You are on page 1of 2

ACFTA memiliki beberapa kerangka tujuan yang intinya adalah peningkatan perekonomian diantara ASEAN dan China.

Tujuan ACFTA antara lain : (1) memperkuat dan meningkatkan perdagangan ASEAN-China, (2) liberalisasi perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan dan penghapusan tarif, (3) mencari area baru dan pengembangan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan, serta (4) mempermudah integrasi ekonomi yang lebih efektif antar negara-negara baru anggota ASEAN dan menjembetani gap diantara ASEAN dan China. Terjadinya liberalisasi perdagangan antara ASEAN dan China memudahkan perpindahan barang antara dua pihak tersebut. Penghapusan tarif bertujuan agar negara kawasan Asia Tenggara (ASEAN) tersebut diharapkan dapat meningkatkan arus barang. Sehingga pada gilirannya, kondisi tersebut dapat meningkatkan dan melancarkan arus keuangan transaksi keuangan lintas batas negara dalam bentuk barang dan jasa sehingga akan membentuk stabilitas keuangan kawasan ASEAN. Pengurangan tarif masuk komoditas akan meningkatkan volume produk barang impor. Dimulainya putaran baru perdagangan bebas ASEAN-Cina merupakan langkah awal bagi Indonesia menyambut era liberalisasi perdagangan yang semakin menjadi ditahun yang akan datang. ACFTA akan mendorong efisiensi produksi dalam negeri. Pengusaha-pengusaha akan terpacu untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk mereka untuk bersaing di pasar bebas. ACFTA memberikan keuntungan bagi pelaku industri dengan menyediakan bahan baku yang murah. Menurut Kadin Indonesia melalui perwakilannya Franky Sibarani yang disampaikan dalam Seminar Nasional KM-Magister Hukum Fakultas Hukum UGM dengan tema Quo-Vadis Pemberlakuan ASEAN-China FTA dari Perspektif Politik, Ekonomi, dan Hukum, dirinya menyatakan bahwa ACFTA akan membawa dampak pada suatu keseimbangan yang akan membawa perekonomian Indonesia menjadi lebih kompetitif atas dasar sumber daya ekonomi nasional. Namun banyak kalangan menilai ACFTA membawa dampak buruk bagi Indonesia. Masuknya produk-produk China yang membanjiri pasar Indonesia berpotensi mematikan pasar produk dalam negeri, dimana produk Cina sangat mengutamakan kekuatan pada harga yang murah. Konsumen dalam negeri akan berpindah kepada produk yang murah dan berkualitas sehingga surplus pendapatan dari total tinggi akan menurun dengan terjadinya perang harga antara produk-produk tersebut. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi dampak negatif dari ACFTA maka dibutuhkan kebijakankebijakan serta persiapan yang matang untuk berkompetisi dalam era persaingan bebas. Seperti melakukan revitalisasi produk dalam negeri untuk meningkatkan kualitas produk dalam negeri, menurunkan suku bunga untuk meningkatakan permintaan kredit untuk menunjang sektor mikro. Selain itu pula dibutuhkan pasokan listrik yang murah guna mendukung produksi dan merampingkan dan memperbaiki birokrasi dalam negeri. Sehingga permasalahanpermasalahan yang timbul karena ACFTA dapat teratasi.

Seperti yang diungkapkan oleh Drs, Suharto, M.Si selaku dosen FE UII, bahwa kawasan perdagangan bebas ACFTA memiliki dua sisi, yang kesemuanya memiliki aspek-apek

keterkaitan. Seberapa besar mengoptimalkan sisi positif dan mengurangi sisi negatif. Karena yang terjadi sekarang sisi negatif lebih dominan dibandingkan dengan sisi positif, seperti konstalasi, cenderung munculnya kawasan bebas Internasional. Sehingga daya saing menjadi sangat penting (perfect competition). Mereka yang memiliki keunggulan kompetitif menjadi free work perdagangan bebas (nol) Sedangkan yang terjadi dengan negara-negara ASEAN semua memiliki kesamaan persaingan sama dalam produksi.

You might also like