You are on page 1of 16

ALUR DATA SAMPAI INFORMASI YANG BERNILAI

Salah satu dinamika informasi dalam era global menunjukkan bahwa informasi dari suatu negara dapat dikirim dan diterima oleh negara lain dalam waktu relatif singkat. Informasi yang diterima merupakan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, tepat waktu dan akurat. Informasi ini pada dasarnya bersumber dari data yang sudah diolah, sehingga mempunyai nilai tambah bagai penerimanya (Koswara, 1998: 3). Semua orang dari semua umur dan pekerjaan memerlukan informasi untuk mendukung pekerjaan sehari-hari. Informasi menjadi bahan atau bahkan komoditas yang sangat unggul dalam pola kehidupan manusia. Tanpa informasi, manusia tidak bisa berperan banyak dalam lingkungannya. Semua kegiatan membutuhkan informasi yang tepat supaya arah kegiatan tersebut bisa dikendalikan dengan baik sesuai dengan tujuan dan pengelolaan kegiatan yang bersangkutan (Yusup, 1995: 2). Data, Informasi, dan Pengetahuan Teskey (Pendit dalam Rosita, 2006: 27) membedakan data, informasi, dan pengetahuan sebagai berikut: 1. Data adalah hasil observasi langsung terhadap suatu kejadian atau kedadaan, data merupakan entitas yang dilengkapi dengan nilai tertentu. Entitas ini merupakan pertambangan yang mewakili objek atau konsep dalam dunia nyata. 2. Informasi adalah kumpulan data yang terstruktur untuk memperlihatkan adanya hubungan entitas tersebut. 3. Pengetahuan adalah model yang digunakan manusia untuk memahami dunia, dan yang dapat diubah-ubah oleh informasi yang diterima pikiran manusia.

Data? Secara konseptual, data adalah deskripsi tentang benda, kejadia, aktivitas, dan transaksi, yang tidak mempunyai makna atau tidak berpengaruh secara langsung kepada pemakai (Kadir, 2003: 29). Data dapat berupa nilai yang terformat, teks, citra, audio, dan video. Nilai yang terformat adalah data dengan suatu format tertentu. Misalnya data yang menyatakan tanggal atau jam, atau menyatakan nilai mata uang. Teks adalah sederetan huruf, angka, dan symbol-simbol khusus (misalnya + dan $) yang kombinasinya tidak tergantung pada masing-masing item secara individual. Citra (image) adalah data dalam bentuk gambar. Citra dapat berupa grafik, foto, hasil roentgen, dan tanda tangan, ataupun gambar lain. Audio adalah data dalam bentuk suara. Instrument musik, suara orang atau suara binatang, gemercik air, detak jantung merupakan beberapa contoh data audio. Video menyatakan data dalam bentuk sejumlah gambar yang bergerak dan bisa saja dilengkapi dengan suara. Video dapat digunakan untuk mengabdikan suatu kejadian atau aktivitas (Kadir, 2003: 29 31). Sedangkan definisi data itu sendiri, John J. Longkutoy dalam bukunya yang berjudul Pengenalan Komputer (Longkutoy, 1979: 4) yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, mengemukakan definisi data sebagai berikut: istilah data adalah suatu istilah majemuk yang berarti fakta, atau bagian dari fakta yang mengandung arti, yang dihubungkan dengan kenyataan gambar-gambar. Katakata, angka-angka, huruf-huruf, atau symbol-simbol yang menunjukan suatu ide, objek, kondisi, atau situasi dan lain-lain. Jelasnya data itu dapat berupa apa saja dan dapat ditemui dimana saja. Kemudian kegunaan dari pada data islah sebagai bahan dasar yang objektif (relatif) di dalam proses penyususnan kebijaksanaan dan keputusan oleh pimpinan organisasi. (Effendi, 1996: 66)

Data merupakan hal yang penting bagi kehidupan, karena data memproses hasil pengamatan atau observasi menjadi pengetahuan. Sejalan dengan itu, agar data menjadi informasi yang menjadi manfaat bagi pengguna jasa layanan informasi, data harus diproses setelah melalui suatu penyeleksian yang cermat (dengan memperhatikan kemutakhiran, relevansi, dan kebenaran). Untuk mengetahui bagaimana memproses data menjadi informasi, dapat dilihat pada agambar di bawah ini:

