You are on page 1of 8

AWAL MULA PENCIPTAAN ALAM

u7+^47 OE- UE= g


+7.4OO- _ E_E44 ^g_ E74O
E_;Ec E_.O=O ^gg =C^N4
E_U^O E4Ou=4 E_O4qg ^g_
4O-4 Eu4 ElgO .E_EOE1
^@ E4Ou= Ogu+g` E-47.4`
E_4NO4`4 ^@ 44l_^-4
E_EcO ^@g 44-4` 7-
7gEu^4 ^@@
Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya {27} Dia
meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap
gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya {30}
Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya {31} Dan
gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu {33}
(Q.S. An-Naziat: 27-33)
Pembentukan alam semesta dalam enam masa, sebagaimana disebutkan Al-Quran atau kitab lainnya,
sering menimbulkan permasalahan. Sebab, enam masa tersebut ditafsirkan berbeda-beda, mulai dari
enam hari, enam periode, hingga enam tahapan. Oleh karena itu, pembahasan berikut mencoba
menjelaskan maksud enam masa tersebut dari sudut pandang keilmuan, dengan mengacu pada
beberapa ayat Al-Quran.
Dari sejumlah ayat Al-Quran yang berkaitan dengan enam masa, Surat An-Naziat ayat 27-33 di atas
tampaknya dapat menjelaskan tahapan enam masa secara kronologis. Urutan masa tersebut sesuai
dengan urutan ayatnya, sehingga kira-kira dapat diuraikan sebagai berikut:
Masa I (ayat 27): penciptaan langit pertama kali
u7+^47 OE- UE= g
+7.4OO- _ E_E44 ^g_
Pada Masa I, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar yang disebut big bang, kira-
kira 13.7 milyar tahun lalu. Bukti dari teori ini ialah gelombang mikrokosmik di angkasa dan juga
dari meteorit.
Awan debu (dukhan) yang terbentuk dari ledakan tersebut (gambar 1a), terdiri dari hidrogen.
Hidrogen adalah unsur pertama yang terbentuk ketika dukhan berkondensasi sambil berputar dan
memadat. Ketika temperatur dukhan mencapai 20 juta derajat celcius, terbentuklah helium dari
reaksi inti sebagian atom hidrogen. Sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi berupa
pancaran sinar infra-red. Perubahan wujud hidrogen ini mengikuti persamaan E=mc
2
, besarnya
energi yang dipancarkan sebanding dengan massa atom hidrogen yang berubah.
Selanjutnya, angin bintang menyembur dari kedua kutub dukhan, menyebar dan menghilangkan
debu yang mengelilinginya. Sehingga, dukhan yang tersisa berupa piringan, yang kemudian
membentuk galaksi (gambar 1b dan c). Bintang-bintang dan gas terbentuk dan mengisi bagian
dalam galaksi, menghasilkan struktur filamen (lembaran) dan void (rongga). Jadi, alam semesta
yang kita kenal sekarang bagaikan kapas, terdapat bagian yang kosong dan bagian yang terisi
(gambar 1d).


Gambar 1a) awan debu (dukhan) yang
terbentuk akibat big bang

Gambar 1b) hembusan angin bintang dari kedua kutubnya

Gambar 1c) galaksi yang terbentuk dari
piringan bintang-bintang dan gas-gas
pembentuknya

Gambar 1d) struktur filamen dari alam semesta
yang bagaikan kapas
Masa II (ayat 28): pengembangan dan penyempurnaan
E74O E_;Ec E_.O=O ^gg
Dalam ayat 28 di atas terdapat kata meninggikan bangunan dan menyempurnakan. Kata
meninggikan bangunan dianalogikan dengan alam semesta yang mengembang, sehingga galaksi-
galaksi saling menjauh dan langit terlihat makin tinggi. Ibaratnya sebuah roti kismis yang semakin
mengembang, dimana kismis tersebut dianggap sebagai galaksi. Jika roti tersebut mengembang
maka kismis tersebut pun akan semakin menjauh (gambar 2).

