You are on page 1of 33

Pupuk Organik Pupuk adalah zat hara yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik sesuai

genetis dan potensi produksinya. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun non-organik (sintetis). Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk meliputi cair, curah, tablet, pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. 10.1.09 Peluang Bisnis Pupuk Organik Granul Peluang Bisnis Pupuk Organik Granul Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Bisa dibuat curah, tablet, pelet, briket, atau granul. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah satu bentuk yang banyak dipakai adalah granul. Membuat pupuk granul sebenarnya tidak terlalu sulit. Secara garis besar pupuk granul dapat dibuat dengan cara seperti di bawah ini. Pengeringan Bahan Bahan pupuk organik yang digunakan bisa dibuat dari pupuk kandang. Tapi perlu diingat pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang yang sudah matang bukan yang baru keluar dari binatangnya. Bisa juga menggunakan kompos, baik kompos dari limbah pertanian, kompos dari sampah organik, atau humus yang langsung diambil dari tanah. Langkah pertama adalah pengeringan. Kompos ini harus dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan alat pengering (rotary dryer). Kadar air kompos kering kurang lebih <20%.> Rotary dryer untuk mengeringkan kompos/pupuk organik. Diamater alatnya kurang lebih 150 cm dan panjang 9 m. Penggilingan dan Pengayakan Kompos yang sudah kering kemudian digiling dengan mesin giling. Atau ditumbuk saja juga bisa. Tingkat kehalusan kompos yang diperlukan minimal 80 mesh. Biasanya aku memilin 100 mesh. Kompos halus ini kemudian diayak dengan ayakan 80 mesh atau 100 mesh. Sisa bahan yang tidak lolos ayakan dikembalikan ke alat penggiling. Penambahan Bahan-bahan Lain Apabila diperlukan dapat pula ditambahkan beberapa bahan lain. Beberapa bahan yang sering ditambahkan adalah pupuk anorganik untuk meningkatkan kandungan hara N, P, K, atau hara mikro lainnya. Dapat pula ditambahkan dengan asam humat atau asam fulvat atau hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Apabila memungkinkan dapat pula ditambahkan dengan mikroba-mikroba. Cuma tidak semua mikroba bisa ditambahkan ke dalam pupuk granul. Banyaknya bahan yang ditambahkan berbedabeda untuk setiap perusahaan. Jenis dan dosis ini merupakan rahasia perusahaan masing-masing. Ibaratnya masakan, jenis masakan bisa sama tetapi ramuannya bisa berbeda-beda untuk setiap koki. Granulasi Setelah semua bahan siap, langkah berikutnya adalah pembuatan granul. Granul dapat dibuat dengan berbagai cara. Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan nampan biasa. Biasanya digunakan cara ini untuk membuat contoh granul skala kecil. Bahan yang diperlukan sekitar 300 gr - 500 gr. Caranya, bahan dimasukkan ke dalam nampan, tambahakan air + perekat (jika perlu). Kemudian nampan digoyang-goyang sampai terbentuk granul. Yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah

penambahan air/perekat. Jumlahnya harus pas, tidak boleh berlebih atau terlalu sedikit. Di sinilah seni-nya membuat granul. Alat lain yang juga dapat digunakan untuk membuat granul adalah moleh pengaduk semen. Alat ini biasa digunakan oleh para tukang batu untuk membuat rumah dan dapat diperoleh di toko-toko penjual alat bagunan. Prinsip kerjanya sama seperti cara di atas. Pertama masukkan bahan ke dalam moleh. Hidupkan mesinnya. Sambil diputar-putar, masukkan air sedikit demi sedikit ke dalam molen hingga terbentuk granul. Setelah granul terbentuk, isi molen dapat dituang. Pembuatan granul dengan molen. Alat lain yang khusus dibuat untuk granulasi adalah pan granulator. Alat ini berbentuk piringan yang berputar. Prinsip kerjanya sih masih sama dengan cara nampan di atas. Ukuran piringan bisa bermacam-macam. Kami memiliki pan granulator ukuran kecil dengan diameter 1 m dan ada juga yang berukuran 2.5 m. Cara kerjanya sama seperti yang telah disebutkan di atas. Pan granulator ukuran kecil yang kami gunakan untuk percobaan atau membuat prototipe pupuk organik. Diameter piringan kurang lebih 1 m. Pan granulator ukuran besar di salah satu pabrik pupuk organik. Setelah granul terbentuk, granul ini perlu diayak untuk mendapatkan ukuran granul yang seragam. Ukuran ayakan tergantung pada ukuran granul yang akan dibuat. Pupuk organik granul Pengemasan Langkah berikutnya adalah pengemasan pupuk granul. Ukuran kemasan bisa bermacam-macam. Kemasan-kemasan kecil bisa berukurang 1 kg, 5 kg, atau 10 kg. Kemasan juga bisa menggunakan karung dengan ukuran 25 - 30 kg. Kemasan biasanya terdiri dari dua bagian, bagian luar dan bagian dalam (inner). Kemasan bagian luar diberi merek/nama/logo perusahaan. Disalin dari tulisan aslinya di http://isroi.wordpress.com/2008/02/21/membuat-pupukorganik-granul/ di 21:51 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Label: Peluang Usaha Kompos Reaksi: Petunjuk Teknis Pembuatan Pupuk Kompos dan Pupuk Cair Pupuk Kompos Di masa sekarang ini banyak orang yang menggunakan pupuk anorganik. Orang belum banyak menyadari bahwa pupuk anorganik itu bisa membuat tanaman tumbuh dengan baik namun juga dapat merusak struktur tanah yang ada, jika kebanyakan penggunaan

yang tidak teratur dan berlebihan. Oleh karena itu kita harus mengubahnya pola penggunaan pupuk anorganik dengan pupuk organik. Salah satu contoh pupuk organik adalah pupuk kompos dan pupuk cair. Pupuk kompos ini terbuat dari kotoran ternak yang diolah lebih lanjut dan dengan bantuan probiotik. Penggunaan pupuk kompos ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: v Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan, v Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai, v Menambah daya ikat air pada tanah, v Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, v Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, v Mengandung hara ynag lengkap, walaupun jumlahnya sedikit, v Membantu proses pelapukan bahan mineral, v Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia. Bahan Yang Dibutuhkan Bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos adalah kototran ternak sapi, jerami padi, abu dapur, bakteri starter, dan kapur. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos ini adalah cangkul, sekop, ember, sabit. Cara Pembuatan Diterbitkan di: 16 April, 2008 Kompos Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Kompos dari sampah dedaunan Kompos dari jerami padi Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih

cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata persentase bahan organik sampah mencapai 80%, sehingga pengomposan merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).Daftar isi [sembunyikan] 1 Pendahuluan 2 Jenis-jenis kompos 3 Manfaat Kompos 4 Dasar-dasar Pengomposan 4.1 Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan 4.2 Proses Pengomposan 4.3 Faktor yang memengaruhi proses Pengomposan 5 Strategi Mempercepat Proses Pengomposan 5.1 Memanipulasi Kondisi Pengomposan 5.2 Menggunakan Aktivator Pengomposan 5.3 Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan 5.4 Pertimbangan untuk menentukan strategi pengomposan 6 Pengomposan secara aerobik 6.1 Peralatan 6.2 Tahapan pengomposan 7 Kontrol proses produksi kompos 7.1 Proses pengontrolan 8 Mutu kompos 9 Literatur 10 Pranala luar [sunting] Pendahuluan Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian dan perkebunan.

Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri. Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik. Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia. Bahan baku pengomposan adalah semua material orgaengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.Asal Bahan 1. Pertanian Limbah dan residu tanaman Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa Limbah & residu ternak Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas Tanaman air Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air 2. Industri Limbah padat Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan Limbah cair Alkohol, limbah pengolahan kertas, ajinomoto, limbah pengolahan minyak kelapa sawit 3. Limbah rumah tangga Sampah Tinja, urin, sampah rumah tangga dan sampah kota [sunting] Jenis-jenis kompos Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut. Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di pabrik gula. Kompos bokashi. [sunting] Manfaat Kompos

Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi : Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah Mengurangi volume/ukuran limbah Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman: Meningkatkan kesuburan tanah Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah Meningkatkan aktivitas mikroba tanah Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh tanaman (Gaur, 1980). Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK. Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk cacing (vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada pertumbuhan bibit

Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil. Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam keadaan masam. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase (kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur. Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu. [sunting] Dasar-dasar Pengomposan [sunting] Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut. [sunting] Proses Pengomposan Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan. Skema Proses Pengomposan Aerobik Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan

organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S. Gambar profil suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan Tabel organisme yang terlibat dalam proses pengomposanKelompok Organisme Organisme Jumlah/gr kompos Mikroflora Bakteri; Aktinomicetes; Kapang 109 - 109; 105 108; 104 - 106 Mikrofanuna Protozoa 104 - 105 Makroflora Jamur tingkat tinggi Makrofauna Cacing tanah, rayap, semut, kutu, dll

Proses pengomposan tergantung pada : Karakteristik bahan yang dikomposkan Aktivator pengomposan yang dipergunakan Metode pengomposan yang dilakukan [sunting] Faktor yang memengaruhi proses Pengomposan Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain: Rasio C/N Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat. Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen. Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga

menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut. Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos. Porositas Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu. Kelembapan (Moisture content) Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap. Temperatur/suhu Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma. pH Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral. Kandungan Hara Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.

Kandungan Bahan Berbahaya Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahanbahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan. Lama pengomposan Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang. Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak, 1992)Kondisi Konsisi yang bisa diterima Ideal Rasio C/N 20:1 s/d 40:1 25-35:1 Kelembapan 40 65 % 45 62 % berat Konsentrasi oksigen tersedia > 5% > 10% Ukuran partikel 1 inchi bervariasi Bulk Density 1000 lbs/cu yd 1000 lbs/cu yd pH 5.5 9.0 6.5 8.0 Suhu 43 66oC 54 -60oC [sunting] Strategi Mempercepat Proses Pengomposan Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: Menanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan. Menambahkan Organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing). Menggabungkan strategi pertama dan kedua. [sunting] Memanipulasi Kondisi Pengomposan Strtegi ini banyak dilakukan di awal-awal berkembangnya teknologi pengomposan. Kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum mungkin. Sebagai contoh, rasio C/N yang optimum adalah 25-35:1. Untuk membuat kondisi ini bahan-bahan yang mengandung rasio C/N tinggi dicampur dengan bahan yang mengandung rasio C/N rendah, seperti kotoran ternak. Ukuran bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal untuk proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air atau bahan yang terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan. Demikian pula untuk faktor-faktor lainnya. [sunting] Menggunakan Aktivator Pengomposan Strategi yang lebih maju adalah dengan memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan misalnya cacing tanah. Proses pengomposannya disebut vermikompos dan kompos yang dihasilkan dikenal dengan sebutan kascing. Organisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakeri, aktinomicetes, maupuan kapang/cendawan.

Saat ini dipasaran banyak sekali beredar aktivator-aktivator pengomposan, misalnya :MARROS Bio-Activa,Green Phoskko(GP-1), Promi, OrgaDec, SuperDec, ActiComp, EM4, Stardec, Starbio, BioPos, dan lain-lain. Promi, OrgaDec, SuperDec, dan ActiComp adalah hasil penelitian Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) dan saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sementara MARROS Bio-Activa dikembangkan oleh para peneliti mikroba tanah yang tergabung dalam sebuah perusahaan swasta. Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbah-limbah padat organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP (fungi pelapuk putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik). Aktivator yang dikembangkan oleh BPBPi tidak memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan tanpa pengadukan secara berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembapan agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat. Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk bahan-bahan lunak/mudah dikomposakan hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit dikomposkan. [sunting] Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan Strategi proses pengomposan yang saat ini banyak dikembangkan adalah mengabungkan dua strategi di atas. Kondisi pengomposan dibuat seoptimal mungkin dengan menambahkan aktivator pengomposan. [sunting] Pertimbangan untuk menentukan strategi pengomposan Seringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan di atas dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan strategi pengomposan: Karakteristik bahan yang akan dikomposkan. Waktu yang tersedia untuk pembuatan kompos. Biaya yang diperlukan dan hasil yang dapat dicapai. Tingkat kesulitan pembuatan kompos [sunting] Pengomposan secara aerobik [sunting] Peralatan Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan. Terowongan udara (Saluran Udara) Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu Dimensi : panjang 2m, lebar - m, tinggi m Sudut : 45o Dapat dipakai menahan bahan 2 3 ton Sekop Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya

