Daftar Isi:
* AWAS! Recent Art from Indonesia: Misi Kekerasan Indonesia
* Pameran Seni Grafis Generasi Pertama “Tjap Tangan”: Kosmetik Eksotika
* On(e)line Exhibition- 17 World Wide Video Art Festival: Seni dalam Lipatan Jarak, Ruang, dan Waktu
* First Issues BENDA- Handi Wirman: Benda Yang Tak Bermakna
* Cuplikan Hasil Acara “Dialog Seni Kita” (Acara Garapan Yayasan Seni Cemeti & Radio Unisi FM)
* Pablo Picasso (1881-1973) ‘Mengapa saya bergabung dengan partai komunis’
* Pameran Seni Patung “Sculpture In Freedom”: Fleksibilitas Kebebasan
* Pameran 32 tahun Dokumentasi Kesenian Yogyakarta “Kembali Djogja Kembali”: Selama ini 32 Tahun Lamanya
Daftar Isi:
* AWAS! Recent Art from Indonesia: Misi Kekerasan Indonesia
* Pameran Seni Grafis Generasi Pertama “Tjap Tangan”: Kosmetik Eksotika
* On(e)line Exhibition- 17 World Wide Video Art Festival: Seni dalam Lipatan Jarak, Ruang, dan Waktu
* First Issues BENDA- Handi Wirman: Benda Yang Tak Bermakna
* Cuplikan Hasil Acara “Dialog Seni Kita” (Acara Garapan Yayasan Seni Cemeti & Radio Unisi FM)
* Pablo Picasso (1881-1973) ‘Mengapa saya bergabung dengan partai komunis’
* Pameran Seni Patung “Sculpture In Freedom”: Fleksibilitas Kebebasan
* Pameran 32 tahun Dokumentasi Kesenian Yogyakarta “Kembali Djogja Kembali”: Selama ini 32 Tahun Lamanya
Daftar Isi:
* AWAS! Recent Art from Indonesia: Misi Kekerasan Indonesia
* Pameran Seni Grafis Generasi Pertama “Tjap Tangan”: Kosmetik Eksotika
* On(e)line Exhibition- 17 World Wide Video Art Festival: Seni dalam Lipatan Jarak, Ruang, dan Waktu
* First Issues BENDA- Handi Wirman: Benda Yang Tak Bermakna
* Cuplikan Hasil Acara “Dialog Seni Kita” (Acara Garapan Yayasan Seni Cemeti & Radio Unisi FM)
* Pablo Picasso (1881-1973) ‘Mengapa saya bergabung dengan partai komunis’
* Pameran Seni Patung “Sculpture In Freedom”: Fleksibilitas Kebebasan
* Pameran 32 tahun Dokumentasi Kesenian Yogyakarta “Kembali Djogja Kembali”: Selama ini 32 Tahun Lamanya
SUratrs
YAYASAN SENI CEMET! VOLUME git
DARI REDAKS!
Pas poliik sejauh ini rupanya telah menghasilkan sikap
ian perangai menarik di masyarakat. Secara lebih dekat,
kelka melihat "bahasa-bahasa’ yang dihasilkan
masyarakat, apini yang terbentuk atas sebuah solusi
polilik memunculkan beraneka ragam_gelagat.
