You are on page 1of 84

ACARA I PERSEMAIAN A . Pendahuluan 1 .

Latar Belakang Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu. Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap ditanam). Pengadaan bibit/semai melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih menjamin keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah, penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan lebih terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan. Bertanam sayuran dapat dilakukan dengan cara menanam benih secara langsung pada tanah yang telah dipersiapkan atau menyemai benih lebih dahulu sampai umur tertentu tergantung dari jenis tanamannya baru kemudian dipindahkan ke tempat penanaman yang tetap. Namun, ada juga kelemahan dari teknik persemaian, antara lain memerlukan biaya yang lebih tinggi serta tambahan pekerjaan, seringkali menyebabkan kerusakan bahkan kematian pada akar saat proses mencabut bibit.

Dengan praktikum ini kita dapat lebih mengenal teknik persemaian, dengan mengamati pertumbuhannya dan menyimpulkan kelebihan / kekurangan dari teknik tersebut. 2 . Tujuan Praktikum Tujuan praktikum acara satu, persemaian adalah : a. Mengenal serta mempelajari cara-cara pembuatan persemaian b. Menyemaikan beberapa macam benih sayuran B . Tinjauan Pustaka 1 . Tanaman Tomat Klasifikasi Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asteridae : Solanales : Solanaceae : Solanum : Solanum lycopersicum L.

Tomat termasuk tanaman perdu semusim, berbatang lemah, daun berbentuk segi tiga, bunga berwarna kuning atau hijau di waktu muda dan kuning atau merah di waktu tua, serta berbiji banyak. Tanaman tomat dapat tumbuh baik di dataran tinggi sampai dataran rendah pada ketinggian tempat 0 sampai dengan 1250 m di atas permukaan laut . Tomat dapat tumbuh di lahan basah/sawah maupun lahan kering/tegalan bergantung pada varietas yang ditanam (Purwati 2008). Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah sekitar 23
o

C pada siang hari dan 17 oC pada malam hari. Tomat merupakan

komoditas hortikultura yang penting di Indonesia dan banyak digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, bahan kosmetik, dan obatobatan. Khusus

bagi tubuh, tomat sangat bermanfaat karena memiliki kandungan vitamin C (Duriat et al. 1997). Budidaya tanaman tomat di Indonesia terus berkembang dengan luas, penanaman setiap tahun mencapai 50.000 ha. Menurut BPS (2010), produksi tomat dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dari 594.022 ton pada tahun 2002 menjadi 891.616 ton pada tahun 2010. Daerah sentra produksi tomat di Indonesia meliputi Jawa Barat dengan luas penanaman 11234 ha, Sumatera Utara 4215 ha, dan Bengkulu 6285 ha (Wang et al. 2005). Penerapan stategi pengendalian terpadu untuk mengendalikan penyakit layu bakteri pada tomat bisa dilakukan dengan cara memilih dan menggunakan lahan bebas patogen, menekan kemungkinan terjadinya infeksi pada tanaman, menggunakan varietas yang resisten dan benih yang bebas patogen, dan pencegahan penyebaran penyakit di lapangan. Beberapa tanaman yang dapat digunakan untuk rotasi dengan tanaman tomat diantaranya jagung, kacang hijau, sorgum, wortel, seledri, selada, dan sawi (Wiryanta 2002). Penyebab penyakit layu bakteri pada tomat yaitu R. solanacearum yang sebelumnya dikenal dengan nama Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini merupakan patogen tular tanah dan air yang bersifat nonfluoresens dari famili Pseudomonadaceae (Denny & Hayward 2000). Gejala permulaan yang ditimbulakan oleh serangan bakteri ini adalah layunya beberapa daun muda, menguningnya daun-daun tua, dan batang tanaman sakit cenderung lebih banyak membentuk akar adventif sampai setinggi bunga (Semangun 2007). 2 . Tanaman Terong Klasifikasi Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies

: Magnoliopsida : Asteridae : Solanales : Solanaceae : Solanum : Solanum melongena L.

Terung (Solanum melongena L.) merupakan tanaman sayuran penting keempat dunia setelah kentang, tomat, dan mentimun. Cina merupakan sentra produksi terung dunia yaitu menghasilkan 48 % dari produksi terung dunia, sedangkan produksi terung di India sebesar 32 % dan Indonesia hanya sebesar 10 % dari produksi terung dunia. Tanaman terung merupakan salah satu produk tanaman hortikultura yang sudah banyak tersebar di Indonesia. Terung juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan seperti gatal-gatal pada kulit, sakit gigi, cuci perut, dan tekanan darah tinggi (Samadi 2001). Tanaman terung merupakan tanaman yang rentan terhadap beberapa penyakit layu bakteri, layu verticillium, nematoda dan hama. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh Raistonia solanacearum (Pseudomonas

solanacearum) yang dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50 % 100 %. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang pertanaman terung di negara-negara tropik dan subtropik termasuk Indonesia dan sulit dikendalikan dengan bahan kimia atau dengan cara kultur teknik (Messiaen et al. 1999). Persilangan tanaman secara seksual hanya mungkin dilakukan antara tanaman dengan kekerabatan taksonomi yang dekat. Persilangan seksual antara terung budidaya dengan S. torvum menghasilkan hybrid bersifat steril dengan viabilitas polen sangat rendah karena terjadi abnormalitas di setiap tahap meiosis (Mc common et al. 1993). Program perakitan tanaman terung tahan penyakit layu bakteri merupakan salah satu bentuk kerjasama Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik (Balitbiogen) dengan Masyarakat Ekonomi Eropa

(MEE). Kegiatan ini dimulai dengan fusi protoplas antara terung budidaya dengan kerabat liarnya. Cara ini diharapkan dapat memindahkan karakter tahan yang bersifat multiple, seperti tahan terhadap layu bakteri, layu jamur atau nematode (Mariska 1999). Karakterisasi populasi yang diperoleh dari hasil fusi protoplas antara terung budidaya dengan kerabat liarnya dilakukan terhadap fase vegetatif dan reproduktif (Rochmah 2002). Sedangkan pengujian ketahanan hibrid somatik terhadap penyakit layu bakteri dilakukan melalui pengamatan terhadap intensitas penyakit yang terjadi pada masing-masing populasi yang berbeda. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa teknik inokulasi dengan cara injeksi sel patogen melalui penusukan di batang lebih efektif menginduksi gejala layu pada tanaman terung daripada teknik inokulasi lainnya (Budi et al. 2002). 3 . Tanaman cabai Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Solanales : Solanaceae : Capsicum : Capsicum annum

Cabai merupakan salah satu tanaman perdu dari famili Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan dan disebarluaskan ke seluruh dunia oleh para pelancong. Jenis dan ragam tanaman cabai cukup banyak, diperkirakan terdapat 20 jenis cabai di seluruh dunia. Jenis cabai yang umum dibudidayakan oleh masyarakat adalah C. annuum, C. frutescens, C. chinense, C. pendulum dan C. pubescens (Basu et al. 2003). Buah cabai memiliki rasa dan aroma yang khas, beberapa jenis kuliner nusantara menggunakan cabai sebagai salah bahan pelengkapnya. Buah cabai mengandung vitamin, gizi, protein, lemak, karbohidrat,

kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C. Buah cabai tidak hanya dimanfaatan sebagai bahan penambah rasa, aroma atau hiasan pada makanan, buah cabai juga digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan obat-obatan (Duke 2002). Bunga cabai berbentuk seperti terompet atau bintang dengan warna bunga umumnya putih, namun ada beberapa jenis cabai yang memiliki warna bunga ungu. Bunga cabai termasuk bunga sempurna, karena mempunyai struktur bunga yang lengkap seperti tangkai, dasar, kelopak, mahkota bunga, alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Buah cabai berbentuk kerucut memanjang, lurus atau bengkok. Bagian ujung buah meruncing, mempunyai permukaan yang licin dan mengkilap, posisi buah menggantung pada cabang tanaman. Buah cabai mempunyai bentuk dan warna yang beragam, namun setelah masak sebagian besar berwarna merah. Cabai merupakan tanaman berkayu dengan panjang batang utama berkisar antara 20-28 cm dan diameter batang antara 1.5-2.5 cm (Hewindati 2006). Percabangan batang berwarna hijau dengan panjang mencapai 5-7 cm dengan diameter cabang dikotom sekitar 0.5-1 cm. Bentuk percabangan menggarpu dengan posisi daun berselang-seling, daun berbentuk hati, lonjong atau agak bulat telur (Dermawan 2010). Budidaya konvensional pada tanaman cabai merupakan kegiatan budidaya tanaman yang umum dilakukan oleh petani, penggunaan pupuk dan pestisida kimia dilakukan secara intensif. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara intensif dimulai sejak munculnya gerakan revolusi hijau di Indonesia. Selama revolusi hijau, teknologi di bidang pertanian berkembang pesat dan telah digunakan dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia memang terbukti berhasil meningkatkan produktivitas pertanian, namun dampak negatif yang ditimbulkan cukup besar bagi pertanian. Sekitar akhir tahun 1970 beberapa ahli pertanian melaporkan adanya berbagai permasalahan yang

muncul dari penggunaan pestisida kimia dalam bidang pertanian (Oka 1978). Permasalahan yang muncul seperti resistensi hama, munculnya outbreak hama dan penyakit, pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan pada manusia. Penggunaan pestisida kimia dalam

mengendalikan hama dan penyakit tanaman masih tetap dilakukan petani sampai saat ini. Petani masih menganggap bahwa penggunaan pestisida kimia merupakan pilihan yang tepat dalam mengendalikan keberadaan hama dan penyakit. Dampak negatif yang ditimbulkan dari aplikasi pestisida yang dilakukan oleh petani semakin besar karena penggunaannya yang tidak sesuai dengan aturan dan dosis yang berlaku. Kondisi ini dipicu oleh minimnya informasi mengenai dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida, serta tingginya tingkat kekhawatiran petani terhadap kemungkinan gagal panen pada tanaman cabai (Resosudarmo et al. 2011).

