You are on page 1of 41

BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS SKENARIO 1 KESEHATAN IBU, ANAK, DAN REMAJA

KELOMPOK A10
Ketua : Indria Damayanti 1102007145 Sekretaris : Indah Kusumo Wardani Puteri 1102010129 Fitthra Fauzana Hafidiani Astriandra Mendolita Cut Vanessa Dianta Afina Fatur Rahman MH Henry Aprilio Purnomo 1102010103 1102010117 1102010039 1102010061 1102010075 1102010097 1102010120

UNIVERSITAS YARSI 2013

KESEHATAN IBU, ANAK, DAN REMAJA

Wanita umur 16 tahun, datang ke puskesmas diantar oleh teman lelakinya dengan perdarahan segar dan banyak lewat jalan lahir sejak 1 hari yang lalu. Menurut temannya, wanita tersebut merupakan kekasihnya yang sedang mengandung, mereka telah berhubungan dekat sejak kelas 2 SMP. Sebelum pasien pergi ke dukun untuk menggugurkan kandungan, diajak oleh tetangganya yang pernah menggugurkan kandungan karena anaknya yang sudah terlalu banyak dan masih kecil-kecil, pasien juga ada riwayat minum obat peluruh haid atau obat penggugur kandungan, namun sayang keadaan pasien sudah tidak dapat ditolong lagi saat tiba di puskesmas. Dokter puskesmas mengatakan pasien memiliki resiko tinggi kehamilan dan terlambat di bawa ke puskesmas, sehingga terlambat juga dilakukan penangannan. Kondisi seperti ini ikut berkontribusi terhadap tingginya AKI (Angka Kematian Ibu) / IMR (Infant Mortality Rate) akibat kehamilan dan persalinan di Indonesia. Berdasarkan data SDKI 2007, AKI Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup. Dengan kejadian tersebut, kemudian puskesmas melakukan untuk audit kematian maternal perinatal terhadap pasien tersebut. Dalam pandangan islam, hubungan suami istri di luar pernikahan dan menggugurkan kandungan tidak dibenarkan dalam agama.

KATA SULIT 1. Audit Kematian Maternal Perinatal Adalah suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang. 2. SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) Adalah Menyediakan data mengenai perilaku fertilitas, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kematian ibu, dan pengetahuan tentang AIDS dan PMS yang dapat digunakan oleh para pengelola program, pengambil kebijakan, dan peneliti dalam menilai dan meyempurnakan program yang ada. 3. AKI (Angka Kematian Ibu) Adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. 4. IMR (infant mortality rate) Adalah adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

PERTANYAAN DAN JAWABAN 1. Kenapa data pasien harus dicatat di audit kematian maternal perinatal? Jawab : perbaikan dan evaluasi kedepannya. 2. Apa hubungan umur ibu dengan angka kematian ibu (AKI)? Jawab: pada usia muda,alat reproduksi belum matang sempurna dan tidak adanya kesiapan mental dan ekonomi. 3. Apakah tugas pokok kedokteran puskesmas? Jawab : memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan. 4. Apa yang mempengaruhi AKI dan IMR? Jawab : umur kehamilan, umur ibu, status social,dan ekonomi,serta pengetahuan yang minim. 5. Apa saja yang termasuk resiko tinggi kehamilan? Jawab : usia produktif, pergaulan, keimanan,social. 6. Apa hukum menggugurkan kandungan dalam agama islam? Jawab : tergantung kondisi ibu. 7. Indikasi melakukan aborsi? Jawab: jika membahayakan nyawa ibu. 8. Apa Hukumnya melakukan hubungan suami istri diluar nikah? Jawab: haram. 9. Adakah tindakan puskesmas untuk mencegah kehamilan di luar nikah? Jawab : penyuluhan, edukasi.

HIPOTESIS

Wanita 16 tahun hamil di luar nikah

Resiko tinggi kehamilan seperti usia produktif, pergaulan, keimanan,social.

pada usia muda,alat reproduksi belum matang sempurna dan tidak adanya kesiapan mental dan ekonomi. Dipengaruhi juga oleh factor umur kehamilan, umur ibu, status social,dan,serta pengetahuan yang minim.

Mendapat hukuman tegas dalam agama.

ABORSI

Jika membahayakan nyawa ibu.

dicatat dalam audit kematian maternal perinatal untuk perbaikan dan evaluasi kedepannya.

Puskesmas : memberikan penyuluhan dan pelayanan kesehatan.penyuluhan, edukasi.

SASARAN BELAJAR. LI 1. Memahami dan menjelaskan puskesmas. LO 1.1 Definisi puskesmas. LO 1.2 Program pokok puskesmas mengenai kesehatan anak,ibu dan remaja. LO 1.3 Tugas pokok dokter puskesmas. LI 2. Memahami dan menjelaskan Sistem audit kematian maternal perinatal LO 2.1 Audit Maternal-Perinatal LO 2.2 Angka Kematian Ibu LO 2.3 Infant mortality rate LO 2.4 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia LI 3. Memahami dan menjelaskan factor resiko tinggi kehamilan. LI 4. Memahami dan menjelaskan kesehatan reproduksi remaja. LO 4.1 faktor resiko kehamilan di usia muda di luar nikah LI 5. Memahami dan menjelaskan aborsi dan kehamilan usia muda di luar nikah menurut islam

LI 1. Memahami dan menjelaskan puskesmas. LO 1.1 Definisi puskesmas. Menurut Depkes 1991 puskesmas adalah Suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. LO 1.2 Program pokok puskesmas mengenai kesehatan anak,ibu dan remaja. Program Pokok Puskesmas 1) KIA 2) KB 3) Usaha Kesehatan Gizi 4) Kesehatan Lingkungan 5) Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular 6) Pengobatan termasuk penaganan darurat karena kecelakaan 7) Penyuluhan kesehatan masyarakat 8) Kesehatan sekolah 9) Kesehatan olah raga 10) Perawatan Kesehatan 11) Masyarakat 12) Kesehatan kerja 13) Kesehatan Gigi dan Mulut 14) Kesehatan jiwa 15) Kesehatan mata 16) Laboratorium sederhana 17) Pencatatan dan pelaporan dalam rangka SIK 18) Pembinaan pemgobatan tradisional 19) Kesehatan remaja 20) Dana sehat

Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six): a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d. Upaya perbaikan gizi masyarakat e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan
7

LO 1.3 Tugas pokok dokter puskesmas. Jabatan Fungsi Pokok : DOKTER UMUM : Membantu Kepala Puskesmas dalam melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di wilayah kerja Puskesmas : Melakukan pemeriksaan dan pengobatan serta konsultasi medis pada pasien di Puskesmas Memberikan pelayanan rujukan medis serta surat-surat yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan kesehatan Bertanggung jawab dan melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan kepada Kepala Puskesmas. Bersama dengan Kepala Puskesmas melaksanakan fungsi manajemen Puskesmas Membina pengelolaan yang berkaitan dengan obat-obatan Melaksanakan UKM di posyandu balita, lansia dan kelompok masyarakat Meningkatkan upaya kesehatan dilingkungan sekolah dengan jalan penyuluhan, pembinaan kader UKS, dokter kecil, sekolah sehat. Membantu menyusun laporan tahunan, profil kesehatan puskesmas. Berperan serta dan bertanggung jawab dalam program 5 bebas (bebas asap rokok, bebas sampah, bebas air tergenang,, bebas semak, bebas debu) Berkoordinasi lintas program dan lintas sektor serta menghadiri pertemuan-pertemuan kedinasan yang diperintahkan atasan Mengikuti seminar profesi atau kursus atau pelatihan dalam rangka peningkatan mutu SDM. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan atasan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

