You are on page 1of 17

ACARA III UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR DAN EMPEDU)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan praktikum 2. Hari/tanggal 3. Tempat : Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari air liur dan empedu. : Jumat, 30 November 2012. : Laboratorium Kimia Lantai III Fakultas MIPA Universitas Mataram. B. LANDASAN TEORI Cairan yang terdapat dalam tubuh dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu yang terdapat di dalam sel (intra sel) dan di luar sel (ekstra sel). Cairan dalam sel berfungsi untuk medium bagi reaksi-reaksi metabolisme yang berlangsung dalam sel, sedangkan cairan luar sel berfungsi memberikan zat-zat yang diperlukan oleh sel, baik cairan dalam sel maupun cairan luar sel harus selalu dalam kondisi konstan. Salah satu cairan tubuh yaitu air liur dan empedu yang berguna dalam proses pengubahan makanan dari awal hingga menjadi berbentuk molekuler yang siap untuk diserap melalui dinding usus, disebut pencernaan makanan dan proses ini berlangsung dalam system pencernaan makanan yang terdiri atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan pankreas dan empedu. Dalam proses pencernaan terdiri dari pencernaan mekanik dan kimiawi. Air liur dan empedu digunakan dalam proses pencernaan secara kimiawi (Poedjiadi, 1994). Dalam pencernaan, air liur berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat. Karbohidrat atau tepung sudah mulai dipecah sebagian kecil dalam mulut oleh enzim ptyalin. Enzim dalam air liur memecah amilum menjadi disakarida maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya. Saliva mengandung 3 protein pencernaan yaitu lipase lingual, musin dan alpha amilase (ptialin). Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, sublim encer. Saliva mempunyai pH antara 6,0 - 7,4. Kisaran ini merupakan rentang keasaman yg tepat dan menguntungkan untuk kerja pencernaan dari ptialin. Pada kondisi normal,sekitar 0,5 ml saliva yang hampir semuanya bertipe mukus, disekresikan setiap detik sepanjang waktu kecuali selama tidur, saat sekresi menjadi sangat sedikit. Sekresi ini sangat berperan penting dalam mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut. Rongga mulut berisi bakteri patogen yang dengan mudah merusak

jaringan dan menimbulkan karies gigi. Saliva mempunyai daya antibakteri, dan pada penderita dengan defisiensi atau kekurangan salivasi (xerostomia) mempunyai insiden karies gigi yang lebih tinggi daripada normal (Poedjiadi, 2007). Air liur (saliva) juga melindungi gigi, dengan Air liur adalah cairan bening yang dihasilkan dalam mulut manusia dan beberapa jenis hewan. Air liur atau saliva sebagian besar diproduksi oleh tiga kelenjar utama yakni kelenjar parotis, kelenjar sublingual dan kelenjar submandibula. Volume air liur yang diproduksi bervariasi yaitu 0,5 1,5 liter setiap hari tergantung pada tingkat perangsangannya. Air liur atau saliva mengandung dua tipe pengeluaran atau sekresi cairan yang utama yakni sekresi serus yang mengandung ptyalin yang merupakan enzim untuk mencernakan karbohidrat dan sekresi mucus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan atau perlindungan permukaan yang sebagian besar dihasilkan oleh kelenjar parotis (Bresnick, 1994). Saliva banyak mengandung elektrolit, mukosa yang terutama mengandung mukopolisakarida dan glikoprotein, senyawaan antibakteri (tiosianat, hidrogen peroksida, dan immunoglobulin A), beberapa macam enzim, di antaranya alfa-amilase (EC3.2.1.1), lisozim (EC3.2.1.17), dan lingual lipase (EC3.1.1.3). Amilase dan lipase berturut-turut memulai pencernaan pati dan lemak sebelum makanan ditelan. Enzim-enzim tersebut bekerja optimal pada pH 7,4. Lingual lipase memiliki pH optimum ~4,0, sehingga tak akan aktif jika belum memasuki lingkungan asam. Lisozim berperan dalam lisis bakteri, fosfatase asam ludah A+B (EC3.1.3.2), N-asetilmuramil-L-alanin amidase (EC3.5.1.28), NAD(P)H dehidrogenase-quinone (EC1.6.99.2), laktoperoksidase ludah (EC1.11.1.7), superoksida dismutase (EC1.15.1.1), glutation transferase (EC2.5.1.18), dehidrogenase aldehid kelas 3 (EC1.2.1.3), glukosa-6-fosfat isomerase (EC5.3.1.9), dan kallikrein jaringan (EC3.4.21.35). Adanya produk-produk ini kadang mengakibatkan air liur berbau tidak sedap (Mayes, 1985). Ada tiga enzim utama yang ditemukan dalam air liur. Diantaranya -amilase. Amilase memulai pencernaan pati dan lipase lemak sebelum makanan ditelan. Memiliki optimal pada pH 7,4. Lingual lipase memiliki pH optimum ~ 4,0 sehingga tidak diaktifkan hingga memasuki lingkungan asam lambung. Prolina-kaya protein berfungsi dalam pembentukan enamel, Ca2 +-mengikat, mikroba membunuh dan pelumasan.Minor termasuk enzim fosfatase asam ludah A + B, N-acetylmuramoyl-L-alanin amidase, NAD (P) H dehidrogenase (quinone), superoksida dismutase, glutation transferase, dehidrogenase aldehid kelas 3, glukosa-6-fosfat isomerase, dan jaringan kallikrein (Murray, 2003 ).