Garpu/cangkrang Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan pemilahan sampah Saringan/ayakan Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh ukuran yang sesuai Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang diinginkan Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan putar Termometer Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke bagian dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak mencemari kompos jika termometer pecah Timbangan Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang diinginkan Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan pengemasan Sepatu boot Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar terhindar dari bahan-bahan berbahaya Sarung tangan Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan pemilahan bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan tangan Masker Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernapasan dari debu dan gas bahan terbang lainnya Kompos Bahan Organik dan Kotoran Hewan Pengomposan dapat juga menggunakan alat mesin yang lebih maju dan modern. Komposter type Rotary Kiln, misalnya, berfungsi dalam memberi asupan oksigen ( intensitas aerasi), menjaga kelembapan, suhu serta membalik bahan secara praktis. Komposter type Rotary Klin di pasaran terdapat dengan kapasitas 1 ton setara 3 m3 hingga 2 ton atau setara 6 m3 bahan sampah, menggunakan proses pembalikan bahan dan mengontrol aerasi dengan cara mengayuh pedal serta memutar aerator ( exhaust fan). Penggunaan komposter Biophoskko disertai aktivator kompos Green Phoskko (GP-1) telah mampu meningkatkan kerja penguraian bahan organik(dekomposisi) oleh jasad renik menjadi 5 sampai 7 hari saja. [sunting] Tahapan pengomposan Pemilahan Sampah Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik (barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan Pengecil Ukuran Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos Penyusunan Tumpukan Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran kemudian disusun menjadi tumpukan.

Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m. Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan. Pembalikan Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil. Penyiraman Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering (kelembapan kurang dari 50%). Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan. Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu dilakukan pembalikan. Pematangan Setelah pengomposan berjalan 30 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga mendekati suhu ruangan. Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari. Penyaringan Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses. Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu. Pengemasan dan Penyimpanan Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin. [sunting] Kontrol proses produksi kompos Proses pengomposan membutuhkan pengendalian agar memperoleh hasil yang baik. Kondisi ideal bagi proses pengomposan berupa keadaan lingkungan atau habitat dimana jasad renik (mikroorganisme) dapat hidup dan berkembang biak dengan optimal. Jasad renik membutuhkan air, udara (O2), dan makanan berupa bahan organik dari sampah untuk menghasilkan energi dan tumbuh. [sunting] Proses pengontrolan Proses pengontrolan yang harus dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah: Monitoring Temperatur Tumpukan Monitoring Kelembapan Monitoring Oksigen Monitoring Kecukupan C/N Ratio Monitoring Volume

[sunting] Mutu kompos Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut : Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah, Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi, Nisbah C/N sebesar 10 20, tergantung dari bahan baku dan derajat humifikasinya, Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah, Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan Tidak berbau. [sunting] Literatur Abdurohim, Oim. 2008. Pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan Produksi Tanaman Caisin Pada Tanah Latosol Dari Gunung Sindur, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository, diunduh 13 Juni 2010. Gaur, D. C. 1980. Present Status of Composting and Agricultural Aspect, in: Hesse, P. R. (ed). Improvig Soil Fertility Through Organic Recycling, Compost Technology. FAO of United Nation. New Delhi. Guntoro Dwi, Purwono, dan Sarwono. 2003. Pengaruh Pemberian Kompos Bagase Terhadap Serapan Hara Dan Pertumbuhan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Dalam Buletin Agronomi, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Handayani, Mutia. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam, sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 13 Juni 2010. Isroi. 2008. KOMPOS. Makalah. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Rohendi, E. 2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta, sebuah prosiding. Bogor, 17 Februari 2005. Toharisman, A. 1991. Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Industri Gula Sebagai Sumber Bahan Organik Tanah. [sunting] Pranala luar Cara Sederhana dan Mudah Mengomposkan Sampah Pasar/TPA Makalah Kompos oleh Isroi PROMI Kompos Jerami dan Permasalahan Kompos Jerami Kompos Tandan Sawit Kompos Dedaunan Kompos Sampah Pasar Cara Sederhana Menguji Kualitas Kompos[sembunyikan] lbs Topik-topik yang berkaitan dengan sampah

Daur ulang E-waste Greywater Insinerasi Kerusakan lingkungan Kompos Limbah Penanganan selokan Pencemaran Pengelolaan sampah Pengurugan Selokan Scrap Tempat pembuangan akhir Truk sampah SMARTAGRO DIDGDAYA MENYEDIAKAN PUPUK KANDANG DAN MEDIA TANAM Home Cerita Sukses KALIANDRA KOHE KAMBING KOHE SAPI Manfaat Pupuk kandang TENTANG KAMI Categories Uncategorized Archives July 2009 Blogroll WordPress.com WordPress.org Meta Register Log in Subscribe Entries (RSS) Comments (RSS) Manfaat Pupuk kandang

6 Votes PUPUK ORGANIK sumber : http://nasih.staff.ugm.ac.id/p/007%20p%20o.htm Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan luas areal pertanian, pertambahan penduduk, kenaikan tingkat intensifikasi serta makin beragamnya penggunaan pupuk sebagai usaha peningkatan hasil pertanian. Para ahli lingkungan hidup khawatir dengan pemakaian pupuk mineral yang berasal dari pabrik ini akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya berpengaruh juga terhadap kesehatan manusia.Berdasarkan hal tersebut makin berkembang alasan untuk mengurangi penggunaan pupuk mineral dan agar pembuatan pabrik-pabrik pupuk di dunia dikurangi atau dihentikan sama sekali agar manusia bisa terhindar dari malapetaka polusi. Upaya pembudidayaan tanaman dengan pertanian organik merupakan usaha untuk dapat mendapatkan bahan makanan tanpa penggunaan pupuk anorganik. Dengan sitem ini diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada masukan dari luar sehingga dalam kehidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup yang tertutup.

