You are on page 1of 16

ACARA I PENETAPAN KADAR CoCl2 DENGAN MENGGUNAKAN ALAT SPEKTROFOTOMETRI ABSORPSI SINAR TAMPAK

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum a. Mahasiswa terampil mengoperasikan alat spektrofotometer absorpsi dengan cara dan urutan langkah-langkah yang benar. b. Terampil menentukan tabung-tabung kuvet yang saling berpadanan (matched). c. Terampil membuat larutan dengan volume tertentu dan konsentrasi (ppm) tertentu untuk : Membuat spektrum absorpsi larutan CoCl2. Membuat kurva kalibrasi untuk CoCl2. Menetapkan konsentrasi larutan CoCl2 yang tidak diketahui.

2. Hari, Tanggal Praktikum Kamis, 8 November 2012

3. Tempat Praktikum Laboratorium Kimia, Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi (Riyadi, 2008).

Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Khopkar, 2007).

Sumber radiasi untuk spektroskopi UV-Vis adalah lampu tungsten. Cahaya yang dipancarkan sumber radiasi adalah cahaya polikromatik. Cahaya polikromatik UV akan melewati monokromator yaitu suatu alat yang paling umum dipakai untuk menghasilkan berkas radiasi dengan satu panjang gelombang (monokromator). Monokromator radiasi UV, sinar tampak dan infra merah adalah serupa yaitu mempunyai celah (slit), lensa, cermin dan perisai atau grating. Wadah sampel umumnya disebut sel/kuvet. Kuvet yang terbuat dari kuarsa baik untuk spektrosokopi UV dan juga untuk spektroskopi sinar tampak. Kuvet plastik dapat digunakan untuk spektroskopi sinar tampak. Radiasi yang melewati sampel akan ditangkap oleh detektor yang berguna untuk mendeteksi cahaya yang melewati sampel tersebut. Cahaya yang melewati detektor diubah enjadi arus listrik yang dapat dibaca melalui recorder dalam bentuk transmitansi absorbansi atau konsentrasi (Hendayana, 2001).

Larutan yang akan diamati melalui spektrofotometer harus memiliki warna tertentu. Hal ini dilakukan supaya zat di dalam larutan lebih mudah menyerap energi cahaya yang diberikan. Secara kuantitatif, besarnya energi yang diserap oleh zat akan identik dengan jumlah zat di dalam larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang gelombang dimana energi dapat diserap akan menunjukkan jenis zatnya (Keenan, 1992).

Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek dari panjang gelombang radiasi inframerah. Spectrum tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah). Sedangkan spectrum ultraviolet terentang dari 100 sampai 400nm. Kuantitas energy yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi. Absorpsi cahaya ultraviolet atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi electron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Transisi ini memerlukan 40-300 kkal/mol. Energy yang diserapnya selanjutnya terbuang sebagai kalor, sebaga cahaya atau tersalurkan dalam reaksi ki,ia (misalnya isomerasi atau reaksi-reaksi radikal bebas ) (Fessenden, 2002 : 436).

Spektrum sinar tampak UV umumnya digunakan untuk mendeteksi konjugasi. Pada umumnya molekul tanpa ikatan rangkap atau dengan satu ikatan rangkap saja tidak menyerap di daerah sinar tampak ultraviolet (200-800 nm). Namun demikian, sistem terkonjugasi memeng menyerap dan semakin banyak terkonjugasi, semakin panjang gelombang dari serapan maksimumnya (Hart, 2003: 398).

Suatu spektrum tampak atau ultraviolet memberikan suatu grafik dari panjang gelombang atau frekuensi yang secara berkesinambungan berubah sepanjang suatu daerah sempit dari spektrum elektromagnetik, versus transmisi persen (%T) atau absorbans (A). Transmitansi, T = P/P0, semata-mata adalah fraksi daya masuk yang diteruskan oleh sampel. Juga dijumpai %T = P/P0 100% hukum Beer, absorbans berbanding lurus dengan konsentrasi, maka jelas bahwa transmitansi tidak ; log T haruslah diplotkan terhadap C untuk memperoleh grafik linear.Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah UV-tampak karena mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang dimana absorpsi itu terjadi, tergantung pada berapa kuat elektron itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek untuk eksitasinya. Elektron dalam ikatan rangkap dua dan rangkap tiga agak mudah dieksitasikan ke orbital yang lebih tinggi (Underwood, 2002 : 388).

Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Hamdani, 2009).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-Alat Praktikum Pipet volum 1 mL Pipet volum 2 mL Labu ukur 10 mL Rubber bulb Pipet tetes Kuvet Alat spektrofotometri UV-VIS

2. Bahan-Bahan Praktikum Larutan CoCl2.6H2O 0,1 M Aquadest Larutan HCl 1% Larutan sampel

D. SKEMA KERJA
1. Memilih Tabung-Tabung Kuvet yang Saling Berpadanan (Matched) CoCl2.6H2O 0,1 M (dalam pelarut HCl 0,1%) Diambil sebanyak 0,5 mL Diencerkan hingga volumenya 10 mL Hasil Dimasukkan ke dalam kuvet Dimasukkan ke dalam UV-VIS Hasil

Hasil Dipasang pada panjang gelombang 510 nm Dibuat nilai transmitannya 90% Diukur nilai transmitan larutan Diulangi sebanyak 4 kali dengan kuvet yang berbeda Hasil

2. Menentukan Panjang Gelombang CoCl2.6H2O CoCl2.6H2O 0,1 M (dalam pelarut HCl 0,1%) Diambil sebanyak 0,5 mL Diencerkan hingga volumenya 10 mL Hasil Dimasukkan ke dalam kuvet Dimasukkan ke dalam UV-VIS (sebelumnya UVVIS dikalibrasi dengan larutan HCl 0,1 % (blanko) sehingga nilai adsorbannya nol) Hasil Dipasang pada panjang gelombang 450 nm Diukur nilai adsorbannya Diulangi langkah-langkah di atas sebanyak 10 kali untuk panjang gelombang yang berbeda dengan interval 10 (450-540) Ditentukan panjang gelombang maksimumnya Hasil

3. Membuat Kurva Kalibrasi CoCl2 CoCl2.6H2O 0,1 M (dalam pelarut HCl 0,1%) Diambil sebanyak 0,5 mL ; 1 mL ; 2,5 mL ; 5 mL Masing-masing diencerkan hingga volumenya 10 mL Hasil Diambil salah satu larutan yang sudah diencerkan (0,5 mL) Dimasukkan ke dalam kuvet Dimasukkan ke dalam UV-VIS (sebelumnya UV-VIS dikalibrasi dengan larutan HCl 0,1 % (blanko) sehingga nilai adsorbannya nol) Hasil Dipasang pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan dari percobaan 2 Diukur nilai adsorbannya Diulangi langkah-langkah di atas untuk larutan 1 mL ; 2,5 mL dan 5 mL yang telah diencerkan Hasil

4. Menentukan Konsentrasi Larutan Sampel Sampel (CoCl2.6H2O 0,1 M yang diambil sebanyak X mL dan diencerkan hingga X mL) Dimasukkan ke dalam kuvet Dimasukkan ke dalam UV-VIS Diukur nilai adsorbannya Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
1. Memilih Tabung-Tabung Kuvet yang Saling Berpadanan (Matched) Larutan yang dipakai Pengukuran ke1 CoCl2.6H2O 0,5 mL 2 3 4 %T 96,2 % 90,9 % 97,2 % 100,8 %

2. Menentukan Panjang Gelombang CoCl2.6H2O Pengukuran ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Panjang Gelombang () 450 nm 460 nm 470 nm 480 nm 490 nm 500 nm 510 nm 520 nm 530 nm 540 nm Absorbansi (A) 0,009 0,011 0,012 0,013 0,014 0,015 0,016 0,014 0,012 0,008

3. Membuat Kurva Kalibrasi CoCl2 Volume Larutan CoCl2 (mL) 0,5 1 2,5 5 510 nm Panjang Gelombang Maksimum () 0,026 0,033 0,078 0,157 Absorbans (A)

4. Menentukan Konsentrasi Larutan Sampel Panjang Gelombang Maksimum () 510 nm Absorbans sampel 0,037

F. ANALISIS DATA
1. Memilih Tabung-Tabung Kuvet yang Saling Berpadanan (Matched) Diketahui : Larutan yang dipakai Pengukuran ke1 CoCl2.6H2O 0,5 mL 2 3 4 %T 96,2 % 90,9 % 97,2 % 100,8 %

Selisih % Transmitan Kuvet 1 dan Kuvet 2 Selisih %T = T2 T1 = 90,9% - 96,2% = - 5,3% Kuvet 1 dan Kuvet 3 Selisih %T = T3 T1 = 97,2% - 96,2% = 1% Kuvet 1 dan Kuvet 4 Selisih %T = T4 T1 = 100,8 % - 96,2% = 4,6%

Dari hasil perhitungan selisih, kuvet yang matched adalah kuvet 1 dan kuvet 3 karena memiliki nilai selisih % transmitan yang paling kecil.