Hati merupakan organ pensekresi cairan empedu. Empedu sendiri bukan sejenis enzim yang dapat mengkatalis reaksi dalam tubuh. Komposisi empedu terdiri dari air, garam empedu, pigmen empedu, kolestrol,lisitin, garam anorganik. Dari semua komposisi tersebut, yang paling penting dalam pencernaan lemak adalah efek hidrotropiknya. Tegangan permukaan rendah dari lemak dan sebagian bertanggungjawab untuk emulsifikasi lemak sebelum dicerna dan di absorpsidi dalam usus halus. Selain untuk absorpsi lemak empedu juga penting untuk proses absorpsi vitamin-vitamin yang larut dalam dalam lemak (Vitamin A,D,E, dan K). Garam empedu berfungsi sebagai penetral asam lambung yang masuk kedalam duodenum. Asam empedu merangsang produksi garam-garam empedu. (Murray, 2009) Saat pencernaan makanan, kantung empedu berkontraksi dan mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum melalui saluran yang menyatu dengan saluran cairan

pankreas pada bagian akhir. Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan berasa pahit. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik yaitu, HCO3-, Cl-, Na+ dan K +, serta zat-zat organic yaitu asam-asam empedu, bilirubin, kolesterol ( Poedjiadi, 1994). Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu (Murray, 2003).

C. ALAT DAN BAHAN Alat - Gelas kimia - Pipet tetes - Pipet volum - Rak tabung reaksi - Tabung reaksi - Rubber bulb

Bahan - Air liur - Air suling - Asam asetat encer - Asam sulfat pekat - BaCl2 2% - Empedu - HCl - HNO3 pekat - Indikator universal - Kertas saring - Larutan CuSO4 0,1 M - Larutan NaOH 10% - Larutan sukrosa 5% - Minyak - Pereaksi Molisch

D. CARA KERJA 1. AIR LIUR a. Penetapan pH Air Liur Air liur (yang tidak disaring) Dicelupkan indicator universal Dicocokkan warna indicator dengan standar warna pH Ditentukan pH air liur

Hasil (pH air liur)

b. Uji biuret 2 ml air liur (tidak disaring) Dimasukkan dalam tabung reaksi Ditambah 2 ml NaOH 10 % Ditambah 1 tetes larutan CuSO4 Bila belum terbentuk warna lembayung, ditambah lagi 1 tetes CuSO4 (maksimal 10 tetes) Hasil (larutan warna lembayung)

c. Uji Mollisch 2 ml air liur (tidak disaring) Dimasukkan ke dalam tabung reaksi Ditambah 2 tetes pereaksi mollisch Tabung reaksi dimiringkan dan dialirkan dengan hati-hati Ditambah 2 ml asam sulfat pekat dari biuret melalui dinding tabung sehingga tidak bercampur Hasil (reaksi positif bila ada cincin ungu pada batas antara 2 cairan)