C . Metode Praktikum 1 . Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum acara satu persemaian dilakukan pada hari Selasa tanggal 2 Oktober 2012 pukul 15.00 WIB, bertempat di lahan belakang gedung D, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2 . Alat dan Bahan Alat a. Cethok b. Polibag c. Paranet d. Gembor Bahan a. Benih Tomat b. Benih Cabai c. Benih Terong d. Tanah dan pupuk kandang 3 . Cara Kerja a. Menyiapkan polibag dengan media campuran tanah dan pupuk kandang b. Menyirami media tanam hingga kondisi lapang c. Memasukkan benih ke dalam polibag d. Meletakkan polibag sesuai perlakuan (dengan naungan dan tanpa naungan) e. Melakukan penyiraman tergantung kondisi media tanam f. Melakukan pengamatan kecepatan kecambah dan daya kecambah

D . Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1 . Hasil Pengamatan Tabel 1.1 Pengamatan Perkecambahan Benih Jenis Sayuran 1 Tomat Terong Cabai 0 0 0 KK (hari) 2 3 4 2 3 6 5 7 4 10 10 10 5 11 10 14 DK (hari) 6 13 14 16 7 18 18 18

Sumber : Laporan Sementara Kecepatan Kecambah (KK) K = jumlah benih yang berkecambah pada hari ke-4 Y = jumlah benih yang dikecambahkan

100 % = 40 % Daya Kecambah (DK) D = jumlah benih yang berkecambah pada hari ke-7 Y = jumlah benih yang dikecambahkan

Gambar 1.1 Semai hari ke-1

10

Gambar 1.2 Semai hari ke-4

Gambar 1.3 Semai hari ke-7 2 . Pembahasan Penyemaian benih tanaman sudah biasa dilakukan oleh para petani dan pengebun, baik nantinya untuk bibit tanaman maupun untuk batang bawah keperluan penyusunan maupun okulasi. Setiap tanaman mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda satu dengan yang lain, yang mengakibatkan cara menyemai dan waktu yang dibutuhkan untuk berkecambah berbeda pula. Benih yang kita pilih adalah yang berkualitas baik artinya mempunyai daya tumbuh dan daya hidup yang tinggi (Wudianto,1999). Penanaman benih secara pemindahan bibit memerlukan adanya peningkatan kesehatan bibit selama di persemaian. Bibit yang kualitasnya lebih baik akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lapangan lebih baik dan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi muda selanjutnya (Ashari, 2003).

11

Kecepatan perkecambahan pada tanaman tomat, terong, dan cabai mencapai 40% , sedangkan daya perkecambahan pada ketiga tanaman tersebut adalah 72 %. Hasilnya menunjukkan bahwa daya perkecambahan mencapai hasil optimal, pada tanaman tomat,terung, dan cabai yang berada pada naungan dan tanpa naungan hal ini terlihat pada persentase daya kecambah yang mencapai 72 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan antara lain oleh faktor dalam yang meliputi: tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat

perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya. Tingkat kemasakan benih Benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna. Pada tingkat kemasakan yang bagaimanakah sebaiknya panen dilakukan agar diperoleh benih yang memiliki viabilitas maksimum, daya kecambah maksimum serta menghasilkan tanaman dewasa yang sehat, kuat, dan berproduksi tinggi. Hal ini perlu dilakukan penelitian,

khususnya untuk benih-benih serealia, seperti padi, jagung, gandum, maupun sorgum. Ukuran benih Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih. Bahan-bahan tersebut diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio saat perkecambahan. Berdasarkan hasil penelitian, ukuran benih mempunyai korelasi yang positip terhadap kandungan protein pada benih sorgum. Makin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga makin meningkat. Dinyatakan juga bahwa berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen.

12

Dormansi Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah: impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter, halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih dorman dapat dirangsang untuk berkecambah dengan perlakuan seperti: pemberian suhu rendah pada keadaan lembab (stratifikasi), goncangan (impaction), atau direndam dalam larutan asam sulfat. Penghambat perkecambahan Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih. Contoh zat-zat tersebut adalah: herbisida, auksin, bahan-bahan yang terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida). Semua persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan tetapi tak dapat dipandang sebagai penyebab dormansi. Istilah induksi dormansi digunakan bila benih dapat dibuat berkecambah lagi oleh beberapa cara yang telah disebutkan. Air Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih ada 2, yaitu: sifat kulit pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada medium sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Temperatur Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan benih. Temperatur minimum

/maksimum adalah temperatur terendah/tertinggi saat perkecambahan akan

13

terjadi. Di bawah temperatur minimum atau di atas temperatur maksimum akan terjadi kerusakan benih dan terbentuknya kecambah abnormal. Oksigen Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida , air dan energi. Proses perkecambahan dapat terhambat bila penggunaan oksigen terbatas. Namum demikian beberapa jenis tanaman seperti padi (Oryza sativa L.) mempunyai kemampuan berkecambah pada keadaan kurang oksigen. Cahaya Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk berkecambah berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Benih yang dikecambahkan pada keadaan kurang cahaya atau gelap dapat menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotil, kecambah pucat dan lemah. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam lingkungan yang optimum. Berikut ini adalah uraian kriteria kecambah normal dan abnormal. Kecambah normal memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar primer dan akar seminal paling sedikit dua. Perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan. Pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik. Epikotil tumbuh sempurna dengan kuncup normal, memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil. Kecambah abnormal, kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagianbagian penting lemah dan kurang seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil, kecambah tidak membentuk klorofil, kecambah lunak.

14

E . Kesimpulan dan Saran 1 . Kesimpulan Pada praktikum persemaian ini, kita dapat mengenal berbagai macam cara-cara menyemaikan benih-benih sayuran. Banyak manfaat yang bisa diambil, dengan melakukan praktikum persemaian, kita dapat mengamati keuntungan dan kelemahan dalam pertumbuhan tanaman melalui teknik persemaian secara spesifik pada tanaman budidaya pertanian. 2.Saran Alangkah baiknya apabila praktikum ini dilakukan pada waktu yang longgar sehingga tidak tergesa-gesa dalam melakukan praktikum persemaian.

15

DAFTAR PUSTAKA

Handoko et al.1995.Klimatologi Dasar Edisi ke-2.PT. Dunia Pustaka Jaya : Jakarta. Mariska, I.1999. Production of Valuable Breeding Material of Eggplant (Solanum melongena L.) Resistant Nematode by Using Protoplas Fusion. Research Report 1 st Nov 1998 31 Oct 1999. Research Institute for Food Crops Biotechnology Agency for Agricultural Research and Development (AARD). Bogor-Indonesia. McCommon,K.R. and S.Honma.1983.Morphological and cytogenetic analyses of an interspesific hybrid eggplant, Solanum melongena L. x Solanum torvum.Hort.Science 18(6) : 894-895 Rochmah,S.2001.Karakterisasi Morfologi dan Produksi Tanaman Hibrida Somatik dan Kultur Anther Hasil Fusi Protoplas Antara Terung (Solanum melongena L.) dengan Kerabat Liarnya.Skripsi.Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor.102 hal. Samadi, B.2001. Budidaya Terung Hibrida. Kanisius : Yogyakarta Supriyo, A, R. Sutarya. 1992. Pengaruh pupuk N,P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tomat varietas Ratna di Kalimantan Selatan. Bull. Penel. Hortikultura 12(4):77-82. Tahuradjuanda.2010.Persemaian pada Tanaman di Lahan Pertanian. http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id/.Diakses pada tanggal 10 November2012.

