesia kemudian melakukan sidang-sidang. Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang yang pertama dengan menghasilkan keputusan sebagai berikut. 1. Mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Indonesia serta peraturan peralihan telah sah ditetapkan. Dengan demikian pada tanggal 18 Agustus 1945 bangsa Indonesia memperoleh landasan kehidupan bernegara, yang meliputi dasar negara yakni sebuah Undang-undang Dasar yang kita kenal dengan nama Undang-Undang Dasar 1945.

Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden


Sebuah negara dapat berdiri apabila memenuhi syarat-syarat, yakni : a. memiliki wilayah b. memiliki rakyat c. memiliki pemerintahan yang berdaulat, dan d. mendapat pengakuan dari negara-negara lain. Dalam suatu negara, keberadaan kepala negara dan kepala pemerintahan mutlak diperlukan untuk mengepalai negara dan menjalankan roda pemerintahan. Sesuai dengan pasal 4 ayat 1 UUD 1945, pemimpin pemerintahan di Indonesia dipegang oleh seorang presiden. Dalam negara republik yang menganut sistem kabinet presidensial, kekuasaan kepala negara dan kepala pemerintahan dipegang oleh seorang presiden. Pemilihan presiden dan wakil presiden pertama kali dilakukan oleh PPKI. Hal ini sejalan dengan ketentuan pada pasal III Aturan Peralihan UUD 1945. Dalam sidang pertama PPKI, Otto Iskandardinata mengusulkan pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi. Usul ini disetujui anggota PPKI sehingga PPKI kemudian memilih dan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Ketokohan kedua orang ini dinilai tidak ada bandingannya saat itu sehingga pemilihan dan penetapan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi. Aklamasi adalah pemyataan persetujuan secara lisan dari seluruh peserta siding atau rapat tanpa diadakan pemungutan suara. Aklamasi merupakan suatu cara pengambilan keputusan yang cepat karena pokok pembicaraan telah disepakati bersama.

You might also like