2. Menentukan Panjang Gelombang CoCl2.6H2O Diketahui : Panjang Gelombang () 450 nm 460 nm 470 nm 480 nm 490 nm 500 nm Absorbansi (A) 0,009 0,011 0,012 0,013 0,014 0,015

510 nm 520 nm 530 nm 540 nm

0,016 0,014 0,012 0,008

Grafik Hubungan Antara Panjang Gelombang () Dengan Nilai Absorbans (A)


0.018 0.016 0.014

Adsorban

0.012 0.01 0.008 0.006 0.004 0.002 0 440 460 480 500 520 540 560

panjang gelombang

3. Membuat Kurva Kalibrasi CoCl2 Diketahui : Volume Larutan CoCl2 (mL) 0,5 1 2,5 5 Absorbansi (A) 0,026 0,033 0,078 0,157

Konsentrasi Setelah Pengenceran Pada V = 0,5 ml M1.V1 0,1 M . 0,5 ml M2 = = = = 0,005 M M2.V2 M2. 10 ml

Pada V = 1 ml M1.V1 0,1 M . 1 ml M2 = = = = 0,01 M M2.V2 M2. 10 ml

Pada V = 2,5 ml M1.V1 0,1 M . 2,5 ml M2 = = = = Pada V = 5 ml M1.V1 0,1 M . 5 ml M2 = = = = 0,05 M M2.V2 M2. 10 ml 0,025 M M2.V2 M2. 10 ml

Konsentrasi 0,005 0,01 0,025 0,05

Absorbansi (A) 0,026 0,033 0,078 0,157

Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Dengan Nilai Absorbans (A)


0.18 0.16 0.14 y = 2.9755x + 0.0066 R = 0.996

adsorban

0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06

konsentrasi

4. Menentukan Konsentrasi Larutan Sampel Diketahui : Absorbansi sampel = 0,037

Konsentrasi sampel Y 0,037 = = 2,9755X + 0,0066 2,9755X + 0,0066 2,9755X 2,9755X

0,037 0,0066 = 0,0304 X = = =

0,0102

G. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini akan membahas tentang alat spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat ini digunakan untuk mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut. Spektrofotometer absorbsi merupakan sebuah instrumen untuk mengukur absorbsi atau penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh suatu atom atau molekul. Proses absorbsi yang terjadi yaitu absorbsi cahaya oleh suatu molekul yang merupakan suatu bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan atom/molekul. Selanjutnya energi cahaya diserap oleh atom atau molekul dan digunakan oleh elektron di dalam atom atau molekul tersebut untuk bertransisi ke tingkat energi elektronik yang lebih tinggi. Semua molekul dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah UVVis karena mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri yang dapat dieksitasikan ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang dimana absorbsi itu terjadi, bergabung dengan beberapa kuat electron itu terikat dalam molekul tersebut. Electron dalam suatu ikatan kovalen hingga terikat dengan kuat, dimana diperlukan energi radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek untuk eksisjasinya. Electron dalam rangkap dua atau rangkap tiga agak mudah dieksistasikan kedalam orbital yang lebih tinggi ( Underwood, 2002 : 388-390 ).

Pada pecobaan pertama, yaitu memilih tabung-tabung kuvet yang saling berpadanan atau matched. Sebelumnya dilakukan pengenceran terhadap larutan CoCl2 0,1 M masing-masing sebanyak 0,5ml ; 1ml ; 2,5 ml dan 5 ml yang diencerkan dengan aquades hingga volumenya 10 mL. Dari keempat larutan ini dipilih larutan dengan volume 0,5 sebagai sampel untuk mengukur transmitannya. Sampel ini kemudian diukur % transmitannya dengan menggunakan kuvet yang berbeda beda, tujuannya adalah untuk mencari kuvet yang matched. Berdasarkan hasil pengamatan kuvet 1, 2, 3, dan 4 memiliki nilai transmitan berturut-turut 96,2% ; 90,9%; 97,2%; dan 100,8%. Dari data yang diperoleh, semua kuvet memiliki selisih % transmitan kurang dari 1%, namun yang dapat dikatakan paling matched adalah kuvet 1 dan 3. Hal ini dikarenakan kuvet 1 dan 3 memiliki selisih % transmitan yang paling kecil. Pengertian kuvet yang matched ialah kuvet tersebut harus memiliki sifat optis yang sama, seperti harus memiliki ketebalan

dinding yang sama, terbuat dari bahan yang sama dan memiliki sifat pemantulan dan penerusan sinar yang sama (Hendayana,2001). Bila kuvet yang digunakan tidak matched maka tidak dapat diperoleh hasil pengukuran %T atau absorbans yang benar. Semakin tinggi nilai % transmitannya, maka dapat dikatakan kuvet-kuvet tersebut dapat meneruskan sinar dengan baik sehingga digunakan pada percobaan berikutnya.

