You are on page 1of 8

DIAGNOSIS Untuk mendiagnosis Avian influenza, diperlukan pemeriksaan laboraturim.

Tidak semua laboraturium dapat melakukan pemeriksaan diagnosis pada kasus avian influenza, hanya hasil yang telah dikonfirmasi oleh laboratorium rujukan H5 WHO atau laboratorium untuk tes H5 yang telah ditetapkan WHO yang dapat melaporkan kasus avian influenza. Negara yang tidak mempunyai laboratorium diharuskan untuk mengirimkan spesimen suspek ke salah satu dari laboratorium rujukan H5 WHO.1

Gambar 1. Alur pengiriman spesimen untuk diagnosis avian influenza Sumber: World Health Organization. Guidelines on laboratory diagnosis of avian influenza. India; 2007. p. 1-10. Beberapa jenis spesimen dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi virus avian influenza. Tidak seperti human influenza virus yang umumnya menginfeksi saluran napas atas, virus avian influenza cenderung untuk menginfeksi saluran napas bawah. Pada pasien dengan ventilator mekanik, spesimen terbaik diperoleh dari tenggorokan, kavum nasal, dan

aspirasi endotrakeal. Untuk pasien yang tidak menggunakan ventilator, swab tenggorok dan swab nasal merupakan cara yang dapat digunakan dalam pengambilan spesimen pemeriksaan. Untuk meningkatkan kemungkinan isolasi virus, direkomendasikan untuk mengumpulkan spesimen dari beberapa lokasi yang berbeda dalam beberapa hari. pengumpulan spesimen sebaiknya dilakukan dalam 3-7 hari pertama setelah onset penyakit. Pada dasarnya penentuan spesimen bergantung pada stages penyakitnya dan tipe pemeriksaan laboraturium yang ada pada negara tempat pasien tinggal.1 Avian influenza dapat menular melalui kontak yang erat, inhalasi, dan auto inokulasi. Virus ini dapat bertahan selama beberapa minggu di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung. Apabila ingin melakukan kontak dengan pasien H5N1 harus menggunakan alat perlindungan diri yang terrdiri dari, sarung tangan, kaca mata, penutup kepala, gown, dan sepatu karet.1 Pemeriksaan Laboraturium pada infeksi virus avian influenza Spesimen untuk pemeriksaan dapat diambil dari swab tenggorok, swab nasal, aspirasi nasofaring, dan sediaan darah. Tes laboratorium untuk diagnosis avian influenza dapat digolongkan ke dalam tes untuk deteksi langsung virus atau antigen virus, dan tes untuk deteksi antibodi terhadap virus. Metode deteksi langsung termasuk isolasi virus, deteksi asam nukleat virus menggunakan PCR, dan deteksi antigen virus menggunakan tes immunofluorescence (IFA) atau kit deteksi antigen. Metode serologikal untuk deteksi antibodi virus termasuk tes inhibisi hemagglutinasi (hemagglutination inhibition test /HAI) dan micro-neutralization tests (MT).1 Spesimen untuk deteksi langsung antigen virus pada pewarnaan imunofluoresens harus segera didinginkan dan diproses dalam waktu 1-2 jam setelah pengambilan. Spesimen yang digunakan untuk isolasi virus harus segera didinginkan setelah pengambilan dan dikirim ke laboratotium sesegera mungkin. Spesimen untuk tes PCR harus dimasukkan ke dalam etanol atau lysis buffer pada suhu 4C. Jika tidak segera diproses dalam 48-72 jam, spesimen harus dibekukan pada suhu di bawah -70C.1