d. Uji presipitasi 2 ml air liur (disaring) - Dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Ditambah 1 tetes asam asetat encer Hasil (ada atau tidak presipitasi amorf)

e. Uji sulfat 1 ml air liur (disaring) - Dimasukkan ke dalam tabung reaksi - Ditambah 3-5 tetes HCl - Ditambah 5-10 tetes BaCl2 2% Hasil (ada endapan putih menyatakan adanya sulfat)

2. EMPEDU a. Sifat empedu Empedu Hasil b. Uji Gmelin 3 ml HNO3 pekat - Dimasukkan dalam tabung reaksi - Dimiringkan tabung - Dialirkan secara hati-hati 3 ml larutan empedu encer dari dinding tabung Hasil (warna-warna yang terbentuk pada pembatas antara kedua cairan) Diperhatikan dan dicatat sifat fisiknya

c. Uji Pettenkofer 5 ml larutan empedu encer Dimasukkan dalam tabung reaksi Ditambah 5 tetes larutan sukrosa 5 % Dimiringkan tabung Dialirkan dengan hati-hati dari dinding tabung 3 ml asam sulfat pekat

Hasil (2 lapisan cairan dan cincin yang terbentuk)

d. Fungsi empedu sebagai emulgator 3 ml air suling - Dimasukkan dalam tabung reaksi I - Ditambah satu tetes minyak - Dikocok Hasil (ada atau tidak emulsi stabil)

3 ml air suling - Dimasukkan dalam tabung reaksi II - Ditambah satu tetes minyak - Ditambah 3 ml larutan empedu encer dan dikocok Hasil (ada atau tidak emulsi stabil)

E. HASIL PENGAMATAN 1. Air Liur Penetapan pH saliva Perlakuan Saliva diukur pHnya dengan pH stick Uji Biuret Perlakuan Hasil pengamatan bintik endapan berwarna biru. Hasil pengamatan Pada pH stick menunjukkan pH 6

2 mL saliva + 2 mL NaOH 10% Larutan berwarna ungu, terdapat bintik (dicampur) + beberapa tetes CuSO4

Uji Molisch Perlakuan Hasil pengamatan

2 mL saliva + 2 tetes pereaksi molisch Terbentuk 2 lapisan, dan terdapat (dicampur) + 2 mL H2SO4 melalui cincin ungu dibagian tengah. Lapisan dinding tabung atas berwarna kuning pekat, dan bagian bawah bening. Uji Presipitasi Perlakuan Saliva disaring kemudian Ditambahkan 1 tetes asam asetat encer 0,1 M. Hasil pengamatan Tidak terbentuk endapan Amorf.

Uji Sulfat Perlakuan Hasil pengamatan

1 mL saliva (disaring) + 3-5 tetes HCl Larutan menjadi encer dan bening 0,5 N Ditambahkan 5-10 tetes BaCl2 2% Larutan semakin bening dan terdapat gumpalan yang berwarna putih (endapan putih).

2. Cairan empedu Sifat fisik empedu dan cairan empedu Perlakuan Empedu ayam Hasil pengamatan Bentuknya lonjong, kenyal, licin, warna hijau pekat dan berbau. Empedu dihancurkan Diencerkan dengan aquadest Keluar cairan yang berwarna hijau pekat. Warna hijau pekat namun agak encer.

