You are on page 1of 13

ACARA I KOPI

A. Pendahuluan Kegiatan kunjungan ke perkebunan kopi di Kampoeng Kopi Banaran, Semarang dilaksanakan pada hari Rabu, 25 April 2012. Adapun sejarah Kampoeng Kopi Banaran berawal dari sebuah keresahan yang disebabkan oleh harga komoditi Kopi yang terus menurun mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2001. Tahun 2002, direksi PTPN IX (persero) melakukan sebuah terobosan untuk komoditi kopi yang tidak hanya dapat diperoleh hasilnya dengan menjual biji kopi (green bean), akan tetapi dapat juga memperoleh hasil/pendapatan yang lebih. Komoditi kopi yang tadinya dijual dalam bentuk biji (green bean), diolah sebagian menjadi kopi bubuk dengan memberikan label/nama dagang Banaran Coffee. Untuk lebih meningkatkan proses penetrasi/pengenalan produk kepada khalayak umum. Pada tahun 2002, tepatnya tanggal 20 Agustus, dibangunlah sebuah coffeeshop dengan tujuan sebagai etalase dari produk hilir yang berfungsi untuk memperkenalkan produk hilir yang diproduksi oleh PTPN IX (persero). Tahun 2005, tepatnya tanggal 28 Agustus direksi melakukan terobosan dengan merubah kebun percontohan aneka tanaman perkebunan dan buah koleksi di Afdeling Assinan, tepatnya terletak di pinggir jalan Raya Bawen - Solo Km 1,5 Bawen Kabupaten Semarang. Kampoeng Kopi Banaran menjadi sebuah Kawasan Agrowisata, yang memberikan berbagai macam tambahan fasilitas penunjang, baik produk maupun jasa. Kawasan Agrowisata Kampoeng Kopi memiliki kebun kopi jenis Kopi Robusta. Pengambilan nama Kampoeng Kopi Banaran didasarkan oleh proses dasar kopi, Banaran merupakan sebuah dusun di desa Gemawang kecamatan Jambu Kabupaten Semarang, yaitu tempat dimana berdiri Pabrik Pengolahan Kopi tempat buah kopi merah diolah menjadi biji kopi siap ekspor (green bean). Sedangkan Kampoeng Kopi merupakan kawasan perkebunan Kopi yang terletak di Desa Assinan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang.

Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi koffie dalam bahasa Belanda. Penggunaan kata koffie diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi (Zannary, 2011). Secara umum kopi beras mengandung air, gula, lemak, selulosa, kafein, dan abu. Senyawa terpenting yang terdapat di dalam kopi adalah kafein, walaupun kandungannya sedikit sekali yaitu hanya 1,21%. Kafein berfungsi sebagai senyawa perangsang yang bersifat bukan alkohol, rasanya pahit dan dapat digunakan untuk obat-obatan. Senyawa ini dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat otot dan ginjal. Pengaruhnya terhadap sistem syaraf pusat adalah membuat keadaan seperti mencegah rasa kantuk, menaikkan daya tangkap panca indera, mempercepat daya piker dan mengurangi rasa lelah. Ditinjau dari segi kesehatan pemakaian kefein yang terlalu banyak tidak diijinkan. Senyawa yang terkandung di dalam kopi dan yang mempengaruhi mutu kopi yang biasa diminum adalah gula, lemak, protein. Kafein tidak hanya dapat ditemukan pada tanaman kopi, tetapi juga terdapat pada daun teh dan biji cokelat. Batas aman konsumsi kafein yang masuk ke dalam tubuh perharinya adalah 100-150 mg. Dengan jumlah ini, tubuh sudah mengalami peningkatan aktivitas yang cukup untuk membuatnya tetap terjaga (Muchtadi, 1992). Ada 40 macam jenis varietas kopi yang ada di dunia, tetapi yang paling terkenal dan paling banyak didagangkan di dunia ada 2 jenis, yaitu Kopi Arabika dan Kopi Robusta. Indonesia menyumbang 10% Kopi Arabika, 75% Kopi Arabika dikuasai pasar kopi di dunia. Indonesia menguasai 90% Kopi Robusta, 25% Kopi Robusta dikuasai pasar kopi di dunia. Indonesia telah memproduksi beberapa jenis kopi spesial, yang sudah terkenal secara global, seperti Kopi Gayo dari Daerah Istimewa Aceh (Sumatera), Mandheling Coffee dari Sumatera Utara, Lintong Coffee dari Sumatera Utara, Java Coffee dari Pulau Jawa, Java Estate Coffee dari Jawa Timur, Java Luwak Coffee dari

