You are on page 1of 12
SUratrs YAYASAN SENI CEMET! VOLUME git DARI REDAKS! Pas poliik sejauh ini rupanya telah menghasilkan sikap ian perangai menarik di masyarakat. Secara lebih dekat, kelka melihat "bahasa-bahasa’ yang dihasilkan masyarakat, apini yang terbentuk atas sebuah solusi polilik memunculkan beraneka ragam_gelagat. Melecehkan, menertawakan, memberontak atau mendukung bahkan dengan berbagai aktivitas kreatlf lisan, tulisan maupun gambar menjadi adegen menank untuk diapresiasi Golagat semacam itu diantaranya terlihat dari gerak rupa yang dapat Anda lihat langsung i jalanan. Munculnya presiden baru member banyak pola, kehendak dan desakan untuk mengganti peran. Sudut pandang lain, karya seni rua memberikan kerangka yang mungkin menjadi solusi dan berita bagi masyarakat atas perubahan ‘mendasar yang terjadidinegertini Sudut-sudut semacam ini terlhat juge pada beberapa agenda pameran yang terselenggara, seperti: pameran “AWASI Recent Art from Indonesia’, pameran yang mensurvei kejelian seniman tentang dunia politik keseharian. Belum lagi sudut lain yang cukup berkaitan dengan masalah kerja seni massa khususnya tentang seni gratis, seperti pencermatan terhadap generasi pertama iklan di Indonesia. Ini dapat dibaca dalam ulasan tentang _pameran seni grafis ‘Tjap Tangan” dari pendekatan seni rupa, Bahkan tentang lahimya ruang baru bagi senimaa dengan lahirnya "Bends" Pembaca yang budiman, edisikall ini sarat dengan kajian tentang agenda pameran di Yogyakarta. SURAT YSC kian hari memang berusana menyajikan berbagai kaitan antara seni dan masalah yang ada di masyarakat, Bukan tidak mungkin pada akhimya nanti muncul berbagai prediksi, maupun kecenderungan menarik sebagai kajian melihat “bahasa’ dan perangai yang ‘ada disekitar kita mt Surat VOLUME SI NOVEMBER 1999 ‘ uma. 888 eae Gojolak yang terjadi di indonesia, terutama pada saat bergulimya reformasi, temyata tidak hanye ‘membawaperubahan-perubahan yang cenderung radikal di sektor sosial, politk dan ekonomi Kebebasan untuk berekspresi yang sepertinya tidak lopas begitu saja. Terjadinya krisis ekonomi yang cukup parah, telah menciptakan berbagai macam konfik serta gejolak di dalam masyarakat Indonesia. Seniman sebagai bagian dari struktur sosial masyarakat, relihat hal tersebut sebagai suatu hal menarik yang harus ditangkap dan segera “diolah" menjadi sebuah karya seni yang dlanggap dapat menggambarkan ‘kedahsyatan gejolak sorta konflik yang sedang terjadi Keleluasaan untuk mengekspresikan ide-ide, telah ‘mereflaksikan adanya suatu perubahan ,terutama dalamhal berkesenian. Yayasan Seni Cemeti, melihat hal itu sebagai suatu ide yang menarik untuk diangkat menjadi ‘tema dari sebuah pameran seni rupa yang bertajuk AWAS! Recent Art from Indonesia. Pameran yang ‘ikuraton oleh Mella Jaarsma (Belanda), M. Dwi Marianto (indonesia), Damon Moon (Australia) ‘dan Alexandra Kuss (Jecman) secara garis besar berusaha untuk mensurvei perkembangan seni di indonesia pada saat bergullmya reformasi, yang penuh dengan gejolak, konflik, kebebasan berekspresi sorta Kiisis ekonomi, Karya-karya ‘yang dipamerkan dapat dikatakan secara umum merupaken karya-karya seni rupa kontemporer yang dianggap sebagai sebuah reficksi dari situasi dan keadaan terkinidi Indonesia. Menurut kurator, berawal dari kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara Keempat terpadat penduduknya yang memiliki ‘AASAN SEN! CEMET, kompleksitas sosial . budaya, dan bahasa yang ipaka. Senirupa kontemporer adalah bagian dari itu dan selayaknya ie merupakan salah satu behasa yang dapat menggambarkan keanekaragaman