Uji Gmelin Perlakuan Hasil pengamatan

3 mL HNO3 pekat di+ 3 mL Saat penambahan larutan empedu beberapa larutan empedu (melalui dinding tetes, dihasilkan 2 fase pada campuran tersebut, tabung) dimana bagian atasnya berwarna hijau lumut (larutan empedu) dan bagian bawahnya

berwarna bening (HNO3). Setelah tetesan telah mencapai 45 tetes (3 mL) larutan empedu, campuran membentuk 2 fase, dimana lapisan atas berwarna hijau lumut, lapisan tengahnya berwarna jingga yang

bentuknya menyerupai cincin (melingkar), dan lapisan bawahnya berwarna bening. Uji Pettenkofer Perlakuan Hasil pengamatan

5 mL larutan empedu + 5 tetes sukrosa Tidak terjadi perubahan warna, yaitu 5% tetap berwarna hijau pekat. 3 fase, dimana lapisan

Campuran (larutan empedu + sukrosa) Terbentuk

di+ 3 mL H2SO4 pekat (melalui dinding atasnya berwarna hijau pekat (larutan tabung) empedu), lapisan tengah berwarna orange yang bentuknya menyerupai cincin, dan lapisan bawah berwarna kuning bening (H2SO4). Fungsi empedu sebagai emulgator Perlakuan Tabung 1 : 3 mL aquadest + 1 tetes minyak Hasil pengamatan Tabung 1 : tidak bercampur, terdapat gumpalan minyak (tidak terjadi emulsi), Terbentuk 2 fase, minyak diatas dan aquadest dibagian bawahnya.

Tabung 2 :

Tabung 2 : aquadest + minyak tidak

3 mL aquadest + 1 tetes minyak, bercampur (terdapat gumpalan minyak), kemudian ditambahkan lagi dengan namun ketika ditambahkan dengan larutan 3 mL larutan empedu empedu, lapisan minyak terpecah, dan teremulsi stabil karena larutan menyatu dengan empedu.

F. ANALISA DATA

1. Air Liur Uji biuret Protein (gugus CO dan NH2) + Cu2+


NaOH

kompleks berwarna ungu

Uji Molisch
O H HO H H OH H OH OH OH heksosa HO O O Hidroksimetilfulfural OH naftol

H2SO 4

O HO H H H OH OH OH pentosa

H2SO4 O fulfural

+
OH naftol

Uji Presipitasi
H2N R O

+
OH

CH3COOH

gumpalan protein

Uji Sulfat
BaCl2

Ba

2+

+ HCl2+ SO4

Ba 2Cl BaSO4 endapan putih

2+

2. Empedu Uji Gmelin Bilirubin + HNO3 pekat larutan merah bata

Uji Pettenkofer Sukrosa + H2SO4 hidroksometilfurfural Hidroksimetilfurfural + cairan empedu cincin ungu
O H HO H H OH H OH OH OH HO

H2SO4

H2SO4 (l)

O O Hidroksimetilfulfural

asam empedu

kompleks merah

Garam empedu
O HO

asam empedu

asam empedu

cincin merah bata diantara 2 lapisan

Sifat empedu sebagai emulgator Minyak + garam empedu Micelles + air micelles bercampur

G. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, dibahas mengenai uji sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu) yang bertujuan untuk menguji sifat fisik dan kimia cairan tubuh yaitu air liur dan empedu. Dimana telah diketahui dalam proses pencernaan terdiri dari 2 jenis yaitu pencernaan secara mekanik dan secara kimiawi. Air liur dan empedu digunakan dalam proses pencernaan secara kimiawi. Adapun pengujian sifat fisik yang kami lakukan pada air liur adalah berdasarkan kondisi fisik dari kedua cairan tersebut, mulai warna, bau, sedangkan untuk pengujian sifat kimia adalah dengan pegukuran pH, uji biuret, uji molisch, uji presipitasi dan uji sulfat . Pada air liur, uji pertama yang dilakukan yaitu penetapan pH air liur dengan kertas lakmus dan dicocokkan dengan indikator universal, di peroleh pH air liur yaitu 6-7, nilai ini menandakan bahwa pH adalah netral. Pengukuran pH kami lakukan dengan menggunakan kertas indicator