Pulau Jawa, Sumatera Luwak Coffee (Sumatera dan Aceh), Toraja Coffee dari Tanah Toraja (Sulawesi Selatan), Kopi Kalosi dari Sulawesi Selatan, dan Kopi Kintamani dari Bali (Andon, 2010). Kopi Arabika, yakni kopi yang berasal dari Brasil dan Etiopia ini menguasai 70% pasar kopi dunia. Kopi Arabika memiliki banyak varietas, tergantung negara, iklim, dan tanah tempat kopi ditanam. Contohnya, seperti Kopi Toraja, Mandheling, Columbia, Brasilia, dan lain sebagainya. Antara kopi arabika yang satu dan yang lain punya perbedaan rasa. Adapun ciri-ciri Kopi Arabika yaitu aromanya wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah, hidup di daerah yang sejuk dan dingin, memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh Kopi jenis Robusta, memiliki bodi atau rasa kental saat disesap di mulut, rasa Kopi Arabika lebih mild atau halus, Kopi Arabika juga terkenal pahit, kadar kafein Kopi Arabika lebih rendah dibandingkan Kopi Robusta (0,8-1,4%), kadar keasaman (acidity) yang rendah dengan aroma yang lebih istimewa, sehingga para petani lebih menyukai tanaman Arabika karena harganya dipasaran juga lebih tinggi. Sedangkan, ciri-ciri tanaman Kopi Arabika yaitu lebih susah dipelihara, cenderung tumbuh di daratan tinggi (1000-2000 m), jumlah biji kopi yang dihasilkan lebih rendah, butuh waktu 9 bulan untuk proses bunga menjadi buah, berbuah di suhu yang lebih dingin, bentuk daun tanaman Kopi Arabika agak lonjong dan panjang, buah Kopi Arabika yang matang tidak mampu bertahan lama di pohon (akan jatuh di tanah), biji kering dari Kopi Arabika pada umumnya berwarna kehijauan. Kopi Robusta menguasai 30% pasar dunia. Kopi ini tersebar di luar Columbia, seperti di Indonesia dan Filipina. Sama seperti Arabika, kondisi tanah, iklim, dan proses pengemasan kopi ini akan berbeda untuk setiap negara dan menghasilkan rasa yang sedikit banyak juga berbeda. Adapun ciri-ciri Kopi Robusta yaitu memiliki rasa yang lebih seperti cokelat, bau yang dihasilkan khas dan manis, warnanya bervariasi sesuai dengan cara pengolahan, memiliki tekstur yang lebih kasar dari Kopi Arabika, kadar keasaman dan kafein Kopi Robusta lebih tinggi daripada Kopi Arabika (1,7-4,0%). Kopi Robusta lebih banyak dipergunakan dalam produksi kopi instant karena harganya yang

lebih murah. Sedangkan ciri-ciri tanaman Kopi Robusta yaitu lebih rentan diserang serangga, tumbuh di daratan rendah (700 m), jumlah biji kopi yang dihasilkan lebih tinggi, butuh waktu 10-11 bulan untuk proses bunga menjadi buah, berbuah di suhu udara yang lebih hangat. bentuk daun tanaman Kopi Robusta labih tebal dan lebar, buah Kopi Robusta lebih bulat dan buah yang matang bisa bertahan lebih lama di pohon, biji kering dari Kopi Robusta pada umumnya berwarna kecokelatan (Widiyanto, 2012). Kopi panggang selama sekitar 10 sampai 20 menit pada suhu berkisar 400-425F. Selama memanggang, senyawa kimia dari perubahan biji kopi memberikan banyak aroma dan rasa, yang mengaramelkan gula ternyata biji kopi dari hijau menjadi coklat. Sejumlah besar senyawa yang mudah menguap dalam jumlah yang sedikit memberikan rasa kopi yang unik dan aroma. Sampai saat ini, lebih dari 1000 bahan kimia yang mudah menguap telah diidentifikasi dalam kopi (Soliman, 2005). Kopi diproses baik dengan metode basah untuk menghasilkan kopi perkamen atau dengan metode kering untuk mendapatkan kopi ceri. Di Nepal, pengolahan kering terutama dipraktekkan di masa lalu (10 tahun lalu). Namun saat ini, metode ini secara bertahap telah diganti dengan pengolahan basah metode. Metode basah juga menjadi lebih populer dan telah diperkenalkan untuk ekspor biji kopi hijau (Subedi, 2011). Mutu kopi yang dihasilkan umumnya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan khusus dari masing-masing daerah, seperti ketinggian iklim suatu daerah, keadaan tanah, pemeliharaan tanaman, pemetikan buah dan pengolahannya. Ini semua dapat membuat kopi yang dihasilkan di daerah-daerah dan di negara-negara tertentu memilki keistimewaan-keistimewaan yang khas. Kopi merupakan salah satu komoditi penting di pasaran dunia, yaitu menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi banyak negara (Siswoputranto, 1978). Menurut SNI biji kopi nomor 01-2907-1999, mutu kopi dibagi menjadi tujuh tingkatan yaitu mutu 1, mutu 2, mutu 3, mutu 4a, mutu 4b, mutu 5 dan mutu 6. Mutu tersebut ditentukan berdasarkan jumlah nilai cacat dari 300 gram contoh kopi. Jumlah nilai cacat dari kopi ditentukan oleh jenis cacat.