Gambar 2) model roti kismis untuk menggambarkan mengembangnya alam semesta
Mengembangnya alam semesta sebenarnya adalah kelanjutan big bang. Jadi, pada dasarnya big
bang bukanlah ledakan dalam ruang, melainkan proses pengembangan alam semesta. Dengan
menggunakan perhitungan efek doppler sederhana, dapat diperkirakan berapa lama alam ini telah
mengembang, yaitu sekitar 13.7 miliar tahun.
Sedangkan kata menyempurnakan, menunjukkan bahwa alam ini tidak serta merta terbentuk,
melainkan dalam proses yang terus berlangsung. Misalnya kelahiran dan kematian bintang yang
terus terjadi. Alam semesta ini dapat terus mengembang, atau kemungkinan lainnya akan mengerut.
Masa III (ayat 29): pembentukan tata surya termasuk Bumi
=C^N4 E_U^O E4Ou=4 E_O4qg
^g_


Gambar 3) reaksi nuklir yang menjadi sumber energi bintang seperti Matahari
Surat An-Naziayat 29 menyebutkan bahwa Allah menjadikan malam yang gelap gulita dan siang
yang terang benderang. Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai penciptaan matahari sebagai sumber
cahaya dan Bumi yang berotasi, sehingga terjadi siang dan malam. Pembentukan tata surya
diperkirakan seperti pembentukan bintang yang relatif kecil, kira-kira sebesar orbit Neptunus.
Prosesnya sama seperti pembentukan galaksi seperti di atas, hanya ukurannya lebih kecil.
Seperti halnya matahari, sumber panas dan semua unsur yang ada di Bumi berasal dari reaksi nuklir
dalam inti besinya (gambar 3). Lain halnya dengan Bulan. Bulan tidak mempunyai inti besi. Unsur
kimianya pun mirip dengan kerak bumi. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, disimpulkan bahwa
Bulan adalah bagian Bumi yang terlontar ketika Bumi masih lunak. Lontaran ini terjadi karena
Bumi bertumbukan dengan suatu benda angkasa yang berukuran sangat besar (sekitar 1/3 ukuran
Bumi). Jadi, unsur-unsur di Bulan berasal dari Bumi, bukan akibat reaksi nuklir pada Bulan itu
sendiri.
Masa IV (ayat 30): awal mula daratan di Bumi
4O-4 Eu4 ElgO .E_EOE1
^@
Penghamparan yang disebutkan dalam ayat 30, dapat diartikan sebagai pembentukan superkontinen
Pangaea di permukaan Bumi.
Masa III hingga Masa IV ini juga bersesuaian dengan Surat Fushshilat ayat 9 yang artinya,
Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta
alam.

Gambar 4) daratan Pangaea yang merupakan asal mula semua daratan di Bumi
Masa V (ayat 31): pengiriman air ke Bumi melalui komet
E4Ou= Ogu+g` E-47.4` E_4NO4`4
^@

Gambar 5) ilustrasi komet yang membawa unsur hidrogen sebagai pembentuk air di Bumi
Dari ayat 31 di atas, dapat diartikan bahwa di Bumi belum terdapat air ketika mula-mula terbentuk.
Jadi, ayat ini menunjukan evolusi Bumi dari tidak ada air menjadi ada air.
Jadi, darimana datangnya air? Air diperkirakan berasal dari komet yang menumbuk Bumi ketika
atmosfer Bumi masih sangat tipis. Unsur hidrogen yang dibawa komet kemudian bereaksi dengan
unsur-unsur di Bumi dan membentuk uap air. Uap air ini kemudian turun sebagai hujan yang
pertama. Bukti bahwa air berasal dari komet, adalah rasio Deuterium dan Hidrogen pada air laut,
yang sama dengan rasio pada komet. Deuterium adalah unsur Hidrogen yang massanya lebih berat
daripada Hidrogen pada umumnya.
Karena semua kehidupan berasal dari air, maka setelah air terbentuk, kehidupan pertama berupa
tumbuhan bersel satu pun mulai muncul di dalam air.
Masa VI (ayat 32-33): proses geologis serta lahirnya hewan dan manusia
44l_^-4 E_EcO ^@g 44-4`
7- 7gEu^4 ^@@

Gambar 6) gunung sebagai pasak Bumi
Dalam ayat 32 di atas, disebutkan gunung-gunung dipancangkan dengan teguh. Artinya,
gunung-gunung terbentuk setelah penciptaan daratan, pembentukan air dan munculnya tumbuhan
pertama. Gunung-gunung terbentuk dari interaksi antar lempeng ketika superkontinen Pangaea
mulai terpecah. Proses detail terbentuknya gunung dapat dilihat pada artikel sebelumnya yang
ditulis oleh Dr.Eng. Ir. Teuku Abdullah Sanny, M.Sc tentang fungsi gunung sebagai pasak bumi.
Kemudian, setelah gunung mulai terbentuk, terciptalah hewan dan akhirnya manusia sebagaimana
disebutkan dalam ayat 33 di atas. Jadi, usia manusia relatif masih sangat muda dalam skala waktu
geologi.
Jika diurutkan dari Masa III hingga Masa VI, maka empat masa tersebut dapat dikorelasikan
dengan empat masa dalam Surat Fushshilat ayat 10 yang berbunyi, Dan dia menciptakan di bumi
itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya
kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban)
bagi orang-orang yang bertanya.

