You are on page 1of 32

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS I METODE SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF ( PENETAPAN KADAR TEOFILIN DALAM CAMPURAN TEOFILIN DAN PARASETAMOL )

Oleh : Kelompok VIII

Ni Made Oka Dwicandra

(0908505071)

A.A.Kt.Sri Trisna Dewi Widhiani (0908505072) Charli Chanjaya Putu Aan Pustiari (0908505073) (0908505074)

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2011

METODE SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF ( PENETAPAN KADAR TEOFILIN DALAM CAMPURAN TEOFILIN DAN PARACETAMOL )

I. Tujuan 1. Membuat spektra dari masing-masing komponen dalam campuran 2. Menentukan panjang gelombang zero crossing 3. Membuat kurva baku dari larutan standarnya pada panjang gelombang zero crossing 4. Menetapkan kadar teofilin

II. Dasar Teori Saat ini banyak beredar sediaan obat dengan lebih dari dua komponen zat aktif, terutama sediaan analgesik. Salah satu kombinasi zat aktif yang sering digunakan adalah parasetamol dan teofilin yang berkhasiat sebagai analgesik dan antipiretik dalam produk influenza dengan berbagai merek dagang misalnya: Anarin, Anaflu, Cold, Contra flu, Corexin dan Refagan (anonim a, 2003). Penentuan kadar teofilin dalam campuran teofilin dan paracetamol perlu dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri derivatif karena serapan maksimum dari paracetamol dan teofilin berada pada panjang gelombang yang berdekatan. Spektrum yang tumpang tindih menyebabkan kesulitan dalam penetapan kadar teofilin karena terganggu oleh serapan paracetamol. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk meningkatkan pemecahan puncak yang saling tumpang tindih tersebut sehingga teofilin dapat ditetapkan kadarnya tanpa terganggu oleh serapan paracetamol (Wulandari dkk., 2008). Untuk suatu larutan yang mengandung dua komponen yang menyerap, x dan y, serapan/absorbansi (A) diukur pada dua panjang gelombang. Ketelitian yang tinggi didapatkan dengan memilih panjang gelombang yang serapannya maksimal karena dengan pergeseran sedikit pada kurva serapan tidak menyebabkan perubahan absorbansi yang terlampau jauh. Pada metode spektrofotometri derivatif, jumlah komponen dalam campuran dapat mencapai 8 komponen dengan syarat selisih panjang gelombang maksimum antara komponen minimal 5 nm (Fatah, 2008). Jika jumlah komponen dalam sampel lebih dari 3 maka untuk menghitung kadar digunakan software multikomponen yang terdapat pada alat spektrofotometer UV-VIS. Pada spektrofotometri konvensional, spektrum dapat dibuat dengan cara memplot serapan A, terhadap panjang gelombang , sedangkan pada metode derivatif, plot A melawan plot

, ini ditransformasikan menjadi plot dA/d melawan plot untuk derivatif pertama, dan d2A/d2 melawan untuk derivatif kedua dan seterusnya. Panjang gelombang serapan maksimum suatu senyawa pada spektrum normal akan menjadi zero crossing pada spektrum derivatif pertama. Panjang gelombang tersebut tidak mempunyai serapan atau dA/d = 0. Bila panjang gelombang zero crossing masing-masing senyawa tidak sama dengan panjang gelombang pada serapan maksimumnya, maka penetapan kadar campuran dua senyawa dapat dilakukan tanpa pemisahan terlebih dahulu. Akan tetapi apabila panjang gelombang zero crossing masing-masing senyawa sama dengan panjang gelombang pada serapan maksimumnya akan terjadi pelebaran pita, maka kurva derivatif pertama tidak akan membantu pemisahan spektranya. Pada situasi tersebut maka dicoba derivatif kedua (Fatah, 2008). Derivasi atau pengunaan derivatif kedua dan selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya spektrum yang lebih tinggi pada derivatif selanjutnya (Gambar 1). Dengan demikian jumlah spektrum akan bertambah karena pemecahan sejumlah puncak-puncak yang lebih terinci menjadi dua spektrum.

Gambar 1. Bentuk spektrum derivatif pertama sampai keempat suatu pita Gauss (Fatah, 2008).

Metode spektrofotometri derivatif telah diaplikasikan secara luas di dalam kimia analisis kuantitatif, analisis lingkungan, farmasetik, klinik, forensik, biomedik, dan industri. Metode ini merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada

spektrofotometri UV-VIS dan merupakan salah satu analisis multi komponen yang dapat dilakukan apabila: 1. 2. Hasil preparasi sampel tidak memungkinkan mendapatkan senyawa tunggal Tidak diinginkan pemisahan dalam preparasi sampel

3.

Spektrum zat tersebut mungkin tersembunyi dalam suatu bentuk spektrum besar yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat yang bertingkat- tingkat.

