You are on page 1of 11

Peringatan ini merupakan media bagi jajaran Pemerintah dan pemerintah daerah untuk merefleksikan serta memperkokoh tanggung

jawab dan kesadaran bersama akan amanah serta tugas untuk menjadikan daerah lebih mandiri, maju dan sejahtera dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saudara-Saudara yang Berbahagia, Desentralisasi saat ini telah menjadi azas penyelenggaraan pemerintahan yang diterima secara universal dengan berbagai macam bentuk aplikasi di setiap negara. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa tidak semua urusan pemerintahan dapat diselenggarakan secara sentralisasi, mengingat kondisi geografis, kompleksitas perkembangan masyarakat, kemajemukan struktur sosial dan budaya lokal serta adanya tuntutan demokratisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Secara umum ada 2 (dua) variabel utama terkait implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu pertama, peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan kedua, peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan pembangunan. Setiap negara lazimnya memiliki titik berat yang berbeda dalam meng

implementasikan kebijakan desentralisasinya tergantung pada kesepakatan dalam konstitusi terhadap arah pertumbuhan yang akan dicapai melalui desentralisasi. Dalam konteks Indonesia, desentralisasi telah menjadi konsensus pendiri bangsa. Pasal 18 UUD 1945 yang sudah diamandemen dan ditambahkan menjadi pasal 18, 18A dan 18B memberikan dasar dalam penyelenggaraan desentralisasi. Amanat dan konsensus konstitusi ini telah lama dipraktekkan sejak kemerdekaan Republik Indonesia dengan berbagai pasang naik dan pasang surut format pendekatan yang tertuang dalam regulasi yang melingkupinya. Dalam konsep negara kesatuan, kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif secara komprehensif menjadi kewenangan penyelenggara pemerintahan di tingkat pusat. Kekuasaan eksekutif dalam arti kekuasaan pemerintahan ada di tangan Presiden sebagaimana dinyatakan dalam UUD 1945. Selanjutnya kekuasaan pemerintahan yang ada di tangan Presiden tersebut sebagian diserahkan ke daerah dengan konsep otonomi daerah. Dengan demikian pemerintahan daerah menyelenggarakan sebagian kekuasaan pemerintahan yang menjadi domain kewenangan Presiden.

Mengingat tanggung jawab penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan ada ditangan Presiden, maka dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya senantiasa dalam koridor pembinaan dan pengawasan Presiden agar berjalan secara harmonis, selaras dan sinerjis dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan. Hal ini sangat strategis mengingat tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan ada ditangan Pemerintah. Berkenaan dengan hal tersebut, implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang Undang Nomor 32 tahun 2004, dilakukan untuk memperkuat format Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bukan dalam format negara federal (federalisme). Dengan demikian penyelenggaraan pemerintahan daerah dan upaya menggerakkan laju pembangunan di daerah diharapkan dapat berjalan secara efektif. Selaras dengan itu, ada 3 (tiga) hal yang menjadi harapan bersama melalui implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yakni:

Pertama, munculnya kemandirian yang digerakkan oleh kreativitas dan inovasi daerah dalam mengoptimalkan berbagai potensi sumberdaya yang ada, baik sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam yang secara signifikan akan mendukung dan memperkokoh pembangunan nasional dalam bingkai NKRI. Kedua, tumbuhnya modal sosial dan partisipasi masyarakat yang selanjutnya akan menumbuhkan komitmen, kepercayaan (trust), toleransi, kerjasama, dan solidaritas pada masyarakat. Derajat solidaritas sosial dan partisipasi masyarakat yang merentang luas pada gilirannya akan berkorelasi positif dengan kinerja pembangunan dan kualitas kehidupan demokrasi. Ketiga, tata hubungan antara pusat-daerah diharapkan akan menjadi lebih proporsional, harmonis dan produktif dalam rangka penguatan persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk selanjutnya secara efektif meminimalisir resistensi dan gejolak terkait dengan hubungan pusat-daerah. Seiring dengan hal tersebut, implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia telah menjadi kebutuhan politik yang penting untuk memajukan kehidupan demokrasi. Meskipun terjadi perkembangan politik yang

bervariasi di masing-masing daerah, otonomi daerah sudah menjadi stimulus tumbuhnya dinamika politik yang diharapkan akan mendorong lahirnya prakarsa, keadilan serta tata pemerintahan yang efektif dan efisien di daerah. Ada pula pandangan kritis yang melihat otonomi daerah sebagai jalan bagi eksploitasi dan investasi asing, namun sebagai upaya membangun tata pemerintahan yang baik, maka otonomi daerah dapat menjadi alternatif bagi tumbuhnya harapan dan efektivitas pemerintahan daerah, dan bagi kemajuan daerah. Hadirin yang berbahagia, Penyerahan sebagian besar urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah, telah menempatkan pemerintah daerah sebagai ujung tombak pembangunan nasional, dalam rangka menghasilkan dampak yang positif dalam bentuk pertumbuhan ekonomi daerah yang makin merata, serta tingkat kemiskinan dan pengangguran yang makin menurun. Pemberian peran, kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada pemerintah daerah adalah untuk dapat melayani rakyat secara lebih baik, lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah. Jika dalam dunia usaha berlaku