Percobaan berikutnya yaitu penentuan panjang gelombang maksimum. Mula-mula dimasukkan larutan blanko yaitu HCl 1 % ke dalam spektrofotometer uv-vis, tujuannya ialah untuk membuat absorbannya menjadi 0. Blanko ini berguna untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase atau intensitas cahaya awal dari sumber cahaya. Setelah itu dilakukan pengukuran absorban terhadap sampel COCl2 0,1 M (0,5 mL) dimana larutan ini diukur pada panjang gelombang 450-540 nm dengan interval 10 nm. Tujuannya ialah untuk mencari pada daerah panjang gelombang mana yang dapat memberikan pengukuran absorban yang paling tinggi. Dengan mengetahui panjang gelombang maksimum, maka dapat meminimalisir % error dalam pengukuran absorbansi dari sampel yang akan diukur selanjutnya. Setelah data diperoleh, kemudian dibuat grafik hubungan antara absorban dengan panjang gelombang. Berdasarkan hasil pengamatan pada grafik, pada panjang gelombang 510 nm memberikan pembacaan yang paling tinggi (panjang gelombang maksimum) dengan nilai absorbansi 0,016, sehingga panjang gelombang ini digunakan untuk mengukur sampel yang berikutnya.

Percobaan selanjutnya adalah membuat kurva kalibrasi. Untuk membuat kurva kalibrasi digunakan larutan COCl2 standar dengan konsentrasi yang berbeda-beda yang diperoleh melalui pengenceran (0,5 mL ; 1 mL ; 2,5 mL ; dan 5 mL yang masing-masing diencerkan dengan aquades hingga volumenya 10 mL). Setelah alat diset pada panjang gelombang maksimum (510nm), masing-masing sampel diukur absorbannya pada panjang gelombang tersebut dan diperoleh absorban dari masing-masing larutan untuk 0,5 mL ; 1 mL ; 2,5 mL dan 5 mL berturut-turut sebesar 0,026; 0,033; 0,078; dan 0157. Setelah itu dibuat grafik hubungkan antara absorbans dengan konsentrasi larutan dan didapatkan grafik yang linier dengan persamaan Y = 2,9755X + 0,0066.

Pada percobaan terakhir yaitu menentukan konsentrasi sampel. Mula-mula dibuat sampel yang tidak diketahui konsentrasinya dan diukur absorbansinya. Dari hasil pengukuran diperoleh nilai absorbans sampel adalah 0,037. Dari persamaan (Y = 2,9755X + 0,0066) yang telah didapatkan pada percobaan sebelumnya, yaitu pada kurva kalibrasi, kita dapat menentukan konsentrasi sampel tersebut. dimasukkan ke dalam persamaan dan didapatkan hasilnya yaitu sebesar 0,0239. Dimana Y merupakan absorban dan X merupakan konsentrasi. Dari hasil perhitungan diperoleh konsentrasi larutan sampel sebesar 0,0102 M.

Dalam setiap pengukuran sampel menggunakan UV-VIS, sebelumnya harus dikalibrasi dengan aquades. Pengkalibrasian pada alat dilakukan guna untuk mengetahui apakah alat tersebut sudah terkualifikasi.

H. KESIMPULAN
Nilai transmitan dan absorban suatu senyawa dapat diukur dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Kuvet yang matched adalah kuvet yang terbuat dari bahan yang sama, dan memiliki sifat optis yang sama yaitu memiliki sifat memantulkan dan meneruskan cahaya yang sama serta memberikan nilai transmitan yang sama atau minimal selisihnya kurang dari satu. Panjang gelombang maksimum untuk CoCl2 berdasarkan grafik yang diperoleh dari data hasil praktikum adalah 510 nm. Konsentrasi suatu larutan berbanding lurus dengan nilai absorbansinya. Berdasarkan kurva kalibrasi, diperoleh konsentrasi larutan sampel sebesar 0,0102M.

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralp J., dan S. Fesssenden. 2002. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Hamdani. 2009. Instrumen Spektrofotometri UV-VIS. Jakarta : UI Press. Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta: Erlangga. Hendayana, Sumar. 2001. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press. Keenan R. 1992. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga. Khopkar S. 2007. Konsep Dasar kimia Analitik. Jakarta : UI Press Riyadi W. 2008. Perbedaan Spektrometri dan Spektrofotometri. Bogor : Fakultas Teknik. Underwood A.L. dan Day R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

You might also like