Banyak sifat baik pupuk organik terhadap kesuburan tanah antara lain ialah: a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar. c. Tanah lebih mudah diolah untuk tanah-tanah berat. d. Meningkatkan daya menahan air (water holding capacity). Sehingga kamampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak. Kelengasan air tanah lebih terjaga. e. Permeabilitas tanah menjadi lebih baik. Menurunkan permeabilitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran), sebaliknya meningkatkan permeabilitas pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan). f. Meningkatkan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation ) sehingga kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi, akibatnya apabila dipupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak mudah tercuci. g. Memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan tingkat tinggi maupun tingkat rendah ) menjadi lebih baik karena ketersediaan makan lebih terjamin. h. Dapat meningkatkan daya sangga (buffering capasity) terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah. i. Mengandung mikrobia dalam jumlah cukup yang berperanan dalam proses dekomposisi bahan organik. Sedangkan sifat yang kurang baik dari pupuk organik adalah: a. Bahan organik yang mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah. Kompos yang belum matang (C/N tinggi) dianggap merugikan, karena bila diberikan langsung ke dalam tanah maka bahan organik diserang oleh mikrobia (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh enersi. Sehingga populasi mikrobia yang tinggi memerlukan juga hara tanaman untuk tumbuhan dan kembang biak. Hara yang seharusnya digunakan oleh tanaman berubah digunakan oleh mikrobia. Dengan kata lain mikrobia bersaing dengan tanaman untuk memperebutkan hara yang ada. Hara menjadi tidak tersedia (unavailable) karena berubah dari senyawa anorganik menjadi senyawa organik jaringan mikrobia, hal ini disebut immobilisasi hara. Terjadinya immobilisasi hara tanaman bahkan sering menimbulkan adanya gejala defisiensi. Makin banyak bahan organik mentah diberikan ke dalam tanah makin tinggi populasi yang menyerangnya, makin banyak hara yang mengalami immobilisasi. Walaupun demikian nantinya bila mikrobia mati akan mengalami dekomposisi hara yang immobil tersebut berubah menjadi tersedia lagi. Jadi immobilasasi merupakan pengikatan hara tersedia menjadi tidak tersedia dalam jangka waktu relatif tidak terlalu lama

b. Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk bagi tanaman, hewan dan manusia. Pupuk kandang Pupuk kandang merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain jumlah ternak lebih tinggi sehingga volume bahan ini besar, secara kualitatif relatif lebih kaya hara dan mikrobia dibandingkan limbah pertanian. Yang yang dimaksud pupuk kandang ialah campuran kotoran hewan/ ternak dan urine. Tabel Rata-rata hara dari berbagai pupuk kandang. Ukuran hewan ( kg) 500 5 100 100 Pupuk segar (ton/tahun) 11,86 10,95 0,046 0,73 Kadar air ( %) 85 72 82 77 Kandungan hara (kg/ton ton) Sapi Ayam Bebek Domba

Nitrogen (N) 10,0 25,0 10,0 28,0 Fosfor (P) 2,0 11,0 2,8 4,2 Kalium (K) 8,0 10,0 7,6 20,0 Kalsium (K) 5,0

36,0 11,4 11,7 Magnesium (Mg) 2,0 6,0 1,6 3,7 Sulfur (S) 1,5 3, 2 2,7 1,8 Ferrum (Fe) 0,1 2,3 0,6 0,3 Boron (B) 0,01 0,01 0,09 Cuprum (Cu) 0,01 0,01 0,04 Mangan (Mn) 0,03 Zinc (Zn) 0,04 0,01 0,12 Pupuk kandang dibagi menjadi dua macam: a) pupuk padat dan b) pupuk cair. Susunan hara pupuk kandang sangat bervariasi tergantung macamnya dan jenis hewan ternaknya. Nilai pupuk kandang dipengaruhi oleh: 1) makanan hewan yang bersangkutan, 2) fungsi hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya saja, 3) jenis atau macam hewan, dan 4) jumlah dan jenis bahan yang digunakan sebagai alas kandang. DEPTAN DORONG PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK sumber : http://bipnewsroom.info

Tasikmalaya, 21/7/2009 (Kominfo-Newsroom) Departemen Pertanian (Deptan) menyatakan, ada saat ini sekitar 60% atau 3 juta hektare (ha) dari sebesar 5 juta hetare lahan sawah irigasi yang tengah sakit, akibat penggunaan pupuk anorganik (kimia) yang berlebihan. Salah satu cara untuk mengobati lahan yang sakit itu, pemeirntah kini mendorong petani menggunakan pupuk organic, kata .Dirjen Pengolahan Lahan dan Air (PLA) Deptan Hilman Manan saat meresmikan Rumah Kompos di Kelompok Tani Atikan, Kecamatan Sukaresik, Tasikmalaya, Senin (20/7). Lahan sakit adalah lahan yang mengalami kekurangan bahan organik atau miskin bahan organik hingga kandungannya di bawah 2%. Idealnya kandungan bahan organik tanah tidak boleh kurang dari 5%. Sementara ciri-ciri lahan yang sakit antara lain, tanah menjadi keras dan sulit diolah, sangat masam, kemampuan mengikat air rendah, sehingga ketika musim kemarau mudah kering dan retak, cirri lain adalah respon terhadap pemupukkan rendah, sehingga pemupukkan yang dilakukan petani kurang efisien. Dampak lebih lanjutnya dari tanah yang sakit itu tanah menjadi kurang subur. Akibatnya, produktivitas tanaman padi mengalami pelandaian (stagnan). Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka akan berpengaruh terhadap produksi padi nasional, ujar Hilman. Pada tahun ini BPS memperkirakan produksi padi nasional mencapai 62,56 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Jumlah ini ini meningkat 2,24 juta ton atau naik 3,71% dibandingkan produksi tahun 2008 yang mencapai 60,33 juta ton GKG. Kenaikan produksi terjadi karena ada peningkatan luas panen seluas 341,56 ribu ha. BPS juga memprediksi akan ada peningkatan produktivitas 0,90% atau naik 0,44 kuintal/ha. Mengenai banyaknya lahan pertanian yang sakit, menurt Hilman, karena banyak petani yang menggunakan pupuk berlebihan (over dosis) dari rekomendasi pemerintah. Misalnya, petani di sentra padi Jawa sebagian menggunakan pupuk urea hingga 600 kg/ha, padahal rekomendasi dari pemerintah hanya 150-250 kg/ha. Penyebab lainnya adalah kebiasaan petani yang kurang baik. Selama ini sisa hasil panen padi, seperti sampah, seresah, dan jerami yang seharusnya dikembalikan ke dalam tanah sebagai pupuk organik justru dibakar, padahal pembakaran sisa hasil tanaman akan menyebabkan pencemaran CO2 di udara. Selain itu limbah kotoran ternak yang sebenarnya menyuburkan tanah tidak dimanfaatkan dengan baik, kata Hilman. Bahkan dia memprediksi, sudah sangat lama, mungkin hampir tiga dekade petani Indonesia melupakan penggunaan sisa tanaman dan kotoran ternak sebagai pupuk organik. Ini karena petani beranggapan pembuatannya merepotkan dan tidak praktis. Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Tanaman Kabupaten Tasikmalaya, Hendry Nugroho juga mengakui, penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus telah merusak tanah. Akibatnya telah terjadi perubahan tekstur tanah yang sebelumnya gembur menjadi makin lengket dan susah diolah. Kebiasaan petani yang lebih menekankan pada pemberian input usaha tani kimia sintetik telah menyebabkan rusaknya sumber daya tanah, air maupun udara. Pada akhirnya mengakibatkan produksi tanaman tidak mampu mencapai potensi yang maksimal, tuturnya. Untuk mengatasi lahan sakit, Hilman menegaskan, harus segera dilakukan rehabilitasi agar fungsinya sebagai media tumbuh tanaman dapat pulih kembali. Salah satunya