Tiap-tiap jenis cacat merniliki nilai cacat tertentu. Penentuan jenis cacat dilakukan secara visual di bawah lampu penerangan yang dilakukan oleh tenaga terlatih (Sofii, 2005).

B. Tujuan Praktikum Tujuan dari dilaksanakannya praktikum Teknologi Hasil Perkebunan, salah satunya berupa kunjungan ke industri perkebunan kopi di Kampoeng Kopi Banaran ini adalah sebagai berikut : a. Mahasiswa mengenal produk teknologi hasil perkebunan kopi. b. Mahasiswa mampu memahami proses pengolahan produk teknologi hasil perkebunan kopi. c. Mahasiswa mengetahui aplikasi dari ilmu yang didapatkan selama perkuliahan teknologi hasil perkebunan kopi. d. Mahasiswa lebih mengenal dunia industri teknologi hasil perkebunan kopi.

C. Hasil dan Pembahasan a. Pemanenan Buah Kopi Luas total areal perkebunan kopi di Kampoeng Kopi Banaran yaitu 418,11 ha. Areal perkebunan kopi di Kampoeng Kopi Banaran terbagi menjadi 4 bagian yaitu areal tanaman yang menghasilkan kopi (TM) dengan luas 368,25 ha, areal tanaman yang belum menghasilkan kopi dengan luas 19,44 ha, areal kayu-kayuan 0,75 ha, dan areal wisata (lainlain) dengan luas 29,67 ha. Budidaya kopi yang dipelihara oleh Kampoeng Kopi Banaran yaitu jenis Kopi Robusta, yang memiliki beberapa klon seperti BP 409, BP 42, SA 237, BP 234, dan PS 6. Adapun untuk klon yang paling bagus adalah BP 409, karena buahnya banyak, buahnya matang serentak, buah yang masih kekuningan sudah bisa dipetik. Masa panen kopi di perkebunan Kampoeng Kopi Banaran dimulai bulan Juni tiap tahunnya dan berakhir bulan September - Oktober. Tata cara yang dilakukan dalam pemanenan buah kopi yaitu : 1. Taksasi

Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk menyusun kegiatan panen, pasca panen, dan pemasaran kopi, selain itu taksasi dapat dijadikan target produksi yang harus dicapai. Biasanya dilakukan 1-2 bulan sebelum panen yakni pada bulan Maret dengan persiapan tenaga kerja, kendaraan angkut, dan wadah (karung). Misalnya 1% dari seluruh populasi tanaman Kopi Robusta yang ada di Banaran 561.488 dihitung per pohon. Untuk menghitung hasil panen kopi tersebut dibutuhkan lebih dari 30 orang per harinya, dengan target 600 ton biji kering (1/5 dari buah kopi utuh). Cara menghitung yaitu dengan bentuk diagonal, diambil tengah-tengah. Dihitung buah kopi per batang (cabang), idealnya 1 tanaman kopi memiliki 22 batang (cabang), 1 batang ada 7 gerombol, 1 gerombol sekitar 20-25 buah. Misal, ada 2000 gerombol/pohon, berarti 1 tanaman tidak mencapai 1 kg dikarenakan buah kopi ada yang rusak diserang hama. 2. Bubuk Buah Bubuk buah digunakan untuk mengantisipasi penyakit yang ditimbulkan oleh hama, jika terserang hama buah akan berubah warna cokelat kering. Oleh karena itu harus dibakar agar tidak menular. 3. Pemetikan Ada beberapa cara dalam pemetikan pada buah kopi yang telah masak : a. Petik Longsong Pemetikan dilakukan pada buah kopi yang berwarna merah dan biasanya terserang hama bubuk. Pemetikan ini mengambil buah yang matang 1-2 buah secara manual, kemudian kopi direbus untuk menghilangkan hama bubuk. Biasanya dilakukan pada bulan Mei - Juni, bergantung pada curah hujan, jika musim kemarau buah lebih cepat matang. b. Petik Onclong Pemetikan pada buah kopi yang merah secara sporadis. Pemetikan ini dengan cara mengambil buah yang matang 10%