16

ACARA II BUDIDAYA TANAMAN A . Pendahuluan 1 . Latar Belakang Budidaya tanaman merupakan suatu kegiatan pertanian dalam pemeliharaan tanaman pada suatu lahan supaya dapat diambil hasilnya atau dipanen. Usaha budidaya tanaman membutuhkan media tanam yaitu tanah dan pupuk atau lainnya untuk pertumbuhan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan kemudian dapat dipanen hasilnya. Bagian yang dipanen dapat berupa biji, umbi, buah, batang, daun, bunga, tunas dan bagian lainnya yang bernilai ekonomi. Budidaya tanaman pada media tanah biasa disebut bercocok tanam. Pada praktikum ini kita akan melakukan penanaman budidaya mentimun, kacang panjang, dan bawang merah. Ketiga tanaman tersebut merupakan komoditi sayuran yang mudah dibudidayakan. Mentimun (Cucumis sativus L) termasuk suku labu-labuan, berupa herba melata atau setengah merambat, timun merupakan tanaman semusim yang setelah berbuah tanaman tersebut akan mati, memiliki batang berbulu serta berbuku-buku panjang, tinggi tanaman mencapai 50 250 cm, bercabang dan berakar tunggang, pembungaannya berumah satu (monoecious) dengan tipe bunga jantan dan hermafrodit, satu tanaman dapat menghasilkan 20 buah timun. Selanjutnya adalah bawang merah (Allium ascalonicum L) , bawang merah berakar serabut dengan system perakaran dangkal dan terpencar, memiliki umbi lapis dan terbentuk dari pangkal daun yang bersatu membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, daunnya berbentuk silinder berongga, merupakan tanaman semusim dan dataran rendah. Kemudian yang terakhir adalah kacang panjang (Vigna sinensis L), merupakan tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan. Kacang panjang adalah tanaman semusim yang bersifat membelit

16

17

(merambat) dan setengah membelit. Buahnya berbentuk bulat panjang dan ramping, biasanya disebut polong dengan panjang bervariasi antara 30 100 cm. Karena tergolong tanaman merambat dan membelit maka penanamannya diperlukan lanjaran (turus / tiang), ada yang berbentuk segitiga, pagar, piramid segitiga, piramid segiempat, dan lain-lain. 2 . Tujuan Praktikum Pada praktikum acara II ini yaitu budidaya tanaman bertujuan untuk mengenal, mempelajari dan memberikan keterampilan kepada mahasiswa tentang teknik-teknik budidaya beberapa komoditas hortikultura. B . Tinjauan Pustaka 1 . Mentimun Klasifikasi Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Cucurbitales : Cucurbitales : Cucumis : Cucumis sativus L.

Mentimun atau ketimun mempunyai nama latin Cucumis Sativus L. Mentimun termasuk dalam keluarga labu-labuan (cucurbitaceae). Sejarah mentimun berasal dari Himalaya di benua Asia Utara, dan telah meluas ke seluruh daratan baik tropis atau subtropis, kemudian terus meluas hingga ke Indonesia. Di Indonesia tanaman mentimun umumnya diusahakan di dataran rendah dengan berbagai nama, seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ketimun atau antimun (Bali), hantimun (Lampung), dan timon dalam bahasa Aceh

(Direktorat Jendral Hortikultura 2006). Mentimun merupakan salah satu jenis sayuran dari keluarga labulabuan. Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar

18

atau memanjat. Mentimun memiliki batang berbulu serata berbuku-buku panjang atau tinggi tanaman dapat mencapai 50-250 cm dan bercabang. Daunnya bersegi mirip jantung dan bagian ujung daunnya meruncing. Mentimun memiliki akar tunggang dan buluh-buluh akar

(Citrosupomo 2007).
Tanaman mentimun memiliki daya adaptasi cukup luas terhadap iklim lingkungan tempat tumbuhnya dan tidak memerlukan perawatan khusus. Di Indonesia yang memiliki iklim panas (tropis), mentimun dapat ditanam didataran rendah sampai dataran tinggi. Dimana selama pertumbuhannya membutuhkan sinar matahari yang cukup. Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Hal ini akan mengakibatkan bunga-bunga yang terbentuk bebguguran dan gagal membentuk buah (Rukmana 1994).

Mentimun adalah salah satu sayuran buah yang banyak di konsumsi segar dan dalam bentuk olahan. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini mengandung sumber mineral dan vitamin diantaranya protein, pati, karbohidrat, fosfor, besi, kalium, natrium dan vitamin A, C, B1, B2, B6, B12 (Sumpena 2001). Mentimun dapat dibudidayakan di sawah, ladang, kebun, polibag dengan menggunakan lanjaran atau para-para atau dibiarkan merambat ditanah, karena mentimun adalah tanaman semusim yang bersifat menjalar atau merambat dengan perantara alat pemegang seperti ajir. Cara budidaya mentimun pada dasarnya sama dengan budidaya sayuran konvesional lainnya, yaitu pertama melakukan persiapan persemaian yang mencakup menyediakan kebutuhan benih, menyiapkan media semai dan persemaian. Kedua melakukan persiapan penanaman dimana menyiapkan lahan dan penanaman. Ketiga melakukan pemupukan. Keempat melakukan

pemeliharaan tanaman yaitu dengan pemangkasan cabang, pemasangan ajir


penompang, pengikatan tanaman, sanitasi lahan, dan pengairan. Kelima melakukan pencegahan atau pembrantasan hama dan penyakit yang ada pada tumbuhan mentimun. Keenam yaitu melakukan panen dan pasca panen (Wahyudi 2010).

19

Mentimun merupakan salah satu sayuran yang rentan terhadap serangan hama serta infeksi patogen tanaman, serangan hama dan penyakit yang terjadi pada tanaman mentimun menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil panen pada pertanaman mentimun di lokasi penelitian. Adapun hama yang banyak menyerang tanaman mentimun yaitu lalat pengorok daun dan kutu daun, sedangkan penyakit utama pada pertanaman mentimun adalah layu yang disebabkan oleh nematoda M. Arenaria, dan embun bulu yang disebabkan oleh cendawan P. Cubensis. Dengan adanya hal tersebut membuat pertumbuhan mentimun terhambat sehingga produksi mentimun dapat menurun (Prabowo 2009). 2 . Bawang Merah Klasifikasi Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Liliaceae : Liliales : Allium : Allium ascalonicum L.

Bawang merah, berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 1530 cm di dalam tanah (Prabowo 2010).

Daun pada bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak (Tim Bina Karya Tani 2008). Tajuk dan umbi bawang merah serupa dengan bawang bombay, tetapi ukurannya lebih kecil. Perbedaan yang lain adalah umbinya, yang berbentuk seperti buah jambu air, berkulit coklat kemerahan, berkembang

20

secara berkelompok di pangkal tanaman. Kelompok ini dapat terdiri dari beberapa hingga 15 umbi (Rubatzky et al. 1998). Tanaman bawang merah membutuhkan suhu antara 20-260 C dan lama penyinaran 11 jam, tetapi biasanya tanaman bawang merah menyukai temperatur yang lebih rendah (Siemonsma et al. 1994). Tanaman bawang merah menghendaki tanah gembur subur dengan drainase baik. Tanah berpasir memperbaiki perkembangan umbinya. PH tanah yang sesuai sekitar netral, yaitu 5,5-6,5 sedangkan temperatur cukup panas 25-320 C (Ashari 1995). Persyaratan tanah untuk bawang merah adalah subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik yakitu lempung berpasir atau lempung berdebu, pH tanah 5,5 6,5 dan drainase serta aerasi tanah baik (http://sultra.litbang.deptan.go.id 2008). 3 . Kacang Panjang Klasifikasi Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Leguminales : Fabaceae : Vigna : Vigna sinensis L.

Kacang panjang adalah tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan. Kacang panjang merupakan anggota famili Fabaceae yang termasuk ke dalam golongan sayuran. Selain rasanya enak, sayuran ini juga mengandung zat gizi cukup banyak. Kacang panjang adalah sumber protein yang baik, vitamin A, thiamin, riboflavin, besi,fosfor,

kalium,vitamin C,folat,magnesium dan mangan (Haryanto et al. 1999).

21

Kacang panjang merupakan tanaman semusim (annual) yang bersifat membelit (merambat) dan setengah membelit. Daunnya merupakan daun majemuk yang tersusun tiga helaian dan melekat pada tangkai daun yang agak panjang serta berwarna hijau sampai hijau tua. Bunga berbentuk seperti kupu-kupu (papiliona cues), terletak pada ujung tangkai yang panjang dan warna bunga bervariasi putih, kuning, atau biru. Bunganya tergolong bunga sempurna, yakni dalam satu bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari). Buahnya berbentuk bulat panjang dan ramping dan biasanya disebut polong dengan panjang bervariasi antara 30-100 cm. Warna polong juga bervariasi yaitu hijau keputih-putihan, hijau, dan hijau muda namun setelah tua menjadi putih kekuning-kuningan atau hijau kekuning-kuningan. Bijinya berbentuk bulat panjang agak pipih, tetapi terkadang sedikit melengkung (Cahyono 2006). Komposisi gizi setiap 100 g bagian kacang panjang yang dapat dimakan adalah 89 g air, 3 g protein, 0,5 g lemak, 5,2 g karbohidrat, 1,3 g serat, 0,6 g hidrat 5 arang, 64 mg kalsium, 54 mg fosfor, 1,3 mg zat besi, 167 IU vitamin A, 0,07 g vitamin B1, 28 g vitamin C dan menghasilkan 125 kalori (Triyono 1995). Tanaman kacang panjang dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai menengah hingga ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl). Pada ketinggian di atas 700 m dpl pertumbuhan kacang panjang biasanya terhambat. Temperatur yang sesuai untuk pertumbuhan kacang panjang adalah 25-350C pada siang hari dan pada malam hari sekitar 150C (Prosea 1996). Secara umum diketahui bahwa serangga hama yang biasa menyerang tanaman kacang panjang adalah lalat kacang (Agromyza phaseoli), ulat tanah (Agrotis ipsilon), ulat bunga/penggerek polong (Maruca testulalis), kutu daun (Aphis craccivora), kepik polong (Riptortus linearis) dan wereng Empoasca sp. (Syahrawati et al. 2009). Di antara beberapa cara pengendalian hama tumbuhan yang ada, pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami merupakan cara