4.

Senyawa yang akan ditentukan kadarnya memiliki absorbansi rendah dan memiliki pengaruh dapat meningkatkan nilai absorbansi (Hayun dan Yenti, 2006). Penetapan kadar teofilin dalam campuran paracetamol dan teofilin secara

spektrofotometri derivatif dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode zero crossing dan peak-to-peak (Wulandari dkk., 2008). a. Metode Zero Crossing Spektra serapan normal salah satu konsentrasi dari masing-masing

senyawa/komponen dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua, dan derivat ketiga dengan menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang berdekatan melawan harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut. Dari spektra derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing komponen, di mana zero crossing

masing-masing zat ditunjukkan oleh panjang gelombang yang memiliki serapan nol pada berbagai konsentrasi. Apabila suatu campuran zat memiliki memiliki zero crossing lebih dari satu, maka yang dipilih untuk dijadikan analisis adalah zero crossing yang: Serapan senyawa pasangannya dan campurannya persis sama, karena pada tersebut dapat secara selektif mengukur serapan senyawa pasangannya. Memiliki serapan yang paling besar, karena pada serapan yang paling besar, serapannya lebih stabil sehingga kesalahan analisis dapat diperkecil (Hayun dan Yenti, 2006) b. Metode Peak-to-Peak Spektrum serapan larutan baku teofilin dan sampel dibuat spektrum derivatif pertama. Spektrum derivatif pertama dibuat dengan memplotkan dA/d terhadap panjang gelombang (). Amplitudo diperoleh dari selisih serapan 2 panjang gelombang yang berderet teratur dibagi , dalam hal ini adalah 1 nm (Wulandari dkk., 2008). Panjang gelombang peak-to-peak ditentukan dari penggabungan spektrum derivatif larutan baku kafein dan sampel. Dari hasil penggabungan spektrum derivatif tersebut, dicari daerah panjang gelombang di mana terdapat spektrum yang saling

berhimpitan satu sama lain secara total yang menghasilkan puncak maksimum dan puncak minimum.

Teofilin Teofilin memiliki nama lain Anhydrous Theophylline, 1,3-Dimethylxanthine; Teofilina dan Theophyllinum. Bobot molekul dari obat ini adalah 180,2. Rumus struktur dari teofilin dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2. Rumus struktur teofiln (3,7-Dihydro1,3dimethyl1H-purine2,6dione) Teofilin berupa serbuk kristal putih dengan titik lebur 270 - 274. 1 bagian teofilin terlarut dalam 120 bagian air, 80 bagian etanol dan 110 bagian kloroform; terlarut sebagian dalam eter; larut dalam asam encer, ammonia, dan larutan alkali hidroksida. Absorbansi teofilin pada max 270 nm dalam Larutan asam adalah sebesar 536 a sedangkan dalam larutan alkali atau basa absobansinya sebesar 650a pada max 275 nm. Kurva absorbansi teofilin pada larutan asam serta basa dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 3. Spektrum Teofilin

Paracetamol Paracetamol memiliki nama lain Acetaminophen atau N-Acetylpaminophenol N(4-Hydroxyphenyl)acetamide. Berat molekulnya 151,2 (anonim b, 2005).

Gambar 4. Rumus Struktur Paracetamol Paracetamol berupa kristal putih atau terdiri dari serbuk kristal. Titik didihnya dalam air berkisar antara 169.0 sampai 170.5 C. Paracetamol sedikit larut dalam air dingin, sangat larut dalam air panas, larut dalam etanol, metanol, dimetilformamide, etilene diklorida, aseton, dan etil asetat; sedikit larut dalam eter dan kloroform; serta tidak larut dalam petrolium eter, pentane dan benzene (anonim b, 2005). Larutan asam encer245 (A11=668a); Larutan basa encer257 nm (A11=715a) (anonim b, 2005).

Gambar 5. Spektrum paracetamol

III. Alat dan Bahan a. Alat Spektrofotometer UV-VIS Kuvet Beaker glass Labu ukur Pipet volume Pipet tetes Botol vial

b. Bahan Larutan stok baku parasetamol 1 mg/ml Larutan stok baku teofilin 1 mg/ml Sampel larutan paracetamol dan teofilin Aquades