Tugas Pokok

LI 2. Memahami dan menjelaskan Sistem audit kematian maternal perinatal LO 2.1 Audit Maternal-Perinatal Pelaksanaan Audit Maternal-Perinatal (AMP) merupakan salah satu upaya pencegahan sekaligus penerapan aturan untuk menurunkan resiko kematian ibu dan bayinya. Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu
8

kelompok terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu wilayah. Audit maternal perinatal merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang. Penelusuran ini memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan kata lain, istilah audit maternal perinatal merupakan kegiatan death and case follow up. Tujuan Tujuan Umum Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal Tujuan khusus Tujuan khusus audit maternal adalah : a. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah atau swasta dan puskesmas, rumah bersalin (RB), bidan praktek swasta atau BPS di wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi b. Menetukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang di perlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan kasus c. Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah / swasta, puskesmas, rumah sakit bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap intervensi yang disepakati. Metode AMP 1. Penyelenggaraan pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas kesehatan kab/kota bersama dengan RS kab/kota, berlangsung sekitar 2 jam. Pertemuan sebaiknya dilakukan di RS kab/kota dan kadinkes/direktur RS memimpin acara tetapi moderator pembahasan klinik adalah dokter ahli. Presentasi kasus dilakukan oleh dokter/bidan RS kab/kota atau puskesmas terkait, tergantung dimana kasus ditangani 2. Kasus yang dibahas dapat berasal dari kab/kota atau puskesmas. Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal di RS kab/kota/puskesmas hendaknya
9

di audit, demikian pula kasus kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya 3. Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan kasus sejak dari: Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga/tenaga kesehatan dirumah Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah dilakukan Sampai kemudian meninggal atau dapat dipertahankan hidup. Dari pengkajian tersebut diperoleh indiksai dimana letak kesalahan/kelemahan dalam penanganan kasus. Hal ini memberi gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematian ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi. Kesimpulan hasil dicatat dalam from MA untuk kemudian disampaikan dan dibahas oleh tim AMP dalam merencanakan kegiatan tindak lanjut secara nyata

4. Pertemuan ini bersifat pertemuan penyelesaian masalah dan tidak bertujuan untuk menyalahkan atau memberi sanksi salah satu pihak 5. Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan dan rencana tindak lanjut yang akan disampaikan dan dibahas dalam pertemuan tim AMP yang akan datang 6. RS kab/kota dan puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu perinatal ke dinas kab/kota dengan memakai format yang disepakati

Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. Pembentukan tim AMP Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP Pelaksanaan kegiatan AMP Persiapan pelaksanaan o kasus yg menarik o lokasi ditentukan AMP o format pencatat & pelaporan Pencatatan Dalam melaksanakan AMP ini diperlukan mekanisme pencatatan yang akurat baik ditingkat puskesmas maupun di

10

tingkat RS kab/kota. Pencatatan yang diperlukan adalah sebagai berikut: Tingkat puskesmas Selain menggunakan rekam medis yang suadah ada di puskesmas, ditambahkan pula; 1. Form R (formulir Rujukan Maternal dan Perinatal) 2. Form OM dan OP (formulir otopsi Verbal maternal dan perinatal) form OM digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas dan perinatal yang meninggal, sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang meninggal. Untuk mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara terhadap keluarga yang meninggal oleh tenaga puskesmas RS kabupaten/kota Formulir yang dipakai adalah 1. Form MP (formulir maternal dan perinatal) form ini mencatat semua data dasar ibu bersalin/nifas dan perinatal yang masuk ke RS. Pengisiannya dapat dilakukan oleh perawat 2. Form MA (formulir Medical Audit) form ini dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun perinatal, yang mengisi format ini adalah dokter yang bertugas di bagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak (untuk kasus perinatal) Pelaporan Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang yaitu: 1. Laporan dari RS kab/kota ke dinkes (LAP RS) laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian (serta sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan penyakit kandungan serta bagian anak. Laporan jumlah persalinan normal & patologis, rujukan & kematian, pelaporan komplikasi yang paling sering trjd pd ibu & BBL 2. Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kab/kota (LAP PUSK)

11

3. Laporan dari dinkes kab/kota ke tingkat dinkes propinsi (LAP KAB/KOTA) laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal yang ditangani oleh RS kab/kota, puskesmas dan unit pelayanan KIA lainnyaserta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi. Laporan ini merupakan rekapitulasi dari form MP dan form R yang hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus yang dirujuk ke RS. pada tahap awal, jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu maternal dan perinatal. 6. 7. Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan audit maternal oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bekerjasama dengan RS Pemantauan dan evaluasi

Tiga persyaratan Audit Medik yang perlu dipenuhi : 1. Audit Medik yaitu komponen penting dalam quality assurance dan merupakan bagian dasar dalam proses pengelolaan. Semua aktifitas medik dapat di audit, semua aktifitas yang berhubungan dengan dokter diembel-embeli kata medik. Di bidang perinatal misalnya bidan-perawat istilah menjadi audit klinik. 2. Sistematis harus secara sistematis karena tidak semua kegiatan dapat di audit secara bersamaan. Subjek yang akan di audit harus dipelajari secara cermat, audit dilakukan secra ilmiah seperti penelitian klinik. 3. Kritis diperlukan review oleh peergroup. Peserta audit harus mengerti atas keadaannya dan harus berani mengungkapkan kenyataan yang ada. Siapa saja yang ikut audit tidak boleh merasa terancam karena kesalahan bukan semata kesalahan perseorangan tetapi kesalahan sistem. Jika audit dilakukan secara benar maka semua permasalahan akan terungkap. Kasus yang sifatnya sangat pribadi dapat dilakukan audit tersendiri. Pada satu audit diperlukan dua atau lebih dokter spesialis senior agar audit mendengarkan pula pendapat para senior. Audit harus lebih menonjolkan fakta (evidence) ketimbang ideologi atau opini seorang ahli sekalipun.

12

LO 2.2 Angka Kematian Ibu Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian ibu. Penyebab kematian tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan, dan umumnya terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya memudahkan identifikasi kematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah sistem klasifikasi kematian ibu. Dengan adanya sistem ini, diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan tindakan, dan pada akhirnya akan menurunkan angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Cara Menghitung Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran Rumus

Dimana: Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu. Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

13

Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015 (Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup. I. Penyebab Kematian Ibu Melahirkan Sejumlah kondisi mayor terkait dengan angka mortalitas maternal. Penyebab mayor dari kematian ibu ternyata berkontribusi besar terhadap kematian bayi. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta
14

rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal yang tepat waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian ibu, yaitu 24 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.

Distribusi Persentase Penyebab Kematian Ibu Melahirkan 4T (Terlambat) 1. Terlambat deteksi dini adanya resiko tinggi pada ibu hamil di tingkat keluarga 2. Terlambat untuk memutuskan mencari pertolongan pada tenaga kesehatan 3. Terlabat untuk datang di fasilitas pelayanan kesehatan 4. Terlambat untuk mendapatkan pertolongan pelayanan kesehatan yang cepat dan berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan

15

4T (Terlalu), yang mempunyai resiko tinggi: 1. Terlalu muda 2. Terlalu tua 3. Terlalu sering 4. Terlalu banyak Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak menjadi perhatian kita semua maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 90 % pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bisa berimbas pada resiko angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu sama lain. Upaya Menurunkan AKI 1. Peningkatan pelayanan kesehatan primer menurunkan AKI 20% 2. Sistem rujukan yang efektif menurunkan sampai 80% Upaya safe motherhood Tahuin 1988 diadakan Lokakarya Kesejahteraan Ibu, yang merupakan kelanjutan konferensi tentang kematian ibu di Nairobi setahuin sebelumnya. Lokakarya bertujuan mengemukakan betapa kompleksnya masalah kematian ibu, sehingga penanganannya perlu dilaksanakan berbagai sector dan pihak terkait. Pada waktu itu ditandatangani kesepakatam oleh sejumlah 17 sektor. Sebagai koordinator dalam upaya itu ditetapkan Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita ( sekarang : Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan ). Tahun 1990-1991, Departemen Kesehatan dibantu WHO, UNICEF, dan UNDP melaksanakan Assessment Safe Motherhood. Suatu hasil dari kegiatan ini adalah rekomendasi Rencana Kegiatan Lima Tahun. Departemen Kesehatan menerapkan rekomendasi tersebut dalam bentuk strategi operasional untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu ( AKI ).
16