dari buah kopi yang ada di lahan dengan tenaga kerja harian, kemudian kopi dikirim ke pabrik. c. Petik Raya/Borong Pemetikan yang dilakukan pada buah kopi berwarna kuning kemerahan sampai berwarna merah penuh. Secara serentak buah matang dan jumlahnya banyak. Petik ini dilakukan pada bulan JuliAgustus. d. Petik Rampas/Racut Memetik semua buah kopi yang ada di pohon baik merah maupun hijau. Pada saat pemanenan, kopi hijau kadang-kadang terambil sehingga diperlukan sortasi hasil panen untuk

memisahkan kopi merah dan hijau. e. Petik Leles Mengambil semua buah, baik sudah matang maupun mentah, dan pemungutan buah kopi yang tercecer di tanah selama pemetikan berlangsung, dengan tujuan menambah biaya produksi dan mencegah hama. 4. Tata Cara Pemanenan Tiap nomor kebun dipimpin oleh 1 mandor, tiap pemetik diberi nomor dada dengan tujuan untuk membedakan pemetik/bukan dan karung (ada nomor karung) dengan tujuan agar tidak tertukar oleh pemilik lain. Tiap 1 baris 1 pemetik (diurutkan), rumput di bawah dibersihkan, di bawah pohon diberi gelaran agar buah kopi jatuh dapat diambil. Pemetikan bisa dijatuhkan di gelaran/di keranjang. Setelah 1 karung penuh ( 50 kg) ditaruh di tepi jalan, yang selanjutnya akan

diangkut oleh kendaraan angkut khusus. Kemudian dibawa ke pabrik untuk disortasi dan ditimbang. 5. Hama Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi produksi buah kopi. Hama yang menyerang tanaman kopi di perkebunan Kampoeng Kopi Banaran adalah kutu putih

(Planococcus citrl), kutu hijau (Coccus viridis), dan nematoda (Pratylenchus coffeae). Kutu putih (Planococcus citrl) banyak merugikan tanaman kopi pada saat fase pembungaan karena dapat menggagalkan pembungaan dan menyerang buah kopi (biasanya pada musim kemarau). Kutu hijau (Coccus viridis) menyerang pada musim penghujan (suka lembab). Pengendalian hama kutu putih dan kutu hijau ini dengan menggunakan insektisida. Nematoda (Pratylenchus coffeae) menyerang akar pohon kopi yang masih muda, pohon tidak bisa menyerap nutrisi tanah, pohon dapat mati semua. Pengendalian untuk Nematoda ini diisolasi dengan membuat parit isolasi sedalam 80-100 cm mengelilingi tanaman tersebut dengan tujuan agar tidak menular ke tanaman kopi di sebelahnya. Tanaman kopi yang telah parah serangannya, didongkel beserta akar-akarnya kemudian dibakar. Lubang bekas tanaman tersebut diberi serbuk belerang/basamin. b. Pengolahan Biji Kopi Pengolahan biji kopi merah dilakukan dengan metode pengolahan basah atau semi-basah, agar di peroleh biji kopi kering dengan tampilan yang bagus, sedangkan buah campuran hijau, kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering. Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented). Biji kopi dapat diolah dengan beberapa cara yaitu : pengolahan cara kering, pengolahan basah, dan pengolahan semi basah (Ernawati, 2008). Tahapan Pengolahan Biji Kopi 1. Pengolahan Cara Kering Pengeringan buah kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Pengeringan Alami

Pengeringan alami yaitu pengeringan dengan menggunakan sinar matahari, caranya sangat sederhana tidak memerlukan peralatan dan biaya yang besar tetapi memerlukan tempat

pengeringan yang luas dan waktu pengeringan yang lama karena buah kopi mengandung gula dan pektin. Ketebalan pengeringan 30-40 mm, terutama pada awal kegiatan pengeringan untuk menghindari terjadinya proses fermentasi, panas yang timbul pada proses ini akan mengakibatkan perubahan warna dan buah menjadi masak. Pada awal pengeringan buah kopi yang masih basah harus sering dibalik dengan blat penggaruk. Lamanya proses pengeringan tergantung pada cuaca, ukuran buah kopi, tingkat kematangan dan kadar air dalam buah kopi, biasanya proses pengeringan memakan waktu sekitar 3 sampai 4 minggu. Setelah proses pengeringan Kadar air akan menjadi sekitar 12 %.
b. Pengeringan Buatan (Artificial Drying)

