You are on page 1of 11

Analisis Kesesuaian dan Kemampuan Lahan untuk pengembangan Kawasan Shipyard PT.

Bumi Natura Indonesia


Pengembangan kawasan shipyard pada PT. Bumi Natura Indonesia yang merupakan kawasan industri berat harus dikembangkan berdasarkan analisis kemampuan dan kesesuaian lahan. Penggunaan lahan di sekitar kawasan pantai sebagai lokasi shipyard harus memenuhi syarat pengembangan kawasan industri dan pemilihan lokasi. Antara lain dilihat dari ketersediaan lahan, alternatif lokasi, dan daya dukung lingkungan sekitar. Analisis daya dukung lahan sekitar kawasan pengembangan shipyard di PT. Bumi Natura Indonesia dimaksudkan untuk melihat kesesuaian pemanfaatan lokasi tersebut, baik dari segi kemampuan lahan, maupun dari segi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam. Kegiatan pengembangan kawasan shipyard yang tergolong dalam jenis industri berat perlu memperhatikan beberapa hal, yakni 1. Kesesuaian Tata Ruang Pemilihan, penetapan, dan penggunaan lahan harus sesuai dan mengacu pada RTRW Kota Batam, RTRW Propinsi, maupun RTRW Nasional. 2. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pengembangan kawasan industri perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana seperti akses jalan menuju lokasi shipyard, sumber energy untuk memenuhi kebutuhan kegiatan industri shipyard, ketersediaan sumber air, sistem dan jaringan telekomunikasi, dan fasilitas penunjang lainya seperti kantor pengelola, unit pemadam kebakaran, bank, kator pos, poliklinik, kantin, sarana ibadah, perumahan karyawan industri, pos keamanan, sarana olahraga, halte angkutan umum. 3. Ramah Lingkungan Dalam pengembangan kawasan industri, pengelola wajib melaksanakan pengendalian dan pengelolaan lingkungan dan wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL. Pengembangan kawasan shipyard pada PT Bumi Natura Indonesia sudah melakukan studi pengendalian dan pengelolaan lingkungan dalam dokumen AMDAL. 4. Efisiensi Aspek efisiensi akan memebrikan keuntungan bagi pemerintah dalam perencanaan pemabangunan prasarana yang mendukung dalam pengembangan kawasan shipyard di PT Bumi Natura Indonesia. 5. Keamanan dan Kenyamanan Berusaha

Dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan berusaha, pengelola kawasan industri dapat melakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah untuk menetapkan suatu Kawasan Industri sebagai objek vital untuk mendapatkan perlakuan khusus.

A.

Analisis Kemampuan Lahan Analisis kemampuan lahan bertujuan untuk pemanfaatan ruang yang tepat

berdasarkan kemampuan lahan untuk budidaya, penyangga, dan lindung. Kemampuan lahan yang dikategorikan berdasarkan kelas-kelas. Dengan menggunakan analisis kemampuan lahan ini dapat diketahui lahan yang sesuai untuk pengembangan kawasan budidaya (industri, pertanian, permukiman, dan lainnya), kawasan lindung dan kawasan penyangga. Ada beberapa standar dan metode untuk menganalisis kemampuan lahan seperti Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan ruang, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Iingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang, dan SK. Mentan NO. 837/Kpts/UM/II 1980 dan NO. 683/Kpts/UM/II/1981. Analisis Kemampuan lahan ini menggunakan Parameter yang terdapat dalam SK. Mentan NO. 837/Kpts/UM/II 1980 dan NO. 683/Kpts/UM/II/1981 karena data sekunder yang didapat lebih cocok di analsis dengan peraturan tersebut. Berdasarkan acuan tersebut hasil akhir kesesuaian guna lahan yang diketahui adalah penggunaan lahan untuk kawasan lindung, penggunaan lahan untuk kawasan penyangga serta penggunaan lahan untuk kawasan budidaya. Berdasarkan SK tersebut, penggunaan lahan dibagi menjadi 5 kawasan peruntukan, yaitu Kawasan Lindung, Kawasan Penyangga, Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan, Kawasan Budidaya Tanaman Semusim dan Kawasan Permukiman. Faktor-faktor yang digunakan dalam mengaklasifikasikan adalah sebagai berikut: a. Kemiringan Lereng
Tabel 5. 1 Klasifikasi Berdasarkan Kemiringan Lereng No Klasifikasi Kelerengan Skor 1. Kelas I 08% (Datar) Nilai Skor 20 2. Kelas II 8 15 % (Landai) Nilai Skor 40 3. Kelas III 15 25 % (Agak Curam) Nilai Skor 60 4. Kelas IV 25 45 % (Curam) Nilai Skor 80