pemerintah membuat program khusus yakni mengembangkan pupuk organik melalui pembangunan Rumah. Pada tahun ini pemerintah melalui Departemen Pertanian telah merencanakan pembangunan Rumah Kompos sebanyak 110 unit (65 unit berasal dari dana Pemerintah Daerah dan 45 dana Pemerintah Pusat). Jumlah tersebut akan ditempatkan di 75 kabupaten/kota di 16 provinsi. Pengembangan Rumah Kompos ini melalui pola pemberdayaan masyarakat. Dalam program ini tiga pihak baik pemerintah pusat, petani dan pemerintah daerah ikut berkontribusi. Pemerintah Pusat melalui Ditjen PLA Departemen Pertanian akan menyediakan anggaran rumah kompos dan pelatihan. Anggaran yang disediakan untuk satu unit rumah kompos sebesar Rp100 juta. Kelompok tani sebagai penerima manfaat akan menyediakan lahan, serta biaya operasional rumah kompos, khususnya untuk bahan bakar dan upah operator. Sedangkan Pemda menyediakan biaya pembinaan dan monitoring. Dilihat dari potensinya, pengembangan pupuk organik sangat besar. Bahan baku yang ada di Indonesia jumlahnya sangat berlimpah. Dengan produksi padi setiap tahunnya sekitar 60 juta ton gabah akan menghasilkan limbah jerami hingga 120 juta ton. Potensi lainnya adalah dari limbah kotoran ternak ruminansia dan unggas, sampah pasar dan rumah tangga, hingga sisa tanaman lainnya. Sebagian besar limbah-limbah itu belum dikelola dengan baik, sehingga sering menjadi beban masalah sosial, serta lingkungan dan memusingkan aparat pemda, tuturnya. Henry menambahkan, untuk memperbaiki rusaknya lahan pertanian perlu adanya penaambahan bahan organik maupun kompos ke dalam tanah. Sebab, kompos memiliki peranan sangat penting karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Karena itu untuk memperbaiki lahan pertanian yang rusak, salah satu yang kini diprogramkan Pemda Tasikmalaya adalah pengembangan pertanian SRI (System of Rice Intensification) organik. Sejak 2002, Pemda Tasikmalaya secara konsisten mendukung pengembangan SRI Organik. Bahkan menjadi salah satu program unggulan, ujarnya. Bentuk dukungan Pemda adalah alokasi dana DAU (Dana Alokasi Umum) untuk memfasilitasi penerapan usaha tani organik. Setiap tahunnya tidak kurang seluas 250 ha. Sedangkan dari Pemerintah Pusat pada tahun 2008, Kabupaten Tasikmalaya mendapat bantuan sebanyak 40 paket pengembangan padi SRI organik. Jumlah itu dialokasikan di Kecamatan Mangunreja, Tanjungjaya dan Sukaraja yang berada dalam satu wilayah daerah irigasi Ciramajaya. Luas areal tanam SRI organik di Tasikmalaya terus meningkat. Pada 2003 baru mencapai 44,75 ha yang tersebar di 11 kecamatan, pada 2008 meningkat hingga 5.073,51 ha yang tersebar di 39 kecamatan. Tahun ini kita rencanakan sasaran areal tanam seluas 8 ribu ha dan sampai Juni sudah terealisasi 2.132,55 ha, katanya. Namun demikian Henry mengakui, untuk pengembangan SRI organik masih menghadapi kendala bahan baku pembuatan pupuk organik yakni keterbatasan kotoran hewan (kohe). Keterbatasan kotoran hewan itu sebenarnya bisa diatasi melalui pola integrasi usaha tani padi dengan ternak. Pola ini menjadi alternatif terbaik dalam mendukung kurangnya kotoran hewan di tingkat kelompok, ujar Henry. (T.Bhr/toe Pemanfaatan Limbah Peternakan untuk Kesuburan Tanah sumber : http://www.tanindo.com