pH. Menurut referensi yang ada bahwa enzim yang terkandung pada air liur aktif pada kisaran pH 6-7, sehingga pH yang kami dapatkan sudah sesuai dengan teori yang ada, ini merupakan pH normal air liur pada umunya. Saliva terdiri atas 99,24 % air dan 0,58 % terdiri atas ion ion dan zat organik seperti musin dan enzim amilase. Saliva mempunyai pH antara 5,75 7,05 (Poedijadi ,2007). Pengujian kedua Uji Biuret, pengujian biuret yang dilakukan pada air liur bertujuan untuk menentukan apakah didalam air liur terdapat protein (ikatan peptida). Bahwa protein memiliki ikatan peptida yang ditunjukkan dengan adanya cincin ungu atau berwarna biru lembayung (keunguan). Secara umum prinsip uji biuret adalah protein akan bereaksi dengan NaOH dan selanjutnya dengan CuSO4 yang akan menghasilkan warna ungu. Dari hasil pengamatan diperoleh larutan yang berwarna ungu dan terdapat bintik bintik endapan yang berwarna biru yang artinya saliva (air liur) mengandung protein. Protein yang ada dalam saliva ini berasal dari enzim yang terdapat di dalamnya yang berupa enzim amilase yang tersusun atas protein (Amstrong, 1995). Pengujian selanjutnya adalah uji Molisch, reaksi molisch merupakan uji umum untuk karbohidrat artinya uji ini tidak spesifik untuk mengenali karbohidrat jenis tertentu. Uji Molisch terdiri atas larutan naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu atau uji positif (cincin ungu) karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan naftol (Amstrong, 1995). Dari hasil pengamatan terbentuk cincin ungu yang berada ditengah antara 2 lapisan, ini menujukkan uji positif saliva mengandung karbohidrat. Keempat Uji Presipitasi, uji ini untuk mengetahui apakah ada presispitasi amorf yang terbentuk. Pada Uji ini saliva yang disaring ditambahkan asam asetat encer, dari percobaan, pada larutan tidak terbentuk endapan amorf. Hal ini menandakan tidak adanya mucin pada saliva dengan tidak terbentuknya presipitasi/endapan amorf. Selanjutnya dilakukan uji yang terakhir yaitu uji sulfat, dimana dimasukkan 1 ml air liur yang disaring dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 3-5 tetes HCl, Tambahkan 5-10 tetes BaCl2 2%. Saat ditambahkan HCl terbentuk warna keruh dan saat ditambahkan BaCl2 larutan bertambah keruh dan terdapat endapan putih. Adanya endapan putih menunjukkan bahwa adanya senyawa sulfat.

Selanjutnya, setelah dilakukan semua uji pada air liur, kemudian dilakukan uji empedu. Empedu yang digunakan yaitu empedu ayam, empedu ini mudah didapatkan dibandingkan dengan hewan lain. Uji sifat kimia untuk empedu dilakukan dengan melakukan beberapa uji yaitu uji gmelin, uji pettenkofer, dan uji fungsi empedu sebagai emulgator. Pada empedu, pertama memperhatikan sifat fisiknya,sifat fisik empedu ayam yaitu lonjong dengan warna hijau pekat diselubungi oleh lapisan membran, kenyal, licin, dan berbau. Setelah empedu dihancurkan, terdapat cairan empedu yang berwarna hijau pekat. Kemudian empedu diencerkan dengan aquades, warna hijau pekat namun agak encer. Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan sementara dalam kantung empedu sebelum dikeluarkan dalam duodenum. Kandungan empedu yang penting adalah garam-garam empedu, pigmen empedu, lesitin, kolesterol dan garam-garam anorganik. Empedu tidak mengandung protein kecuali musin, yang diekskresi oleh dinding kantung empedu. Kedua Uji Gmelin, tes Gmelin, yaitu tes yang berdasarkan atas reaksi asam nitrat dengan zat warna menghasilkan serangkaian warna hasil oksidasi. Prinsip pengujian ini meliputi reaksi antara bilirubin dengan HNO3 yang akan menghasilkan larutan berwarna sesuai dengan konsentrasi HNO3 yang dipakai. Adanya penambahan asam nitrat menyebabkan terjadinya perubahan warna yang menandakan adanya pigmen empedu diantaranya Bilirubin yang berwarna jingga/ kuning coklat, Biliverdin berwarna hijau, warna warna yang terbentuk merupakan hasil reaksi dari empedu dengan HNO 3 tadi, reaksi yang terjadi diantaranya adalah reksi oksidasi yang mengahasilkan turunan warna tertentu. Dari percobaan setelah dikocok larutan terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan atas hijau lumut dan lapisan bawah bening. Sementara pada bagian tengah kedua lapisan tersebut terbentuk cincin berwarna jingga. Warna hijau dan warna jingga pada hasil praktikum menunjukkan adanya pigmen Bilirubin dan Biliverdin pada empedu. Ketiga Uji Pettenkofer, Pengujian pettenkoffer akan membuktikan adanya garam dan asam empedu yang terkandung di dalamnya. Prinsip pengujian ini adalah garam pada empedu akan diasamkan oleh H2SO4 dan adanya hasil kondensasi heksosa dari sukrosa akan bereaksi dengan asam empedu membentuk kompleks warna di antara 2 lapisan yang terbentuk. Dari percobaan larutan terbentuk 2 lapisan yaitu yaitu lapisan atas hijau pekat, lapisan bawah kuning bening dan terdapat cincin berwarna orange diantara dua lapisan. Ini menunjukkan empedu mengandung garam dan asam empedu. Dimana didalam empedu, asam-asam empedu seperti