IV. Cara Kerja 1. Pembuatan spektra campuran paracetamol dan teofilin. Dibuat spektrum normal dari larutan tersebut dengan rentang panjang gelombang 200-300 nm. 2. Penentuan zero crossing. Spektra serapan normal yang diperoleh, dibuat spektra derivat pertama, derivat kedua dan derivat ketiga dengan menggambarkan selisih absorban dua panjang gelombang terhadap harga rata-rata dua panjang gelombang tersebut. Dari spektra derivat tersebut ditentukan panjang gelombang zero crossing paracetamol, di mana dA/d paracetamol bernilai nol (Susanti dkk., 2010). 3. Pembuatan kurva baku. Larutan baku teofilin dibuat seri konsentrasi 0,75; 1,25; 1,75; 2,25; dan 2,75 mg%. Kurva baku dibuat dengan mengukur seri kadar larutan baku
3 3

teofilin pada panjang gelombang zero crossing. Nilai d A/d spektrum dan kadar dibuat dengan persamaan linier sehingga diperoleh persamaan y = bx + a (y = nilai
3 3

d A/d , x = konsentrasi; b = slope; a = derau). 4. Penetapan kadar teofilin: Larutan sampel campuran dibaca pada panjang gelombang
3 3

zero crossing paracetamol. Nilai d A/d spektrum teofilin pada panjang gelombang zero crossing paracetamol dan dimasukkan ke dalam persamaan kurva baku teofilin.

V. Data Pengamatan dan Perhitungan 1. Absorbansi Parasetamol dan Teofilin pada Rentang Panjang Gelombang 220320 nm 200 203 206 209 212 215 218 221 224 227 230 233 236 239 242 245 248 251 254 257 260 263 266 269 272 275 278 A Paracetamol 0,697 0,552 0,4 0,234 0,146 0,128 0,133 0,148 0,163 0,183 0,1197 0,217 0,237 0,248 0,249 0,244 0,236 0,233 0,197 0,153 0,121 0,087 0,065 0,052 0,044 0,037 0,031 A Theofilin 0,626 0,688 0,678 0,548 0,365 0,225 0,147 0,117 0,102 0,091 0,079 0,059 0,041 0,034 0,034 0,045 0,055 0,073 0,107 0,164 0,206 0,251 0,28 0,293 0,295 0,285 0,264

281 284 287 290 293 296 299

0,025 0,018 0,008 -0,002 -0,009 -0,015 -0,019

0,222 0,161 0,084 0,026 -0,004 -0,019 -0,025

2. Absorbansi Larutan Baku Teofilin Konsentrasi ( g mL ) (nm) 274 5 277 280 274 5,5 277 280 274 5,88 277 280 274 6 277 280 274 6,5 277 280 A 0,354 0,341 0,310 0,405 0,392 0,359 0,432 0,414 0,381 0,433 0,416 0,383 0,502 0,486 0,449

3. Absorbansi Sampel Campuran Parasetamol dan Teofilin (nm) 274 277 280 A 0,528 0,502 0,462

VI. Perhitungan 1. Pengenceran Larutan Parasetamol Diketahui : C stok Paracetamol : 1 mg mL = 1000 g mL

C larutan Paracetamol : 4 g mL V larutan Paracetamol : 10 mL Ditanya : V stok Paracetamol yang diperlukan = ... ? Perhitungan : Dilakukan pengenceran sebanyak 2 kali, untuk menghindari kesalahan pemipetan. Terlebih dahulu dibuat larutan paracetamol dengan konsentrasi 100 g mL Diketahui : C stok Paracetamol : 1 mg mL = 1000 g mL

C larutan Paracetamol : 100 g mL V larutan Paracetamol : 10 mL V stok


Paracetamol

C stok Paracetamol 1000 g mL

C larutan Paracetamol 100 g mL


100 g mL 1000 g .10ml mL

V larutan
Paracetamol

V stok
Paracetamol

10 mL

V stok
Paracetamol

V stok
Paracetamol

1 mL

Pengenceran kedua: Diketahui : C stok Paracetamol : 100 g mL

C larutan Paracetamol : 4 g mL V larutan Paracetamol : 10 mL C stok Paracetamol 100 g mL . V stok


Paracetamol

C larutan Paracetamol 4 g mL
4 g .10ml mL 100 g mL

V larutan
Paracetamol

V stok
Paracetamol

10 mL

V stok
Paracetamol

V stok
Paracetamol

0,4 mL

Jadi, untuk membuat larutan paracetamol dengan konsentrasi 4 g mL dipipet larutan paracetamol 100 g mL sebanyak 0,4 ml, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml.

2. Pengenceran Larutan Teofilin Diketahui : C stok Teofilin C larutan Teofilin V larutan Teofilin Ditanya Perhitungan : Dilakukan pengenceran sebanyak 2 kali, untuk menghindari kesalahan pemipetan. Terlebih dahulu dibuat larutan teofilin dengan konsentrasi 100 g mL Diketahui : C stok Teofilin C larutan Teofilin V larutan Teofilin : 1 mg mL : 100 g mL : 10 mL = 1000 g mL : 1 mg mL : 4 g mL : 10 mL = 1000 g mL

: V stok Teofilin yang diperlukan?

C stok Teofilin 1000 g mL

. .