Limbah sebagai sisa-sisa produksi yang tidak terpakai keberadaannya saat ini masih menjadi biang permasalahan. Berbagai macam bentuk limbah yang dihasilkan baik berupa cair, padat, maupun gas belum ditangani secara baik sehingga limbah yang seharusnya didaur ulang telah menjadi sumber pencemaran. Limbah tidak hanya dihasilkan dari dunia industri saja melainkan juga dari sektor pertanian. Pesatnya pembangunan pertanian dalam rangka pengembangan agribisnis dan agroindustri yang berkesinambungan ini telah mendorong pertumbuhan sektor pertanian tetap terjadi peningkatan. Begitu pula halnya yang terjadi pada subsektor peternakan, meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis, peternakan Indonesia masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan. Peningkatan produksi yang didorong untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri memang memberikan keuntungan dan sangat diharapkan. Namun disisi lain, peningkatan produksi ternak secara tidak langsung tersebut juga menimbulkan ekses (dampak) negatif. Diantaranya adalah limbah yang dihasilkan dari ternak itu sendiri. Disadari atau tidak, limbah peternakan ini selain mengganggu lingkungan sekitar, juga dapat menimbulkan bibit penyakit bagi manusia. Saat ini masyarakat masih kurang menyadari akan pentingnya upaya pengelolaan limbah peternakan yang dihasilkan sehingga terkesan tidak mau tahu. Kalaupun ada pihak yang berupaya menanganinya akan menjadi kurang efektif karena tidak mendapat dukungan dari pihak lain. Melihat kenyataan seperti itu timbullah suatu pertanyaan, bagaimana caranya mengelola limbah ternak agar selain tidak merusak lingkungan juga dapat memberikan keuntungan bagi sektor lain . Limbah peternakan yang dihasilkan ada yang berupa kotoran (pupuk kandang) ada pula yang berupa sisa-sisa makanan. Setiap usaha peternakan baik itu berupa sapi, ayam, kambing, kuda, maupun babi akan menghasilkan kotoran. Namun jangan salah, kotoran yang dihasilkan ternak tersebut ternyata memiliki kandungan unsur hara yang tinggi sehingga tidak salah bila para petani menggunakannya sebagai pupuk dasar. Kotoran yang dihasilkan ternak itu ada dua macam yaitu pupuk kandang segar dan pupuk kandang yang telah membusuk. Pupuk kandang segar merupakan kotoran yang dikeluarkan hewan ternak sebagai sisa proses makanan yang disertai urine dan sisa-sisa makanan lainnya. Sedangkan pupuk kandang yang telah membusuk adalah pupuk kandang yang telah disimpan lama sehingga telah mengalami proses pembusukan atau penguraian oleh jasad renik (mikroorganisme) yang ada dalam permukaan tanah. Faedah Seperti yang telah disinggung diatas, kotoran hewan memiliki kandungan unsur hara yang cukup tinggi dan sangat lengkap. Dengan keunggulan tersebut maka manfaat dari penggunaan kotoran hewan ini antara lain : 1. Menambah zat atau unsur hara dalam tanah. Tanah yang miskin atau pun kurang subur memeiliki kandungan unsur hara yang kurang mencukupi bagi pertumbuhan, sehingga pemberian pupuk terutama pupuk yang bersifat organik secara langsung akan mampu menambah unsur hara yang kurang memadai tersebut serta memberikan tambahan unsur hara baru yang belum ada. 2. Mempertinggi kandungan humus di dalam tanah. Humus sebagai hasil substansi yang berasal dari bahan organik seperti protein, lemak dan sisa-sisa tanaman yang telah mengalami proses penguraian sangat penting artinya bagi tanaman. Hal ini disebabkan humus bersifat koloid (bermuatan negatif) yang dapat meningkatkan absorpsi (penyerapan) dan pertukaran kation serta mencegah terlepasnya ion-ion penting. Selain

itu humus juga berfungsi sebagai reservoar (pergantian) mineral untuk pengambilan oleh tumbuhan. Adanya pupuk kandang yang hampir sebagian besar berupa bahan organik akan dapat menambah kandungan humus yang ada. Semakin banyak humus terdapat pada tanah, maka tanah relatif semakin subur. 3. Mampu memperbaiki struktur tanah. Pada ABDI TANI edisi lalu telah disinggung bahwa struktur tanah yang baik ditunjang oleh keberadaan mikroorganisme organik yang cukup. Tanah yang strukturnya sudah rusak hampir tidak memiliki lagi mikroorganisme yang menunjang kesuburan tanah. Dengan memberikan pupuk kandang maka akan mengaktifkan kembali mikroorganisme yang ada melalui proses biologis dan kimia. Peternakan ayam yang diusahakan dalam skala menengah maupun besar menghasilkan efek berupa limbah kotoran yang selain mencemari lingkungan juga menyebarkan bibit penyakit. 4. Mendorong atau memacu aktivitas kehidupan jasad renik di dalam tanah. Terkait dengan manfaat sebelumnya, pemberian pupuk kandang ini secara langsung akan menambah bahan organik yang ada. Ada ataupun tidaknya suatu jasad renik didalam, pemberian pukan ini justru akan mendorong atau memacu kehidupan jasad renik, yang pada akhirnya melalui proses penguraian akan menghasilkan tanah yang subur dan kaya akan bahan organik. Kandungan Unsur Hara Tinggi dan lengkap Pupuk kandang sebagai limbah ternak banyak mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fospat (P2O5), Kalium (K2O) dan Air (H2O). Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara mikro diantaranya Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Boron (Bo). Banyaknya kandungan unsur makro pada pupuk kandang membuat penggunaannya hanya dilakukan pada saat pemupukan dasar saja. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah unsur makro yang dibutuhkan tanaman yang tidak boleh melebihi rasio C/N =12. Sehingga pupuk kandang yang memiliki rasio C/N tinggi yaitu + 25 kurang baik bila digunakan untuk menyuburkan tanaman secara langsung. Berdasarkan jenis hewannya, pupuk kandang terbagi kedalam lima macam yaitu limbah kambing, limbah sapi, limbah ayam, limbah babi dan limbah kuda. Masing-masing limbah tersebut memiliki karakteristik dan kandungan unsur hara yang berbeda (Tabel 1). Pada limbah sapi misalnya kandungan unsur haranya berbeda antara limbah cair maupun yang padat. Pada limbah sapi yang cair memiliki kandungan P lebih banyak dibandingkan yang padat. Dan sebaliknya kandungan K pada limbah sapi padat lebih banyak dibandingkan yang cair. Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa limbah (kotoran ayam) memiliki kandungan N dan P paling besar diantara limbah ternak lainnya. Sedangkan kandungan K paling besar terdapat pada limbah domba cair yaitu sebesar 2.1 %. Suatu limbah dapat digolongkan ke dalam pupuk panas bila memiliki kandungan air yang rendah. Kandungan yang rendah tersebut berimplikasi pada proses perubahan jasad renik secara aktif menjadi lebih cepat, sehingga waktu yang diperlukan jasad renik untuk dekomposisi (penguraian) pupuk ini lebih cepat. Aplikasi Hampir semua cara kerja limbah ternak ini berjalan cukup lambat dan membutuhkan waktu lama karena berkaitan dengan perubahan dekomposisi atau penguraian oleh jasad-jasad sebelum siap digunakan oleh tanaman. Pemberian pupuk kandang yang berbentuk cair dengan padat berbeda. Untuk pupuk padat yang dingin misalnya dapat

