Daftar Isi:
* Sebuah Dialog Antarteks
* Pameran Tunggal Wara Anindyah: Cermin Solidaritas
* Pameran Seni Grafis Tiga Kota “Bias Sahaja 1999″: Seni Grafis di Tengah Paradoks Nilai
* Festival Memedi Sawah 1999: Rakyat dan Ektase Kebudayaan
* Cuplikan Hasil Acara “Dialog Seni Kita” (Acara Garapan Yayasan Seni Cemeti & Radio Unisi FM)
* Seni Multimedia: Mengasah Naluri Via Teknologi
* Buku Itu Sendiri Adalah Limbah
* Night’s Cream di Galeri Embun: Jalan Panjang Kecantikan
Daftar Isi:
* Sebuah Dialog Antarteks
* Pameran Tunggal Wara Anindyah: Cermin Solidaritas
* Pameran Seni Grafis Tiga Kota “Bias Sahaja 1999″: Seni Grafis di Tengah Paradoks Nilai
* Festival Memedi Sawah 1999: Rakyat dan Ektase Kebudayaan
* Cuplikan Hasil Acara “Dialog Seni Kita” (Acara Garapan Yayasan Seni Cemeti & Radio Unisi FM)
* Seni Multimedia: Mengasah Naluri Via Teknologi
* Buku Itu Sendiri Adalah Limbah
* Night’s Cream di Galeri Embun: Jalan Panjang Kecantikan
Daftar Isi:
* Sebuah Dialog Antarteks
* Pameran Tunggal Wara Anindyah: Cermin Solidaritas
* Pameran Seni Grafis Tiga Kota “Bias Sahaja 1999″: Seni Grafis di Tengah Paradoks Nilai
* Festival Memedi Sawah 1999: Rakyat dan Ektase Kebudayaan
* Cuplikan Hasil Acara “Dialog Seni Kita” (Acara Garapan Yayasan Seni Cemeti & Radio Unisi FM)
* Seni Multimedia: Mengasah Naluri Via Teknologi
* Buku Itu Sendiri Adalah Limbah
* Night’s Cream di Galeri Embun: Jalan Panjang Kecantikan
—
7
Perta
ing
ee:
per
pe Saket
7 hens
peer
Wianta dan masyarak
rcs
eee
Oe
Ceuta
Coa een
LOREM Torment
CE ee mt)
Pre Da) Tg
oa eee
menyeimbangkan
PET
EU
en
CEE ue eel
CoE) PU eee uel
Dees Coes
Ue is
rr
ee
ceca te
OU ae ne
Coc ae a
CO ere mee
Poco aes
Sey
Coe Ea is
Cr Caer
POU eg
2551 Imlek. m
ead
aVOLUME 6/ FEBRUARI 2000
wer
wea
nee gmaweers!
Se ee sere ans g
y
Sie Santon
ve co es
Sigitas Staniunas (Lithuania)
SGhemisiry of Cambution and Mumination Structure of
Flame
SEBUAH DIALOG ANTARTEKS
ebuah upaya yang monggambarkan
\pesona tanda, budaya dan alam yang
kemudian dimaknai dengan simbol yang
menembus batas-batas goografis, termasuk
kecenderungan terjadinyadisintegrasi negara.
Pemikir Rusia Mikhail Bakthtin berpandangan,
makna suaty teks atau karya bukan dari pancaran
jiwa' stau ‘Suara! sang seniman, tetapi pada relash-
‘elas! intemal di dalam teks alau karya itu Seni
Pandangan ini bisa diasumsikan seniman bukan
lagi sebagai operator tunggal untuk member
makna pada karya seninya, Obyek-obyek
karyanya bisa menjadi subyek-subyek yang juga
mempunyai oloritas makna, balk dari bentuk
‘maupun iat orisiniinya. Pada situasi ini posis!
seniman bergeser menjadi agen penghubung
referensi idiom dan gaya. Tetapi yang menjadi
ertanyaan, apakah seniman di sini benar-benar
Steril dar subyektivitasnya?
Prolog di alas merupakan kesan yang tertangkap
ari karya visual dari Sigitas Slaniunas, seorang
seniman Kontemporer dari Lithuania, Kedatangan
‘Sigitas untuk berpameran di Rumah Seni Gemeti
ini merupakan kerjasama Yayasan Seni Cereti
dengan UNESCO Intematione! Fund for the
‘Promotion of Culture dan Ford Foundation. Sigitas
adalah seniman yang concer dengan studi
sejarah, kebudayaan ¢an mitologi. Dalam
Pamerannya ini, Sigitas membuat tema yang
Tennspirasi dari aksioma seorang iimuwan kimia
Inggris, Edward |. Youmas. Ini dapat ditat pada
keryanya, antara lain tokoh seni rupa seperti
Leonards Da Vinci, Van Gogh, seorang martir
‘Santo Sebastian, Jonathan Swift dan mitolog!
