You are on page 1of 4

Amanat Ninik Yang Bertiga

Amanat Datuk Suri Diraja Berkata Datuk Suri Diraja kepada segenap pwnghulu dan orang orang patut di Pariangan Padang Panjang Dengarlah ibarat kata hamba oleh segala penghulu dan orang yang mempunyai bicara: Sutan Kayo di Koto alam Kayu mati diperumahannya Jika engkau kaya didalam alam Akan mati juga kesudahannya Berbuak kayu di Koto Alam Buahnya tindih bertindih Jika engkau bertuah didalam alam Hanya tuah itu silih berganti Kayu Pantai di Koto Alam Pantainya sandi basandi Jika engkau pandai didalam alam Patah tumbuh hilang berganti. Pikirkanlah sungguh sungguh oleh segala yang mempunyai bicara akan ibarat kata hamba itu. Selanjutnya disaat Datuk Suri Diraja akan meninggal beliau berkata kepada segala raja raja dan segala penghulu dari laras koto piliang dan laras bodi chaniago : Adapun kita segala yang disungkup langit, yang ditanahi bumi lalu ke mekah dan medinah sekalian, sedikitpun tiada yang lebih dan kurangnya. Jika dikatakan lebih ada kekurangannya, dikatakan kurang ada kelebihannya, dikatakan tinggi ada rendahnya dikatakan rendah ada tingginya. Jika dikatakan raja lebih tinggi dan orang besar besar itu ada kelebihannya, terlalu rendah pada bathinnya karena barang siapa yang hendak menjadi raja atau orang besar besar itu, hanya mengisi adat menuang lembaga kepada alam, kepada setiap luhak atau laras atau nagari, itulah rendahnya. Oleh sebab itu janganlah engkau berdengki dengkian, karena malu belum dibagi oleh ninik Datuk Katumangguangan dan Datuk Parapatiah nan Sabatang. Meskipunsawah ladang, emas perak, segala ternak dan pakaian juga dibagi, demikian pula didalam laras Koto Piliang dan Bodi chaniago, jika tanah sudah berkabung, padi sudah bergantang, jarum sudah terbentuk seorang, hanya malu yang belum dibagi. Oleh sebab itu janganlah engkau bercerai berai sepeninggal kami. Payung yang mempunyai kerajaan adalah Datuk Katumangguangan. Jika berang laras Bodi Caniago kepada larasnya, mengadunya ke laras Koto Piliang, begitu pula sebaliknya, itulah sumpah ninik moyang berdua, yang tiada lapuk oleh hujan tiada lekang oleh panas, digali dalam digantung tinggi, itulah mulanya jadi persemandanan laras Koto Piliang dan laras Bodi chaniago.

Bagi laras Bodi Chaniago, penghulunya oleh yang sekata, tuahnya karena mupakat, celakanya oleh bersilang, apabiladapat kerja semupakat, jadilah barang kerjanya, barang ke mana mana, maksudnyapun sampai. Adapun laras Koto Piliang orang beraja: apabila hendak menyusun larasnya berkirim surat kepada Datuk Pamuncak Alam di Sungai Tarab, Datuk Indomo di Saruaso dan tuan Khadi di Padang Ganting diatas daulat yang dipertuan. Maka barang apa apa kerjanya pun jadi berkat pekerjaannya. Pamuncak alam di Sungai Tarab Payung panji di Saruaso Suluah bendang di Padang Ganting Cermin cina di Singkarak Saningbakar Harimau Campo di Batipuah Tangkai alam di Pariangan Padang Panjang Pasak kungkung di Sungai Jambu Raja besar di Bukit Batu Patah Jika berkata dengan orang yang tahu, lebih bak santan dengan tanguli, dan berkata dengan orang yang tidak tahu, lebih bak antan pencungkil duri. Oleh sebab itu baik baiklah engkau mencari salak silik, baik baiklah engkau mencari kata pusaka, supaya selamat kamu dialam ini. Amanat datuak Katumangguangan Disampaikan saat beliau akan meninggal dunia didepan segala penghulu dan orang orang besar dalam laras Koto Piliang: 1. Sekali kali hindarkan perceraian dengan orang laras bodi Chaniago, karena merekalah yang mengisi cukai adat lembaga kepada kita. Merekalah yang mendirikan kerajaan kita, dan kalau dihiasinya akan tempat kita duduk. Payung ubur ubur itu milik orang laras Bodi chaniago, maka dari itu janganlah kamu bercerai sepeninggal kami berdua. 2. baik baiklah engkau memelihara isi alam, isi nagari, segala anak kemenakan, pikir benar sungguh sungguh supaya kalian jangan kena sumpah ninik moyang. 3. berbuatlah seperti lauttiada penuh oleh air, seperti bumi tiada penuh oleh tumbuh tumbuhan. Apabila kalian jadi penghulu dalam laras Koto Piliang janganlah memakan menghabiskan, jangan menebang merebahkan, jangan mencencang memutuskan, karena bicara tiada sekali dapat. 4. Jadikan nabi Allah jadi suri teladan. Kasih kalian kepada isi alam sebagai kasih nabi kepada umatnya. Hati adalah palinggam Allah, teraju palinggam mata, sebab itu peliharalah lidahmu dengan baik, begitu pula kaki dan mulutmu. Jika tertarung panyambahan badan tanggungannya, mulut emas padahannya, tertarung kaki inai padahannya. 5. Memutih padi orangdi Kamang, melekang panas sehari, berbelok belok alang samat, ranting berbelok kepangkalnya.