Data 1 Data 2 Data 3 Objek yang menjadi masalah Data 4 Data 5 Fakta 2 Data 6 Data 7 Fakta 1

Dalam format tertentu

Informasi

Tentang: Orang Transaksi Peristiwa

Gambar 2.1 Pemrosesan data menjadi informasi (Trimo, 1987: 24)

Data yang telah diproses tadi, sangat penting bagi manajemen dan dapat dipergunakan untuk beberapa keperluan yakni untuk: 1. Pengetahuan (knowledge). 2. Perkiraan (estimation). 3. Pertimbangan (judgment). 4. Keputusan (decision). Selain itu sering terjadi istilah data dan informasi digunakan secara bergantian, ada yang menyebut data padahal informasi begitupun sebaliknya. Pendapat Gordon B Davis (Davis, 1974: 32-33) yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, menjelaskan kaitan data dengan informasi dalam bentuk definisi sebagai berikut:informasi adalah data yang diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan mendatang. (Effendy, 1996: 76)

Informasi Dari sudut pandang dunia perpustakaan, informasi adalah suatu rekaman fenomena yang diamati, atau bisa juga berupa putusan-putusan yang dibuat seseorang (Estabrook dalam Yusup, 2001: 20). Menurut Davis (dalam Kadir, 2003: 31), informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang. Definisi tersebut merupakan definisi informasi dalam pemakaian system informasi. Dus, Wersig, dan Neveling (Pendit, 2003: 33) melihat informasi sebagai struktur, proses, pesan, pengetahuan, makna dan efek. Buckland (Pendit, 2003: 33) mambagi

informasi menjadi sesuatu (a thing) dalam bentuk pengetahuan yang terekam, selain pengetahuan yang secara pribadi dipegang oleh seseorang dan sebagai proses, yaitu ketika seseorang menjadi terinformasi (being informed) dan mengalami perubahan dalam pengetahuannya. Konsep informasi bisa berupa kesan pikiran seseorang atau berupa data yang tersusun rapi R. J. Beison dalam karyanya yang berjudul Information Flow &

Managers Decisions (Beison, 1970) yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, menjelaskan pengertian informasi sebagai berikut: informasi diinterpretasikan, barang kali lebih luas dari biasanya, yang mencakup isyarat dan data yang diterima seorang manajer sehari-harinya, apakah itu tampak yang bersangkutan dengan pekerjaan atau tidak. Pendekatan seperti ini memandang hal-hal seperti ekspresi wajah dan gerak isyarat sebagai informasi, demikian pula hal-hal yang lebih jelas seperti memo dan pesan melalui telepon (Effendy, 1996: 76). Sedangkan Rudi Brezt dalam bukunya yang berjudul A Taxonomy of Communication Media yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, Menyatakan secara gamblang bahwa informasi adalah apa yang dipahami (Effendy, 1996: 77). Dari pengertian informasi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah diproses. Meskipun demikian banyak mengetahui apa sebenarnya data itu serta apa dan bagaimana memprosesnya sehingga menjadi informasi yang benarbenar diperlukan oleh pemakai. Dipandang dari tingkat sudut manajer, informasi dapat dibagi menjadi; (1) informasi manajer lini bawah, (2) informasi manajer lini tengah, dan (3) informasi manajer lini atas. Kegiatan setiap unit organisasi dapat dimulai dari manajemen lini atas bergerak ke bawah kepada manajemen lini tengah, ke bawah lagi pada manajemen lini bawah, dan sampai pada kegiatan operasional. Manfaat informasi untuk memberi kejelasan dari sesuatu 5