Selain dari keterangan di atas, ada banyak dalil tentang penciptaan alam.
Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi, baik yang berdasarkan pengamatan maupun berupa teori,
dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan
asap' (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a
Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip
yang tak diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang dapat melihat
pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan 'gumpalan asap' semacam itu (lihat gambar 10 dan
11)
Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana seluruh alam semesta,
dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,... (Al
Fushshiilat, 41: 11)
Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain) terbentuk
dari 'gumpalan asap' yang sama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu
merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang homogen ini.
Allah telah berfirman:

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiya, 21:30)
Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor geologi dan Kepala
Departemen Geologi pada Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia
berkata: "Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa
mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuwan saja
baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan
teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang yang tidak mengetahui apapun
tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui
pemikirannya sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."

Awal Penciptaan Alam
Pada mulanya alam semesta ini tidak mengenal perhitungan tanggal, hari, minggu, bulan tahun,
dan sebagainya. Sebab, waktu itu Allah belum menciptakan matahari dan bulan, dua planet yang
dijadikan sumber perhitungan waktu. Kala itu, yang ada hanyalah Dzat Yang Maha Esa, Allah Sang
Maha PEncipta. Dialah al-Khaliq (pencipta) yang menciptakan alam semesta beserta segala isinya.
Sudah berapa juta tahun alam ini tercipta, Wallahu alam, hanya Allah yang tahu. Manusia dengan
kemajuan ilmu dan teknologinya belum sanggup memastikan berpa umur bumi ini sebenarnya.
Perhatikan firman Allah di bawah ini:
E- _O4 O>4N ^}=Oee"- -gO =}g)`
@Ou-O.- }74C 6*^OE- -OO7'OE`
^
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum
merupakan sesuatu yang dapat disebut?(Q.S. 76:1)
Dengan keterangan ayat diatas, jelas, hanya Allah yang mengetahuo umur bumi beserta isinya
ini. Allah Mahakuasa dan Maha Pencipta. Dia menciptakan bumi dan isinya tanpa bantuan dan tanpa
menggunakan alat. Sebab, jika menghendaki sesuatu cukuplah Allah mengatakan, Kun (jadilah),
maka jadilah seperti dikehendaki olehnya-Nya.
Simaklah firman Allah berikut ini:
.E^^) +NO^` .-O) E1-4O
*^OE- p 4O4C +O }7 NpO741 ^gg
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesutu hanyalah bekata kepadanya,
jadilah!, maka jadilah ia.(Q.S. 36: 82)
Didalam hadits Qudsi disebutkan:
Aku adalah gudang yang tersembunyi. Maka Aku suka agar Aku dikenal, lalu Aku ciptakan
makhluk supaya ia mengenal Aku.
Didalam surat Yunus Allah berfirman:
Ep) O7+4O +.- Og~-.- 4-UE
g4OEOO- 4O-4 O) gO+-c
+C O4O4-c- O>4N +OE^- W
NO)ENC 4O^`- W 4` }g` >7OgE- )
}g` gu4 gOg^^O) _ N:gO +.-
:4O ++:;N _ E ]NO-EO>
^@
Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
kemudian Dia bersemanyam di atas Arsy (singgasana) untuk mengatur segala urusan.(Q.S. 10:3)
Semakin jelas, yang mengatur semua peristiwa alam beserta segenap planetnya, makhlik hidup ataupun
benda mati adalah Allah swt.
Perhatikan firman Allah berikut ini:
+.- 4O) ) 4O- O/E^^-
NOGO^- _ +7O> O4Lc 4
O4^ _ +O- 4` O) g4OEOO- 4`4
O) ^O- }4` -O Og~-.- 7E;=EC
+E4gN ) gOg^^O)) _ NUu4C 4`
-u-4 )_CguC 4`4 _EUE= W 4
4pO7C1NC 7/E) ;}g)` gOgUgN )
E) 47.E- _ E7c4 +OGOcO7
g4OEOO- 4O-4 W 4
+1O7*4C 4_O^gO _ 4O-4
OOj>E^- O1gE^- ^g))
Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
(makhluknya-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur . Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di
bumi. Siapakah yan gdapat member syafat di didi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa
yang dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.(Q.S. 2:255)
Begitulah, sebelum alam fana ini tercipta yang ada hanyalah Dzat Yang Mahaada dan
Mahakekal, Allah swt. Dialah menciptakan bumi, langit, dan isinya karena hendak menciptakan
manusia yang pada mulanya berupa ruh. Demikian juga makhluk hidup lainnya.
Allah swt, selain bersifat rahman dan rahim juga bersifat jalal dan jamal. Atas kehendak dan dua
sifatnya yang terakhir itu Allahj menciptakan ras Muhammad saw. Dengan bentuk dan keadaan yang
sempurna.
Hal itu sesuai dengan firman Allah di bawah ini:
...... Uu> Ep -.- _O>4N ]7
7/E* vOCg~ ^g
Tiadakah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
(Q.S. 2: 106)
Setelah ruh para nabi, Allah menciptakan ruh para wali, selanjutnya ruh manusia. Kemudian,
Allah menciptakan ruh malaikat, ruh jin, ruh hewan, dan yang terakhir ruh tumbuh-tumbuhan.
Selanjutnya, Allah menciptakan empat unsur pokok alam, yakni air, api, udara, dan tanah. Dari empat
unsur itulah Allah menciptakan makhluk, langit, bumi dan makhluk gaib, yakni malaikat dan jin
Riwayat lain menyebutkan, selain itu Allah juga menciptakan suatu jenis pohon raksasa bernama pohon
Sajaratul Yaqin atau Sajaratul Muttaqin. Lalu Allah menjadikan nur Muhammad dan memasukannya
ke dalam sebuah kurungan yang digantungkan di pohon besar tersebut. Didalam kurungan itu nur
Muhammad bertasbih memuji Allah selama 70 tahun.