Sasarannya adalah menurunkan AKI dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada 1986, menjadi 225 pada tahun 2000. Awal tahun 1996, Departemen Kesehatan mengadakan Lokakarya Kesehatan Reproduksi, yang menunjukkan komitmen Indonesia untuk melaksanakan upaya kesehatan resproduksi sebagaimana dinyatakan dalam ICPD di Kairo. Pada pertengahan tahun itu juga, Menperta meluncurkan Gerakan Sayang Ibu, yaitu upaya advokasi dan mobilisasi social untuk mendukung upaya percepatan penurunan AKI. Intervensi Strategis Dalam Upaya Safe Motherhood

SAFE MOTHERHOOD PELAYAN AN OBSTETRI ESENSIAL

ASUHAN ANTE NATAL

PERSALINAN BERSIH DAN AMAN

KB

PELAYANAN KEBIDANAN DASAR PELAYANAN KESEHATAN PRIMER PEMBERDAYAAN WANITA


Empat pilar Safe Motherhood

Intervensi strategis dalam upaya safe motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe motherhood, yaitu : a. Keluarga berencana, yang memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tak diinginkan. Kehamilan yang masuk dala, kategori 4 terlalu, yaitu terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, terlalu sering hamil dan terlalu banyak anak.
17

b. Pelayanan antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi obstetrik bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai. c. Persalinan yang aman, memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi d. Pelayanan obstetrik esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetrik untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya. Salah satu upaya terobosan yang cukup mencolok untuk mencapai keadaan tersebut adalah pendidikan sejumlah 54.120 bidan ditempatkan di desa selama 1989/1990 sampai 1996/1997. Dalam pelaksanaan operasional, sejak tahun 1994 diterapkan strategi berikut : a. Penggerakan Tim Dati II ( Dinas Kesehatan dan seluruh jajarannya sampai ke tingkat kecamatan dan desa, RS Dati II dan pihak terkait ) dalam upaya mempercepat penurunan AKI sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. b. Pembinaan daerah yang intensif di setiap Dati II, sehingga pada akhir Pelita VII : - Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 80% atau lebih. - Cakupan penanganan kasus obstetrik ( resiko tinggi dan komplikasi obstetrik ) minimal meliputi 10% seluruh persalinan. - Bidan mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan obstetrik neonatal dan puskesmas sanggup memberikan pelayanan obstetrik-neonatal esensial dasar ( PONED ), yang didukung oleh RS Dati II sebagai fasilitas rujukan utama yang mampu menyediakan pelayanan obstetrik-neonatal esensial komprehensif ( PONEK ) 24 jam; sehingga tercipta jaringan pelayanan obstetrik yang mantap dengan bidan desa sebagai ujung tombaknya. c. Penerapan kendali mutu layanan kesehatan ibu, antara lain melalui penerapan standar pelayanan, prosedur tetap, penilaian kerja, pelatihan klinis dan kegiatan audit maternal-perinatal. d. Meingkatkan komunikasi, informasi, dan esukasi ( KIE ) untuk mendukung upaya percepatan penurunan AKI e. Pemantapan keikutsertaan masyrakat dalam berbagai kegiatan pendukung untuk mempercepat penurunan AKI Mempercepat Penurunan AKI 1. Peningkatan deteksi dan penanganan RISTI 2. Peningkatan cakupan pertolongan/pendampingan 3. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan maternal 4. Peningkatan pembinaan teknis bidan
18

5. Pemantapan kerja Dinkes dan RS 6. Pemantapan kemampuan pengelolaan KIA 7. Peningkatan peran serta lintas program Indikator Keberhasilan 1. Jumlah kematian maternal menurun 2. Cakupan akses dan pelayanan ANC 3. Cakupan persalinan yang ditolong/didampingi 4. Adanya fasilitas POED dan POEK 5. Proporsi RISTI yang ditangani adekuat 6. Case fatality rate RISTI per tahun dibagi jumlah RISTI yang ditangani kali 100% 7. Presentasi bedah sesar terhadap seluruh persalinan Program Dari Puskesmas Standar minimal ANC: 1. Medical record 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan fisik 7K 4. Pemeriksaan penunjang K1: golongan darah, Hb, AL, urine (protein, reduksi) 5. Pemeriksaan pada minggu 12: Hb, AL, urine, konsultasi gizi 6. Pemeriksaan pada minggu ke 36: Hb, AL, CT, BT, urine 7. Konsultasi dokter ahli pada minggu 12, 28, 36, 40 8. USG: Minggu 12: kondisi janin Minggu 28: presentasi, kelainan plasenta Minggu 36: presentasi, rencana persalinan

LO 2.3 Infant Mortality Rate IMR (Infant Mortality Rate) atau Angka Kematian Bayi (AKB) di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Dan kebijakan pemerintah untuk menekan tingkat kematian bayi di Indonesia sangat berperan untuk meningkatkan angka harapan hidup bayi. Secara matematis Angka Kematian Bayi dirumuskan : IMR =jumlah kematian bayi usia<1 tahun pada tahun tertentujumlah kelahiran hidup pada tahun tertentux 1.000 Diantara semua anak yang dilahirkan di India dalam 12 tahun terakhir ini, 88 dari 1000 anak meninggal sebelum merayakan umur tahun pertamanya.
19

Walaupun masih tergolong tinggi, tingkat kematian bayi di India sudah menurun 24% selama 9 tahun, yakni tahun 1981-1990. Beberapa faktor penyebab kematian bayi adalah: Faktor ibu (umur, paritas, dan interval kelahiran) Lingkungan (kondisi udara, air, makanan, serangga yang menyebabkan penyakit) Adanya faktor politik (perang, bom) Sistem kekebalan tubuh yang lemah Penelitian tingkat mortalitas di beberapa wilayah sangat penting dilakukan untuk mengetahui beberapa tempat yang dirasa sangat perlu akan fasilitas kesehatan. Manfaat penelitian tingkat mortalitas suatu daerah: Mengetahui penyebab neonatal, pos neonatal, bayi dan anak Mengevaluasi berbagai program yang dijalankan untuk mengurangi tingkat mortalitas Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan merumuskan suatu program untuk menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi.

Variasi dalam sosial ekonomi (seperti pendapatan dan pendidikan), demografi dan fasilitas kesehatan juga berpengaruh pada perbedaan tingkat mortalitas di berbagai kota di India. Lebih jauh lagi di dalam setiap daerah, tingkat mortalitas ini bervariasi antara pedesaan dan perkotaan. Beberapa usaha pemerintah India dalam menekan tingkat kematian bayi: Memberikan imunisasi pada bayi Menyediakan lebih banyak fasilitas kesehatan puskesmas, dll) Menyediakan asupan gizi yang cukup pada bayi.