Keuntungan pengeringan buatan, dapat menghemat biaya dan juga tenaga kerja hal yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhunya. Menurut Roelofsen, pengeringan sebaiknya pada suhu rendah yaitu 55C akan menghasilkan buah kopi yang bewarna merah dan tidak terlalu keras. Untuk buah kopi kering dengan KA rendah dikeringkan dengan suhu tidak terlalu tinggi sehingga tidak akan terjadi perubahan rasa. Peralatan pengeringan yang biasa digunakan: mesin pengering statik dengan alat penggaruk mekanik, mesin pengering dari drum yang berputar, mesin pengering vertikal. 2. Pengolahan Cara Basah Proses metode pengolahan basah meliputi : penerimaan, pulping, fermentasi, pencucian, pengeringan, dan penyimpanan. a. Penerimaan Hasil panen harus secepat mungkin dipindahkan ke tempat pemerosesan untuk menghindari pemanasan langsung yang dapat menyebabkan kerusakan (seperti: perubahan warna buah, buah kopi menjadi busuk). Hasil panen dimasukkan kedalam tangki penerima yang dilengkapi dengan air untuk memindahkan buah

kopi yang mengambang (buah kopi kering di pohon dan terkena penyakit dan biasanya diproses dengan pengolahan kering. Sedangkan buah kopi yang tidak mengambang dipindahkan menuju bagian pemecah (pulper). b. Pulping Pulping bertujuan untuk memisahkan kopi dari kulit terluar dan mesocarp (bagian daging), hasilnya pulp. Prinsip kerjanya adalah melepaskan exocarp danmesocarp buah kopi dimana prosesnya dilakukan dilakukan didalam air mengalir. Proses ini menghasilkan kopi hijau kering dengan jenis yang berbeda-beda. Macam-macam alat pulper yang sering digunakan : disc pulper (cakram pemecah), drum pulper, raung pulper, roller pulper dan vis pulper. c. Fermentasi Proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir yang masih melekat pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan mudah terlepas sehingga mempermudah proses pengeringan. Hidrolisis pektin disebabkan, oleh pektinase yang terdapat didalam buah atau reaksinya bisa dipercepat dengan bantuan Saccharomyces yang disebut dengan proses peragian dan pemeraman. Biji kopi yang keluar dari mesin pulper dialirkan lewat saluran sebelum masuk bak fementasi. d. Pencucian Selama dalam pengaliran lewat saluran ini dapat dinamakan proses pencucian pendahuluan. Di dalam pencucian pendahuluan ini biji kopi yang berat dapat dipisahkan dari sisa-sisa daging buah yang terbawa, lapisan lendir, biji-biji yang hampa karena bagian ini terapung di atas aliran air sehingga mudah dipisahkan. e. Pengeringan Pengeringan pendahuluan kopi parchment basah, kadar air berkurang dari 60 menjadi 53%. Sebagai alternatif kopi dapat

10

dikeringkan dengan sinar matahari 2 atau 3 hari dan sering diaduk, kadar air dapat mencapai 45 %. Pengeringan kopi Parchment dilanjutkan, dilakukan pada sinar matahari hingga kadar air mencapai 11 % yang pada akhirnya dapat menjaga stabilitas penyimpanan. Pengeringan biasanya dilakukan dengan

menggunakan baki dengan penutupnya yang dapat digunakan sepanjang hari. Rata-rata pengeringan antara 10-15 hari.

Pengeringan buatan (suhu tidak lebih dari 55C) juga banyak digunakan sejak pengeringan kopi alami menjadi lebih sulit dilakukan pada perkebunan yang lebih luas. f. Curing Proses selanjutnya baik kopi yang diproses secara kering maupun basah ialah curing yang bertujuan untuk menjaga penampilan sehingga baik untuk diekspor maupun diolah kembali. Tahapan proses curing meliputi pengeringan ulang, pembersihan (cleaning), hulling (pemecahan kulit tanduk dan kulit ari). g. Penyimpanan Buah kopi dapat disimpan dalam bentuk buah kopi kering atau buah kopi parchment kering yang membutuhkan kondisi penyimpanan yang sama. Biji kopi KA air 11 % dan RH udara tidak lebih dari 74 %. Pada kondisi tersebut pertumbuhan jamur (Aspergilus niger, A. oucharaceous dan Rhizopus sp) akan minimal (Ridwansyah, 2003).