diaplikasikan pada tanah maupun tanaman sekitar 3 4 minggu setelah masa pembuatan. Sedangkan pupuk padat yang panas dapat digunakan lebih cepat yaitu sekitar 1 2 minggu dari masa pembuatannya. Khusus limbah ternak cair berupa urine juga dapat dimanfaatkan sebagai perangsang perkembangan tanaman karena mengandung hormon. Limbah ini sebaiknya diberikan menjelang waktu tanam dengan mengencerkannya terlebih dahulu. Penyimpanan limbah yang baik mutlak diperlukan agar gas amoniak yang terkandung tidak banyak mengalami penguapan. Untuk mencegah penguapan tersebut maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu (1) menumpuk sedemikian rupa supaya rongga udara semakin kecil, (2) mengatur penempatan pupuk kandang dengan memperkecil ruang bagi gas amoniak untuk menguap di udara, (3) membasahi tumpukan pupuk kandang dengan air sampai lembab dan (4) mengusahakan agar tempat penyimpanan pupuk yang bentuk padat terpisah dengan pupuk cair. (Ir. Agung S.Wibowo, MS., penulis adalah pemerhati pertanian berdomisili di Surabaya) Blog at WordPress.com. | Theme: Andreas09 by Andreas Viklund. Follow Follow SMARTAGRO DIDGDAYA Get every new post delivered to your Inbox.

Powered by WordPress.com kompos-bahan organik lowongan kerja terbaru lowongan kerja 2010 lowongan kerja baru Monday, March 16, 2009 Manfaat Kompos Manfaat Kompos Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat

merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi : 1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman: 1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut. Posted by puwokertoinfo at 1:25 AM 1 comments: Nelson Absony BarusJul 22, 2010 02:34 AM apa bahan tambahan untuk mempercpat terjadinya kompos , seperti yg temukun oleh Dr. Ir. Darmono Taniwiryono, MSc.( Kepala Balai penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia ) dan dimana bisa dipesan sekian dan terimaksih salam hormat Nelson AB sonabrus@yahoo.com

081260819555 Reply Load more...

Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom)

Followers Blog Archive 2009 (5) March (5) CARA MEMBUAT KOMPOS SUPER BLOTONG SEBAGAI BAHAN KOMPOS Manfaat Kompos KOMPOS PUPUK ORGANIK UNTUK TANAMAN About Me puwokertoinfo View my complete profile kompos-bahan organik lowongan kerja terbaru lowongan kerja 2010 lowongan kerja baru Monday, March 16, 2009 Manfaat Kompos Manfaat Kompos Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat

merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi : 1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman: 1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertaniah, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut. Posted by puwokertoinfo at 1:25 AM 1 comments: Nelson Absony BarusJul 22, 2010 02:34 AM apa bahan tambahan untuk mempercpat terjadinya kompos , seperti yg temukun oleh Dr. Ir. Darmono Taniwiryono, MSc.( Kepala Balai penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia ) dan dimana bisa dipesan Cari Artikel: Siapa Anne Ahira

Beranda Referensi Ilmu Pasti Pertanian dan Perkebunan Manfaat Pupuk Kerugian dan Manfaat Pupuk Organik

Oleh: AnneAhira.com Content Team

Dewasa ini, banyak ditemukan lahan (sawah irigasi) yang sakit akibat penggunaan pupuk anorganik (kimia) yang berlebihan. Pada tahun 2009 jumlah lahan yang sakit khususnya di daerah Tasikmalaya mencapai 60% atau 3 juta hektar (ha), dan dikhawatirkan jumlah ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Itulah sebabnya Departemen Pertanian (Deptan) menghimbau masyarakat untuk memanfaatkan pupuk organik dalam bercocok tanam. Memang tak bisa dipungkiri, perdebatan soal manfaat pupuk organik dan anorganik dewasa ini masih berlangsung. Umumnya petani memanfaatkan pupuk anorganik karena nutrisi tanaman lebih mudah terpenuhi sehingga produktivitasnya menjadi tinggi (dengan catatan dosis yang diberikan harus tepat sehingga tidak mencemari lingkungan, menimbulkan penyakit, dan lain-lain). Karena kepincut produktivitas yang besar dan kemudahan (kepraktisan pupuk anorganik) membuat sebagian besar petani memilih pupuk ini. Karena banyak yang kurang berhati-hati dalam pemakaian, akibatnya banyak lahan yang sakit. Kalau sudah begini, tak hanya gagal produksi, lahan pun jadi susah diperbaiki kesuburannya. Akhirnya, lahan akan ditinggalkan begitu saja karena tidak dapat ditanami. Kelebihan dan Manfaat Pupuk Organik Sebenarnya, manfaat pupuk organik tidak kalah dibanding dengan pupuk anorganik. Ada banyak manfaat pupuk organik yang tidak dimiliki oleh pupuk anorganik, antara lain sebagai berikut. Memperbaiki struktur tanah begitu juga dengan karakteristiknya, sehingga tanah menjadi gembur, ringan, mudah diolah, dan mudah ditembus akar. Tanah-tanah berat menjadi mudah diolah. Kesuburan tanah meningkat. Aktivitas mikroba tanah pun meningkat. Kapasitas penyerapan air oleh tanah juga meningkat sehingga tanah menjadi mudah menyediakan kebutuhan air yang diperlukan tanaman. Memperbaiki habitat hewan yang hidup di tanah dan ketersediaan makanan hewanhewan tersebut jadi lebih terjamin. Meningkatkan ketahanan terhadap perubahan sifat tanah yang terjadi secara tiba-tiba. Mengandung mikroba yang bertugas mengurai bahan-bahan organik. Meningkatkan kapasitas pertukaran kation sehingga jika tanaman diberi pupuk dosis tinggi, unsur hara tanaman tidak mudah tercuci. Mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Kerugian Menggunakan Pupuk Organik Memang tak hanya manfaatnya, pemberian pupuk organik juga dapat merugikan apabila terjadi hal berikut. Jika pupuk organik (kompos) yang diberikan masih mentah maka bahan organik akan diserang oleh mikroba sehingga unsur hara tanaman menjadi berkurang karena dimakan oleh mikroba-mikroba dari kompos mentah.