6.

berdentung gegar dilaut, merentang rupanya kilat, kalang kambut rupanya langit, berputar rupanya angin timur.

7.

pikir jualah sungguh sungguh, lemak liuk kayu akar kelimpang, itulah patut bicara. Datuk Katumangguangan meninggal di koto Ranah yakni di Kampung Minangkabau sampai sekarang kuburan beliau masih ada disana dikenal dengan kubur yang dipertuan yang bersusu empat.

anat Datuak Parapatiah Nan Sabatang Pesan ini disampaikan kepada penghulu yang berempat dan yang berlima sekota, serta orang orang cerdik pandai dan orang orang bertuah dalam laras Bodi Caniago, beliau berkata: Rasanya umurnya hamba tidak akan lama lagi, hamba hendak pergi ke Solok Selayo, entah kembali entah tidak, oleh sebab itu hendaklah pegang pitaruh hamba oleh segala penghulu dan orang cerdik pandai : Pertama hendaklah kalian kasih kepada nagari, kepada isi nagari, kepada orang orang kaya, kepada orang orang bertuan, kepada tukang, kepadan segala penghulu, kepada orang yang mempunyai bicara meskipun ia kanak kanak sekalipun. Apabila dia mempunyai bicara, ikuti olehmu karena ia itulah tangkai nagari dan tangkai alam janganlah kalian ubahi sepeninggal hamba supaya selamat apa apa yang kalian kerjakan. Malu orang kepada kalian yang mempunyai bicara ada enam perkara : 1. Kuat melawan kepada yang benar. 2. Kuat membelanjakan kepada segala yang baik. 3. Memperbaiki parit pagar keliling nagari 4. Kuat mengusahakan pekerjaan 5. Tahu kepada yang benar 6. Kuat menyelesaikan yang kusut dalam nagari dantahu dengan basa basi. Apabila terpakai niscaya jadilah kalian panglimabesar dalam nagari, menjadi ikutan segala isi alam dan luhak, dan kalian lah penghulu pilihan dalam alam ini. Kata empat yang dipakai : 1. Janganlah berdengki dengkian 2. Jangan hina menghinakan 3. Jangan bertolong tolongan kepada maksiat 4. Jangan menghasut orang dalam nagari untuk berkelahi. Jagalah dua belas perkara yang akan dipakai : 1. Kuat memberi makan isi nagari 2. Benci kepada segala kejahatan 3. Banyak harta 4. Banyak ilmu pengetahuan yang baik

5. Berhati baik kepada orang banyak 6. Giat berusaha 7. menerima umpat puji dengan lapang dada 8. Kasih sayang kepada orang teraniaya 9. Pandai berbicara 10. Pasihat lidah 11. Tahu kepada yang benar 12. Ingat ingat pada kata kias Setelah beramanat itu Datruak Parapatiah Nan Sabatang berjalan ke negeri Malaka, berdiam dinegeri Sembilan dan beliau meninggal di Negeri Sembilan itu. Sepanjang cerita orang kuburan beliau masih ada disana yang oleh orang Negeri Sembilan dinamakan Kuburan Patih. Masyarakat di negeri sembilan itu beradat seperti kita orang alam Minangkabau juga, berpusaka kepada kemenangan menurut aturan Ninik Parapatiah nan Sabatang.

You might also like