asam kholat dan asam kenodoksikolat terutama sebagai garamnya merupakan turunan senyawa aromatik kompleks. Asam empedu dengan furfural (dihasilkan dari dehidrasi karbohidrat oleh H2SO4 pekat) akan berkondensasi membuat senyawa berwarna. Pengujian empedu lainnya yaitu mengetahui sifat pengemulsi lemak (emulgator) dari cairan empedu. Sifat ini wajib di miliki cairan empedu. Hal ini berkaitan dengan fungsinya dalam pencernaan makanan didalam tubuh yaitu sebagai pencerna lemak. Lemak akan mudah di hidrolisis dengan cara mengubah bentuknya menjadi emulsi. Empedu bersifat emulsi yaitu menyatukan dua jenis larutan yang berbeda dengan mengubah sifat larutan tersebut . Zat yang berperan disini adalah enzim lipase (Murray, 2009). Dari hasil pengamatan diperoleh hasil tabung reaksi II terelmulsi stabil karena larutan yang mengandung minyak menyatu dengan air setelah ada penambahan 3 ml larutan empedu encer.

H. PENUTUP a. Kesimpulan Kisaran pH air liur adalah antara 6-7 dan hasil yang didapati adalah pH 6. Pengujian biuret penentuan adanya protein (ikatan peptida) pada saliva yang

ditunjukkan dengan adanya cincin ungu atau berwarna biru lembayung (keunguan). Berdasarkan Uji Biuret saliva mengandung protein (ikatan peptida) Uji molisch dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan karbohidrat terlarut pada air liur yang ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan itu. Berdasarkan uji tersebut saliva mengandung suatu karbohidrat. Pada uji Presipitasi tidak terjadi pengendapan amorf yang menandakan tidak adanya musin pada saliva. Berdasarkan uji sulfat air liur mengandung sulfat dengan terbentuknya endapan putih. Sifat fisik dari empedu yaitu bentuknya lonjong, kenyal, licin, warna hijau pekat dan berbau. Empedu mengandung pigmen /zat warna bilirubin dan biliverdin yang ditandai dari adanya warna hijau dan jingga pada larutan. Empedu berfungsi sebagai emulgator karena empedu mampu memecah molekul lemak menjadi butiran-butiran yang lebih halus sehingga membentuk suatu emulsi.

b. Saran Praktikan lebih teliti, serius dalam melakukan praktikum agar tidak terjadi atau meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam melakukan praktikum, sehingga hasil

atau data yang didapatkan valid.

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Frank B. 1995. Buku Ajar Biokimia Edisi Ketiga. EGC: Jakarta. Mayes, A. Peter, dkk. 1985. Biokimia Harper (Harpers Review of Biochemistry). Terjemahan Dr. Iyan Darmawan. Edisi ke 20. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Murray, Robert, dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Murray, Robert. Dkk. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. EGC: Jakarta Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press. Poedjadi, Anna. 2007. DasarDasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

You might also like