Melecehkan, menertawakan, memberontak atau
mendukung bahkan dengan berbagai aktivitas kreatlf
lisan, tulisan maupun gambar menjadi adegen
menank untuk diapresiasi
Golagat semacam itu diantaranya terlihat dari
gerak rupa yang dapat Anda lihat langsung i
jalanan. Munculnya presiden baru member
banyak pola, kehendak dan desakan untuk
mengganti peran. Sudut pandang lain,
karya seni rua memberikan kerangka
yang mungkin menjadi solusi dan berita
bagi masyarakat atas perubahan
‘mendasar yang terjadidinegertini
Sudut-sudut semacam ini terlhat juge
pada beberapa agenda pameran yang
terselenggara, seperti: pameran
“AWASI Recent Art from Indonesia’,
pameran yang mensurvei kejelian
seniman tentang dunia politik
keseharian. Belum lagi sudut lain
yang cukup berkaitan dengan
masalah kerja seni massa
khususnya tentang seni gratis,
seperti pencermatan terhadap
generasi pertama iklan di
Indonesia. Ini dapat dibaca dalam
ulasan tentang _pameran seni
grafis ‘Tjap Tangan” dari
pendekatan seni rupa, Bahkan
tentang lahimya ruang baru bagi
senimaa dengan lahirnya
"Bends"
Pembaca yang budiman, edisikall ini
sarat dengan kajian tentang agenda
pameran di Yogyakarta. SURAT YSC
kian hari memang berusana menyajikan
berbagai kaitan antara seni dan masalah
yang ada di masyarakat, Bukan tidak
mungkin pada akhimya nanti muncul berbagai
prediksi, maupun kecenderungan menarik
sebagai kajian melihat “bahasa’ dan perangai yang
‘ada disekitar kita mtSurat
VOLUME SI NOVEMBER 1999
‘
uma. 888
eae
Gojolak yang terjadi di indonesia, terutama pada
saat bergulimya reformasi, temyata tidak hanye
‘membawaperubahan-perubahan yang cenderung
radikal di sektor sosial, politk dan ekonomi
Kebebasan untuk berekspresi yang sepertinya
tidak lopas begitu saja. Terjadinya krisis ekonomi
yang cukup parah, telah menciptakan berbagai
macam konfik serta gejolak di dalam masyarakat
Indonesia. Seniman sebagai bagian dari struktur
sosial masyarakat, relihat hal tersebut sebagai
suatu hal menarik yang harus ditangkap dan
segera “diolah" menjadi sebuah karya seni yang
dlanggap dapat menggambarkan ‘kedahsyatan
gejolak sorta konflik yang sedang terjadi
Keleluasaan untuk mengekspresikan ide-ide, telah
‘mereflaksikan adanya suatu perubahan ,terutama
dalamhal berkesenian.
Yayasan Seni Cemeti, melihat hal itu sebagai
suatu ide yang menarik untuk diangkat menjadi
‘tema dari sebuah pameran seni rupa yang bertajuk
AWAS! Recent Art from Indonesia. Pameran yang
‘ikuraton oleh Mella Jaarsma (Belanda), M. Dwi
Marianto (indonesia), Damon Moon (Australia)
‘dan Alexandra Kuss (Jecman) secara garis besar
berusaha untuk mensurvei perkembangan seni di
indonesia pada saat bergullmya reformasi, yang
penuh dengan gejolak, konflik, kebebasan
berekspresi sorta Kiisis ekonomi, Karya-karya
‘yang dipamerkan dapat dikatakan secara umum
merupaken karya-karya seni rupa kontemporer
yang dianggap sebagai sebuah reficksi dari situasi
dan keadaan terkinidi Indonesia.
Menurut kurator, berawal dari kenyataan bahwa
Indonesia merupakan negara Keempat terpadat
penduduknya yang memiliki
‘AASAN SEN! CEMET,
kompleksitas sosial . budaya, dan bahasa yang
ipaka. Senirupa kontemporer adalah bagian dari
itu dan selayaknya ie merupakan salah satu
behasa yang dapat menggambarkan
keanekaragaman tad. Sama halnya ketika dunia
polltk mengalami perubahan besar-besaran pada
Tanggal Zt Mei 1998 yang dljacikan tonggak
runtunnya rezim orde baru, yang mengimbas pada
kegiatan masyarakat
Pameran ini dikuti oleh 14 seniman seperti Agung
Kurniawan, Eddie Hara, Heri Dono, Agus Suwage,
Nindityo Adipurnamo, S. Teddy D., Bunga Jeruk,
‘Samuel Indratma, Tisna Sanjaya, Krisna Murti
‘Arahmaiani, Hanura Hosea, Papok Tri Wahyudl
serta _kolaborasi Kelampok Apotik Komik (Ar
Dyanto, Samuel, Popok). Mereka merupakan
seniman Indonesia yang telah memiiki “jam
terbang” yang cukup tinggi. Ini dapat dilhat dari
padatnya acara seliap seniman melaksanakan
agendaacaranya.