(RS

bersalin,

Pada dasarnya penyebab utama kematian ibu dan neonatal adalah sama, yaitu akses perawatan yang krang baik serta status sosial ibu yang rendah. Rancangan penelitian adalah cross-sectional dari data mortalitas SKRT 2001 yang berintegrasi dengan Susenas 2001. Rancangan sampel dari Susenas 2001 dipakai sebagai rancangan sampel studi mortalitas SKRT 2001. Sampling Susenas 2001 berdasarkan prosedur PPS (Probability Proportional to Size) selection dari blok sensus terpilih. Untuk setiap blok sensus terpilih diambil secara systematic random sampling sebesar 16 rumah tangga. Jumlah rumah tangga terpilih adalah sebesar 211.168 rumah tangga dengan 3677 kasus kematian. Variabel-variabel yang dilakukan untuk penelitian adalah penyebab kematian bayi baru lahir, kesehatan ibu ketika hamil, akses perawatan ibu selama hamil, persalinan, dan bayi baru lahir. Pembatasan penelitian ini adalah
20

terbatas hanya pada kasus bayi yang meninggal (survey mortalitas) dan tidak memiliki kasus bayi yang hidup (survive). Bayi meninggal pada bulan pertama kehidupannya dapat di sebabkan karena ibunya meninggal. Kematian maternal mempunyai implikasi yang luas kepada seluruh keluarga dan dampaknya melambung melampui generasi. Yang paling terasa dan cepat dari komplikasi yang menyebabakn kematian dan disabilitas pada ibu adalah bayi yang mereka lahirkan. Dari kerangka kopnsep menurut Lawn, penyebab yang mendasari kematian (underlying cause) neonatal yang berhubungan dengan masyarakat dan system pemeliharan kesehatan adalah kesehatan ibu selama kehamilan dan perawatan ketika hamil, besalin, dan postpartum yang tidak adekuat. Selain peran kesehatan ibuketika hamil, perawatan yang tidak adekuat dan tidak tepat selama hamil, bersalin, dan beberapa jam setelah melahirkan juga mempunyai konsekuensi terhadap terjadinya kematian bayi barun lahir. Untuk menurunkan angka kematian neonatal, kunci utama terletak pada kualitas perawatan neonatal emergensi. Masih ada factor lain yang berkontribusi terhadap kematian neonatal, seperti status social-ekonomi ibu yang rendah, status gizi ibu dan fertilitas yang tinggi. Data menunjukan bahwa ada korelasi antara tingkat tingkat pendidikan ibu dan angka kematian bayi. Agama, budaya, pengalaman yang lalu dan pendidikan mempengaruhi persepsi ibu. Factor tersebut mewarnai dengan kuat kepercayaan masyarakat, pengertian dan penerimaan terhadap pengobatan tradisional dan modern. Kontribusi factor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan yang berkualitas bagi bayi yang sakit merupakan salah satu dari penyebab kematian neonatal. keterlambatan tersebut adalah ssb; 1. Keterlambatan dalam mengenal masalah ketika di rumah. 2. Keterlambatan dalam memutuskan untuk mencari pengobatan. 3. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan akibat hambatan transportasi dan sumber daya. 4. Keterlambatan dalam menerima perawatan yang berkualitas pada fasilitas Kesehatan. Menurut WHO, setiap tahun lebih dari sebelas juta anak meninggal karena menderita sakit dan kurang gizi. Tujuh dari sepuluh penyebab kematian anak di negara berkembang dapat disebabkan oleh lima penyebab utama atau kombinasinya: pnemonia, diare, campak, malaria, dan kurang gizi. Dari 10 penyakit tersebut dipilih lima penyakit terbesar untuk kematian bayi. Terdapat keberagaman penyakit penyebab kematian pada bayi, dimana gngguan perinatal (47%) merupakan penyakit kematian bayi yang banyak terjadi di perkotaan. Sedangkan sistem pernapasan merupakan penyakit penyebab kematian pada bayi yang banyak terjadi di pedesaan (32%). Tingkat
21

kematian berhubungan erat dengan tingkat kesakitan. Kejadian kematian merupakan terminasi akhir dari berbagai penyebab terjadi kematian. Dengan melihat penyakit penyebab kematian dari waktu ke waktu dapat dijadikan bahan evaluasi pelakasnaan pembangunan kesehatan. Secara umum gangguan perinatal merupakan masalah utama pada bayi. Gangguan ini terjadi pada usia 0-7 hari termasuk lahir mati. Kasus kematian perinatal pada studi mortalitas ini dibedakan dalam dua sebab utama pada janin dan sebab utama pada ibu. Menurut sebab utama kematian utama pada janin, aspixia lahir (39%), prematur dan bayi baru lahir (33,2%), serta kelainan bawaan (4,2%). Sedangkan sebab si ibu yang mempengaruhi janin sebesar 5,1%. Didunia 3,9 juta bayi meninggal pada usia minggu pertama.

LO 2.4 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI12) merupakan SDKI yang ketujuh mengenai kondisi demografi dan kesehatan di Indonesia. Survei pertama adalah Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia yang dilakukan pada tahun 1987, kedua sampai kelima adalah SDKI 1991, SDKI1994, SDKI 1997, SDKI 2002-2003, dan SDKI2007. SDKI12 adalah suatu survei yang dirancang untuk menyajikan informasi mengenai tingkat kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan. SDKI memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

Menyediakan data mengenai perilaku fertilitas, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kematian ibu, dan pengetahuan tentang AIDS dan PMS yang dapat digunakan oleh para pengelola program, pengambil kebijakan, dan peneliti dalam menilai dan meyempurnakan program yang ada. Mengukur perubahan - perubahan yang terjadi pada angka kelahiran dan pemakaian KB, serta mempelajari faktor - faktor yang mempengaruhinya, seperti pola dan status perkawinan, daerah tempat tinggal, pendidikan, kebiasaan menyusui, dan pengetahuan, penggunaan, serta penyediaan alat - alat kontrasepsi. Mengukur pencapaian sasaran dari program kesehatan nasional, khususnya yang berkaitan dengan program pembangunan kesehatan ibu dan anak. Menilai partisipasi dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh pria bagi seluruh keluarganya. Menyediakan data dasar yang secara internasional dapat dibandingkan dengan negara - negara lain dan dapat digunakan oleh para pengelola program, pengambil kebijakan, dan peneliti dalam bidang fertilitas, KB, dan kesehatan.
22

A. Kuesioner SDKI 2012 menggunakan empat macam kuesioner, masing-masing untuk rumah tangga, untuk wanita usia subur, untuk pria kawin, dan untuk remaja pria. Terkait perubahan cakupan sampel individu wanita dari wanita pernah kawin (WPK) usia 15-49 tahun menjadi wanita usia subur (WUS) 15-49 tahun, maka kuesioner WUS merupakan gabungan kuesioner WPK dengan kuesioner remaja yang dalam SDKI 2007 terpisah. Kuesioner rumah tangga maupun kuesioner individu SDKI 2012 mengacu pada versi terbaru (Maret 2011) kuesioner standar yang digunakan program DHS. Kuesioner tersebut mencakup isu dan pertanyaan baru sesuai kebutuhan dan untuk memenuhi keterbandingan internasional. Beberapa pertanyaan di kuesioner standar DHS tidak dicakup dalam SDKI 2012 karena kurang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Selain itu, kategori jawaban serta tambahan pertanyaan disesuaikan dengan muatan lokal terkait program di bidang kesehatan dan keluarga berencana di Indonesia. Kuesioner rumah tangga digunakan untuk mencatat seluruh anggota rumah tangga dan tamu yang menginap di rumah tangga terpilih sampel malam sebelum wawancara, dan keadaan tempat tinggalrumah tangga terpilih. Pertanyaan dasar anggota rumah tangga yang dikumpulkan adalah umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, dan hubungan dengan kepala rumah tangga. Keterangan mengenai tempat tinggal yang dikumpulkan meliputi sumber air minum, jenis kakus, jenis lantai, jenis atap, jenis dinding, dan kepemilikan aset rumah tangga. Informasi mengenai kepemilikan aset menggambarkan status sosial-ekonomi rumah tangga tersebut. Kegunaan utama kuesioner rumah tangga adalah untuk menentukan responden wanita dan pria yang memenuhi syarat untuk wawancara perseorangan. Kuesioner untuk wanita digunakan untuk mengumpulkan informasi dari wanita umur 15-49 tahun. Topik yang ditanyakan kepada wanita tersebut adalah: Latar belakang responden Riwayat kelahiran Pengetahuan dan pemakaian kontrasepsi Perawatan kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan setelah melahirkan Pemberian air susu ibu dan makanan anak Imunisasi dan kesakitan anak Perkawinan dan kegiatan seksual Preferensi fertilitas Latar belakang suami/pasangan dan pekerjaan responden Kematian anak Pengetahuan tentang HIV-AIDS dan infeksi seksual lain Kematian saudara kandung, termasuk kematian ibu
23