D. Kesimpulan : Setelah dilakukan kunjungan ke perkebunan kopi di Kampoeng Kopi Banaran, Semarang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi
biji tanaman kopi (Coffee sp.).

b. Proses pengolahan kopi ada 2, yaitu pengolahan cara kering dan cara basah.

11

c. Pengolahan cara kering terdiri dari dari dua cara, yaitu pengeringan alami dan buatan. d. Pengolahan cara basah terdiri dari 6 tahap, yaitu penerimaan, pulping, fermentasi, pencucian, pengeringan, dan penyimpanan. e. Ada 40 macam jenis varietas kopi yang ada di dunia, tetapi yang paling terkenal
dan paling banyak didagangkan di dunia ada 2 jenis, yaitu Kopi Arabika dan Kopi Robusta.

f. Kopi Arabika juga terkenal pahit, kadar kafein Kopi Arabika lebih rendah
dibandingkan Kopi Robusta (0,8-1,4%), kadar keasaman (acidity) yang rendah dengan aroma yang lebih istimewa, sehingga para petani lebih menyukai tanaman Arabika karena harganya dipasaran juga lebih tinggi.

g. Kadar keasaman dan kafein Kopi Robusta lebih tinggi daripada Kopi Arabika
(1,7-4,0%). Kopi Robusta lebih banyak dipergunakan dalam produksi kopi instant karena harganya yang lebih murah.

h. Jenis kopi yang ada di perkebunan Kampoeng Kopi Banaran adalah kopi Robusta, dengan jenis klon BP 409, BP 42, SA 237, BP 234, dan PS 6. i. Senyawa terpenting yang terdapat di dalam kopi adalah kafein. j. Fungsi kafein sebagai senyawa perangsang yang bersifat bukan alkohol, rasanya pahit, dapat digunakan untuk obat-obatan, dapat mencegah rasa kantuk, menaikkan daya tangkap panca indera, mempercepat daya piker dan mengurangi rasa lelah.

12

DAFTAR PUSTAKA

Andon, Nelly. 2010. Kopi Harta Karun Indonesia. www.tefp.org. Diakses hari Selasa tanggal 15 Mei 2012 pukul 17.30 WIB. Ernawati, Ratna Wylis Arief, dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi Poliklonal. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Muchtadi, Tien R dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Skripsi Ridwansyah, STP. 2003 Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Siswoputranto, P.S. 1978. Perkembangan Teh, Kopi, Cokelat Internasional. Gramedia. Jakarta. Sofii, Imam, I Wayan Astika, dan Suroso. Penentuan Jenis Cacat Biji Kopi dengan Pengolahan Citra dan Artificial Neural Network. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 19, No. 2, Agustus 2005, Hal. 99. Soliman, K.M. 2005. Effect of Variety, Locality and Processing of Coffee Beans on the Detection and Determination of Aflatoxins. International Journal Agriculture and Biology Vol. 7, No. 1, 2005, page 5. Food Toxicology and Contaminants Department, Nati onal Research Center, Dokki, Cairo, Egypt. Subedi, Raghu Nath. 2011. Comaparative Analysis of Dry and Wet Processing of Coffee with Respect to Quality and Cost in Kavre District, Nepal : Case of Panchkhal Village. International Research Journal of Applied and Basic Sciences Vol. 2 (5), 2011, page 182-183. Van Hall Larenstein, University of Applied Sciences, Wageningen, the Netherlands. Nepal Coffee Producers Association, Tinkune, Kathmandu, Nepal. Widiyanto, Dahlan Latif. 2012. Mari Mengenal Jenis Kopi Kelas Dunia. http://dahlanlatifwidiyanto.wordpress.com/2012/04/22/mari-mengenal-jeniskopi-kelas-dunia/. Diakses hari Selasa tanggal 15 Mei 2012 pukul 17.16 WIB. Zannary, Hendirda. 2011. Sejarah Kopi dan Mengenal Jenis Kopi. http://punyahendirda.blogspot.com/2011/09/sejarah-kopi-dan-mengenal-jenis-kopi.html. Diakses hari Selasa tanggal 15 Mei 2012 pukul 17.19 WIB.

13

You might also like