Bumi dan Planet-Planet Lainnya
Dimulai dari planet Bumi: sebuah wahana yang ditumpangi oleh bermiliar manusia. Kecerdasan
spiritual manusialah yang akan memberi makna perjalanan di alam semesta ini; perjalanan
antargenerasi selama bermiliar tahun tanpa tujuan akhir yang diketahui pasti, yang gratis dan tak
berujung, hingga waktu kehancurannya tiba.
Namun Bumi masih terlalu kecil dibandingkan Matahari, sebuah bola gas pijar raksasa, lebih dari
1.250.000 kali ukuran Bumi dan bermassa 100.000 kali lebih besar. Bumi yang tak berdaya, tertambat
oleh gravitasi, terseret Matahari mengelilingi pusat Galaksi lebih dari 200 juta tahun untuk sekali edar
penuh. (Lalu apa rencana secercah kehidupan kita dalam pengembaraan panjang ini? Sangat sayang
bila kita tidak sempat melihat kosmos hari ini. Sangat sayang kita tidak berencana sujud dan berserah
kepada Tuhan Yang Mahakuasa.)
Pengiring Matahari lainnya adalah planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus, Pluto, asteroid, komet dan sebagainya. Ragam wahana dalam tata surya itu berupa sosok
bola gas, bola beku, karang tandus yang sangat panas; semuanya tak terpilih seperti planet Bumi. (Lalu,
mengapa wahana yang tersebar di alam semesta yang sangat luas itu tak semuanya mudah atau layak
dihuni oleh kehidupan?)
Putaran demi putaran waktu berlalu, kehancuran wahana bermiliar manusia akan menghampiri
perlahan tapi pasti. Namun, berbagai pertanyaan manusia tentang misteri alam semesta masih belum
atau tak berjawab. Berbagai upaya rasionalitas manusia telah dikerahkan dan pengetahuan bertambah,
namun misteri alam semesta itu terus menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
Penjelajahan akal manusia mendapatkan fakta-fakta penyusun alam semesta, mulai dari dunia atom,
planet, tata surya, hingga galaksi dan ruang alam semesta yang berbatas galaksi-galaksi muda. Dengan
itu, pengetahuan manusia merentang dalam dimensi panjang 10
-13
hingga 10
26
meter, yang merupakan
batas fakta-fakta yang dapat diperoleh dalam dunia sains. Pada abad ke-21 manusia masih berambisi
untuk menyelami dunia 10
-35
meter (skala panjang Planck) atau 10
-20
kali lebih kecil dari penemuan
skala atom pada dekade pertama abad ke-20. Begitu pula dimensi lainnya seperti waktu, energi, massa,
rentangnya meluas dari yang lebih kecil dan lebih besar.
Tentang rentang waktu alam semesta, manusia mendefinisikan berbagai zaman (dan zaman transisi di
antaranya): Zaman Primordial, ketika usia alam semesta antara 10
-50
hingga 10
5
tahun, Zaman Bintang,
(10
6
- 10
14
tahun), Zaman Materi Terdegenerasi, (10
15
- 10
39
tahun), Zaman Black Hole, (10
40
- 10
100