ketidakpastian atau untuk mengurangi ketidakpastian tersebut, sehingga manusia dapat membuat sesuatu keputusan dengan kepastian yang lebih baik dan menguntungkan. Semua bisnis memerlukan data dan informasi untuk mengerjakan pekerjaan dan mengefektifkan manajemennya agar dapat mencapai tujuan dengan sukses. informasi penting dalam proses pengambilan keputusan. Tetapi pengertian informasi dalam sistem informasi menjadi sangat terbatas. Bahwa informasi dalam sistem informasi harus dipahami atau dimengerti itu jelas, tetapi informasi tersebut harus disampaikan kepada orang lain. Iinformasi seperti itu dinamakan informasi manusia (Human Information) untuk membedakan dari informasi sebagai persepsi dari informasi manusia tersebut sering disebut pesan (message). Istilah pesan itu mengandung arti informasi yang akan datang dari pengirim pesan ditujukan kepada penerima pesan tersebut dinamakan komunikasi. Komunikasi merupakan proses penyampaian atau penyebaran informasi, tetapi untuk memudahkan pemahaman mengenai komunikasi, ada baiknya jika kita mengikuti kelazima para pakar komunikasi yang biasa mengutip formula atau paradigma Harolld Lasswell yang amat terkenal, sering dijumpai dalam berbagai literature mengenai komunikasi apapun. Lasswell menegaskan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah menjkawab pernyataan Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect. Jawaban terhadap pertanyaan yang merupakan paradigma komunikasi itu adalah unsur-unsur yang terdapat dalam proses komunikasi. Di bawah ini adalah penjelasannya: No. 1. Pertanyaan Siapa (Who)? 6 Jawaban Komunikator

2. 3. 4. 5.

Mengatakan apa (Says What)? Kepada siapa (To Whom)? Melalui saluran apa (in

(Communicator, source, sender) Pesan (message) Komunikan (receiver, recipient) which Media (channel, media) Afektif, opinionative, behavioral

channel)? Dengan efek apa (with what effect)?

Paradigma Lasswell itu menunjukan bahwa komunikasi dalam prosesnya meliputi 5 unsur yakni komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Apabila diterapkan paradigma komunikasi itu dalam kehidupan manajemen, yang berfungsi sebagai komunikator adalah manajer, apakah itu manajer puncak atau administrator atau manajer yang lebih rendah jenjangnya, apabila pimpinan tersebut menyampaikan suatu pesan kepada karyawan sebagai bawahannya, atau kepada khalayak di luar organisasi. Tetapi ada kalanya bawahan menjadi komunikator, jika ia datang menghadap pimpinan untuk menyampiakan suatu pesan kepada orang lain, Wilbur Schramm, seorang pakar komunikasi bisa inmformasi, gagasan atau sikap. Selanjutnya mengenai proses komunikasi berikut: Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan sekunder. Secara primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (symbol) sebagai media, sedangkan proses secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media setelah menggunakan lambing sebagai media pertama. (Effendy, 1996: 87-89) Dalam proses komunikasi sering terjadi transformasi informasi, yaitu saling berbagi informasi antara mereka yang berkomunikasi. Dalam penggunaan informasi pada proses komunikasi dapat dilihat pada pernyataan yang disampaikan oleh Kincaid dan Schramm sebagai berikut: proses saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama-sama Onong U. E, menguraikan sebagai

dan pertalian antara pesan dalam proses informasi disebut komunikasi (Schramm-Kincaid, 1977: 6). Jadi inti dari kegiatan komunikasi adalah informasi, tanpa informasi tidak akan berlangsung komunikasi. Hakekat informasi itu sendiri menurut Martino yang dikutip oleh Soejono Trimo, mengemukakan bahwa esensi satu informasi merupakan suatu produk atau hasil dari suatu proses (Trimo, 1987: 2). Prose situ sendiri terdiri atas kegiatan-kegiatan mulai dari mengumpulkan data, menyusun serta meringkas, menyimpulkan dan menginterpretasikan sesuai denagn persepsi si penerima agar menjadi informasi. Dalam pengertian ini informasi mengandung unsure pesan yang mengalir dari sumber informasi kepada pihak-pihak penerima informasi atau dalam istilah komunikasi dikenal sebagai komunikator atau komunikan. Setelah informasi tersebut diterima dan diserap oleh komunikan maka informasi menjadi pengetahuan.

Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah kombinasi dari naluri, gagasan, aturan, dan prosedur yang mengarahkan tindakan atau keputusan (Alter dalam Kadir, 2003: 34). Sebagai gambaran, informasi yang dipadukan dengan pengalaman masa lalu dan keahlian akan memberikan suatu pengetahuan yang tentu saja memiliki nilai yang tinggi. Sebuah gambaran antara hubungan antara data, informasi, dan pengetahuan ditunjukkan pada gambar berikut (Kadir, 2003: 34).