Tabel 1. Spesimen yang digunakan untuk diagnosis avian influenza Sumber: World Health Organization. Guidelines on laboratory diagnosis of avian influenza. India; 2007. p. 1-10. 1. Deteksi langsung terhadap virus atau antigen virus Digunakan untuk isolasi virus avian influenza. Merupakan teknik dengan sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi avian influenza hidup dari spesimen klinik. Spesimen klinik ini diinokulasi pada kultur jaringan, di mana mereka akan membentuk perubahan karakterisitik pada kultur sel yang disebut efek sitopatik (cytopathic effect/ CPE) dalam satu minggu. CPE ini kemudian dikonfirmasi sebagai virus avian influenza dengan menggunakan reagen spesifik H5N1 yang terdiri dari beberapa metode yaitu (1) PCR, menggunakan primer spesifik H5 dan N1, (2) tes imunofluoresens menggunakan antibodi monoklonal spesifik terhadap H5 dan N1, atau (3) tes inhibisi hemagglutinasi menggunakan antibodi monoklonal terhadap H5 dan N1.

a. Kultur jaringan

Kekurangan dari isolasi virus adalah membutuhkan laboratorium diagnostik dengan kapasitas biosafety level 3 (BSL-3), peralatan khusus dan tenaga ahli yang terlatih. Faktor-faktor ini dapat menghalangi proses teknik insolasi di laboratorium perifer dan di negara dengan fasilitas diagnostik yang terbatas. Interpretasi: Isolasi virus merupakan metode referensi standar (gold standard) untuk diagnosis virus avian influenza dan memiliki sensivitas dan spesifitas mencapai 100%. Meskipun demikian, harus diingat bahwa isolasi virus hanya mendeteksi keberadaan virus yang infeksius, sehingga spesimen yang tidak dikirim dengan baik mungkin akan menghasilkan hasil negatif palsu akibat hilangnya viabilitas virus. Hasil dari isolasi virus bisa diperoleh dalam 5-7 hari. b. Tes imunofluoroesens Merupakan metode rapid dan sensitif untuk mendeteksi secara langsung antigen avian influenza dalam spesimen klinik. Sel yang terinfeksi dari spesimen direkatkan pada slide dan antigen virus ditampilkan dengan mengkombinasikannya dengan antibodi monoklonal spesifik avian, yang dapat direkatkan secara langsung dengan pewarna fluoresens (cara langsung) atau dibuat berinteraksi dengan anti-antibodi kedua yang direkatkan dengan pewarna fluoresens (cara tidak langsung), kemudian divisualisasikan di bawah mikroskop fluoresens. Interpretasi: hasil positif yang spesifik ditunjukkan dengan gambaran fluoresens hijau-apel intraselular, di satu atau beberapa sel yang terinfeksi. Dibandingkan dengan kultur sel, tes ini mempunyai sensiitivitas 70-100% dan spesifitas 80-100%.
c. Deteksi cepat (rapid detection) antigen virus

Didesain untuk dilakukan di lapangan, dan dapat dilakukan oleh petugas nonlaboratorium. Umumnya, kit untuk tes ini terdiri dari strip kolorimetrik, yang mana ketika diinkubasi dengan substrat penghasil-warna akan menampilkan keberadaan antigen virus dalam bentuk pita warna spesifik. Tes ini dapat mendeteksi antigen dari spesimen swab tenggorok, swab nasal dan aspirasi nasal. Interpretasi: rapid tes membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam untuk dilakukan dan mempunyai keuntungan tidak membutuhkan fasilitas BSL-2 atau BSL-3. Akhir-akhir ini, rapid tes digunakan untuk diagnosis human influenza virus. Tes ini dapat mendeteksi adanya salah satu dari influenza A atau B tanpa membedakan tipenya, atau dapat mendeteksi adanya kedua virus influenza A dan B tanpa membedakan