5.

Kelas V

> 45 % curam)

(Sangat

Nilai Skor 100

b. Jenis Tanah menurut kepekaannya terhadap erosi


No 1. 2. 3. 4. 5. Tabel 5. 2Klasifikasi Berdasarkan Jenis Tanah Klasifikasi Jenis Tanah Skor Aluvial, tanah Glei, Laterik Nilai Skor Kelas I Air Tanah (Tidak peka) 15 Nilai Skor Kelas II Latosol (Agak peka) 30 Brown Forest Soil (Agak Nilai Skor Kelas III peka) 45 Andosol, Podsoil, Podsolic Nilai Skor Kelas IV (Peka) 60 Regosol, Litosol (Sangat Nilai Skor Kelas V Peka) 75

c. Intensitas Hujan Harian


Tabel 5. 3Klasifikasi Berdasarkan Intensitas Hujan Harian No Klasifikasi Curah Hujan Skor mm s/d 13,6 /hari (sangat 1. Kelas I Nilai Skor 10 rendah) 13,6 20,7 mm/hari 2. Kelas II Nilai Skor 20 (rendah) mm 20,7 27,7 /hari 3. Kelas III Nilai Skor 30 (sedang) mm 4. Kelas IV 27,7 34,8 /hari (tinggi) Nilai Skor 40 > 34,8 mm/hari (Sangat 5. Kelas V Nilai Skor 50 tinggi)

Ketiga faktor tersebut akan dijumlahkan dan dapat ditetapkan penggunaan lahan pada setiap kawasan adalah sebagai berikut : A. Kawasan Lindung Kawasan lindung merupakan areal dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahan sama dengan atau lebih dari 175 atau memenuhi salah satu atau beberapa syarat berikut : 1. 2. 3. 4. 5. B. Mempunyai lereng lapang >45 %; Tanah sangat peka terhadap erosi yaitu jenis tanah Regosol, Litosol, Merupakan jalur pengaman aliran sungai/air sekurang-kurangnya 100 Mempunyai ketinggian 2000 meter di atas permukaan air laut; Guna keperluan/kepentingan khusus dan diterapkan oleh pemerintah

Organosol, dan Renzine dengan lereng >45 %; meter di kiri kanan sungai/aliran air tersebut;

sebagai kawasan lindung. Kawasan Penyangga

Kawasan penyangga merupakan areal dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahannya 124 174 dan atau memenuhi beberap kriteria umum, sebagai berikut : 1. 2. 3. C. Keadaan fisik areal memungkinkan untuk dilakukan budidaya secara Lokasinya secara ekonomis mudah dikembangkan sebagai kawasan Tidak merugikan segi-segi ekologi lingkungan. ekonomis; penyangga; Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan Kawasana budidaya tanaman tahunan merupakan areal dengan jumlah nilai skor untuk kemampuan lahannya 124 ke bawah serta cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman tahunan (kayu-kayuan, tanaman perkebunan dan tanaman industri). Disamping itu areal tersebut harus memenuhi kriteria umum untuk kawasan penyangga. D. Kawasan Budidaya Tanaman Semusim Setahun Kawasan budidaya tanaman semusim setahun areal dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya tanaman tahunan akan tetapi areal tersebut cocok atau seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman semusim/setahun. E. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman merupakan areal yang memenuhi kriteria budidaya cocok untuk areal permukiman serta secara mikro mempunyai kelerengan 0 8 %. Berdasarkan Parameter yang terdapat dalam SK. Mentan NO. 837/Kpts/UM/II 1980 dan NO. 683/Kpts/UM/II/1981 maka analisa kemampuan lahan yang terdapat diwilayah studi dilakukan dengan menghitung skoring kondisi eksisting fisik dasar. Adapun rincian dari kondisi kemampuan lahan di wilayah studi yang ditinjau dari tiga aspek adalah sebagai berikut:

Penilaian Kemampuan Lahan Kemampuan lahan yang terdapat diwilayah studi dilakukan dengan menghitung skoring kondisi eksisting fisik dasar. Adapun rincian dari kondisi kemampuan lahan di wilayah studi yang ditinjau dari tiga aspek adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Penilaian Kemampuan Lahan PT. Bumi Natura Indonesia
No 1. Klasifikasi Kemiringan 0-8% Kelerengan Skor 20

Lereng 2. 3. Jenis Tanah Curah Hujan Jumlah Alluvial 244.07mm hari per bulan 15 20 40

Nilai skor kemampuan lahan di atas adalah sebesar 45. Hal ini berarti lahan pada kawasan perencanaan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia termasuk dalam kawasan permukiman. Kawasan permukiman ini cocok digunakan untuk pengembangan industri, karena tingkat kesuburan yang rendah dan permukaan lahan yang datar. Berikut ini merupakan peta analisis kemampuan lahan pada kawasan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia.

B.

Analisis Kesesuaian Lokasi Analisis kesesuaian lahan digunakan untuk mencari kesesuaian antara

kondisi eksisting industri terhadap standar yang telah ditentukan. Untuk mengetahui kesesuaian lahan industri besar, digunakan alat berupa kriteria teknis industri dalam Peraturan Menteri Perindustrian No.35 Tahun 2010 Tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri. Penilaian kesesuaian lahan di kawasan Shipyard PT. Bumi Natura Indonesia dapat dinilai dari beberapa indikator. Antara lain kestabilan jenis tanah, ketersediaan sumberdaya dan stabilitas kawasan, serta topografi kawasan. Pemilihan lokasi pengembangan shipyard harus memenuhi kriteria lahan sebagai berikut. Pemilihan Lokasi Kawasan Industri
N o 1 2 3 4 Kriteria Pemilihan Lokasi Jarak ke Pusat Kota Jarak terhadap permukiman Jaringan jalan yang melayani Sistem jaringan yang melayani Faktor Pertimbangan Minimal 10 km Minimal 2 km Arteri primer

Jaringan listrik Jaringan Telekomunikasi Tersedia pelabuhan laut sebagai outlet 5 Prasarana angkutan (export/import) 6 Topografi Maksimal 15% Maksimal 5 km dan terlayani sungai tipe C 7 Jarak terhadap sungai dan D atau kelas III dan IV 8 Daya dukung lahan Sigma tanah : 0,7-1,0 kg/cm2 9 Kesuburan tanah Relatif tidak subur (non irigasi teknis) Non Pertanian 10 Peruntukan lahan Non Permukiman Non Konservasi 11 Ketersediaan lahan Minimal 50 Ha Relatif (bukan lahan dengan harga tinggi di 12 Harga lahan daerah tersebut) Aksesibilitas tinggi 13 Orientasi lokasi Dekat dengan potensi tenaga kerja Bangkitan lalu lintas = 5,5 smp/ha/hari Kebutuhan lahan industri dan 14 Multiplier Effects multipliernya = 2 x luas perencanaan Kebutuhan rumah Kebutuhan Fasum-Fasos Sumber: Pedoman Kriteria Teknis Industri, 2010