tahun), Zaman Gelap ketika alam semesta menghampiri kehancurannya dan Zaman Kehancuran Alam
Semesta, ketika materi meluruh. Tanpa fakta-fakta dan ilmu yang diketahui manusia (atas izin Allah),
akhirnya manusia hanya bisa berspekulasi dan tak bisa mendefenisikan berbagai keadaan, misalnya
sebelum kelahiran alam semesta dan setelah kehancuran.
Penjelajahan akal manusia bisa menggapai penaksiran hal-hal berikut: jumlah partikel (di Matahari 10
60

atau di Bumi 10
50
), energi ikat (antara Bumi dan Matahari sebesar 10
33
Joule), energi radiasi matahari
sebesar 10
26
watt, energi Matahari yang diterima Bumi sebesar 10
22
Joule, energi yang diperlukan
manusia per tahun sebesar 10
20
Joule, energi penggabungan inti atom, fissi 1 mol Uranium sebesar 10
13

Joule, energi yang dihasilkan 1 kg bensin sebesar 108 Joule. Sebuah anugerah yang besar bagi manusia,
walaupun melalui proses yang panjang.

Deskripsi dan Model Alam Semesta
Kesan umum luas dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit
malam yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang seolah tak terhitung
jumlahnya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar dibayangkan manusia, dan progres persepsi
dan rasionalitas manusia tentang itu memerlukan waktu berabad-abad.
Deskripsi pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam semesta dimodelkan sebagai ruang
berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru diketahui
pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588),
jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 ,
jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang
(1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut antargenerasi.
Benda langit yang terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan pasang
surut air laut di bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun. Karena periode orbit dan rotasi Bulan
sama, manusia di Bumi tak pernah bisa melihat salah satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan
teknologi untuk mengorbit Bulan. Rahasia sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3
pada tahun 1959.
Pada siang hari, pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan; sedang di
saat fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat. Interaksi cahaya matahari dengan
angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang berwarna warni.
Matahari sendiri adalah satu di antara beragam bintang di Galaksi. Ada bintang yang lebih panas dari
Matahari (suhu permukaan Matahari 5.800
o
K), seperti bintang panas (bisa mencapai 50.000
o
K) yang
memancarkan lebih banyak cahaya ultraviolet-cahaya yang berbahaya bagi kehidupan. Ada bintang
yang lebih dingin, lebih banyak memancarkan cahaya merah dan inframerah dibandingkan cahaya
tampak yang banyak dipergunakan manusia.
Manusia bisa mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta yang luas, mengenal ciptaan Allah yang
tidak pernah dikenali di muka bumi seperti Black Hole, bintang Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan
bintang Nova atau Supernova, ledakan inti galaksi dan sebagainya. Akan tetapi, berbagai fenomena
yang sangat dahsyat itu tak mungkin didekatkan dengan mahluk hidup yang rentan terhadap kerusakan.
Walau demikian, ada jalan bagi yang ingin bersungguh-sungguh menekuninya.