Isu kesehatan lainnya Khusus untuk wanita usia 15-24 tahun yang belum pernah kawin, ditanyakan: Latar belakang tambahan responden Pengetahuan mengenai sistem reproduksi manusia Sikap tentang perkawinan dan anak Peran keluarga, sekolah, masyarakat, dan media Rokok, minuman beralkohol, dan obat-obatan terlarang Pacaran dan perilaku seksual4

Kuesioner pria kawin (PK) digunakan untuk mengumpulkan informasi dari pria berstatus kawin umur 15-54 tahun pada sepertiga sampel rumah tangga SDKI 2012. Informasi yang dikumpulkan dalam kuesioner PK hampir sama dengan kuesioner wanita namun lebih pendek karena tidak mencakup riwayat kelahiran, dan kesehatan ibu dan anak. Sebaliknya, pria berstatus kawin ditanya mengenai pengetahuan dan partisipasi mereka dalam perawatan kesehatan anak. Kuesioner untuk remaja pria (RP) mencakup pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi, perilaku dalam hal merokok, minum minuman beralkohol dan pemakaian obat-obatan terlarang, persepsi terhadap perkawinan dan anak, pengetahuan tentang HIV-AIDSserta perilaku pacaran dan hubungan seksual. B. Rancangan Sampel Metode sampling yang digunakan adalah sampling tiga tahap. Tahap pertama adalah memilih sejumlah primary sampling unit (PSU) dari kerangka sampel PSU secara probability proportional to size (PPS). PSU adalah kelompok blok sensus yang berdekatan yang menjadi wilayah tugas koordinator tim (kortim) Sensus Penduduk (SP) 2010. Tahap kedua adalah memilih satu blok sensus secara PPS di setiap PSU terpilih. Tahap ketiga adalah memilih 25 rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara sistematik. Jumlah sampel SDKI 2012 adalah 1.840 blok sensus, 874 blok sensus di daerah perkotaan dan 966 blok sensus di daerah perdesaan. Sampel SDKI 2012 bertujuan untuk menghasilkan estimasi karakteristik penting dari wanita umur 15-49 tahun dan pria kawin umur 15-54 tahun di tingkat nasional, di daerah perkotaan dan perdesaan, dan di masing-masing provinsi. Jumlah sampel yang ditargetkan adalah 46.000 rumah tangga, 55.200 wanita 15-49 tahun, 13.248 pria kawin, dan 23.000 remaja pria belum pernah kawin. C. Pelatihan dan Lapangan Sejumlah 922 orang (376 laki-laki dan 546 wanita) dilatih sebagai pewawancara. Pelatihan berlangsung pada awal bulan Mei 2012 di sembilan
24

pusat pelatihan (Batam, Bukit Tinggi, Banten,Yogyakarta, Denpasar, Banjarmasin, Makasar, Manokwari dan Jayapura). Pelatihan mencakup pembelajaran materi di kelas, latihan berwawancara dan tes. Pelatihan dibedakan menjadi tiga kelas: kelas WUS, kelas PK, dan kelas RP. Seluruh peserta dilatih menggunakan kuesioner rumah tangga dan kuesioner perseorangan sesuai jenis kelasnya. Data SDKI 2012 dikumpulkan oleh 119 tim petugas. Satu tim terdiri dari delapan orang: 1 orang pengawas pria, 1 orang wanita editor WUS dan PK, 4 orang wanita pewawancara WUS, 1 orang pria pewawancara PK (merangkap sebagai editor RP), dan 1 orang pria pewawancara RP.Untuk Papua dan Papua Barat, satu tim terdiri dari dari lima orang: 1 oang pengawas pria (merangkap sebagai editor PK dan RP), 1 orang wanita editor WUS, 2 orang wanita pewawancara WUS dan 1 orang pria pewawancara PK dan RP. Kegiatan lapangan berlangsung dari 7 Mei sampai 31 Juli 2012. D. Pengolahan Data Seluruh kuesioner SDKI 2012 yang sudah diisi termasuk lembar pengawasan dikirim ke kantor pusat BPS di Jakarta untuk diolah. Pengolahan terdiri dari pemeriksaan isian, pemberian kode pada jawaban pertanyaan terbuka, perekaman data, verifikasi, dan pengecekan kesalahan di komputer. Tim pengolahan terdiri dari 42 orang editor, 58 orang perekam data, 14 orang secondary editor, dan 14 orang pengawas perekaman data. Perekaman dan pemeriksaan data dilakukan menggunakan program komputer Census and Survey Processing System (CSPro), yang khusus dirancang untuk mengolah data semacam SDKI. LI 3. Memahami dan menjelaskan factor resiko tinggi kehamilan. Definisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal. Risiko golongan ibu hamil menurut Muslihatun (2009, p. 132), meliputi: IBU HAMIL RESIKO RENDAH Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak memiliki faktorfaktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan risiko tinggi, baik dirinya maupun janin yang dikandungnya. Misalnya, ibu hamil primipara tanpa komplikasi, kepala masuk PAP minggu ke-36. 2).

25

IBU HAMIL RESIKO SEDANG Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tingkat sedang, misalnya ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm dan lain-lain. Faktor ini dianggap nantinya akan mempengaruhi kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu persalinan. IBU HAMIL RESIKO TINGGI (RESTI) Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko tinggi, antara lain adanya anemia pada ibu hamil. Faktor risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan mengancam keselamatan ibu dan janin baik pada saat hamil maupun persalinan nanti.

FAKTOR PENYEBAB KEHAMILAN RESIKO Kehamilan risiko rendah 1. Primipara tanpa komplikasi --- Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup (viable). Kehamilan dengan presentase kepala, umur kehamilan 36 minggu dan kepala sudah masuk PAP. 2. Multipara tanpa komplikasi adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin viabel atau lebih. 3. Persalinan spontan dengan kehamilan prematur dan bayi hidup --- Persalinan spontan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu, tetapi berat badan lahir melebihi 2500 gram.

Kehamilan risiko sedang Kehamilan yang masuk ke dalam kategori 4 terlalu: Umur ibu terlalu muda (< 20 tahun) Pada usia ini rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan baik dan relatif masih kecil, biologis sudah siap tetapi psikologis belum matang. Sebaiknya tidak hamil pada usia di bawah 20 tahun. Apabila telah menikah pada usia di bawah 20 tahun, gunakanlah salah satu alat/obat kontrasepsi untuk menunda kehamilan anak pertama sampai usia yang ideal untuk hamil Menurut Caldwell dan Moloy ada 4 bentuk pokok jenis panggul: 1. Ginekoid: paling ideal, bentuk bulat: 45 2. Android: panggul pria, bentuk segitiga: 15 3. Antropoid: agak lonjong seperti telur: 35 %

26

4. Platipelloid: menyempit arah muka belakang: 5 % (Prawirohardjo, 2008, p. 105106). Umur ibu terlalu tua (> 35 tahun) Pada usia ini kemungkinan terjadi problem kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus, anemis, saat persalinan terjadi persalinan lama, perdarahan dan risiko cacat bawaan. Jarak kehamilan terlalu dekat (< 2 tahun) Bila jarak anak terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama, atau perdarahan. Jumlah anak terlalu banyak (> 4 anak) Ibu yang memiliki anak lebih dari 4, apabila terjadi hamil lagi, perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, karena semakin banyak anak, rahim ibu makin melemah. Ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm Pada ibu hamil yang memiliki tinggi badan kurang dari 145 cm, dalam keadaan seperti itu perlu diwaspadai adanya panggul sempit karena dapat mengalami kesulitan dalam melahirkan. Kehamilan lebih bulan (serotinus) Kehamilan yang melewati waktu 42 minggu belum terjadi persalinan, dihitung berdasarkan rumus Naegele. Gejala dan tanda: Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu, gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali, air ketuban terasa berkurang, kerentanan akan stres. Penanganan: Persalinan anjuran atau induksi persalinan. Bila keadaan janin baik maka tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari. Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea Persalinan lama Partus lama adalah partus yang berlangsung lebih dari 24 jam untuk primigravida dan 18 jam bagi multigravida. Penyebabnya adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan. Gejala dan tanda: KU lemah, kelelahan, nadi cepat, respirasi cepat, dehidrasi, perut kembung dan edema alat genital. Bahaya: Bisa terjadi infeksi, fetal distres dan ruptur uteri. Penanganan: Memberikan rehidrasi dan infus cairan pengganti, memberikan perlindungan antibiotika-antipiretika.