V stok Teofilin V stok Teofilin

= =

C larutan Teofilin 100 g mL


100 g mL 1000 g .10ml mL

. V larutan Teofilin . 10 mL

V stok Teofilin

V stok Teofilin Pengenceran kedua: Diketahui : C stok Teofilin C larutan Teofilin V larutan Teofilin C stok Teofilin 100 g mL . .

1 mL

: 100 g mL : 4 g mL : 10 mL

V stok Teofilin V stok Teofilin

= =

C larutan Teofilin 4 g mL
4 g .10ml mL 100 g mL

. V larutan Teofilin . 10 mL

V stok Teofilin V stok Teofilin

= =

0,4 mL

Jadi, untuk membuat larutan teofilin dengan konsentrasi 4 g mL dipipet larutan teofilin 100 g mL sebanyak 0,4 ml, kemudian diencerkan dengan aquadest hingga 10 ml.

3. Penentuan absorbtivitas molar teofilin Diketahui : Amax teofilin Tebal kuvet (b) C Ditanya Jawab
Teofilin

: 0,295 : 1 cm : 4 g mL

: Absorbtivitas molar teofilin () = ? : A = b c =

0,295 1cm 4 g

mL

= 0,07375 mL g cm

4. Penentuan konsentrasi larutan seri baku teofilin Konsentrasi larutan dibuat agar tidak terlalu pekat atau terlalu encer, sehingga dibuat larutan yang memberikan absorbansi 0,434 Diketahui : A Tebal kuvet (b) teofilin Ditanya Jawab : Cteofilin ketiga ? : A = b c C= =
A b
0,434 1cm 0,07375 cm - 1 ml/ g

: 0,434 : 1 cm
: 0,07375

mL

g cm

= 5,88 g/ml Dibuat satu seri larutan baku teofilin dengan konsentrasi : 5 g/ml; 5,5 g/ml; 5,88 g/ml; 6 g/ml; 6,5 g/ml

5. Pengenceran Untuk Pembuatan Seri Larutan Baku Teofilin Diketahui : C stok Teofilin V larutan baku teofilin Ditanya V stok Teofilin - konsentrasi 1 = 5 g/ml C stok Teofilin 100 g mL . . V stok Teofilin V stok Teofilin = C Teofilin dalam =
Sampel

: 100 g mL : 10 mL

: V stok Teofilin yang dipipet ?

Perhitungan :

. V Sampel . 10 mL

5 g mL

5 g

V stok Teofilin V stok Teofilin

= =

.10ml mL 100 g mL

0,5 mL

Jadi, volume yang dipipet dari larutan stok teofilin 100 g mL adalah 0,5 mL. - konsentrasi 2 = 5,5 g/ml C stok Teofilin 100 g mL . . V stok Teofilin V stok Teofilin = C Teofilin dalam =
Sampel

. V Sampel . 10 mL

5,5 g mL
5,5 g mL 100 g .10ml mL

V stok Teofilin V stok Teofilin

= =

0,55 mL

Jadi, volume yang dipipet dari larutan stok teofilin 100 g mL adalah 0,55 mL. - konsentrasi 3 = 5,88 g/ml C stok Teofilin 100 g mL . . V stok Teofilin V stok Teofilin = C Teofilin dalam =
Sampel

. V Sampel . 10 mL

5,88 g mL
5,88 g .10ml mL 100 g mL

V stok Teofilin V stok Teofilin

= =

0,59 mL

Jadi, volume yang dipipet dari larutan stok teofilin 100 g mL adalah 0,59 mL. - konsentrasi 4 = 6 g/ml C stok Teofilin 100 g mL . . V stok Teofilin V stok Teofilin = C Teofilin dalam =
Sampel

. V Sampel . 10 mL

6 g mL
6 g .10ml mL 100 g mL

V stok Teofilin V stok Teofilin

= =

0,6 mL

Jadi, volume yang dipipet dari larutan stok teofilin 100 g mL adalah 0,6 mL.

- konsentrasi 5 = 6,5 g/ml C stok Teofilin 100 g mL . . V stok Teofilin V stok Teofilin = C Teofilin dalam =
Sampel

. V Sampel . 10 mL

6,5 g mL
6,5 g .10ml mL 100 g mL

V stok Teofilin V stok Teofilin

= =

0,65 mL

Jadi, volume yang dipipet dari larutan stok teofilin 100 g mL adalah 0,65 mL.

6. Penentuan Panjang Gelombang Zero Crossing


dA

a.