Dengan Sains Menangkap Realitas Alam Semesta
Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di bumi, berbagai
prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains (seperti ketidakpastian Heisenberg tentang pengukuran
simultan dimensi ruang dan waktu), serta berbagai aturan untuk keperluan praktis. Melalui sebuah
kerangka besar gagasan yang menghubungkan berbagai fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik
materi, teori relativitas khusus) coba dikemukakan satu penjelasan. Berbagai hipotesa, gagasan awal
atau tentatif dikemukakan untuk menjelaskan fenomena. Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji
kebenarannya untuk dapat dikatakan sebuah hukum.
Dunia fisika membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak gelombang, dan konsep
medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke Mekanika Kuantum
Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi pemecahan persoalan mekanika semua
benda, Mekanika kuantum melayani persoalan mekanika untuk semua massa yang kecepatannya
kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika Relativistik memecahkan persoalan mekanika massa yang
lebih besar dari 10
-27
kg dan bagi semua kecepatan. Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik)
menjelaskan fenomena benda yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa
dipergunakan sebagai pendekatan fenomena benda mikroskopik.
Mekanika statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda dalam jumlah
besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan termodinamik. Dalam penjelajahan
akal manusia di dunia elektromagnet dikenal persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan kelakuan
medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet. Dalam pembahasan
interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Medan
menyebabkan gaya; medan-gravitasi menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya
listrik dan sebagainya. Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas
alam semesta yang berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek berdaya besar, seperti Quasar
atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati; selain itu juga dibatasi oleh
kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar tahun). Itulah sebabnya ruang alam semesta yang
pernah diamati manusia berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya. Namun, banyak benda langit yang tak
memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi keberadaannya, protoplanet misalnya. Menurut taksiran,
sekitar 90% objek di alam semesta belum atau tak akan terdeteksi secara langsung. Keberadaannya
objek gelap ini diyakini karena secara dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat
gravitasi.
Berbicara tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan berdaya 10 watt, 75
watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 10
26
watt dan berjarak satu sa* dari Bumi,
menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu kota dengan daya lebih besarlah yang tampak terang.
Menurut hukum cahaya, terang lampu akan melemah sebanding dengan jarak kuadrat, jadi sebuah
lampu pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang dibandingkan pada jarak 2 meter, dan apabila
dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih redup.
Maka, kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor cahaya juga
akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan objek langit yang lebih lemah
dipergunakan kolektor atau teleskop yang lebih besar. Teleskop yang besar pun mempunyai
keterbatasan dalam mengamati obyek langit yang lemah, walaupun berhasil mendeteksi obyek langit
yang berjuta atau bermiliar kali lebih lemah dari bintang terlemah yang bisa dideteksi manusia.
Pertanyaan lain muncul: Apakah semua objek langit bisa diamati melalui teleskop? Berapa banyak
yang mungkin diamati dan dihadirkan sebagai pengetahuan?
Makin jauh jarak galaksi, berarti pengamatan kita juga merupakan pengamatan masa silam galaksi
tersebut. Cahaya merupakan fosil informasi pembentukan alam semesta yang berguna, dan manusia
berupaya menangkapnya untuk mengetahui prosesnya hingga takdir di masa depan yang sangat jauh,
yang akan dilalui melalui hukum-hukum alam ciptaan-Nya. Pengetahuan kita tentang hal tersebut
sangat bergantung pada pengetahuan kita tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan sudah
sempurnakah, ataukah baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk ekstrapolasi persepsi
yang salah?
Sampai di batas mana manusia bisa membayangkan dan menjangkaunya? Bagaimana kondisi awal,
bagaimana kondisi sebelumnya, bagaimana kondisi 5 miliar tahun ke depan, bagaimana kondisi 50
miliar tahun ke depan dan seterusnya? Apakah pengetahuan agama akan memberi jawaban atas
berbagai pertanyaan tersebut? Alam semesta yang megah akan runtuh, akan hancur, tapi entah
bagaimana prosesnya, dan ada apa setelah kehancuran itu? Kita kembali kepada Allah untuk mencari
jawaban-Nya, karena Dia adalah zat Maha Mengetahui atas segala ciptaan-Nya, dan manusia hanya
diberi pengetahuan-Nya sedikit.

Khatimah
Begitulah, melalui sains manusia mencoba dideskripsikan apa dan bagaimana proses fenomena alam
bisa terjadi dalam konteks eksperimen dan pengamatan, dengan parameter yang bisa diamati dan
diukur. Agama memperluas spektrum makna alam semesta bagi manusia tentang kehadiran benda-
benda alam semesta, kehidupan dan manusia. Jawaban singkat tentang pertanyaan Siapa pencipta alam
semesta beserta hukum-hukum alamnya: Allah adalah zat yang Maha Pencipta. Agama memperluas
pengetahuan yang dicakup oleh metodologi sains dan rasionalitas manusia seperti berkenalan dengan
alam gaib, akhirat dan sebagainya. Namun begitu, rupanya berbagai pertanyaan manusia tentang
misteri alam semesta di sekitar planet Bumi masih banyak yang belum terjawab atau mungkin tak
berjawab hingga kehancuran Bumi.

You might also like