tipenya. Tidak ada dari tes di atas yang dapat membedakan antara subtype human (H1N1 dan H3N2) atau subtype avian (H5N1, H7N1, dll). Metode rapid tes untuk avian influenza mempunyai sensitivitas dan mungkin dapat memberi hasil positif atau negatif palsu, sehingga tidak direkomendasikan untuk deteksi rutin. d. PCR Merupakan metode yang digunakan untuk mendeteksi materi genetik virus dari sampel yang mengandung partikel virus. Variasi primer yang digunakan untuk avian H5N1 telah banyak digunakan. Karena perbedaan sekuens genetik di antara tipe dan subtype virus influenza, memungkinkan untuk memproduksi primer PCR yang spesifik untuk tiap subtype virus tersebut. Interpretasi: Untuk primer yang digunakan mendeteksi virus avian influenza, PCR akan menghasilkan produk untuk influenza A/ gen H5 dalam ukuran panjang 358 bp dan produk untuk gen N1 dalam ukuran panjang 615 bp. Hasil dari PCR ini dapat diperoleh dalam waktu kurang dari 5 jam di laboratorium diagnostik sehingga teknik ini sangat berguna untuk rapid diagnosis, terutama saat terjadi wabah. Teknik PCR dapat mengukur genom virus hidup dan mati, sehingga sensitivitasnya lebih tinggi sekitar 2-13% dari kultur sel karena kultur hanya dapat mendeteksi virus hidup.
2.

Metode serologikal untuk deteksi antibosi terhadap avian influenza Tes ini digunakan ketika insolasi virus tidak dapat dilakukan atau laboratorium tidak

mempunyai fasilitas yang cukup. Dua tes serologi yang paling sering digunakan adalah hemagglutination inhibition test (HAI) dan micro- neutralization test (NT).
a. Hemagglutination inhibition test

Hemagglutinin (HA) protein dari virus avian influenza mempunyai komponen yang dapat menggumpalkan eritrosit beberapa jenis spesies termauk kuda. Antibodi spesifik terhadap situs antigen pada molekul HA virus avian influenza mencegah reaksi hemagglutinasi. Interpretasi: Tes HAI dipertimbangkan positif untuk avian influenza jika pasangan serum konvalesen dan serum akut menunjukkan peningkatan kadar antibodi H5 minimal 4 kali lipat. Untuk alasan ini, hanya pasangan serum yang dapat digunakan untuk diagnosis. Namun, jika terjadi wabah, satu sampel serum dapat digunakan untuk presumtif diagnosis.

Hasil dari HAI dapat tersedia dalam 2-3 hari, sehingga tes ini cocok untuk banyak investigasi epidemiologi. b. Micro-neutralization test Tes ini berdasarkan pada fakta bahwa saat virus avian influenza dicampur dengan antibodi spesifik, virus ini akan kehilangan kemampuannya untuk menginfeksi, sehingga disebut dengan nama netralisasi. Tes ini disebut microneutralization karena membutuhkan serum dalam jumlah yang sedikit dan dapat dilakukan pada plates laboratorium kecil yang disebut microtitre plates. Tes ini sensitif dan spesifik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap virus avian influenza (H5N1) dalam serum manusia, dan mempunyai potensi untuk mendeteksi antibodi terhadap subtipe avian yang lain. Tes ini juga mampu mendeteksi antibodi spesifik H5 dalam serum manusia pada titer di mana tes inhibisi hemagglutinasi tidak bisa mendeteksinya. Interpretasi tes ini mirip dengan interpretasi pada tes hemagglutinasi yaitu peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali lipat pada pasangan serum konvalesen dan serum akut dipertimbangkan sebagai hasil positif. Hasil dari tes ini bisa terlihat dalam 3 hari. Meskupin demikian, karena yang digunakan dalam tes ini adalah virus hidup, maka hanya laboratorium BSL (biosafety level capacities)-3 dengan fasilitas kultur sel yang dapat melakukannya.

Gambar 2. Interpretasi beberapa jenis tes laboratorium Sumber: World Health Organization. Guidelines on laboratory diagnosis of avian influenza. India; 2007. p. 1-10.

Sumber: World Health Organization. Guidelines on laboratory diagnosis of avian influenza. India; 2007. p. 1-10.

DAFTAR PUSTAKA 1. World Health Organization. Guidelines on laboratory diagnosis of avian influenza. India; 2007. p. 1-10.

You might also like