Diketahui

: 1 2 A1 A2

= 200 nm = 203 nm = 0,626 = 0,688


d

Ditanya

: dA

Perhitungan :
dA A2 A1 d 2 1

dA 0,688 0,626 d 203 nm 200 nm dA 0,062 d 3 nm

dA 0,02067 nm 1 d

Diketahui : 1 = 200 nm 2 = 203 nm Ditanya :

Perhitungan :

1 2
2 200 nm 203 nm 2

201,5 nm
Dengan cara yang sama, diperoleh : DA I Paracetamol

201,5 204,5 207,5 210,5 213,5 216,5 219,5 222,5 225,5 228,5 231,5 234,5 237,5 240,5 243,5 246,5 249,5 252,5 255,5 258,5 261,5 264,5 267,5 270,5

A Paracetamol 0,697 0,552 0,4 0,234 0,146 0,128 0,133 0,148 0,163 0,183 0,1197 0,217 0,237 0,248 0,249 0,244 0,236 0,233 0,197 0,153 0,121 0,087 0,065 0,052

dA

-0,048333333 -0,050666667 -0,055333333 -0,029333333 -0,006 0,001666667 0,005 0,005 0,006666667 -0,0211 0,032433333 0,006666667 0,003666667 0,000333333 -0,001666667 -0,002666667 -0,001 -0,012 -0,014666667 -0,010666667 -0,011333333 -0,007333333 -0,004333333 -0,002666667

273,5 276,5 279,5 282,5 285,5 288,5 291,5 294,5 297,5

0,044 0,037 0,031 0,025 0,018 0,008 -0,002 -0,009 -0,015

-0,002333333 -0,002 -0,002 -0,002333333 -0,003333333 -0,003333333 -0,002333333 -0,002 -0,001333333

Karena pada derivat pertama tidak diperoleh nilai nol, dihitung derivat kedua dari absorbansi paracetamol
2 b. Derivat kedua d A

d2

Diketahui

: = -0,048333333

= -0,050666667 1 = 200 nm 2 = 203 nm Ditanya Perhitungan :


2 :d A

d2 =?

d2A d2

d 2 A - 0,05066666 7 (-0,0483333 33) d 2 (203 nm) 2 (200 nm) 2 d 2 A 0,002333334 nm 1 d2 1,209 nm 2


d2A 0,00000192 9969671905 18 nm 3 2 d

Dengan cara yang sama, dihitung turunan pertama dan kedua dari setiap konsentrasi di atas. Sehingga didapat derivat pertama dan kedua sebagai berikut.

DA I Paracetamol

DA II Paracetamol
dA d

201,5 204,5 207,5 210,5 213,5 216,5 219,5 222,5 225,5 228,5 231,5 234,5 237,5 240,5 243,5 246,5 249,5 252,5

A Paracetamol 0,697 0,552 0,4 0,234 0,146 0,128 0,133 0,148 0,163 0,183 0,1197 0,217 0,237 0,248 0,249 0,244 0,236 0,233

dA

-0,048333333 -0,050666667 -0,055333333 -0,029333333 -0,006 0,001666667 0,005 0,005 0,006666667 -0,0211 0,032433333 0,006666667 0,003666667 0,000333333 -0,001666667 -0,002666667 -0,001 -0,012

-0,000001929969671905180000000000 -0,000003803314316761750000000000 0,000020883534136546200000000000 0,000018474531538664600000000000 0,000005984907624251880000000000 0,000002566076469078770000000000 0,000000000000000000007244479209 0,000001248439450686640000000000 -0,000020522296132052200000000000 0,000039046924386092900000000000 -0,000018550515958723300000000000 -0,000002132196162046900000000000 -0,000002339181286549710000000000 -0,000001386001386001390000000000 -0,000000684462696783026000000000 0,000001126887536623850000000000 -0,000007348029392117570000000000 -0,000001760176017601760000000000

255,5 258,5 261,5 264,5 267,5 270,5 273,5 276,5 279,5 282,5 285,5 288,5 291,5 294,5 297,5

0,197 0,153 0,121 0,087 0,065 0,052 0,044 0,037 0,031 0,025 0,018 0,008 -0,002 -0,009 -0,015

-0,014666667 -0,010666667 -0,011333333 -0,007333333 -0,004333333 -0,002666667 -0,002333333 -0,002 -0,002 -0,002333333 -0,003333333 -0,003333333 -0,002333333 -0,002 -0,001333333

0,000002609262883235490000000000 -0,000000429830217064260000000000 0,000002549394518801790000000000 0,000001890359168241960000000000 0,000001038421599169260000000000 0,000000205380981721093000000000 0,000000203128173877717000000000 0,000000000000000000000000000000 -0,000000198767640628107000000000 -0,000000589970501474925000000000 -0,000000000000000000000506340769 0,000000577700751010977000000000 0,000000190585096245473000000000 0,000000377287304282211000000000 -0,000000373482726423904000000000