27

Kehamilan risiko tinggi Penyakit pada ibu hamil Anemia Anemia Adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat proses persalinan (BKKBN, 2003, p.24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 g% pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 g % pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan Gejala dan tanda: Pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat Penanganan umum: Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari kiranya cukup mencegah anemia Malaria Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat mengakibatkan anemia dan dapat menyebabkan keguguran. Gejala dan tanda: Demam, anemia, hipoglikemia, edema paru akut dan malaria berat lainnya. Penanganan: Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan dosis 300 mg/minggu.

TBC paru Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, sehingga dapat menyebabkan perubahan pada sistem pernafasan. Gejala dan tanda: Batuk menahun, batuk darah dan kurus kering. Penanganan: Ibu hamil dengan proses aktif, hendaknya jangan dicampurkan dengan wanita hamil lainnya pada pemeriksaan antenatal. Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur. Penyakit jantung Bila ibu hamil mempunyai penyakit jantung harus ekstra hati-hati. Jangan sampai terlalu kecapaian dan jaga kenaikan berat badan agar beban kerja jantung bisa berkurang. Gejala dan tanda: Cepat merasa lelah, jantungnya berdebar-debar, sesak napas apabila disertai sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda, dan mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.

28

Diabetes mellitus Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh. Gejala dan tanda: Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat bawaan, berat badan berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat napas, hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning. Penanganan: Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus memperhatikan makanan, berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan sesuai kondisi penyakit pada penderita penyakit ini. Infeksi menular seksual pada kehamilan Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dengan pasangan yang menderita penyakit tersebut Riwayat obstetrik buruk 1. Persalinan dengan tindakan: (a) Induksi persalinan yaitu tindakan ibu hamil untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan. Dilakukan tindakan ini karena adanya komplikasi pada ibu maupun janin, misalnya ibu hamil dengan KPD, pre eklamsia, serotinus. (b) Sectio Caesaria merupakan tindakan untuk melahirkan bayi melalui abdomen dengan membuka dinding uterus dengan cara mengiris dinding perut dan dinding uterus. Tindakan ini dilakukan karena ada komplikasi pada kehamilan, misalnya plasenta previa totalis, panggul sempit, letak lintang, sudah pernah SC dua kali, dan lain- lain. 2. Pernah gagal kehamilan (keguguran) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada usia kurang dari 20 minggu (berat janin kurang dari 500 gram) atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan. Gejala dan tanda: Perdarahan bercak hingga derajat sedang dan perdarahan hebat pada kehamilan muda. Penanganan: Lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat darurat, komplikasi berat atau masih stabil). Pada kondisi gawat darurat, segera upayakan stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau merujuk) Pre eklamsi Pre eklamsi adalah suatu keadaan dengan timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah lahir.

29

Gejala dan tanda: Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka, sakit kepala hebat, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, proteinuria sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam. Penanganan umum: Istirahat (tirah baring), diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium, obat antihipertensi dan dirawat di rumah sakit bila ada kecendrungan menjadi eklamsia. Eklamsia Eklamsia merupakan kelanjutan dari pre eklamsia berat ditambah dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung mendadak. Gejala dan tanda: Eklamsia ditandai oleh gejala-gejala pre eklamsia berat dan kejang atau koma. Penanganan: Pengobatan tetap isolasi ketat di rumah sakit. Hindari kejang yang dapat menimbulkan penyulit yang lebih berat. Hamil kembar (gemelli) Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kejadian kehamilan ganda dipengaruhi oleh faktor keturunan, umur dan paritas. Gejala dan tanda: Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan, gerakan janin dirasakan lebih banyak, uterus terasa lebih cepat membesar, pada palpasi bagian kecil teraba lebih banyak, teraba ada 3 bagian besar janin, teraba ada 2 bollatmen, terdengar 2 denyut jantung janin. Penanganan dalam kehamilan: Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah. Kehamilan dengan kelainan letak 1. Letak lintang --- Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Etiologi: Kelemahan dinding perut/uterus karena multiparitas, kesempitan panggul, plasenta previa, prematuritas, gemeli dan lain-lain. 2. Letak sungsang --- Janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Penyebabnya: Prematuritas, gemeli, multiparitas, plasenta previa dan lain- lain. Perdarahan dalam kehamilan 1. Plasenta previa --- Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Gejala dan tanda: Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut, sifat perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan terjadi pada pagi hari sewaktu bangun tidur. Penanganan: Menurut Eastman bahwa tiap
30

perdarahan trimester ketiga yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal maupun vaginal. Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka kehamilan dapat dipertahankan istirahat dan pemberian obat- obatan dan observasilah dengan teliti. 2. Solusio plasenta --- Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya sebelum janin lahir. Gejala dan tanda: Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi bagian janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang, dapat terjadi gangguan pembekuan darah. Penanganan: Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan perawatan inap dan pada plasenta tingkat sedang dan berat penanganannya dilakukan di rumah sakit Menentukan Kehamilan Risiko Tinggi Cara penentuan KRT dapat dengan memakai kriteria dan juga dikelompokkan berdasarkan skoring atau nilai. Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi. Rochyati, dkk mengemukakan kriteria KRT adalah: primimuda, primitua, umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari 145 cm,grandemulti, riwayat persalinan yang buruk, bekas seksio sesaria, pre-eklampsia, hamil serotinus, perdarahan antepartum, kelainan letak, kelainan medis, dan lain-lain. Daely (Medan) memakai kriteria kehamilan risiko tinggi terbagi berdasarkan: a. Komplikasi Obstetrik : Umur (19 tahun atau > 35 tahun) Paritas (primigravida atau para lebih dari 6) Riwayat kehamilan yang lalu : - 2 kali abortus - 2 kali partus prematur - Kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal - Perdarahan paska persalinan - Pre-eklampsi dan eklampsi - Kehamilan mola - Pernah ditolong secara obstetri operatif - Pernah operasi ginekologik - Pernah inersia uteri

31

Disproporsi sefalo pelvik, perdarahan antepartum, pre-eklampsi dan eklampsi, kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak pada hamil tua, dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan terakhir 5 tahun, inkompetensi serviks, postmaturitas, hamil dengan tumor (mioma atau kista ovarii), uji serologis lues positif. b. Komplikasi medis Anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas, penyakit saluran kencing, penyakit hati, penyakit paru dan penyakit-penyakit lain dalam kehamilan. Faktor Risiko Faktor risiko merupakan situasi dan kondisi serta keadaan umum ibu selama kehamilan, persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Keadaan dan kondisi tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan non medis. Faktor non medis antara lain adalah kemiskinan, ketidak tahuan, adat, tradisi, kepercayaan, dan lain-lain. Hal ini banyak terjadi terutama pada negara berkembang, yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Dimasukkan pula dalam faktor non medis adalah sosial ekonomi rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan. Faktor medis antara lain adalah penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetri, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit neonatus dan kelainan genetik. Menurut Backett faktor risiko itu bisa bersifat biologis, genetika, lingkungan atau psikososial. Namun dalam kesehatan reproduksi kita dapat membaginya secara lebih spesifik, yaitu: 1. 2. 3. 4. Faktor demografi: umur, paritas dan tinggi badan Faktor medis biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria. Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, SC, dan lain-lain. Faktor lingkungan: polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis, dan lain-lain. 5. Faktor sosioekonomi budaya : pendidikan, penghasilan. Seharusnya faktor risiko dikenali oleh ibu hamil serta keluarga sehingga ibu-ibu dengan kehamilan risiko tinggi mendapat pertolongan yang semestinya. Deteksi Dan Pencegahan Untungnya semua kelainan yang menjadi risiko kehamilan di usia rawan sudah bisa dideteksi. Sebagian malah dapat dicegah dan yang lain bisa dirawat sehingga mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitasnya. Tekanan darah, misalnya bisa diukur dan diobati sehingga dapat mencegah terjadinya preeklamsia. Kasus plasenta previa juga dapat ditangani dengan bedah sesar Jadi sebagian kelainan bisa dikoreksi. Sebagian lagi bisa dipantau dengan ketat dan yang lain bisa diatasi dengan melakukan
32