22

pengendalian yang paling aman. Musuh alami yang terdapat pada tanaman kacang panjang adalah kumbang Coccinellidae, lalat Syrphidae, kumbang Paederus sp., laba-laba (Araneae) dan Formicidae C . Metode Praktikum 1 . Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum acara satu persemaian dilakukan pada hari Rabu tanggal 10 Oktober 2012 untuk pengolahan tanah dan hari Kamis tanggal 11 Oktober 2011 untuk penanaman pukul 16.00 WIB, bertempat di lahan belakang gedung D, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2 . Alat dan Bahan Alat a. Cangkul b. Cethok c. Paranet d. Ajir e. Gembor f. Alat tulis g. Kertas h. Tali raffia i. Patok Bahan a. Benih Timun b. Benih Kacang Panjang c. Benih Bawang Merah d. Pupuk Kandang e. Pupuk NPK 3 . Cara Kerja 1 . Budidaya Timun a. Membersihkan lahan dari gulma b. Membuat guludan dengan menggunakan cangkul (Busniah 2009).

23

c. Memasang ajir pada guludan, kemudian membuat lubang tanam d. Memasukkan 2 benih timun ke dalam lubang tanam, kemudian menutupnya dengan tanah e. Merambatkan dan mengikat tanaman timun pada ajir f. Memelihara tanaman timun sampai panen 2 . Budidaya Kacang Panjang a. Membersihkan lahan dari gulma b. Membuat guludan dengan menggunakan cangkul c. Memasang ajir pada guludan, kemudian membuat lubang tanam d. Memasukkan 2 benih kacang panjang ke dalam lubang tanam, kemudian menutupnya dengan tanah e. Merambatkan dan mengikat tanaman kacang panjang pada ajir f. Memelihara tanaman kacang panjang sampai panen 3 . Budidaya Bawang Merah a. Membersihkan lahan dari gulma b. Membuat guludan dengan menggunakan cangkul c. Membuat lubang tanam dan memasukkan benih bawang merah ke dalamnya d. Memelihara tanaman bawang merah sampai panen D . Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1 . Hasil Pengamatan Pada budidaya timun, kacang panjang, dan bawang merah hal pertama yang dilakukan ialah pengolahan tanah, dengan mencangkul lahan, kemudian disiram air, lalu diberi pupuk, kemudian diberi benih, dicangkul lagi dan disiram. Selanjutnya adalah perawatan, penyiraman sampai timun dapat dipanen. Pemupukan dan penyiraman dilakukan rutin sampai tiba waktunya panen.

24

Gambar 2.1 Tanaman timun yang telah tumbuh 2 . Pembahasan Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap daerah juga berbeda

(Wirosoedarmo 1995). Ada dua hal pokok yang mendasari diperlukannya tata tanam, yaitu: a. Persediaan air irigasi (dari sungai) di musim kemarau yang terbatas, b. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga setiap jarak mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Tata tanam adalah upaya pengaturan air yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, jenis tanaman dan luas baku sawah pada suatu lahan pertanian. Rencana tanam yang dilakukan agar tidak terjadi kekacauan dalam pembagian dan pemberian air. Rencana tata tanam yang disusun meliputi (Anonim 1996). Perakaran timun dapat tumbuh dan berkembang biak pada tanah yang gembur (struktur tanah remah), tanah mudah menyerap air, subur, dan kedalaman tanah (volume tanah cukup dalam). Akar tanaman

25

merupakan bagian dari organ tubuh yang berfungsi untuk berdirinya tanaman dan penyerapan zat-zat hara dan air. Perakaran tanaman timun tidak tahan terhadap genangan air (tanah becek) yang berkepanjangan. Batang timun lunak dan berair tetapi cukup kuat, berbentuk bulat pipih, beruas-ruas, berbulu halus, berbengkok dan berwarna hijau. Ruas batang memiliki ukuran panjang berkisar antara 7-10 cm dan diameter berkisar antara 10-50 mm. Pada ruas-ruas batang mengalami penebalan. Batang tanaman timun bercabang dan cabang tersebut memiliki ukuran yang lebih kecil dari batang utama. Fungsi batang selain sebagai tempat tumbuh daun dan organ-organ lainnya, adalah untuk jalan pengangkutan zat hara (makanan) dari akar ke daun dan sebagai jalan menyalurkan zatzat hasil asimilasi ke seluruh bagian tanaman. Lahan untuk penanaman timun harus dipersiapkan dengan baik sedemikian rupa sehingga tercipta media tanam yang cocok untuk pertumbuhan tanaman yang optimal. Dengan terciptanya media tanam yang cocok maka bagian tanaman yang di dalam tanah (akar tanaman) dapat tumbuh lebih sempurna sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Penyiapan lahan pada budidaya timun terdiri atas : Pembajakan tanah Pembajakan tanah ini diolah secara manual dengan menggunakan cangkul. Mahasiswa turun tangan secara langsung sebagai bentuk pembelajaran dan pengalaman. Penyisiran atau penggemburan Penyisiran adalah membersihkan lahan dari gulma dan rumput liar atau sampah-sampah plastik yang bersebaran di lahan, agar lahan tetap steril. Penyisiran dilakukan secara manual. Penggemburan lahan dilakukan agar lahan tetap terjaga kelembapannya serta mempermudah penanaman. Penggemburan pun dilakukan secara manual. Pembuatan bedengan

26

Bedengan difungsikan untuk mempermudah penanaman mentimun. Bedengan yang dibuat adalah dengan tinggi : 20-30 cm, lebar : 1 m, panjang : 10 12 m, dan dengan jarak antar bedengan adalah 50 cm. Pemupukan dasar Pupuk dasar yang digunakan dalam budidaya mentimun ini adalah pupuk semi organik. Pupuk dasarnya adalah pupuk organik, yakni memakai pupuk kompos. Sedangkan untuk pemupukan selanjutnya menggunakan pupuk urea. Pemakaian pupuk semi organik tersebut adalah sekedar percobaan dan sebagai bahan penelitian semata. Dalam kegiatan ini kami tidak melakukan pembibitan, melainkan langsung dilakukan penanaman benih. Setelah dilakukan penanaman, maka langkah selanjutnya adalah pemeliharaan dan pengamatan. Langkah-langkah yang dilakukan saat pemeliharaan dan pengamatan ini adalah sebagai berikut : 1. Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik. 2. Membersihkan gulma, secara manual dan bisa bersama waktu pemupukan. 3. Memasang ajir untuk merambatkan tanaman. 4. Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap sore hari dengan cara di siram Kemudian pada saat panen timun, syaratnya adalah umur tanaman sudah mencapai 42 hari. Timun dipanen di pagi hari pada pukul 07.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam. E . Kesimpulan dan Saran 1 . Kesimpulan Pada kegiatan budidaya tanaman ini kita dapat mengetahui cara-cara budidaya tanaman komoditas hortikultura, terutama pada tanaman buah sayur. Dengan proses budidaya timun, bawang merah, dan kacang panjang yang telah dilakukan dapat menghasilkan buah yang dapat dipanen sesuai umur kematangan buah.

27

2 . Saran Alangkah baiknya bila praktikum budidaya dilakukan pada waktu yang lebih longgar agar pemahaman tentang budidaya tanaman sayuran hortikultura ini lebih mendalam.

28

DAFTAR PUSTAKA

Ashari.1995. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Panebar Swadaya. Jakarta. Cahyono, A.; Trustinah, Moedjiono and N. Saleh. 2006. Perbaikan Hasil, Mutu Hasil dan Ketahanan Varietas Kacang Panjang terhadap CAMV melalui Seleksi Galur pada Populasi Alam Dalam Ringkasan Makalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan UmbiUmbian. Balitkabi, Malang. Direktorat Jendral Hortikultura.2006. Penanganan Budidaya Timun. Kanisius, Yogyakarta. Haryanto, 1999. http://spt01.tripod.com.Kacang panjang_buncis. Diakses pada 10 November 2012 Prabowo.2009. Memanfaatkan Lahan Bercocok Tanam Timun Jepang. Titik Terang, Jakarta. Prabowo. 2010. Budidaya bawang merah. http: www.lablink.com. Diakses pada tanggal 23 November 2012. Prosea, Trustinah dan A. Kasno.1996. Toleransi Genotipe Kacang Panjang terhadap Komplek Hama dan Penyakit. Dalam Prosiding Simposium V PERIPI Jatim (Ed. S. Ashari et al.), pp. 279-287. Universitas Brawijaya, Malang. Rubatzky, R.,G. Grubben, dan H. Sutarno. 1998. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press. Yogyakarta. Rukmana. 1994. Budidaya Tanaman Timun. Kanisius : Yogyakarta. Rukmana, R. 1994. Bawang Merah, Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta. Siemonsma, H.H., R., G. Grubben, & H. Sutarno. 1994. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sumpena.2001. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Syahrawati, L. Soetopo, T. Hadiastono dan A. Kasno. 2009. Pendugaan Heritabilitas Arti Sempit Ketahanan Kacang Panjang terhadap CABMV Berdasarkan Struktur Kekerabatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati XVI (2) : 182-189. Tim Bina Karya Tani. 2008. Budidaya bawang merah. http://litbang_deptan.go.id. Diakses pada tanggal 23 November 2012. Triyono, 1995. Pendugaan Parameter Genetik Ketahanan Kacang Panjang terhadap Cowpea Aphid Mosaic Virus dan Implikasinya dalam Seleksi, Disertasi. Program Doktor Universitas Brawijaya.