Panjang gelombang zero crossing = 276,5 nm, dibulatkan menjadi 277 nm

7. Kurva Baku Derivat Kedua Teofilin a. Derivat pertama dA


d

g
Konsentrasi 5

mL

Diketahui

: 1 = 274 nm 2 = 277 nm A1 = 0,354 A2 = 0,341

Ditanya

: dA

Perhitungan :
dA A2 A1 d 2 1

dA 0,341 0,354 d 277 nm 274 nm dA 0,013 d 3 nm


dA 0,0043 nm 1 d

Diketahui

: 2 = 277 nm 3 = 280 nm A2 = 0,341 A3 = 0,310

Ditanya

: dA

Perhitungan :
dA A3 A2 d 3 2

dA 0,310 0,341 d 280nm 277 nm

dA 0,031 d 3 nm dA 0,093 nm 1 d

2 b. Derivat kedua d A

d2

Konsentrasi 5

mL

Diketahui

: = -0,00433333

= -0,01033333 1 = 274 nm 2 = 277 nm Ditanya Perhitungan :


2 :d A

d2 =?

d2A d2
d2A - 0,0103 (-0,0043) 2 d (277 nm) 2 ( 274 nm) 2 d 2 A 0,0006 nm 1 d 2 1,653 nm 2
d2A 0,000363 nm 3 d2

Dengan cara yang sama, dihitung turunan pertama dan kedua dari setiap konsentrasi di atas. Sehingga didapat derivat pertama dan kedua sebagai berikut. Derivate pertama

Konsentrasi g mL 5

(nm) 274 277 280

Derivate kedua

0,354 0,341 0,31 0,405 0,392

-0,0043 -0,0103

-0,000003630

5,5

274 277

-0,0043 -0,0110

-0,000004033

280 5,88 274 277 280 6 274 277 280 6,5 274 277 280

0,359 0,432 0,414 0,381 0,433 0,416 0,383 0,502 0,486 0,449 -0,0053 -0,0123 -0,000004235 -0,0057 -0,0110 -0,000003226 -0,0060 -0,0110 -0,000003025

2 8. Kurva baku konsentrasi terhadap d A

d2

Karena hubungan linear hanya ditunjukkan oleh data ketiga sampai kelima, maka untuk menetapkan kadar, dibuat kurva kalibrasi untuk ketiga data tersebut Konsentrasi
g mL

Turunan Kedua -0,000003025 -0,000003226 -0,000004235

5,88 6 6,5

9.Persamaan Kurva Baku Teofilin


2 y=-0,000000197x - 0,000000858 ; dimana y = d A

d2

dan x = konsentrasi

Derivat pertama dan kedua sampel Diketahui : 1 = 274 nm 2 = 277 nm 3 = 280 nm A1 = 0,528 A2 = 0,502 A3 = 0,462 Ditanya
2 : d A

d2

Perhitungan : a. Derivat pertama dA


d

Derivat pertama (i) Perhitungan :


dA A2 A1 d 2 1

dA 0,502 0,528 d 277 nm 274 nm

dA 0,026 d 3 nm dA 0,00867 nm 1 d

Derivat pertama (ii)


dA A3 A2 d 3 2

dA 0,462 0,502 d 280nm 277 nm


dA 0,040 d 3 nm dA 0,01333nm 1 d

2 b. Derivat kedua d A

d2

Diketahui

: = -0,00867

= -0,01333 1 = 274 nm 2 = 277 nm Ditanya Perhitungan :


2 :d A

d2 =?

d2A d2
d 2 A - 0,01333 (-0,00867) d2 (277 nm) 2 ( 274 nm) 2 d 2 A 0,00466 nm 1 d 2 1,653 nm 2
d2A 0,00000282 nm -3 d2

10. Kadar Teofilin Dalam Sampel Diketahui : Persamaan y = -0,000000197x - 0,000000858


d2A -0,0000028 2 y= d 2

Ditanya

: Kadar teofilin dalam sampel (x)

Perhitungan : y
0,00000282

= -0,000000197x - 0,000000858 = -0,000000197x - 0,000000858 = 9,9593

Jadi, kadar teofilin dalam sampel adalah 9,9593 g mL

VII. Pembahasan Pada praktikum ini, dilakukan penentuan kadar teofilin dalam sampel yang mengandung campuran parasetamol dan teofilin dengan metode spektrofotometri UVVis derivate. Spektrofotometri derivate adalah salah satu metode penetapan kadar komponen dalam larutan, dimana tidak perlu dilakukan pemisahan komponen. Jika penetapan kadar dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis biasa, maka spektrum komponen-komponen campuran akan saling tumpang tindih (overlapping) yang disebabkan karena komponen-komponen tersebut sama-sama memberikan absorbansi pada rentang panjang gelombang tertentu, seperti pada campuran parasetamol dan teofilin. Untuk penentuan kadar teofilin dalam sampel campuran teofilin dan parasetamol tanpa pemisahan, dapat digunakan metode spektrofotometri UV-Vis derivatif, dimana absorbansi diukur pada panjang gelombang zero crossing dari parasetamol. Prinsip dari metode spektrofotometri UV-Vis derivatif dalam penentuan kadar teofilin ini adalah pembuatan spektra derivat dari spektra serapan normal salah satu konsentrasi parasetamol. Dari spektra derivat parasetamol, dapat diperoleh panjang gelombang zero crossing parasetamol, yaitu panjang gelombang dimana parasetamol memberikan absorbansi bernilai 0, sedangkan teofilin memberikan absorbansi lebih dari 0. Apabila pada derivat pertama tidak diperoleh panjang gelombang zero crossing, maka dilanjutkan dengan pembuatan spektra derivat kedua. Pada penentuan kadar teofilin dalam sampel, pertama-tama dilakukan pembuatan