1. Analisis Jarak Lokasi PT. Bumi Natura Indonesia terhadap Pusat Kota. Pertimbangan jarak ke pusat kota bagi pengembangan kawasan shipyard adalah untuk memudahkan memperoleh fasilitas pelayanan baik prasarana dan

sarana penunjang kegiatan, terutama yang terkait perbaikan dan pelayanan kapalkapal yang berlabuh. Lokasi pengembangan kawasan shipyard di PT. Bumi Natura Indonesia berada pada Kelurahan Tanjung Uncang, Kecamatan Batu Aji, Kota Batam. Lokasi PT Bumi Natura Indonesia berbatasan dengan kawasan industri, hal ini sesuai dengan jarak terhadap pusat kota minimal 10 km dan terletak di kawasan industri. 2. Analisis Kesesuaian Lokasi Industri Berdasarkan Jarak Terhadap Permukiman Pertimbangan jarak terhadap permukiman bagi pemilihan lokasi kegiatan industri, pada prinsipnya memiliki dua tujuan pokok, yaitu: 1) Berdampak positif dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan aspek pemasaran produk. Dalam hal ini juga perlu dipertimbangkan adanya kebutuhan tambahan akan perumahan sebagai akibat dari pembangunan Kawasan Industri. Dalam kaitannya dengan jarak terhadap permukiman, harus mempertimbangkan masalah pertumbuhan perumahan, sering terjadi areal tanah disekitar lokasi industri menjadi kumuh dan tidak ada lagi jarak antara perumahan dengan kegiatan industri. 2) 3) Berdampak negatif karena kegiatan industri menghasilkan polutan Jarak terhadap permukiman yang ideal minimal 2 (dua) Km dari dan limbah yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat. lokasi kegiatan industri. Berdasarkan standar minimal jarak kawasan shipyard dengan permukiman di PT. Bumi Natura Indonesia sesuai dengan standar. Kawasan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia memiliki penataan yang homogen. Keseragaman pola penataan pada kawasan perencanaan dapat dilihat dari fungsi dan peruntukan bangunan. Kerseragaman penataan sebagai kawasan telah disetujui sebagai kawasan pengembangan industri Kabil Industrial Estate oleh pihak Otorita Batam. PT.Bumi Natura Indonesia berada pada kawasan industri terpadu kabil Kota Batam, yang didalamnya termasuk kawasan permukiman, sarana pendidikan, sarana perdagangan dan jasa, sarana peribadatan, sarana perkantoran, jaringan transportasi dan sirkulasi kendaraan. Jarak minimal permukiman dengan lokasi pengembangan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia memiliki jarak yang lebih dari 2 km. 3. Analisis Kesesuaian Lokasi Industri Berdasarkan Jaringan Jalan Jaringan jalan bagi kegiatan industri memiliki fungsi yang sangat penting terutama dalam rangka kemudahan mobilitas pergerakan dan tingkat pencapaian