29

Wahyudi.2001. Pasca Panen Sayur. Penebar Swadaya, Jakarta.

30

ACARA III CANGKOK A . Pendahuluan 1 . Latar Belakang Salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif yang paling sering dilakukan masyarakat adalah mencangkok. Mencangkok adalah menguliti hingga bersih dan menghilangkan kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm. Mencangkok selain bisa menghasilkan tanaman banyak yang seragam tetapi juga membutuhkan biaya lebih dibandingkan perbanyakan tanaman secara generatif, karena membutuhkan alat-alat seperti pisau cangkok, plastik / sabut kelapa, rafia, dan media tanam berupa pupuk kandang dan tanah untuk menutupi bagian yang dikerat pada cabang batang pohon. Tumbuhan dikotil yang dicangkok akan memiliki akar serabut, bukan akar tunggang. Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, oleh karena itu berhati-hatilah ketika menanamnya dan umurnya lebih pendek

dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji. 2 . Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum mencangkok adalah mengetahui dan melatih pelaksanaan teknik-teknik mencangkok pada tanaman buah. B . Tinjauan Pustaka Kombinasi antara media cangkok dan zat perangsang akar ternyata sejalan dengan pola media cangkok. Pada macam media cangkok yang berpengaruh sangat nyata akan diikuti oleh kombinasi, hal ini karena zat perangsang akar tidak menunjukkan pengaruh berarti. Kegiatan

mencangkok tunas akan dipengaruhi oleh faktor macam media maupun zat perangsang akar untuk mempercepat panen cangkok. Medium cangkok adalah campuran pupuk kandang dan tanah yang seimbang, sedangkan

30

31

alternatif lain adalah pupuk kadang sekam dan pasi. Untuk memperoleh hasil akar yang baik dapat dilakukan dengan penyemprotan IBA dari 500 3000 ppm pada bonggol akar. Hasil pengamatan komponen akar antara media cangkok dan zat perangsang ternyata mengikuti faktor media cangkok, pada faktor media cangkok apabila berpengaruh maka faktor kombinasi demikian pula. Pada komponen jumlah akar primer dimana pada faktor media cangkok, tanah memiliki pengaruh ternyata diikuti oleh perlakuan kombinasi antara faktor media cangkok tanah dengan kedua zat perangsang hal ini menunjukkan abahwa media cangkok berpengaruh besar pada perlakuan kombinasi, disebabkan pada faktor zat perangsang akar tidak berpengaruh terhadap semua komponen akar. Media cangkok tanah bokashi berpengaruh sangat nyata terhadap komponen akar panjang dan akar primer, sedangkan media tanah berpengaruh nyata pada jumlah akar primer (Firmannsyah 2000). Perbanyakan dengan mencangkok tidak dapat dilakukan secara besar-besaran, karena terbatasnya jumlah batang yang bisa dicangkok. Cabang tanaman yang layak untuk dicangkok mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: cabang telah berumur paling tidak satu tahun, kulitnya berwarna kecoklatan, cabangnya sehat, kuat dan harus berasal dari pohon induk yang umurnya cukup, kira-kira sudah pernah buah sampai empat kali. Media caangkok yang bisa digunakan bisa berupa campuran tanah dan humus dengan perbandingan sama. Atau campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan yang sama. Pupuk kandang sebaiknya dipilih yang sudah jadi. Sedangkan pembalut media cangkokbisa dipilih dari bahan sabut kelapa atau kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil. Fungsi lubang-lubang tersebut adalah untuk sirkulasi udara. Cangkokan bisa dikatakan berhasil jika akar sudah keluar, yaitu 1,5 bulan setelah pencangkokan dilakukan dan jika akar sudah berwarna coklat, berarti cangkokan siap dipindahkan ke tempat pembibitan

(Hariyanto 2003).

32

Teknik mencangkok memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan. Beberapa kelebihan dari teknik mencangkok adalah : a. b. c. d. Bibit yang diperoleh sama dengan induknya Tanaman cepat berbuah dan cepat besar Teknik pelaksanaannya mudah dan cepat Tingkat keberhasilan lebih besar

Sedangkan kekurangan dari teknik mencangkok di antaranya bibit yang diperoleh terbatas dan pohon induk menjadi rusak, karena batang banyak yang dicangkok. Dalam dua cabang dapat dicangkok sebanyak 2-4 tempat (sistem cangkok majemuk). Penyiraman harus dilakukan secara rutin bila kering atau tidak ada hujan. Hasil potongan dapat ditanamn sebagai setek batang dan setelah bibit kuat kurang lebih 3-5 bulan, bibit dapat ditanam di kebun (Parimin 2005). Tujuan pencangkokan adalah untuk mendapatkan anakan atau bibit untuk pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan, karena dengan teknik ini bibit yang dihasilkan bersifat dewasa sehingga lebih cepat berbunga atau berbuah. Pencangkokan dilakukan pada pohonpohon yang telah dipilih di kebun benih. Bahan dan peralatan yang digunakan antara lain media cangkok (moss cangkok, top soil dan kompos), bahan pembungkus cangkok dari polibag hitam, tali rafia, zat pengatur tumbuh akar, insektisida, pita label, spidol permanen, pisau cangkok, parang, gergaji tangan dan alat tulis (Adinugraha 2007). Menggunakan cara mencangkok apabila pohon yang akan dicangkok tidak dapat diperbanyak dengan pembiakan vegetatif lainnya yang lebih mudah, misalnya dengan stek. Jenis-jenis tanaman yang biasa dicangkok adalah pohon buah-buahan misalnya: mangga, beberapa jenis jeruk (jeruk besar, jeruk nipis, jeruk manis dan jeruk siem), berbagai jenis jambu (jambu biji, jambu air dan jambu monyet), delima, belimbing manis, lengkeng dan sebagainya. Selain tanaman buah-buahan, beberapa tanaman hias juga bisa dicangkok misalnya: bunga sakura, kemuning, soka, musa indah, bougenvil, cemara dan sebagainya. Tanaman yang tersebut di atas

33

adalah tanaman berkayu yang mudah dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang sulit di cangkok, namun karena telah ditemukan caranya, akhirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok. Sebagai misalnya adalah cemara atau tanaman berdaun lainnya (Gilang 2009). C . Metode Praktikum 1 . Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 10 November 2012 dan 8 Desember 2012 pukul 09.00 selesai di Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. 2 . Alat dan Bahan Alat a. Pisau b. Tali rafia Bahan a. Sabut kelapa / plastik b. Tanah c. Pupuk kandang 3 . Cara Kerja a. Memilih cabang yang sehat dan kuat atau sudah berkayu. Ukuran diameternya sekitar 0,5 2 cm, tidak lebih kecil dari ukuran pensil b. Cabang kemudian disayat dengan pisau secara melingkar dan dibuat memanjang ke bawah sepanjang 3 5 cm atau 2 kali diameter cabang c. Kulitnya dikelupas sehingga bagian cambium yang seperti lender tampak jelas. Kambium ini dihilangkan dengan cara dikerik dengan mata pisau sehingga bersih atau kering. d. Bekas sayatan ditutup dengan media cangkok, media diatur penempatannya agar rata menutupi luka keratin sampai melewati luka keratan bagian atas (1 2 cm). Kemudian dibungkus dengan sabut kelapa / plastik dan ditali dengan tali rafia. D . Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1 . Hasil Pengamatan

34

Praktikum mencangkok ini dilakukan 2 kali pada pohon yang berbeda. 1 . Pohon Rambutan

Sebelum

Sesudah

Gambar 3.1 Cangkokan pohon rambutan Keterangan :

Cangkokan pada cabang batang tidak berhasil, tidak tumbuh akar pada bagian yang dicangkok. 2 . Pohon Mangga