Gambar 2.1

Diagram di atas memeperlihatkan bahwa data diformat, dipilih, dan diringkas oleh system menjadi suatu informasi. Proses tersebut dilakukan berdasarkan suatu pengetahuan tentang cara melakukannya. Selanjutnya, informasi yang dihasilkan dimasukkan ke tahap berikutnya dan diproses menjadi suatu hasil. Hasil ini diakumulasikan sebagai pengetahuan yang kemudian digunakan untuk melakukan pemrosesan data atan pemrosesan informasi

(Kadir, 2003: 35).

Gambar 2.2

Gambar di atas menunjukkan bahwa bila dilihat dari derajat abstraksi, pengetahuanlah yang paling abstrak, sedangkan jika dilihat dari kuantitas pengetahuanlah yang memiliki kuantitas paling kecil (Kadir, 2003: 36).

Ciri Informasi Menurut Davis (1991: 29 - 30) informasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Benar atau salah. Ini dapat berhubungan dengan realitas atau tidak. Bila penerima informasi yang salah mempercayainya, akibatnya sama seperti yang benar. 2. 3. Baru. Informasi dapat samasekali baru dan segar bagi penerimanya. Tambahan. Informasi dapat memperbaharui atau memberikan tambahan baru pada informasi yang telah ada. 4. Korektif. Informasi dapat menjadi suatu koreksi atas informasi salah atau palsu sebelumnya. 5. Penegas. Informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada. Ini masih berguna karena meningkatkan persepsi penerimanya atas kebenaran informasi tersebut. Nilai Informasi Nilai informasi berkaitan dengan bentuk data yang disajikan, apakah berbentuk pita magnetik, buku, jurnal, abstrak, bentuk isian, disk, dan sebagainya (Suryana dalam Koswara, 1998: 102). Pada umumnya nilai informasi harus mencakup (Suryana dalam Koswara, 1998: 102):

10

1. Isi informasi (luas bidang cakupan) 2. Kecermatan pembuatan dan format penyajian 3. Kemutakhiran informasi (up-to-dateness) 4. Kualitas informasi (kredibilitas dan akseptibilitas) 5. Frekuensi penyajian informasi Untuk mengetahui atau menentukan nilai dari suatu informasi, dapat dikaitkan dengan sepuluh sifat-sifat berikut (Siagian dalam Sobur, 2004: 29): 1. Mudah diperoleh. Suatu informasi makin dinilai jika dapat diperoleh dalam waktu yang cepat dan mudah. 2. Luas dan lengkap informasinya. Hal ini menyangkut selain isi/volume informasi juga kegunaan dalam pengambilan keputusan. Sifat ini sangat kabur sehingga sulit mengukurnya. 3. Ketelitian. Berhubungan dengan tingkat kesalahan pengolahan informasi. Maksudnya apakah informasi yang diterima dapat benar seluruhnya atau sebagian atau tidak benar sama sekali. 4. Kecocokan. Mengaitkan informasi dengan masalah yang dihadapi. Artinya, kalau informasi yang masuk dapat berguna dalam menyelesaikan masalah yang ada maka dikatakan informasi itu cocok. 5. Ketepatan waktu. Berkaitan dengan lamanya waktu yang harus dilalui sebelum suatu data menjadi informasi. 6. Kejelasan. Menunjukkan sifat mudahnya informasi dipahami, dalam arti informasi perlu dibersihkan dari istilah-istilah yang kurang jelas.

11

7. Keluwesan. Berkaitan dengan kegunaan informasi untuk berbagai pengambilan keputusan. Makin banyak keputusan yang diambil dari suatu informasi makin luwes informasi tersebut. 8. Dapat dibuktikan. Berkaitan dengan tepat tidaknya informasi itu diuji kebenarannya oleh beberapa orang sehingga dapat memperoleh kesimpulan yang sama. 9. Bebas dari prasangka. Informasi semakin bernilai jika didalamnya tidak dimasukkan unsur opini, sebab dengan memasukkan unsur opini maka informasi bersifat bias. 10. Dapat dilacak kebenarannya. Sifat ini mengacu pada keinginan agar informasi berasal dari kekayaan riil, bukan kabar angin, desas-desus, dan sebagainya, yang tidak dapat digali kebenarannya atau sumbernya. Komponen atau Jenis Informasi Menurut Muchyidin (dalam Koswara, 1998: 139) informasi memiliki enam komponen yang masing-masing memiliki sifat, karakteristik, dan kekhasannya masingmasing. Adapun keenam komponen atau jenis informasi tersebut adalah: 1. Absolute information, merupakan pohonnya informasi, yaitu jenis informasi yang disajikan dengan suatu jaminan dan tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut. 2. Substitutional information, yaitu jenis informasi yang merujuk kepada kasus dimana konsep informasi digunakan untuk sejumlah informasi. Dalam pengertian ini, informasi kadangkala digantikan dengan istilah komunikasi. 3. Philosophic information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan konsepkonsep yang menghubungkan informasi pada pengetahuan dan kebijakan.