tindakan untuk pertolongan. Usaha pencegahan penyakit pada kehamilan dan persalinan tidak hanya pada segi medis atau kesehatan saja. Faktor sosial ekonomi rendah juga tidak terlepas dari kemiskinan, kebodohan, ketidaktahuan, mempunyai kecenderungan untuk menikah pada usia muda dan tidak berpartisipasi dalam keluarga berencana. Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang rendah juga akan mengakibatkan gizi ibu dan perilaku pemanfaaatan kesehatan yang buruk. Transportasi yang baik disertai dengan ketersediaan pusat-pusat pelayanan yang bermutu akan dapat melayani ibu hamil untuk mendapat asuhan prenatal yang baik, cakupan yang luas dan jumlah pemeriksaan yang cukup. Di negara maju setiap wanita hamil memeriksakan diri sekitar 15 kali selama kehamilannya.Sedangkan di Indonesia biasanya wanita hamil hanya memeriksakan diri 4-5 kali. Jadi secara garis besar dapat disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyulit pada kehamilan dan persalinan adalah : 1. Asuhan prenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil 2. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan 3. Peningaktan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan 4. Peningakatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya 5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tingggi melalui program keluarga berencana 6. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif. Kelainan yang tidak dapat dicegah adalah sindrom down. Satu-satunya cara untuk meminimalkan risiko ini adalah ibu harus hamil di usia reproduksi sehat. Namun kelainan tersebut dapat dideteksi dengan screening darah dan USG pada kehamilan dini. Tapi deteksi terakurat hanyalah melalui tindakan amniosentesis atau mengambil contoh jaringan janin untuk dilihat kromosomnya. jika janin terbukti menderita down syndrome maka dokter bisa melakukan konseling pada suami-istri. Apa yang akan terjadi, apa yang bisa dilakukan oleh dokter, apakah kehamilan akan diteruskan atau tidak. Bila diteruskan bagaimana risikonya dan lainnya. Strategi Penanganan Kehamilan Resiko Tinggi Setiap kasus kehamilan resiko tinggi memerlukan penanganan yang lebih intensif selama kehamilan, persalinan, maupun masa nifas oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman. Penanganan dilakukan sesuai dengan faktor resiko yang dijumpai, dan kalau perlu penderita dirujuk ke tempat-tempat yang lebih mampu menanganinya dimana tersedia tenaga dan fasilitas yang memadai. Pengawasan selama kehamilan dengan cara melakukan koreksi terhadap faktor resiko yang dijumpai, serta melakukan monitoring kadaan janian di dalam kandungan. Dengan demikian dapat diambil sikap yang sebaik-baiknya untuk menetukan waktu dan cara pengakhiran kehamilannya.Untuk tujuan tesebut, perawatan antenatal/prenatal jelas memegang peranan yang sangat penting. Demikian juga
33

proses pengawasan selama proses persalinan, kadaan janin harus meliputi secara seksama dan pertolongan persalinan harus diverikan dengan sebaik-baiknya. Sehingga dapat ditentukan cara dan waktu yang tepat untuk mengakhiri persalinan. Perawatan postpartum dengan fasilitas resusitasi bayi dan perawatan khusus untuk bayi-bayi BBLR serta asfiksia serta neonatorum juga sangat penting. Disamping itu dianjurkan juga perawatan pada masa antar konsepsi seperti : perbaikan gizi, pengobatan anemia, penyembuhan penyakit kronis, dan untuk mengikuti keluarga berencana. Untuk penanganan yang menyeluruh diperlukan kerjasama yang baik antara beberapa tenaga ahli seperti ahli kebidanan, ahli kesehatan anak, ahli penyakit dalam, ahli anestesi, dan sebagainya. Juga tidak kalah pentingnya kerja sama dengan petugas-petugas kesehatan diluar rumah sakit, terutama dalam hal konsultasi dan rujukan. Perawatan Prenatal Sasaran perawatan prenatal adalah menjamin bahwa setiap kehamilan yang diinginkan diberi kesempatan maksimal untuk mencapai puncaknya delam melahirkan seorang bayi yang sehat tanpa mengganggu kesehatan ibu. 6 Pada kunjungan prenatal pertama, anamnesis yang menyeluruh harus dilakukan termasuk penilaian resiko dengan melakukan skrining awal seperti : umur ibu, cara melakukan konsepsi, riwayat medis sebelumnya, riwayat keluarga, riwayat obstetri sebelumnya, dan juga pemeriksaan fisik. Penilaian resiko dapat dilakukan dengan cara yang telah diorganisasikan dengan menggunakan bentuk standar seperti yang telah dibahas diatas. Dan selama kehamilan dilakukan juga pemeriksaan rutin. Dalam memerintahkan pemeriksaan laboratorium, keseimbangan antara keuntungan informasi yang diperoleh dan biaya pemeriksaan sebaiknya ditekan. Pemeriksaan laboratorium tertentu, yang telah bersifat tradisional atau secara hukum diamanatkan, dapat dipertanyakan dari sudut pandang kefeektifan biaya. Karena itu individualisasi yang tepat harus digunakan pada tiap pasien prenatal.Tabel berikut mencatumkan pemeriksaan yang biasa dilakukan. Pada perawatan prenatal berikutnya pengawasan yang cermat pada pasien obstetrik diarahkan untuk pengenalan masalah yang timbul yang dapat mempengaruhi janini secara buruk seperti : kenaikan berat badan ibu, urinalisa, tekanan darah, perkiraan umur gestasi,pemeriksaan fundus uteri, pemeriksaan perut, penilaian kesehatan janin, pemeriksaan non stress, penilaian ultrasonografi, dan uji tekanan kontraksi. Menilai kehamilan untuk menetukan resiko seperti juga melakukan pemantuan pemantauan yang cermat untuk mengenali munculnya resiko dalam kehamilan harus dilakukan sedini mungkin pada masa kehamilan. Konseling prakonsepsi pada pasien yang diketahui memiliki kelainan medis atau genetik dapat membantu mencapai hasil yang lebih menjanjikan. Perawatan prenatal yang dilakukan sedini dan sesering mungkin membantu dokter untuk mengidentifikasi munculnya resiko pada kehamilan. Ditambah lagi kehamilan yang diidentifikasi memiliki komplikasi, satu atau lebih masalah dapat diikuti dengan bermacam-macam teknik pengawasan ibu dan janin untuk memaksimalkan terapi terapeutik