35

Sebelum

Sesudah Gambar 3.2 Cangkokan pohon mangga

Keterangan

Cangkokan pada cabang batang tidak berhasil, tidak tumbuh akar pada bagian yang dicangkok. 2 . Pembahasan Dalam dunia pertanian mencangkok (air layerage) merupakan salah satu istilah yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pembiakan vegetatif secara cangkok ini merupakan suatu cara perkembangbiakan tanaman yang tertua di dunia akan tetapi hasilnya sering mengecewakan pencangkoknya karena kegagalan dalam melakukan pencangkokan. Kegagalan ini dapat dilihat dari bagian tanaman di atas keratan/luka yang kering atau mati (Wudianto 1998). Pertumbuhan tanaman hasil dari cangkokan dapat disebabkan oleh faktor media serta pembalut. Tanaman hasil cangkokan tidak bisa menghasilkan bunga dalam jumlah besar dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya pemilihan batang kayu yang tidak tepat karena batang kayu yang terlalu tua menyebabkan aliran unsur hara dari tanah ke daun kurang lancar akibat jaringan meristem yang sudah menebal akibat umur yang tua sehingga sulit bagi unsur hara untuk melakukan peredaran ke daun selain itu pemilihan batang yang terlalu muda juga dapat menyebabkan bunga tanaman hasil cangkokan tidak dapat berbunga lebat akibat dari jaringan meristem yang masih muda sehingga aliran unsur hara tidak dapat mobile ke daun dan akan terus terkonsentrasi ke batang bagian bawah sebelum jaringan meristem ini mampu untuk mengalirkan unsur hara ke daun. Selain itu faktor induk tanaman yang juga mempengaruhi tanaman hasi cangkokan, induk tanaman yang tidak mempunyai keunggulan sifat tanaman juga mempengaruhi tanaman hasil

cangkokannya. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mencangkok yaitu, sebaiknya menggunakan tanaman berkayu sebagai tanaman yang akan di

36

cangkok, penggunaan alat-alat yang steril untuk hasil cangkokan yang maksimal, teknik yang dilakukan dalam mencangkok sehingga benarbenar diperoleh hasil cangkokan sesuai dengan yang diinginkan. Selain itu syarat lainnya yaitu tanaman tersebut di cangkok jika memang tidak dapat lagi dilakikan perbanyakan tanaman selain mencangkok, mempunyai diameter batang cabang yang besar dan tinggi, pemilihan batang cabang yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua sehingga dapat dihasilkan tanaman cangkokan yang maksimal. Hasil pengamatan setelah dilakukan pencangkokan pada pohon rambutan dan pohon mangga, keduanya tidak berhasil karena tidak tumbuh akar pada bagian cabang batang yang dicangkok setelah media tanam dibuka. E . Kesimpulan dan Saran 1 . Kesimpulan Dari hasil pencangkokan yang gagal, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : a. Media tanam yang perbandingannya tidak seimbang b. Mungkin ada jaringan kambium yang rusak sehingga menghambat penumpukan auksin dan karbohidrat di atas luka keratan cangkokan yang akan digunakan media tanah untuk menstimulir tumbuhnya akar pada batang yang dikerat c. Pemilihan cabang batang yang berwarna kehitaman, berkerak, dan tidak mulus menyebabkan pertumbuhan akar cangkokan sering lambat dan pendek, bahkan sering kali gagal. Sebaliknya kulit cabang batang halus, licin dan coklat muda maka cangkokan cepat berakar dan jarang gagal. 2 . Saran Praktikum mencangkok ini akan lebih baik bila dilakukan dengan waktu yang lebih panjang sehingga pecangkokan dapat dilakukan lebih mendetail dan tidak tergesa-gesa.

37

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, Hamdan Adma. 2007. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia Mangium. Info Teknis Vol. 5 no. 2, September 2000 Firmansyah.2000. Pengaruh Macam Media Cangkok dan Zat Perangsang Akar Terhadap Komponen Akar Tunas Salak. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Vol. 2 No.2, Januari 2000 : 118-121 Gilang.2009. Pembiakan Vegetatif dengan Cara Mencangkok. http://www.redholic.web.id/2012/11/pembiakan-vegetatif-dengancara.html, diakses pada tangal 23 November 2012 Hariyanto, P. Bambang. 2003. Jambu Air Jenis Perbanyakan Perawatan. Penebar Swadaya : Jakarta Parimin. 2005. Jambu Biji Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar Swadaya : Jakarta

38

ACARA IV PENGENALAN SAYURAN DAN BUAH A . Pendahuluan 1 . Latar Belakang Sayur dan buah-buahan adalah sumber makanan yang mengandung gizi lengkap dan sehat. Sayur berwarna hijau merupakan sumber kaya karoten (provitamin A). Semakin tua warna hijaunya, maka semakin banyak kandungan karotennya. Kandungan beta karoten pada sayuran membantu memperlambat proses penuaan dini mencegah resiko penyakit kanker, meningkatkan fungsi paru-paru dan menurunkan komplikasi yang berkaitan dengan diabetes. Manfaat buah merupakan bagian penting untuk tubuh kita. Buah dan sayur mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu menjaga tubuh tetap sehat. Penelitian menunjukkan bahwa manfaat buah dan sayur juga dapat membantu melindungi terhadap beberapa penyakit.

Kebanyakan orang akan mendapatkan gizi yang lebih banyak dengan memamakan buah dan sayur, makanan ini juga sangat membantu untuk yang menjalankan diet. Sayuran mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh tubuh, zat-zat yang terpenting antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sayuran termasuk golongan tanaman hortikultura yang dapat menghasilkan bahan pangan. Pengenalan sayuran dan buah perlu dilakukan agar kita dapat mengetahui klasifikasi sayur dan buah berdasarkan taksonomi, syarat-syarat hidup, bagian tanaman yang dimakan, serta cara bertanam. Selain itu kita sangat perlu mengetahui kandungan vitamin yang ada pada sayuran dan buah tersebut, agar kita dapat memahami serta memenuhi kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh sehat dan kuat. 2 . Tujuan Praktikum Pada praktikum acara IV yaitu pengenalan sayuran dan buah bertujuan untuk mengenal dan mempelajari bermacam-macam sayuran,

38

39

cara bertanam, bagian yang dimakan serta zat-zat penting yang terdapat pada sayuran. B. Tinjauan Pustaka 1 . Cabai Cabai merupakan salah satu tanaman perdu dari famili Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan dan disebarluaskan ke seluruh dunia oleh para pelancong. Jenis dan ragam tanaman cabai cukup banyak, diperkirakan terdapat 20 jenis cabai di seluruh dunia. Jenis cabai yang umum dibudidayakan oleh masyarakat adalah C. annuum, C. frutescens, C. chinense, C. pendulum dan C. pubescens. Buah cabai memiliki rasa dan aroma yang khas, beberapa jenis kuliner nusantara menggunakan cabai sebagai salah bahan pelengkapnya. Buah cabai mengandung vitamin, gizi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C. Buah cabai tidak hanya dimanfaatan sebagai bahan penambah rasa, aroma atau hiasan pada makanan, buah cabai juga digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan obat-obatan (Duke 2002). 2 . Mentimun Mentimun adalah salah satu sayuran buah yang banyak di konsumsi segar dan dalam bentuk olahan. Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini mengandung sumber mineral dan vitamin diantaranya protein, pati, karbohidrat, fosfor, besi, kalium, natrium dan vitamin A, C, B1, B2, B6, B12 (Sumpena 2001). 3 . Wortel Wortel dalam taksonomi tumbuhan termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Angiospermae, ordo Umbelliferales, famili Umbelliferae. Bagian tubuh wortel terdiri atas daun, batang, dan akar. Daun wortel adalah daun majemuk ganda dengan anak daun terletak beraturan dan berbentuk lanset. Daun tidak berbulu dengan bagian tepi bercangap. Kedudukan daun pada batang berselang-seling. Daun ditopang oleh pelepah daun yang berukuran besar dan berbentuk pipih (perikladium), yang tidak membalut batang. Pelepah berlekuk memanjang dan dapat berukuran hingga 30 cm di bagian bawah.

40

Wortel sering dimanfaatkan sebagai bahan pangan sayur, pewarna makanan dan minuman, serta bahan ramuan obat tradisional. Umbi wortel mengandung tiga elemen penting, yaitu betakaroten, vitamin A, dan fitokemikalia. Betakaroten dapat digunakan sebagai pewarna makanan, selain itu dapat mengurangi kerusakan kulit akibat sinar matahari. Kandungan vitamin A selain berguna untuk kesehatan mata juga dapat memperkuat membran sel sehinga lebih kuat melawan penyakit yang diakibatkan mikroorganisme. Sedangkan fitokemikalia dapat mengurangi resiko stroke, menghindari proses penuaan dini, menjaga keseimbangan metabolisme hormonal, dan berperan sebagai anti virus serta anti bakteri (Pitojo 2006). 4 . Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman semusim (annual) yang bersifat membelit (merambat) dan setengah membelit. Daunnya merupakan daun majemuk yang tersusun tiga helaian dan melekat pada tangkai daun yang agak panjang serta berwarna hijau sampai hijau tua. Bunga berbentuk seperti kupu-kupu (Papiliona cues), terletak pada ujung tangkai yang panjang dan warna bunga bervariasi putih, kuning, atau biru. Bunganya tergolong bunga sempurna, yakni dalam satu bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan alat kelamin jantan (benang sari). Buahnya berbentuk bulat panjang dan ramping dan biasanya disebut polong dengan panjang bervariasi antara 30-100 cm. Warna polong juga bervariasi yaitu hijau keputih-putihan, hijau, dan hijau muda namun setelah tua menjadi putih kekuning-kuningan atau hijau kekuning-kuningan. Bijinya berbentuk bulat panjang agak pipih, tetapi terkadang sedikit melengkung (Cahyono 2006). 5 . Jipan
Tanaman labu siam atau jipan yang juga dinamakan pir sayur, berasal dari kawasan Meksiko Selatan hingga Amerika Tengah. Buah labu siam bergetah, oleh karenanya perlu dimasak terlebih dahulu sebelum dihidangkan sebagai sayuran. Labu siam merupakan tanaman tahunan bersifat merambat, sampai sejauh 15 meter panjangnya. Tanaman ini mirip dengan timun namun lebih kuat batangnya. Daunnya bersudut tiga, berbulu, kasar dan lebar. Labu siam banyak

41

dibudidayakan di daerah tropik. Tanaman ini memerlukan panjang hari lebih dari 12 jam sebelum berbunga. Labu siam baru berbuah sesudah berumur 3-5 bulan sejak tanam, mencapai ukuran maksimal sesudah 30 hari semenjak bunga mekar. Buah labu siam diklasifikasikan berdasarkan adanya duri yang melekat pada kulit buahnya (Ashari 1995).