Pameran ini diadakan pertama kali oi Museum
Benteng Vredebueg Yogyakarta pada 11 hingga 15
Oktober 1999, diraneanakan juga akan dibawa ke
‘Australia (Australian Centre for Contemporary Art,
Melbourne; Canberra Contemporary Art Space,
Ganberra; Ivan Dougherty Gallery Sidney; dan
Gairns Regional Gallery, Chains), Jepang
(Hiroshima Cily Museum of Contemporary Ar,
Hiroshima: Hokkaide Agahikawa Museum of Art.
Asahikawa), Jerman (Asian Fine Art Factory.
Berlin), serta negara-negara Eropa lainnya yang
diperkirakan selesai pada tahun 2001, Karya-karya
tersebut juga akan dipamerkan di beberapa
negara, dapat dikatekan sebagai “dutakelling”
yang membawa misi untuk menjelaskan pada
Gunia luar menganal perkembangan seni tupa
terkini Indonesia
Bahasa aristik karya-karya yang ditampitkan oleh
para seniman di dalam pameran ini menark untuk
disimak, meskipun secara global. karya-karys
tersebut ealuruhnya nyaris Sarat Gengan kriti«
ternadap kekerasan, atau dengan kata lain secara,
khusus menyoroti ‘sikap represif yang selalu
ditonjolkan oleh pemerintah indonesia dalam
menyelesaikan suatu masalah yang dianggap
dapat mengganggu ‘stabilitas_nasional
Khususnya akibat yang dimunculkan oleh
peristiwa besar yang lerjadi pada 21 Mei 1998,
kotika Presiden Soeharto lengse«
Hal lain yang diketengahkan adalah berbagel
kasus yang kemudian merebak di selucuh negee
ini, sepert kasus Ambon, Banyuwangi, Timor.
Timur (sekarang Timor Leste). sampai Sambas
dan Aceh. Imajinasi bahasa tersebut tampil kuat
pada karya Tisna Sanjaya yang berudul Visit
Indonesian Years 1999. Dalam karyanya
digambarkan sosok Tisna dalam baju loreng
berdiri berdampingan dengan sosoknya yang lain
mengenakan kaos kuning Pariai Golkar sambil
‘mengacungkan segepok ang lima puluh ribuan.
Selain tu, tampakpula ukisan keluarga Tisna yang
Gilatarbelakangi oleh pemandangan alam yang
indah. citambahi juga dengan sasok tentara yang
sedang menodongkan senjatanya kearah seorang
pelani, Kaos-kaos loreng bertulskan Tanjung‘ASN SEN CEMET
Priok, Aceh, Timor-Timur juga digantungkan i
bawah lukisan pemandangan alam tersebut,
sebuah penggambaran yang ironis dimana dibalik.
keindahan slam Indonesia, teryata tersimpan
ula bibit-bibit kekeragan yang mengerkean
Sindiran lain pada karya Agung Kumiawan dalam
karyanya Souvenirs trom the Third Worid,
mengetengahkan sosok-sosok manusia aneh
sebagai tampilan figur yang kerap menghegemoni,
baik itu seniman (potret dirnya sendin’ menu
‘Agung), tentara maupun mahluk asing yang berdin
diatas. 10 gerobak dorong Kecil dilatarbelakangi
bunyi-bunyian mongton yang secara_terus:
Menerus diperdengarkan, Agung seperti ingin
Mmenawarkan sebuah bentuk “leror™ sebagai
Penggambaran dari situasi yang terjagi
belakangan ini, dimana kita seperti
terus-menerus dipaksa untuk menerimal menelan
berbagai macam kejadian serta peristina
kekerasan yang datang silh bergant,
Agus Suwage lebin beringas_menyuarakan
tentang keberadaan negerinya dengan
Moreno aren negerinya dengan
Preasure, sebuah tenda milter yang. bagian
dalamnya _bergambar adegan-adegan seronok
dari ian filmfim panas” indonesia. Sangat
menark karena di antara gambar-gambartersebut
ferdapat lukisan diri wajan Agus dalam berbagal
ekspresi, ditarnbah alunan musik dangdut serta
suasana’temaram yang makin rrembuat suasana
dalam tenda in menjadi emacam arena
kkemesuman. Tenda milter, bisa jadi merupakan
‘sebuah penggambaran yang paling pas, dapat
segera_mengingatkan orang pada masa-masa
menjélang kerusuhan-kerusuhan dan setelah
felormasi, Pada. saat itu, tenda-tenda miller
merupakan sebuah pemandangan biasa "yang
dapat cijumpai teruiama di sudutsudul ‘kota
Jakarta, kota tompat dimane. Agus perah tinggal
Karya Agus seperiinya ingin’ menggambarkan
Kekerasan-kekerasan yang terlalu sering muncul
sehingga pada aknirnya dianggap sebagal suaty
hiburan yang harus “dinikmat” oleh kebanyakan
rang di indonesia,
Dan beberapa ‘perangai” seniman i atas, esensi
Penting yang tenadi adalah perubahan-perubahan
estetika yang ada. Jika dahulu banyak perupa
yang hanya sembunyi-sembunyi “mengej@k
Pemerintah Grba, kini dalam proses berkesenian.