34

LI 4. Memahami dan menjelaskan kesehatan reproduksi remaja. LO 4.1 faktor resiko kehamilan di usia muda di luar nikah Dinding rahim atau endometrium belum kuat benar, peluruhan dinding rahim setiap periode menstruasi masih belum sempurna. Ini kurang kondusif bagi proses nidasi atau menempelnya embrio ke dinding rahim. Risiko yang mengintai adalah: janin mudah keguguran, kemungkinannya 3 kali lebih tinggi dibanding mereka yang hamil di usia usia 25 tahun. Risiko berikutnya adalah pertumbuhan janin yang kurang sehat atau Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Sel telur yang dihasilkan indung telur belum sempurna. Indung telur milik perempuan muda juga masih belajar memproduksi sel telur berkualitas. Apabila sel telur hasil belajar itu dibuahi, dan menjadi bakal manusia, tidak ada yang bisa menjamin kualitas embrio yang dihasilkan! Rahim dan organ panggul belum kuat menampung janin. Organ reproduksi seperti rahim, mulut rahim dan otot-otot ligamen di panggul, belum matang dan belum kuat, sehingga belum siap untuk berfungsi semestinya dalam menunjang kehamilan dan persalinan. Bahaya yang mengintai adalah: keguguran, perdarahan, persalinan prematur, prolaps organ panggul, bahkan ruptur atau melorotnya organ panggul. Bunda muda juga terancam luka serius saat melahirkan, 4 kali lebih tinggi. Risiko tekanan darah tinggi dan pre eklampsia. Penyebabnya, tubuh ibu muda belum kuat menanggung proses kehamilan sehingga metabolisme tubuh mudah terganggu. Gejala tekanan darah tinggi umumnya belum terdeteksi pada awal kehamilan. Namun, di tengah masa kehamilan, bisa tiba-tiba mengalami kejang, perdarahan, bahkan berkembang menjadi eklampsia yang mengancam jiwa ibu dan janin. Bahaya anemia. Mengintai dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin. Penyebabnya adalah metabolisme tubuh ibu yang belum sempurna saat mendapat tambahan volume darah akibat kehamilan, juga akibat pola makan minim zat besi karena wanita muda cenderung sering berdiet. Ini alasan mengapa ibu muda yang hamil wajib menjalani tes darah guna mendeteksi anemia dan thalassemia. Kehamilan tidak disadari. Pada banyak kasus kehamilan muda, calon ibu terlambat menyadari kehamilan, lantaran sebelum hamil siklus haidnya memang belum teratur, sehingga diterjemahkan sebagai kondisi biasa. Karena kehamilan tidak disadari, calon ibu muda mungkin saja tetap melakoni gaya hidup kurang sehat seperti: diet ketat, konsumsi alkohol, paparan rokok,yang dapat mengganggu kehamilan dan pertumbuhan janin, sehingga memicu persalinan prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
35

Risiko kanker leher rahim dan penyakit kelamin. Wanita yang melakukan hubungan seksual secara aktif pada usia di bawah 20 tahun, memiliki risiko lebih tinggi untuk terjangkit infeksi virus yang pada organ reproduksi, seperti Human Papilloma Virus penyebab kanker leher rahim, juga serangan penyakit kelamin seksual, di antaranya Chlamydia yang dapat menyebabkan infeksi mata dan pneumonia pada bayi, atau sifilis yang bisa mengakibatkan kebutaan pada bayi, dan kematian ibu serta janin

Sebab Terjadinya Kehamilan Remaja Faktor Agama dan Iman Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami isteri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab. Faktor Lingkungan 1.Orang Tua Kurangnya perhatian khususnya dari orang tua remaja untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar.Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual. 2.Teman, Tetangga dan Media Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari media elektronik yang salah. Dapat membuat para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi merupakan sesuatu yang lazim Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual, remaja akan mencari informasi tersebut dari sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari. Perubahan zaman Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai, dan kemudian sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama, seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah hubungan seks di luar nikah. Perubahan Kadar Hormon pada remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas seksual. Semakin cepatnya usia pubertas

36

Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan masa-masa tunda hubungan seksual menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan pengarahan yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi. Adanya Trend baru dalam berpacaran di kalangan remaja Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual diluar nikah meskipun dengan rela sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang sudah pula bergeser nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika melakukan hubungan seksual dengan banyak orang. Dampak Kehamilan Remaja di Komunitas Banyak efek negatif dari kehamilan remaja diantaranya penyakit fisik seperti : anemia, kesulitan persalinan karena tulang panggul belum sempurna, persalinan prematur, kematian janin dalam kandungan, berat badan bayi lahir rendah dan sebagainya. Di bidang sosial remaja akan gagal menikmati masa remajanya dan akan menerima sikap ungkapan yang negatif karena dianggap memalukan, yang dapat menimbulkan sikap penolakan remaja terhadap bayi yang dikandungnya. Kehamilan remaja juga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi psikososial seperti putus sekolah, rasa rendah diri, kawin muda dan perceraian dini.Abortus dengan konsekuensi psikososial seperti rasa bersalah yang berlebihan, ancaman hukuman pidana dan sanksi adat/masyarakat.Penyakit menular seksual, gangguan dan tekanan psikososial di masa lanjut yang timbul akibat hubungan seks remaja pra nikah.

LI 5. Memahami dan menjelaskan aborsi dan kehamilan usia muda di luar nikah menurut islam HAMIL DILUAR NIKAH Haram hukumnya seorang laki-laki menikahi seorang wanita yang sedang mengandung anak dari orang lain. Karena hal itu akan mengakibatkan rancunya nasab anak tersebut. Dalilnya adalah beberapa nash berikut ini: Nabi SAW bersabda, "Janganlah disetubuhi (dikawini) seorang wanita hamil (karena zina)" Nabi SAW bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk menyiramkan airnya pada tanaman orang lain." (HR Abu Daud dan Tirmizy) ABORSI

Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka
37

kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar( Qs An Nisa : 93 ) Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut : 1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat : Pendapat Pertama : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al Qalyubi : 3/159 ). Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,( Syareh Fathul Qadir : 2/495 ). Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.

Pendapat kedua : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan ruh , demi untuk kehatihatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab SyafiI . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 ) Pendapat ketiga : Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386) Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat. Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus
38

Profocatus Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. 2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat. Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat: Pendapat Pertama : Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah firman Allah swt :

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 ) Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih ragu., yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ). Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan. Pendapat Kedua : Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan keberadaannya terakhir.( Mausuah Fiqhiyah : 2/57 ) Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu Alam.

39

Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syarI hukumnya adalah haram dan termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt. Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

KLASIFIKASI ABORTUS. Keguguran atau abortus (al-Ijhdh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis: 1. Al-Ijhdh at-Tilqi atau al-Afwi ( Abortus spontanea) yaitu proses alami yang dilakukan rahim untuk mengeluarkan janin yang tidak mungkin sempurna unsur-unsur kehidupan padanya. Bisa jadi ini terjadi dengan sebab kecacatan besar yang menimpanya karena akibat sakitnya sang ibu yang terkena penyakit beragam seperti diabetes atau lainnya. 2. Al-Ijhdh al-Ilji (Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus) adalah abortus (keguguran) yang sengaja dilakukan para medis (dokter) demi menyelamatkan nyawa ibu yang dalam keadaan sangat jarang bahwa kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat. 3. Al-Ijhdh al-Ijtimi dinamakan juga al-Ijhdh al-Jin`i atau al-Ijrmi (Abortus Provokatus Kriminalis) adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Tujuannya hanya untuk tidak melahirkan bayi atau untuk menjaga penampilan atau menutupi aib dan sejenisnya. Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk dengan alat-alat atau obat-obat tertentu.

40

DAFTAR PUSTAKA http://www.bango73284ng.co.cc/2011/01/audit-maternal-perinatal-amp.html Kosium MS,Sarosa GI, Indarso F, Haksari EL, Tipta GD, Usman A, Hendro TW. Bayi berat lahir rendah. Dalam : Pusponegoro HD, Hadinegoro SR, Firmando D, Tridjja B. Pudjiadi AH, Kosim MS, Rusmil K. penyunting Standart Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi ke 1. Jakarta : IDAI. 2005; 306 1 Zahtamal, dkk. 2009. Analisis Faktor Determinan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Serta Permasalahan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Di Provinsi Riau. Universitas Riau. http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/258/ Bagian SMF Obgin UNHAS. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Makssar. Djuhari, Wiranarta Kusumah. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pengembangan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

41

You might also like