prinsip pembeli adalah raja , dalam dunia pemerintahan prinsipnya adalah segalanya untuk rakyat . Untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas dan kompetensi aparatur pemerintahan daerah dalam mengoptimalkan pelayanan pada masyarakat serta menghadirkan tata kelola pemerintahan yang baik (transparansi dan akuntabilitas) sesuai dengan prinsip-prinsip good governance dan clean government. Selaras dengan hal tersebut di atas, upaya pembenahan birokrasi merupakan hal yang perlu dikedepankan dan dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini sangat strategis karena menyangkut perubahan pola pikir dan sikap seluruh jajaran aparat pemerintah, dari tingkat paling tinggi hingga tingkat pelaksana. Perubahan ini tidak hanya menyangkut struktur organisasi, namun juga menyangkut cara kerja, disiplin dan komitmen pada kinerja, serta terbangunnya sistem insentif dan hukuman yang adil dan setara. Hadirin yang berbahagia, Perjalanan mencapai tujuan otonomi daerah masih harus kita teruskan secara tekun, penuh semangat, dan berkesinambungan. Kita harus makin mampu untuk memanfaatkan berbagai kesempatan dan menjawab setiap tantangan

dengan program-program pembangunan yang tepat, cerdas, dan efektif. Beberapa hal yang perlu kita cermati dan tindaklanjuti terkait upaya mencapai tujuan otonomi daerah yakni: Pertama, strategi dan program yang inklusif, merata dan berkeadilan hanya dapat diwujudkan dengan hadirnya kualitas kepemimpinan (leadership) yang efektif dan bertanggung jawab di setiap tingkatan pemerintahan. Karena keberhasilan pembangunan daerah berkorelasi positif dengan kepemimpinan yang cakap dan berintegritas, serta bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Kedua, kebersamaan serta sinergi positif di antara semua stakeholders. Penggalangan kekuatan bersama dari pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi serta civil society adalah suatu keniscayaan bagi berhasilnya pembangunan. Tidaklah mungkin kesuksesan pembangunan daerah diraih jika hanya elemen pemerintah yang bekerja keras, tanpa dukungan positif dari dunia usaha maupun elemen masyarakat lainnya. Hal ini untuk menjamin karya pembangunan nantinya merupakan partisipasi dan milik seluruh anak bangsa, apapun posisinya, serta di manapun ia berada.

Ketiga, kontribusi dan dukungan masyarakat luas adalah modal sosial (social capital) yang tidak boleh absen dalam pembangunan di segala bidang. Masyarakat akan terlibat aktif dalam proses pembangunan, jika mereka merasa berkepentingan dan merasa memiliki. Dengan kata lain masyarakat yang mendapatkan pelayanan publik terbaik, pada gilirannya akan terpanggil untuk menyukseskan pembangunan di wilayahnya masing-masing. Keempat, dipersyaratkan integritas dan etika profesionalisme bagi para pemimpin dan pelaku pembangunan. Oleh karena itu, saya tidak pernah berhenti mengajak dan menekankan kepada seluruh jajaran pemerintahan sebagai pelaku pembangunan, untuk senantiasa menjaga mentalitas, integritas dan etika profesionalisme setinggi-tingginya. Jangan pernah berpikir, apalagi tergoda untuk berkompromi dengan integritas kita, utamanya menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi, apalagi korupsi. Kelima, lingkungan yang kondusif. Pembangunan hanya akan berjalan lancar ketika stabilitas politik terjaga, keamanan dan ketertiban tidak terganggu, serta harmoni sosial tidak tercabik. Sebaliknya, pembangunan akan terus mengalami

sandungan dan berjalan tertatih-tatih jika situasi politik terus bergejolak. Dinamika politik harus terus kita kelola agar keramaiannya tetap berjalan seiring dengan tujuan dan upaya pembangunan, tentu tanpa mengebiri kenyamanan kita dalam menikmati kebebasan berdemokrasi yakni demokrasi yang dipagari dengan aturan main yang adil, konstitusional dan tidak anarkis sehingga senantiasa berjalan di atas rel hukum dan ketertiban bermasyarakat. Saudara-Saudara yang Berbahagia, Pemerintah dengan sepenuh hati menyadari bahwa implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia masih belum berjalan optimal sehingga tujuan dari kebijakan tersebut belum dapat diwujudkan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karenanya upaya penyempurnaan secara simultan dilakukan seiring dengan dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang berkembang. Penyempurnaan pengaturan tersebut diantaranya terkait dengan pemekaran daerah, kepegawaian, perencanaan, pembagian urusan dan lain-lain. Kecenderungan pemekaran daerah dalam beberapa tahun terakhir ini secara langsung ataupun tidak langsung belum optimal

memberikan pengaruh terhadap derajat kesejahteraan masyarakat di daerah induk maupun daerah otonom baru sehingga memerlukan penyempurnaan pengaturan yang dapat menjamin bahwa pemekaran yang terjadi akan bermanfaat bagi masyarakat. Hal yang sama juga terjadi dalam aspekaspek penyelenggaraan pemerintahan daerah lainnya seperti aspek kepegawaian. Pengaturan yang ada sekarang ternyata belum optimal mendorong tumbuhnya profesionalisme; mobilitas pegawai lintas daerah dan antar susunan pemerintahan; dan netralitas mereka terhadap kekuatan politik yang ada di daerah. Menghadapi situasi seperti ini maka penyempurnaan terhadap berbagai pengaturan yang ada dan hal-hal baru yang memerlukan pengaturan lebih lanjut perlu dilakukan secara cermat agar kualitas otonomi daerah semakin efektif, efisien, dan akuntabel. Dengan kata lain perbaikan praktik penyelenggaraan pemerintahan itu nantinya diharapkan dapat mempercepat terwujudnya kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

You might also like