reformasimemberi_peluang untuk langsung
derteriak lantang menunjukkan keinginannya.
Sebaliknya, euforia polltk yang muncul Kerap
‘member’ pertanyaan dan tandatanda, apakah
seniman'seniman ini Semakin dewasa dalam
dalam pameran “AWAS! Recent Art fram
Indonesia, bisa jadi merupakan sualu bentuk
reaksi dan'tanda kedewasaan para seniman dari
adanya keleluasaan serta kebebasan berakspresi
tad
Walhasil perkembangan (baca: perubahan) di
dunia seni tidak dapet dipisahkan dari adanya
erubahan-perubahan yang teadi dalarsstrakivr
sosial, Seni yang dalam hat ini digunakan sebagal
lat untuk merealisasican aspirasi dan ide Sebagai
reaksiterhadap situasi yang tera turumembawa
arus perubahan pada struktur sosial masyarakat
itu send. Tartu dari pameran ini juga menyisakan
Derbagai perasaan-perasaan dalam setiap
penikmal. Dari artist's talk yang telah digelar han
berikutnya banyak yang beranggapan bahwa
terdapat adanya kekerasan dan sinisme pada
karya-karya seni yang dibuat. Namun ity semua
adalah beban tanggungan dari sebuah negeri yang
sedangbertenan Gir. Teddy. Anke
Pameran Soni Grafis Generasi Pertama
“Tjap Tangan”™
KOSMETIK EKSOTIKA
ebiasaan menyimpan dokumen atau
barang-barang lama mungkin belum
menjadi suatu kebiasaan yang
membudaya di Indonesia, Bahkan
sampai_kini banyak
dokumen tama dan
penting, raib
Memungkinkan
terjadinya
pombélokan realitas
dan memunculkan
kenaitan,
Persoatan lain adalah
mengidentifikasi
keberadaannyapun
‘menjadi magalah yang
tak gampang. Menatap,
barang-barang lama
yang menjadi saksi
sejarah_perjalanan
Waktu kadang-kadang
membosanksn, tatapi
petty clingat bahwa dari
barang-barang lama
tersebut kita dapat
mempelajarl dan
mendapatkan
VOLUME 5/NOVEMBER 1999
berkarya .setelah kejadian yang banyak
mengakibaikan kesulitan-kesulilan ity. Karya
karya seni kontemporer yang. ditampilkan
Pengetahuan lebih dari
sekadar persoalan
bentuk dan fungsinya, misalnya mengenal periiaky
masyarakat serta trend yang terjadi pada
Pengguna barang-barang lersebut, Sampai pula
pada persoalan sejarah yang hingga kini cuma
Karena sebuah barangidokumen lama, neger ini f
masih dipenuhi mister
‘agus Sunane, 1060,
ressur and Pans,
Dintnat banyak rang,
Untunglah pada 18-29 September 1999 sekitar 12
kolektor mencoba_menyuguhkan karya-karya
grafis lama yang mengajak kita bemostalgia
‘melihat iklan benda-benda pakai dari era 1920-an,
‘sampai'1950-an di BentaraBudaya Yogyakarta,