g
larutan baku parasetamol dan larutan baku teofilin dengan kadar 4

mL masing-

masing sebanyak 10 mL. Kemudian, absorbansi dari masing-masing larutan baku tersebut dibaca pada rentang panjang gelombang 200 300 nm. Dari hasil absorbansi yang diperoleh dibuat kurva normal dari masing-masing larutan baku untuk menentukan panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum. Dari kurva normal parasetamol, diperoleh panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum adalah pada 242 nm. Walaupun terlihat bahwa pada panjang gelombang 200 parasetamol juga memberikan panjang gelombang maksimum, namun yang dianggap sebagai panjang gelombang maksimum adalah pada 242 nm. Hal ini

disebabkan karena pada panjang gelombang di sekitar 200 nm, rentan terhadap adanya komponen-komponen pengotor yang ikut terbaca absorbansinya. Dari kurva normal teofilin, panjang gelombang maksimum yang diperoleh adalah 272 nm. Berdasarkan literatur, absorbansi maksimum parasetamol terletak pada panjang gelombang 245 nm dalam pelarut asam dan 257 nm dalam pelarut basa sedangkan absorbansi maksimum teofilin terletak pada panjang gelombang 270 nm dalam pelarut asam dan 275 nm dalam pelarut basa. Hasil yang diperoleh walaupun berbeda, tetapi masih mendekati hasil pada literatur. Setelah diperoleh kurva normal masing-masing komponen, selanjutnya dibuat spektra derivatif pertama dari parasetamol untuk menentukan panjang gelombang zero crossing dari parasetamol. Pada spektra derivatif pertama, sumbu-y merupakan perbandingan selisih absorbansi pada dua panjang gelombang yang berdekatan dengan
dA

selisih panjang gelombang tersebut (

d ), sedangkan sumbu-x merupakan rata-rata

dari dua panjang gelombang tersebut. Pada percobaan yang dilakukan kali ini, tidak ditemukan panjang gelombang zero crossing pada derivat pertama, maka dihitung derivat kedua dari absorbansi parasetamol. Berikut data derivat pertama dan derivat kedua dari absorbansi parasetamol : DA I Paracetamol DA II Paracetamol
dA d

201,5 204,5 207,5 210,5 213,5 216,5 219,5 222,5 225,5 228,5 231,5 234,5

A Parasetamol 0,697 0,552 0,4 0,234 0,146 0,128 0,133 0,148 0,163 0,183 0,1197 0,217

dA

-0,048333333 -0,050666667 -0,055333333 -0,029333333 -0,006 0,001666667 0,005 0,005 0,006666667 -0,0211 0,032433333 0,006666667

-0,000001929969671905180000000000 -0,000003803314316761750000000000 0,000020883534136546200000000000 0,000018474531538664600000000000 0,000005984907624251880000000000 0,000002566076469078770000000000 0,000000000000000000007244479209 0,000001248439450686640000000000 -0,000020522296132052200000000000 0,000039046924386092900000000000 -0,000018550515958723300000000000 -0,000002132196162046900000000000

237,5 240,5 243,5 246,5 249,5 252,5 255,5 258,5 261,5 264,5 267,5 270,5 273,5 276,5 279,5 282,5 285,5 288,5 291,5 294,5 297,5

0,237 0,248 0,249 0,244 0,236 0,233 0,197 0,153 0,121 0,087 0,065 0,052 0,044 0,037 0,031 0,025 0,018 0,008 -0,002 -0,009 -0,015

0,003666667 0,000333333 -0,001666667 -0,002666667 -0,001 -0,012 -0,014666667 -0,010666667 -0,011333333 -0,007333333 -0,004333333 -0,002666667 -0,002333333 -0,002 -0,002 -0,002333333 -0,003333333 -0,003333333 -0,002333333 -0,002 -0,001333333

-0,000002339181286549710000000000 -0,000001386001386001390000000000 -0,000000684462696783026000000000 0,000001126887536623850000000000 -0,000007348029392117570000000000 -0,000001760176017601760000000000 0,000002609262883235490000000000 -0,000000429830217064260000000000 0,000002549394518801790000000000 0,000001890359168241960000000000 0,000001038421599169260000000000 0,000000205380981721093000000000 0,000000203128173877717000000000 0,000000000000000000000000000000 -0,000000198767640628107000000000 -0,000000589970501474925000000000 -0,000000000000000000000506340769 0,000000577700751010977000000000 0,000000190585096245473000000000 0,000000377287304282211000000000 -0,000000373482726423904000000000