Sisius, dinadirkan dengan metafora yang kuat
ada bidang karvas dan instalasinya,
Sigitas moietakkan prinsip elemen pembentuk api
yang ada di alam sebagai konsep pamerannya
yaitu. Chemistry of Combustion and Mumination
Structure of Flame yang arinya ilmu_ kirtia
embekaran dan penerangan struktur nyala api.
Sebuah ide yang menurutnya merupakan metafora
dari tingkatan sipritualitas karya seni, Pada hal lain
penggunaan tiga citra wama dari aksen timur
fengah menjadi warna dominan di semua
lukisannya misainya biru pada St Sebastian
Julius, meran pada Vortex dan kuning pada Tower
ofBabel-Gate of Sun,
lukis merupakan tradisi artistk yang paling tua 5%
dalam sejaran, sembari menilik kutipan dari
pemyataan Leonardo da Vinci, bahwa lukis adalah
atu semua seni, Format lukisannya bervkuran
besar, misal pada Metamorphosis-Battle at Angier,
500x520 em dan Sysiphusyman and Stone,
‘340x270 om, ukuran ini dlinspirasi oleh besarnye
arsitekiur oriental,
Berikutnya adalah di masukannya unsur-unsur lain
dani karya seninya yaitu patung-patung — kecil
berbentuk figur ‘orang yang dliletakkan pada
lukisannya. Hal yang ain yaituinstalasidariglemen
bat, logam, foto dokumentasi kuno, arang den
lampy pjar yang kemudian didisplay di bawah
‘ukisannya. Di karyanya hadir pula print-cut teks-
teks dan dokumen-dokumen epas dan sejarah
kuno. Khusus pada pembukaan pamerannya
lerdengar tabuhan drum yang liar, raungan gitar
listrik dan lagu dari lagu-iagu grup rock Metalliea
yang mengiring| performancenya.
Pada pamerannya ini Sigtas momberi penjelasan
bahwa elemen-elemen yang dipiin dan cibuat
‘idasari oleh makna, spintual, psikolog| dan Flosof
dari clemen tersebut. Misainya wama bi
dikatakannyaidentk dengan warna dekoretif Timur
Tengah. simbol keperawanan di Nasrani,
berasosiasi langit dan ai. Kemudian ada. pula
lukisen ‘yang banyak mempengaruhi banyak
seniman yaitu lukisan Perlompuran di Angiare,
Karya Leonardo da Ving, Sangat.terasa din
Sigitas seolah_ménghadirkan nostalgia dati
makna-makna pada tiap obyek atouelemen
karyanya, Benang meran dar karya seni Sigitas nl
yailu adanya sitvasi ‘diaiogis’ antar igiom dan
simbolnya. Muneulnya kisah Sisyphus.
Pertempuran di Angiare karya Leonardo Da Vine,
sdan menara Babel pada karyanya menandakan
sebuah referensi dan masa lalu yang rmempunyal
“esensi sama welau dengan idiom dan gaya yang
bberagam. Referens! ini di satu sisi menogaskan
adanya kode budaya Eropa Time, Timur Tengah
dan Asia yang hadir di karyanya, In terinat karena
Bagtu saratnya teks ini sehinga tak terelakkan
bagi penikmat yang ‘seolah narus merangkal
sendin teks yang bertebaran ini agar mencapai
maknanya,
Konstruksi estetik yang cihimpun dari berbagai
igiom dan gaya dari karya Sigitas ini merupakan
sebuah intertekstualtas (pelintasan dari salu
sistem tanda-sign system ke sistem tanda tainnya.
lula Kristeva, seorang post-strukturais Parancis),
Dalam karya Sigitas dapat diperhatican pula suatu
kkehadiran idiom dan gaya_masa lalu (inat Yasrat
‘Amit Pliang, Hiper Realttas Kebudayaan) sotiagai
pastiche, yaitu suatu karya yang disusun dar
‘aferensi dan idiom estetk masa lalu, dengan
tujuan ihadirkan lagi untuk dihargal Gan
diapresiasi
Alason periihan media kanvas disebutkan bahwa SxioreraYWWASANSEN CEMET
Yang teramati di sini bahwa subyok sekaligue
‘obyek dalam pameran tersebut seolah mempunyai
sisi horisontal dengan Sigitas sebagai pencipta
karyanya (seniman). Lalu apakah ini yang
dikedokan oleh Roland Barthes. dalam bukunya
The Death of Author bahwa "pengarang sudah
\wofat’? Tentunya disini ada peluang untuk melitat
maksud di balik idiom dan referensi yang
digunakannya. Minat Sigitas yang dengan verbal
‘memperiinaikan simulasi tokoh seni, budaya,
‘eps dan sejerah, nampaknya menyiratkan betapa
pentingnya hidup berinteraksi dan menjalin
Pengertian antar kompleksitas budaya yang
berbada. Pesan seniman dari ‘Nernunas Land ini
‘merupakan introspeksi, Khususnya mengenai
disintegrasi bangsa akhir-akhir ini yang banyak
gisebabkan macetnya komunikasi dan
ketidakacuhanterhadap budaya lain . mA, Sudjud 0.