(aksesibilitas) baik dalam penyediaan bahan baku, dan pergerakan manusia sebagai sumber daya manusia. Jaringan jalan yang baik pada pengembangan kawasan shipyard harus memperhatikan kapasitas dan jumlah kendaraan yang melintas. Apabila hal ini kurang mendapat perhatian akan berakibat negatif terhadap upaya promosi kawasan industri. Untuk pengembangan kawasan industri dengan karakteristik lalu lintas truk kontainer dan akses utama dari dan ke shipyard, maka jaringan jalan arteri primer harus tersedia untuk melayani lalulintas kegiatan industri. Lokasi industri shipyard di PT. Bumi Natura Indonesia memiliki tingkat aksesibilitas yang baik. Hal ini karena lokasi industri dilalui oleh jaringan jalan arteri primer, yakni Jalan Brigjen Katamso. Jalan arteri ini memiliki lebar 30 meter dengan lebar bahu jalan sebesar 1,5 meter. Kondisi jaringan jalan di kawasan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia ini sudah sesuai untuk pengembangan industri shipyard yang membutuhkan akses yang mudah untuk mobilisasi bahan-bahan baku. 4. Topografi Pemilihan lokasi industri harus berada pada areal lahan yang memiliki kondisi topografi yang relatif datar. Kondisi ini dimaksudkan untuk mengurangi pekerjaan cut and fill sehingga dapat mengefisienkan pemanfaatan lahan secara maksimal. Adapun batasan kemiringan tanah yang diperbolehkan dalam pemilihan lokasi industri adalah maksimal 15%. 5. Analisis Kesesuaian Lokasi Industri Berdasarkan Fasilitas Dan Prasarana a. Jaringan Listrik Ketersediaan jaringan listrik menjadi syarat yang penting untuk kegiatan industri, karena bisa dipastikan proses produksi kegiatan industri sangat membutuhkan energi yang bersumber dari listrik, untuk keperluan mengoperasikan alat-alat produksi. Dalam hal ini standar pelayanan listrik untuk kegiatan industri tidak sama dengan kegiatan domestik dimana ada prasyarat mutlak untuk kestabilan, pasokan daya maupun tegangan. Kegiatan industri umumnya membutuhkan energi listrik yang sangat besar, sehingga perlu dipikirkan sumber pasokan listriknya, apakah yang bersumber dari perusahaan listrik negara saja, atau dibutuhkan partisipasi sektor swasta untuk ikut membantu penyediaan energi listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik industri.

Kawasan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia telah dilayani oleh jaringan SUTM dan SUTR. Pemilihan lokasi penempatan tiang listrik SUTM ini telah baik karena memanfaatkan daerah sempadan jalan utama yang memiliki ukuran cukup sehingga tidak mengganggu pejalan kaki maupun arus lalu lintas. Ketersediaan jaringan listrik di kawasan Shipyard PT. Bumi Natura Indonesia ini sudah sesuai dengan standar penyediaan energi listrik. b. Jaringan Telekomunikasi maupun pengembangan untuk usaha. Untuk itulah jaringan Kawasan Kegiatan industri tidak akan lepas dari aspek bisnis, dalam rangka pemasaran pelaku telekomunikasi seperti telepon dan internet menjadi kebutuhan dasar bagi kegiatan industri menjalankan kegiatannya. perencanaan telah terjangkau oleh jaringan telepon dengan sistem penyaluran yang digunakan juga memanfaatkan sambungan kabel udara. Pemilihan lokasi penempatan tiang telepon ini juga sama dengan penempatan tiang listrik yaitu memanfaatkan sisi sempadan jalan. Berdasarkan kondisi eksisting diketahui bahwa tinggi tiang telepon adalah 6, 8 dan 10 meter, C.
N o 1

Pola Penggunaan Lahan


Pola Penggunaan Lahan Jenis Pengguna an Kapling Industri Struktur Penggunaa n (%) Maksimal 70% Keterangan Setiap kapling harus megikuti ketentuan BCR sesuai dengan Perda setempat (60:40) Penggunaan lahan di kawasan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia Kavling industri shipyard di PT Bumi Natura Indonesia diarahkan untuk memiliki koefisien dasar bangunan maksimal 40%. Sehingga penggunaannya masih sesuai satndar. Kondisi jalan dan lebar jalan di kawasan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia sudah sesuai dengan standar penggunaan lahan.

Jalan dan saluran

8-12%

Ruang terbuka hijau

Minimal 10%

1. Untuk tercapainya aksesibilitas dimana ada jalan primer dan jalan sekunder (pelayanan) 2. Tekanan gandar primer sebaiknya minimal 8 ton dan sekunder minimal 5 ton 3. Perkerasan jalan minimal 7m Dapat berupa jalur hijau (green belt), taman dan perimeter

Pada lokasi industri sudah terdapat taman, sebagai ruang terbuka hijau. Keberadaan ruang terbuka hijau di Industri PT. Bumi Natura Indonesia diidentifikasi melalui ruang

N o

Jenis Pengguna an

Struktur Penggunaa n (%)