Dari data derivatif di atas, didapat panjang gelombang zero crossing pada 276,5 nm. Karena keterbatasan alat spektrofotometer yang tidak dapat mengukur absorbansi pada panjang gelombang tersebut, maka panjang gelombang zero crossing dibulatkan menjadi 277 nm Setelah diperoleh panjang gelombang zero crossing, selanjutnya dibuat kurva baku teofilin atau kurva kalibrasi yang bertujuan untuk menguji linearitas dari konsentrasi terhadap absorbansi atau dapat dikatakan untuk menguji apakah hukum Lambert Beer masih berlaku pada panjang gelombang zero crossing yang diperoleh. Pembuatan kurva baku dilakukan dengan penyiapan seri larutan baku teofilin. Konsentrasi dari larutan baku teofilin ditentukan dengan menggunakan persamaan

Lambert Beer, dimana absorbtivitas dihitung menggunakan nilai konsentrasi dan absorbansi maksimal teofilin dari lautan baku sebelumnya. Nilai absorbansi yang digunakan untuk menentukan konsentrasi adalah 0,434 karena pada absorbansi tersebut kesalahan pengukuran yang terjadi paling minimal. Dari hasil perhitungan, diperoleh
g

konsentrasi larutan baku teofilin yang harus dibuat adalah 5,88

mL , sehingga seri

g
larutan yang dibuat adalah teofilin dengan konsentrasi 5

g mL ;5,5 mL ;5,88

g mL ;6

g mL ; dan 6,5

g mL . Absorbansi dari seri larutan ini dibaca pada panjang

zero crossing dan pada panjang gelombang yang jika dirata-ratakan menghasilkan panjang gelombang zero crossing, yaitu pada panjang gelombang 274 nm, 277 dan 280 nm. Dari hasil absorbansi yang diperoleh, dihitung derivate pertama serta derivat kedua, kemudian dibuat kurva baku antara konsentrasi dengan
d2A dari seri larutan teofilin. d2

Pada hasil perhitungan derivat kedua, hanya data ketiga hingga kelima yang menunjukkan hubungan linear, sehingga untuk menetapkan kadar dibuat kurva kalibrasi hanya dari ketiga data tersebut. Kurva baku yang diperoleh sebagai berikut.

Dari kurva baku di atas, diperoleh persamaan linear dari kurva baku teofilin
2 tersebut adalah y =-0,000000197x - 0,000000858 ; dimana y = d A

d2

dan x =

konsentrasi.

Penentuan kadar teofilin dalam sampel ditentukan dengan terlebih dahulu membaca absorbansi sampel pada panjang gelombang 274 nm, 277 nm dan 280 nm. Dari data absorbansi yang diperoleh, dihitung derivat pertama serta derivat kedua,
2 sehingga diperoleh nilai d A

d2

. Nilai tersebut dimasukkan ke persamaan kurva baku

teofilin untuk mendapatkan kadar teofilin yang terdapat dalam sampel. Kadar teofilin yang diperoleh adalah 9,9593 g mL .

VIII. Kesimpulan 1. Panjang gelombang zero crossing adalah 277 nm. 2. Persamaan regresi linear yang diperoleh berdasarkan data pengamatan adalah
2 y =-0,000000197x - 0,000000858 ; dimana y = d A

d2

dan x = konsentrasi

3. Kadar teofilin dalam sampel adalah 9,9593 g mL .

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a, 2003.. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, 300-303, 308. Jakarta : ISFI. Anonim b, 2005. Clarkes Analysis of Drug and Poison. London: Pharmaceutical Press Fatah, A.M. 2008. Pemanfaatan Spektrofotometri Derivatif Untuk Penetapan Kadar Dekstrometorfan Hidrobromida Dalam Tablet Obat Batuk. Available on : www.i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php Opened at : 24 Maret 2011

Hayun, H. dan Yenti. 2006. Penetapan Kadar Triprolidina Hidroklorida dan Pseudoefedrina Hidroklorida dalam Tablet Anti Influenza secara Spektrofotometri Derivatif. Available on : http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/v03n02/hayun0302.pdf Opened at : 24 Maret 2011

Susanti, Pitri, dkk. 2011.Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Bukit Jimbaran : Jurusan Farmasi F MIPA UNUD. Wulandari, D., Regina D. F., Christine P. 2008. Penetapan Kadar Kafein Dalam Campuran Parasetamol, Salisilamida, dan Kafein Secara Spektrofotometri Derivatif Available on: http: // usd.ac.id/06/publ_dosen/far/devi.pdf Opened at : 24 Maret 2011

You might also like