Bahan organik yang berasal dari limbah industri atau sampah kota sering kali mengandung mikroba patogen dan logam berat, yang tak hanya berpengaruh buruk bagi tanaman, akan tetapi manusia dan hewan pun akan kena imbasnya (dampak negatifnya).Beri rating untuk artikel di atas Tolong SHARE halaman ini facebook Twitter Linkedin Google +1 Nama : Email : Komentar

Catatan : Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, jangan menggunakan terlalu banyak singkatan seperti SMS. Setiap komentar memerlukan persetujuan moderator. alex 10-02-2012 Ok M. Sadih Mulyadi, SP 08-01-2012 Yang disebut pupuk organik adalah bahan organik yang telah terdekomposisi sempurna (c/n ratio = tanah. kalau tadi saya baca adalah dalam pengertian bahan organik bukan pupuk organik atang 03-01-2012 Bagaimana caranya mengurai sampah pelastik menjadi pupuk organik? bambang perangkat desa 29-12-2011 Saya sangat setuju artikel seperti ini DWI LESTARI 21-12-2011 Materinya tentang manfaat dan kekurangan pupuk anorganik dikasih dunk!!!!!!!!!!!!! prayit 26-11-2011 Bgmn cara membuat pupuk organik yag bahannya mudah didapat dari lingkungan tanaman ity sendiri taufik 28-08-2011 Gx bisa copas gan!!! gx bisa buat tugas!!!

Moch.. 23-05-2011 bagaimana strategi dalam memasyarakatkan organik..? [1] Anne Ahira - Asian Brain on Facebook Artikel Terkait Pentingnya Pemupukan dalam Pertanian Teknik Hidroponik untuk Budidaya Tanaman Metode Hidroponik: Unggul dan Mudah Mengenal Jenis Respirasi Tanaman Membuat dan Jual Pupuk Organik Sendiri Manfaat Buah Tomat untuk Kesehatan Manusia Ingin Pohon Jeruk Berbuah Lebat? Basmi Hama Tanaman! Share facebook Twitter Linkedin

Beranda | Kontak Kami | Privacy | Artikel Sitemap | Sitemap | RSS Feeds | Bisnis Online Kantor Pusat : Jl. Bojong Sereh No.668 Bandung 40376 Jawa Barat - INDONESIA _ BIOPORI Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan

tim biopori training

sekretariat forum diskusi

pemesanan alat

RESAPKAN AIR HUJAN MENJADI AIR TANAH (RAHMAT)

UTAMA Lubang Resapan Biopori Keunggulan dan Manfaat Lokasi Pembuatan

Cara Pembuatan Jumlah Yang Disarankan Direktori Kegiatan Home NEWS Atasi Bajir dengan Teknologi LRB Bogor Buat 5250 Lubang Resapan Biopori LRB Kurangi Banjir DKI Siap Terapkan Teknologi Biopori

Senin, 20 Februari 2012 KEUNGGULAN DAN MANFAAT Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya resapan air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria. (Gambar 1) Gambar 1.Keunggulan Lubang Resapan Biopori Meningkatkan Daya Resapan Air Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang.. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm 2 setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm 2. Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air. Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos

Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi mereka yang senang dengan budidaya tanaman/sayuran organik maka kompos dari LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya. Memanfaatkan Fauna Tanah dan atau Akar Tanaman Seperti disebutkan di atas. Lubang Resapan Biopori diaktikan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfir sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah. Dengan hadirnya lubang-lubang resapan biopori dapat dicegah adanya genangan air, sehingga berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah (filariasis) akan dapat dihindari.

Copyright 2007-2012 Tim Biopori IPB. All Rights Reserved Tidak diperkenankan mereproduksi seluruh maupun sebagian isi situs ini dalam bentuk maupun media apapun tanpa ijin tertulis dari Tim Biopori IPB BIOPORI Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan

tim biopori training

sekretariat forum diskusi

pemesanan alat

RESAPKAN AIR HUJAN MENJADI AIR TANAH (RAHMAT)

UTAMA Lubang Resapan Biopori Keunggulan dan Manfaat Lokasi Pembuatan Cara Pembuatan Jumlah Yang Disarankan Direktori Kegiatan Home NEWS Atasi Bajir dengan Teknologi LRB Bogor Buat 5250 Lubang Resapan Biopori LRB Kurangi Banjir DKI Siap Terapkan Teknologi Biopori

Senin, 20 Februari 2012 KEUNGGULAN DAN MANFAAT Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya resapan air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah dan malaria. (Gambar 1) Gambar 1.Keunggulan Lubang Resapan Biopori Meningkatkan Daya Resapan Air Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang.. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm 2 setelah dibuat lubang resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm 2.

Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air. Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos Lubang resapan biopori "diaktifkan" dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi mereka yang senang dengan budidaya tanaman/sayuran organik maka kompos dari LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya. Memanfaatkan Fauna Tanah dan atau Akar Tanaman Seperti disebutkan di atas. Lubang Resapan Biopori diaktikan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan "saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfir sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah. Dengan hadirnya lubang-lubang resapan biopori dapat dicegah adanya genangan air, sehingga berbagai masalah yang diakibatkannya seperti mewabahnya penyakit malaria, demam berdarah dan kaki gajah (filariasis) akan dapat dihindari.

Copyright 2007-2012 Tim Biopori IPB. All Rights Reserved Tidak diperkenankan mereproduksi seluruh maupun sebagian isi situs ini dalam bentuk maupun media apapun tanpa ijin tertulis dari Tim Biopori IPB

You might also like