tad. Sama halnya ketika dunia polltk mengalami perubahan besar-besaran pada Tanggal Zt Mei 1998 yang dljacikan tonggak runtunnya rezim orde baru, yang mengimbas pada kegiatan masyarakat Pameran ini dikuti oleh 14 seniman seperti Agung Kurniawan, Eddie Hara, Heri Dono, Agus Suwage, Nindityo Adipurnamo, S. Teddy D., Bunga Jeruk, ‘Samuel Indratma, Tisna Sanjaya, Krisna Murti ‘Arahmaiani, Hanura Hosea, Papok Tri Wahyudl serta _kolaborasi Kelampok Apotik Komik (Ar Dyanto, Samuel, Popok). Mereka merupakan seniman Indonesia yang telah memiiki “jam terbang” yang cukup tinggi. Ini dapat dilhat dari padatnya acara seliap seniman melaksanakan agendaacaranya. Pameran ini diadakan pertama kali oi Museum Benteng Vredebueg Yogyakarta pada 11 hingga 15 Oktober 1999, diraneanakan juga akan dibawa ke ‘Australia (Australian Centre for Contemporary Art, Melbourne; Canberra Contemporary Art Space, Ganberra; Ivan Dougherty Gallery Sidney; dan Gairns Regional Gallery, Chains), Jepang (Hiroshima Cily Museum of Contemporary Ar, Hiroshima: Hokkaide Agahikawa Museum of Art. Asahikawa), Jerman (Asian Fine Art Factory. Berlin), serta negara-negara Eropa lainnya yang diperkirakan selesai pada tahun 2001, Karya-karya tersebut juga akan dipamerkan di beberapa negara, dapat dikatekan sebagai “dutakelling” yang membawa misi untuk menjelaskan pada Gunia luar menganal perkembangan seni tupa terkini Indonesia Bahasa aristik karya-karya yang ditampitkan oleh para seniman di dalam pameran ini menark untuk disimak, meskipun secara global. karya-karys tersebut ealuruhnya nyaris Sarat Gengan kriti« ternadap kekerasan, atau dengan kata lain secara, khusus menyoroti ‘sikap represif yang selalu ditonjolkan oleh pemerintah indonesia dalam menyelesaikan suatu masalah yang dianggap dapat mengganggu ‘stabilitas_nasional Khususnya akibat yang dimunculkan oleh peristiwa besar yang lerjadi pada 21 Mei 1998, kotika Presiden Soeharto lengse« Hal lain yang diketengahkan adalah berbagel kasus yang kemudian merebak di selucuh negee ini, sepert kasus Ambon, Banyuwangi, Timor. Timur (sekarang Timor Leste). sampai Sambas dan Aceh. Imajinasi bahasa tersebut tampil kuat pada karya Tisna Sanjaya yang berudul Visit Indonesian Years 1999. Dalam karyanya digambarkan sosok Tisna dalam baju loreng berdiri berdampingan dengan sosoknya yang lain mengenakan kaos kuning Pariai Golkar sambil ‘mengacungkan segepok ang lima puluh ribuan. Selain tu, tampakpula ukisan keluarga Tisna yang Gilatarbelakangi oleh pemandangan alam yang indah. citambahi juga dengan sasok tentara yang sedang menodongkan senjatanya kearah seorang pelani, Kaos-kaos loreng bertulskan Tanjung ‘ASN SEN CEMET Priok, Aceh, Timor-Timur juga digantungkan i bawah lukisan pemandangan alam tersebut, sebuah penggambaran yang ironis dimana dibalik. keindahan slam Indonesia, teryata tersimpan ula bibit-bibit kekeragan yang mengerkean Sindiran lain pada karya Agung Kumiawan dalam karyanya Souvenirs trom the Third Worid, mengetengahkan sosok-sosok manusia aneh sebagai tampilan figur yang kerap menghegemoni, baik itu seniman (potret dirnya sendin’ menu ‘Agung), tentara maupun mahluk asing yang berdin diatas. 