12

4. Subjective information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan perasaan dan emosi manusia. Kehadiran informasi ini bergantung pada orang yang menyajikannya. 5. Objective information, yaitu jenis informasi yang merujuk pada karakter logis informasi-informasi tertentu. 6. Cultural information, yaitu informasi yang memberikan tekanan pada dimensi kultural.

DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A. Chaedar. 2003. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya. Armstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan. Bandung: Kaifa. Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Davis, Gordon B. 1991. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. 13

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21: Kritik MI, EI, SQ, AQ & Successful Intelligence Atas IQ. Bandung: Alfabeta. Hall, Calvin S. dan Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Holistik (Organismik Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius. Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia Hoerr, Thomas R. 2007. Buku Kerja Multiple Intelligences. Bandung: Kaifa. Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi. Koeswara, E. 1998. Dinamika Informasi dalam Era Global. Bandung: Remaja Rosdakarya. Moekijat. 2002. Dasar-dasar Motivasi. Bandung: Pionir Jaya. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasution. 2001. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Pendit, Putu Laxman. 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar Diskusi Epistemologi dan Matodologi. Jakarta: JIP-FSUI. Priyono, Sugeng Agus. 2006. Perpustakaan Atraktif. Jakarta: Grasindo. Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Rostina, Lefie. 2006. Perilaku Pencarian Informasi Tenaga Kesehatan: Studi KAsus Tentang Perilaku Penemuan Informasi Tenaga Kesehatan pada Perpustakaan Rumah Sakit Pertamina (RSPP). Tidak diterbitkan. Rusmana, Agus. 2004. Komunikasi Dalam Dunia Kini. Jurnal Komunikasi dan Informasi, Edisi Khusus September 2004. Sevilla, Consuelo G., dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. 14

Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, serta Asas. Bandung: Falah Production. Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sulistiyo-Basuki. 2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains. Sundari, Yanti. 2007. Peranan Intervening Variable Perilaku Pencarian Informasi Oleh Guru Dalam Pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT). Tidak diterbitkan. Sutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Syurfah, Ariany. 2007. Multiple Intelligence for Islamic Teaching. Bandung: Syaamil. Syaffril, Muhammad. 2004. Perilaku Pencarian Informasi Melalui Koleksi Surat Kabar untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi: Studi Deskriptif Tentang Perilaku Pencarian Informasi Melalui Koleksi Surat Kabar untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi Mahasiswa di Perpustakaan UNISBA. Tidak diterbitkan. Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi Offset. Yusuf, Syamsu. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yusup, Pawit M. 1995. Pedoman Praktis Mencari Informasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. . 2001. Pengantar Aplikasi Teori Ilmu Sosial Komunikasi Untuk Perpustakaan dan Informasi. Bandung: Program Studi Ilmu Perpustakaan Fikom Unpad. Internet British Library Research and Innovation Report 10. 1996. INFORMATION BEHAVIOUR: AN INTER-DISCIPLINARY PERSPECTIVE : A report on a review of the literature Professor Tom Wilson and Christina Walsh. http://informationr.net/tdw/publ/infbehav/. Tanggal Tanggal 19 September 2007. Wilson T.D. 1999. Models in Information Behavior Research. Journal of Documentation, 55 (3) 249 270. http://informationr.net/tdw/publ/papers/1999JDoc.html. Tanggal 19 Januari 2008. http://eprints.rclis.org/archive/00011265/01/Ragam_Teori_Informasi.pdf. Desember 2007 15 Tanggal 13

16

You might also like