Pameran Tunggal WARA ANINDYAH
Pua Budaya Yogyakarta
CERMIN SOLIDARITAS
rena misteri menjadi_lahan yang kuat
bagi Wara Anindyah. Tetapi perempuan
perupa yang memunculkan pesona
“kengerian” inimasih setia dengan kelembutan
sebagaiibu.
Dalam kehidupan sehari-hari orang tidak pernah
epas dengan yang namanya lamunan, bahkan
keblasaan ini sering dianggap sebagai bentuk
kegiatan yang sifainya sia-sia, tanpa arfi dan
rmakna hidup. Padahal melamun tak Iain sebentuk
kerja mencipta, membuat ada yang tadinya belum
ada, atau menghadirkan sesuatu yang tadinya
bolum muncul, Lamunan biasanya berhubungan
langsung dengan nasib dan cita-cita yang
merembes dalam sejaran serat-serat kehidupan
kongkret yang kita alami. Dalam kenyataan praktis
seringkall lamunan, khayalan, fantasi, imajinast
serta impian menaridan berenang barsama,
Demikian hainya dengan Wara Anindyah dalam
memungut ide arya seni lukisnya. Rutitas
‘macam ini Kerap dllakukannya saat menjelang
tidur, Perasaannya sering terasa di gedor-gedor
dai kegeraman batin yang melekat ataupun
katerkejutan tentang hal-hal masa lalu bahkan
berupaya menyusuri misteri-misteri yang hadi
‘dalam lorong problematika perempuan,
Dalam pameran tunggainya yang digelar di
Purabudaya Yogyakarta tanggal 26 Desember
1999-1 Januari 2000, pelukis sekaligus ibu rumah
tangga ini, selalu ‘memperkaya imajinasinya
tentang pergolakan batin, bayangan samar yang
‘serba ganji ternadap momentum-momentum yang
dialami oleh kaum perempuan. Goenawan
Mohammad, penyair dan penulis, mencermati
bahwa Wara Anindyah mengemukakan kekuatan-
kekuatan tak terduga yang terdapat dalam misteri
keperempuannya. Karena sosok-sosok yang
dilukisnya bukanlah para perempuan yang
merintin~inth dalam kepedihan, ketertekanan,
kecengengan, melainkan sebaliknya pejuangan
yang kuat terhadap pola-pola maupunirama dalam
kehidupannya. Lihat karya-keryanya seperti
Pesona dart Ruang Senyap, Puteri Malarn, alau
‘Mister Kasih Sayang.
Lantas wist apa yang hendak disampaikan Wara
Anindyan dengan ‘karya seni lukisnya yang
tergoiong ganjl itu. Apakah dengan karya-karyaiini
ia ingin menunjukkan solidartasnya terhadap
kaum perempuan yang tertindas? Bisa ya dan bisa
juga tidak. Semua itu tergantung orang yang
melinatnya dan dari segi mana mengamatinya,
Bisa juga anggapannya itu subyektf, mungkin juga
Wara Anindyah protes terhadap masalah yang
tergolong fenomental (menggejala) pada
kehidupan perempuan yang nampak pahit dengan
kepadinan, penindasan gender, kekerasan
domestik, pelecenan maupun keterpurukan yang
menimpa kaum perempuan,
Seniman yang penuh energik ini sepertinya
Girundung suatu Ketegangan. Entah ketegangan
kreativitas, psikologi maupun ambivalensi,
Agaknya Wara Anindyah memilki ketegangan
yang meradang, baik fisik maupun metafisik
Sehingga setiap prates yang kritis selalu
diupayakannya, bahkan diungkapkan dengan
bahasa visual yang meluap-luap dan kelihatan
geram, geri, menakutkan, sehingga berkesan
mempunyai semangat yang tinggi dan kelihatan
energik
Tipe seorang ibu dengan bakat keresahan yang
sublim ini, mencoba menghilangkan segala
kecemburuan. Perbedaan yang cenderung
‘menafsirkan hal-hal faminis yang mempunyai art
egalif. Sikap kepedulian yang ditunjukkan pelukis.
ini pertu dikagumi. Sosok perempuan yang selalu
ampak lemah tanpa daya, merintin maupun
merangek dalam kepedinan seialu ditolaknya,
Perempuan harus kuat tanpa kehilangan
kelembutan dan mengangkathak istimewanya.
. Surat).
‘VOLUME 6 / FEBRUARI 2000
yh Svan Seals at, 1000 Cat Ayana 2004 145 em,