Keterangan

Fasilitas penunjang

6-12%

Dapat berupa kantin, guest house, tempat ibadah, fasilitas olahraga, PMK, WWTP, GI, Rumah telkom

Penggunaan lahan di kawasan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia terbuka hijau dalam tapak yang ada dalam kawasan perencanaan. Luas total ruang terbuka hijau di Kawasan Industri PT. Bumi Natura Indonesia yaitu sebesar 28.900 m2 atau sebesar 10,26 % dari keseluruhan kawasan perencanaan. Luasan tersebut sudah memenuhi standar minimal ruang terbuka hijau di kawasan industri yaitu sebesar 10%. Fasilitas-fasilitas di kawasan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia sudah memnuhi kebutuhan industri, antara lain kantin, kantor, musholla, dan fasilitas khusus shipyard.

Sumber: Pedoman Kriteria Teknis Industri, 2010

6. Ketersediaan lahan

Kawasan industri pada umumnya membutuhkan lahan yang luas, oleh karena itu kegiatan industri yang akan dikembangkan harus luas lahan yang tersedia sehingga tidak terjadi memperhitungkan

pembukaan lahan yang dapat merugikan daya dukung terhadap lingkungan sekitar. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2010, luas lahan kawasan industri minimal 50 Ha. Ketersediaan lahan suatu kawasan industri harus mempertimbangkan kebutuhan lahan di luar kegiatan industri sebagai multiplier effects nya, seperti kebutuhan lahan untuk perumahan para pekerja. Sebagai ilustrasi jika per hektar lahan kawasan industri dapat menyerap 100 orang tenaga kerja, maka dibutuhkan lahan perumahan dan kegiatan pendukungnya seluas 1-1,5 Ha untuk tempat tinggal para pekerja dan fasilitas penunjangnya. Artinya jika ingin dikembangkan 100 Ha kawasan industri, maka di sekitar lokasi tersebut harus disediakan 100-150 Ha untuk perumahan dan fasilitas penunjang para pekerja, sehingga dibutuhkan total area 200-250 Ha. Luasan lahan kawasan industri shipyard PT. Bumi Natura Indonesia adalah

sebesar .. ha dan telah sesuai dengan batas minimal ketersediaan lahan kawasan industri, yakni 50 ha.
7. Orientasi lokasi

Kawasan Industri sebagai tempat industri manufaktur (pengolahan) yang biasanya merupakan industri yang bersifat 'footlose' maka orientasi lokasi sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas dan potensi tenaga kerja. Kawasan industry shipyard PT. Bumi Natura Indonesia ini terletak di Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Kota Batam. Kecamatan Nongsa memiliki jumlah
penduduk pada tahun 2009 sebanyak 46.101 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut, dengan luas wilayah mencapai 236,62 Km2, tingkat kepadatan penduduknya mencapai 194,83 jiwa/Km2. Sementara itu, wilayah Kelurahan Batu Besar memiliki luas 52,18 Km2 dengan jumlah penduduk 16.326 jiwa, dengan kepadatan penduduknya 312,88 jiwa/Km2. Adapun mata pencaharian penduduk setempat umumnya adalah buruh industri dan mata pencaharian lainnya adalah nelayan, pedagang, buruh bangunan, pegawai, dan lain-lain. Jika ditinjau dari segi kemudahan aksesibilitas, maka kawasan perencanaan shipyard PT. Bumi Natura Indonesia terletak di jalan arteri primer, yakni Jalan Hang Kesturi yang menghubungkan kota jenjang I dengan kota jenjang II. Jalan arteri primer ini menghubungkan guna lahan yang terdapat di sekitarnya, seperti perumahan, kawasan pelabuhan, kawasan industri, dan lainnya. Jalan arteri ini memiliki lebar 6 - 7 meter dengan lebar bahu jalan sebesar 1,5 meter di masingmasing sisi dan merupakan jalan yang terdiri dari dua jalur.

You might also like