6 . Terong Terong (Solanum melongena L.) merupakan tanaman sayuran penting keempat dunia setelah kentang, tomat, dan mentimun. Cina merupakan sentra produksi terung dunia yaitu menghasilkan 48 % dari produksi terung dunia, sedangkan produksi terung di India sebesar 32 % dan Indonesia hanya sebesar 10 % dari produksi terung dunia. Tanaman terung merupakan salah satu produk tanaman hortikultura yang sudah banyak tersebar di Indonesia. Terung juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan seperti gatal-gatal pada kulit, sakit gigi, cuci perut, dan tekanan darah tinggi (Sumpena 2001). 7 . Tomat Pada tomat terdapat beberapa pigmen yaitu lycopene, betakaroten dan zeta-karoten. Pada tomat, kulitnya ada yang berwarna hijau, kuning, orange dan merah. Namun yang kami amati kulitnya berwarna kuning dengan rasa sedikit asam. Tomat dapat dimakan bersamaan dengan kulit dan bijinya sehingga tidak ada bagian yang terbuang

(Muchtadi et al. 1992). 8 . Seledri Seledri berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia,da n merupakan tanaman dataran tinggi, yang ditemukan pada ketinggian di atas 900 m dpl. Di daerah ini seledri yang tumbuh memiliki tangkai daun yang menebal. Untuk pertumbuhannya,seledri memerlukan cuaca yang lembab. Seledri juga bisa ditanam di dataran rendah. Hanya saja ukuran batangnya menjadi lebih kecil dan digunakan sebagai penyedapmasakan. Seledri terdiri dari tiga jenis yaitu seledri daun, seledri potongan dan seledri berumbi. Tanaman seledri tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm

42

dengan bau aromatik yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang batang banyak, berwarna hijau pucat.

Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm, helaian daun tipis dan rapuh, pangkal dan ujung runcing, tepi beringgit, panjang 2-7,5cm, lebar25cm,pertulangan menyirip,berwarnahijau keputih-putihan. Bunga

majemuk berbentuk payung,8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih, mekar secara bertahap. Buahnya buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau kekuningan (Dalimartha 2005). 9 . Sawi Sawi atau Caisin(Brassica sinensis L.) termasuk famili Brassicaceae, daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan di daerah ketinggian 100 - 500 m dpl, dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainase baik. Tanaman sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Syafri Edi et al. 2010). 10. Jeruk Pada jeruk terdapat pigmen beta-cryptoxanthin, zeaxanthin dan lutein. Pada buah jeruk, warna kulit beraneka ragam, ada yang berwarna hijau, kuning atau orange. Warna kulit jeruk yang kami amati yaitu berwarna hijau dan daging buahnya berwarna kuning. Jeruk terasa agak kecut saat dimakan dan memiliki tekstur yang agak lembek. Rasa jeruk yang kecut ini menandakan terdapat lebih banyak zat-zat gizi di dalamnya dibandingkan dengan jeruk yang terasa manis. Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul C6H806. Dalam bentuk Kristal tidak berwarna, titik cair 190-1920C.bersifat larut

43

dalam air sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molukul rendah. Vitamin C sukar larut dalam kloroform, ether dan benzene. Vitamin C dengan logam akan membentuk garam. Sifat asam ditentukan oleh ionisasi enolgroup pada atom C nomor 3. Pada pH rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi lebih-lebih apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar dan temperature yang tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada katalisator seperti diatas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dehidroasam askorbat (Sudarmadji 2003). 11. Salak Salak merupakan salah satu produk hortikultura yang berpotensi untuk ditanam dan dikembangkan. Di Indonesia banyak terdapat daerah potensial penghasil salak. Hal ini disebabkan karena lahan yang cocok untuk tanaman salak memang asalnya dari Indonesia. Ketinggian tanah yang sesuai untuk tanaman salak adalah 0-700 meter diatas permukaan laut. Dan ketinggian tanah yang terbaik berkisar antara 1-400 m diatas permukaan laut. Batas toleransi ketinggian yang masih memungkinkan adalah 900 m diatas permukaan laut. Bila sudah lebih dari 900 m pohon salak susah berbuah. Dalam satu tahun tanaman salak yang dikelola secar intensif dapat dipanen tiga kali. Jadi ada tiga musim panen dalam satu tahunnya, yaitu panen besar pada bulan November dan Februari, panen sedang pada bulan Mei dan Agustus, dan panen kecil pada bulan Maret dan Oktober (Nazarudiin et al. 1992). 12. Apel Pada apel terdapat pigmen anthocyanin dan betakaroten. Pada buah apel, warna kulit ada yang berwarna merah dan ada yang hijau. Pada apel yang kami amati, kulitnya berwarna merah dan daging buahnya berwarna putih. Apel terasa manis dan memiliki tekstur yang keras yang menandakan apel masih layak untuk dimakan. Apel dapat dikonsumsi

44

bersama dengan kulitnya sehingga tidak ada bagian yang terbuang selain biji (Sudarmadji 2003). 13. Mangga Buah mangga disebut buah batu dan memiliki bentuk beraneka ragam, antara lain bulat, bulat-pendek dengan ujung pipih, dan bulat panjang agak pipih. Susunan tubuh buah terdiri dari beberapa lapisan, yaitu: tangkai, pangkal buah, kulit buah, daging buah, serabut, biji, lukukan, paruh, pucuk buah. Mangga mengandung pigmen betakaroten, beta-cryptoxanthin, phytoene, phytofluene dan anthocyanin. Pada buah mangga, kulitnya ada yang berwarna hijau, kuning atau orange tergantung dari jenis mangganya. Namun mangga yang kami amati kulitnya berwarna hijau dengan daging buah berwarna kuning dan memiliki rasa manis yang menandakan mangga tersebut sudah matang

(Sudarmadji 2003). 14. Bawang Merah Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class: Monocotyledoneae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species: Allium ascalonicum L. Bawang merah Berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 30 cm di dalam tanah. Tanaman bawang merah yang ditanam pada daerah yang tidak cukup mendapat sinar matahari, sering berkabut atau tempat yang terlindungi oleh pepohonan, maka pembentukan umbinya tidak sempurna sehingga mengakibatkan ukuran umbinya kecil-kecil (Tjitrosoepomo 2005). 15. Bawang Putih Bawang putih (Allium sativum) adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Batangnya batang semu dan berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap

45

siung terbungkus kulit tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam. Daunnya berbentuk pita (pipih memanjang), tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm dan lebar 1,5 cm. Berakar serabut. Bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan bentuknya payung

(Ashari 1995). 16. Buncis Buncis (Phaseolus vulgaris, L), merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang mempunyai peran penting dalam usaha memenuhi kebutuhan kesehatan sebagai bahan makanan yang bergizi terutama sebagai sumber protein, vitamin, mineral, terutama vitamin B dan vitamin C. Ditinjau dari kandungan gizinya, buncis memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dimana bijinya yang disebut kacang jogo merupakan sumber protein nabati dengan kadar protein lebih kurang 35, 1%. Bagian tanaman buncis yang dimanfaatkan adalah polongnya. Polong buncis yang masih muda biasanya dimasak untuk sayur lodeh atau sayur asam tumis dan lalap masak. Sedang polong tua (biji) sering digunakan untuk sambal goreng dan lain-lain (Cahyono 2003). 17. Belimbing Belimbing bukan termasuk tanaman musiman. Panen buah belimbing dilakukan 3-4 kali dalam setahun. Panen besar biasanya bulan Juli Agustus. Umur petik dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan iklim. Di dataran rendah yang iklimnya basah seperti Jakarta, umur petiknya sekitar 35-60 hari setelah pembungkusan atau 65-90 hari setelah bunga mekar (Rukmana 2002). C . Metode Praktikum 1 . Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum acara empat dilakukan pada hari Selasa 16 Oktober 2012, pada pukul 16.00-17.00 dan dilaksanakan di laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2 . Alat dan Bahan

46

Alat a. Buku gambar b. Alat tulis Bahan a. Macam-macam sayur (cabai, mentimun, wortel, kacang panjang, jipan, terong, tomat, seledri, pare, sawi) b. Macam-macam buah (jeruk, salak, apel, mangga dan nanas) 3 . Cara Kerja 1. Memberi keterangan atau mengklasifikasikan buah dan sayur yang telah tersedia berdasarkan nama Latin, nama Indonesia, nama daerah, nama Inggris, daerah tempat tumbuh, zat yang terkandung dalam buah dan sayur, cara bertanam, bagian yang dimakan dan tipe pertumbuhan buah 2. Menggambar buah dan sayur yang tersedia 3. Keterangan yang telah ditulis juga diberi foto D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1 . Hasil Pengamatan Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pengenalan Buah dan Sayur No. 1.
Gambar Buah/Sayur Cabai Nama latin : Cupsicum annum Foto Keterangan

Nama Indonesia: Cabai Nama Daerah : Lombok

Nama Inggris : Chili Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi dan rendah Zat yang terkandung :

antioksidan,capsaicin,lasparaginase Cara bertanam : disemai

Bagian yang dimakan : buah Tipe buah : pohon

47

2.