10 gerobak dorong Kecil dilatarbelakangi bunyi-bunyian mongton yang secara_terus: Menerus diperdengarkan, Agung seperti ingin Mmenawarkan sebuah bentuk “leror™ sebagai Penggambaran dari situasi yang terjagi belakangan ini, dimana kita seperti terus-menerus dipaksa untuk menerimal menelan berbagai macam kejadian serta peristina kekerasan yang datang silh bergant, Agus Suwage lebin beringas_menyuarakan tentang keberadaan negerinya dengan Moreno aren negerinya dengan Preasure, sebuah tenda milter yang. bagian dalamnya _bergambar adegan-adegan seronok dari ian filmfim panas” indonesia. Sangat menark karena di antara gambar-gambartersebut ferdapat lukisan diri wajan Agus dalam berbagal ekspresi, ditarnbah alunan musik dangdut serta suasana’temaram yang makin rrembuat suasana dalam tenda in menjadi emacam arena kkemesuman. Tenda milter, bisa jadi merupakan ‘sebuah penggambaran yang paling pas, dapat segera_mengingatkan orang pada masa-masa menjélang kerusuhan-kerusuhan dan setelah felormasi, Pada. saat itu, tenda-tenda miller merupakan sebuah pemandangan biasa "yang dapat cijumpai teruiama di sudutsudul ‘kota Jakarta, kota tompat dimane. Agus perah tinggal Karya Agus seperiinya ingin’ menggambarkan Kekerasan-kekerasan yang terlalu sering muncul sehingga pada aknirnya dianggap sebagal suaty hiburan yang harus “dinikmat” oleh kebanyakan rang di indonesia, Dan beberapa ‘perangai” seniman i atas, esensi Penting yang tenadi adalah perubahan-perubahan estetika yang ada. Jika dahulu banyak perupa yang hanya sembunyi-sembunyi “mengej@k Pemerintah Grba, kini dalam proses berkesenian. reformasimemberi_peluang untuk langsung derteriak lantang menunjukkan keinginannya. Sebaliknya, euforia polltk yang muncul Kerap ‘member’ pertanyaan dan tandatanda, apakah seniman'seniman ini Semakin dewasa dalam dalam pameran “AWAS! Recent Art fram Indonesia, bisa jadi merupakan sualu bentuk reaksi dan'tanda kedewasaan para seniman dari adanya keleluasaan serta kebebasan berakspresi tad Walhasil perkembangan (baca: perubahan) di dunia seni tidak dapet dipisahkan dari adanya erubahan-perubahan yang teadi dalarsstrakivr sosial, Seni yang dalam hat ini digunakan sebagal lat untuk merealisasican aspirasi dan ide Sebagai reaksiterhadap situasi yang tera turumembawa arus perubahan pada struktur sosial masyarakat itu send. Tartu dari pameran ini juga menyisakan Derbagai perasaan-perasaan dalam setiap penikmal. Dari artist's talk yang telah digelar han berikutnya banyak yang beranggapan bahwa terdapat adanya kekerasan dan sinisme pada karya-karya seni yang dibuat. Namun ity semua adalah beban tanggungan dari sebuah negeri yang sedangbertenan Gir. Teddy. Anke Pameran Soni Grafis Generasi Pertama “Tjap Tangan”™ KOSMETIK EKSOTIKA ebiasaan menyimpan dokumen atau barang-barang lama mungkin belum menjadi suatu kebiasaan yang membudaya di Indonesia, Bahkan sampai_kini banyak dokumen tama dan penting, raib Memungkinkan terjadinya pombélokan realitas dan memunculkan kenaitan, Persoatan lain adalah mengidentifikasi keberadaannyapun ‘menjadi magalah yang tak gampang. Menatap, barang-barang lama yang menjadi saksi sejarah_perjalanan Waktu kadang-kadang membosanksn, tatapi petty clingat bahwa dari barang-barang lama tersebut kita dapat mempelajarl dan mendapatkan VOLUME 5/NOVEMBER 1999 berkarya .setelah kejadian yang banyak mengakibaikan kesulitan-kesulilan ity. Karya karya seni kontemporer yang. ditampilkan Pengetahuan lebih dari sekadar persoalan bentuk dan fungsinya, misalnya mengenal periiaky masyarakat serta trend yang terjadi pada Pengguna barang-barang lersebut, Sampai pula pada persoalan sejarah yang hingga kini cuma Karena sebuah barangidokumen lama, neger ini f masih dipenuhi mister ‘agus Sunane, 1060, ressur and Pans, Dintnat banyak rang, Untunglah pada 18-29 September 1999 sekitar 12 kolektor mencoba_menyuguhkan karya-karya grafis lama yang mengajak kita bemostalgia ‘melihat iklan benda-benda pakai dari era 1920-an, ‘sampai'1950-an di BentaraBudaya Yogyakarta,

You might also like