Mentimun

Nama latin

: Cucumis sativus L.

Nama Indonesia: Mentimun Nama Daerah : Timun

Nama Inggris : Cucumber Daerah tempat tumbuh :

dataran tinggi dan rendah Zat yang terkandung :

vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C Cara bertanam Bagian yang dimakan Tipe buah : disemai : buah :

buah-buahan berbatang merambat

3.

Wortel

Nama latin

: Daucus carrota

Nama Indonesia: Wortel Nama Daerah : Wortel

Nama Inggris : Carrot Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi Zat yang terkandung : vitamin A,B1,B2,B3,B6 dan C,betakaroten,zat besi Cara bertanam ditanam langsung Bagian yang dimakan : umbi Tipe buah berbatang basah : :

48

4.

Kacang Panjang

Nama latin

: Vigna sinensis

Nama Indonesia : Kacang Panjang Nama Daerah Nama Inggris : Kacang Panjang : Chickpea

Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi dan rendah Zat yang terkandung :

protein,lemak,karbohidrat,vitaminA ,B1,C,kalsium Cara bertanam langsung Bagian yang dimakan : buah Tipe buah :berbatang merambat : ditanam

5.

Jipan

Nama latin

: Sechium edule

Nama Indonesia: labu siam Nama Daerah : jipan

Nama Inggris : Chayote Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi dan rendah Zat yang terkandung :

air,karbohidrat,protein,kalsium,fosf or,natrium Cara bertanam ditanam langsung Bagian yang dimakan : buah Tipe buah berbatang merambat : :

49

6.

Terong

Nama latin

: Solanum melongena

Nama Indonesia: Terong Nama Daerah : Terong

Nama Inggris : Eggplant Daerah tempat tumbuh: dataran rendah Zat yang terkandung : vitaminC,A,B1,B2,kalium,kalsium, fosfor,Fe Cara bertanam : di semai

Bagian yang dimakan: buah Tipe buah : pohon :

7.

Tomat

Nama latin

Solanum lycopersicum L. Nama Indonesia : Tomat Nama Daerah Nama Inggris : Tomat : Tomato

Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi Zat yang terkandung :

vitamin A,B1,B2, B5, C,E,asam folat,mineral Cara bertanam : di semai

Bagian yang dimakan : buah Tipe buah buah-buahan pohon :

50

8.

Seledri

Nama latin

: Apium graveolens

Nama Indonesia: Seledri Nama Daerah : Seledri

Nama Inggris : Celery Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi Zat yang terkandung :

protein,karbohidrat,serat,Fe,vitamin C,kalium Cara bertanam : di semai

Bagian yang dimakan : batang dan daun Tipe buah : semak : Brassica juncea

9.

Sawi

Nama latin

Nama Indonesia: Sawi Nama Daerah : Sawi

Nama Inggris : Mustard Daerah tempat tumbuh : dataran tinggi Zat yang terkandung :

vitamin A,K,E,C,protein,kalsium Cara bertanam : di semai

Bagian yang dimakan : batang dan daun Tipe buah : semak

51

10.

Jeruk

Nama latin

: Citrus sp

Nama Indonesia: Jeruk Nama Daerah : Jeruk

Nama Inggris : Orange Daerah tempat tumbuh : dataran tinggi Zat yang terkandung mineral,vitamin C,A,B1,protein,kalsium,fosfor Cara bertanam ditanam langsung Bagian yang dimakan : buah Tipe buah buah-buahan pohon : : :

11.

Salak

Nama latin

: Salacca edulis

Nama Indonesia: Salak Nama Daerah : Salak Nama Inggris : Snake Fruit Daerah tempat tumbuh: dataran rendah Zat yang terkandung :

kalsium,flavonoida,saponin,tanin,be takaroten Cara bertanam di tanam langsung Bagian yang dimakan : buah Tipe buah buah-buahan semak : :

52

12.

Apel

Nama latin

: Maulus domestica

Nama Indonesia: Apel Nama Daerah : Apel

Nama Inggris : Apple Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi Zat yang terkandung :

antioksidan,polyphenol,flavonoida, asam fenolat Cara bertanam ditanam langsung Bagian yang dimakan : buah Tipe buah buah-buahan pohon : :

13.

Mangga

Nama latin

: Mangifera indica L.

Nama Indonesia : Mangga Nama Daerah Nama Inggris : Pelem : Mango

Daerah tempat tumbuh: dataran rendah Zat yang terkandung :

vitaminA,C,B1,B2,B3,B5,B6,B9,ka lsium,protein Cara bertanam : pembibitan

Bagian yang dimakan : buah Tipe buah buah-buahan pohon :

53

14.

Bawang Merah

Nama latin : Allium ascalonicum L. Nama Indonesia: Bawang merah Nama Daerah : Brambang

Nama Inggris : Red onion Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi dan rendah Zat yang terkandung :

vitamin K, E,Fe, Kalsium, Magnesium,Natrium Cara bertanam : disemai

Bagian yang dimakan : umbi akar Tipe buah : semak : Allium sativum L.

15.

Bawang Putih

Nama latin

Nama Indonesia: Bawang Putih Nama Daerah : Bawang Putih Nama Inggris : Onion Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi dan rendah Zat yang terkandung :

vitaminC,K,A,B1,B2,B3,B6,B12,an tioksidan Cara bertanam : disemai

Bagian yang dimakan : umbi akar Tipe buah : semak

54

16.

Buncis

Nama latin : Phaseolus vulgaris L. Nama Indonesia: Buncis Nama Daerah : Buncis

Nama Inggris : Bean Daerah tempat tumbuh: dataran tinggi Zat yang terkandung : Alkaloid, flavonoida, asam amino,vitamin,mineral Cara bertanam ditanam langsung Bagian yang dimakan : buah Tipe buah berbatang merambat : :

17.

Belimbing

Nama latin : Averhoa carambola L. Nama Indonesia: Belimbing Nama Daerah : Blimbing

Nama Inggris : Star fruit Daerah tempat tumbuh: dataran rendah Zat yang terkandung :

asam sitrat, asam oksalat,vitamin A,C,protein,serat Cara bertanam langsung Bagian yang dimakan : buah Tipe buah buah-buahan pohon : : ditanam

Sumber : Laporan Sementara 2 . Pembahasan Seperti yang telah kita ketahui bahwa sayuran banyak mengandung serat dan vitamin yang sangat penting bagi tubuh terutama serat sayuran banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari karena harganya yang terjangkau dan memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Sayuran pada

55

umumnya dikenal masyarakat hanyalah makanan dalam bentuk daun yang berwarna hijau. Sayuran sebenarnya memiliki berbagai jenis variasi yang dapat dibedakan berdasarkan bagian-bagian yang diambil dari jenis tanaman yang akan dikonsumsi. Sayuran juga dapat dibedakan berdasarkan warna. Dimana dari warna dari sayuran ini dapat menentukan kadar kandungan gizi yang terkandung didalamnya (Southgate 1982). Buah seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid, hingga terpena dan terpenoid. Ilmu yang mempelajari segala hal tentang buah dinamakan pomolog. Misalkan buah pisang Berdasarkan cara konsumsi buahnya, pisang dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu pisang meja (dessert banana) dan pisang olah (plantain, cooking banana). Pisang meja dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, seperti pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Pisang olahan dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak, seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli (Pitojo 2006). Pada praktikum ini bahan-bahan yang disediakan untuk pengamatan dan pengklasifikasian adalah untuk sayur buah ada cabai, mentimun, kacang panjang, jipan, wortel, terong, tomat dan buncis, untuk sayuran daun diantaranya sawi, seledri, untuk umbi ada bawang merah dan bawang putih, serta untuk buah-buahan ada jeruk, salak, apel, mangga, dan belimbing. Kemudian hal yang dilakukan selanjutnya adalah

mengklasifikasikan buah dan sayur berdasarkan nama latin, nama Indonesia, nama daerah, nama Inggris, daerah tempat tumbuh buah atau sayur, zat yang terkandung dalam buah dan sayur, cara bertanam, bagian yang dimakan dan tipe pertumbuhan buah. Keterangan sayur dan buah lalu diberi gambar dan foto. Cabai memiliki nama daerah Lombok dan nama Inggris chili. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi dan bisa juga di dataran rendah. Zat yang terkandung antara lain anti oksidan, capsaicin,

56

lasparaginase. Cara menanamnya dengan cara disemai, bagian yang dimakan adalah buahnya. Tipe buahnya termasuk buah-buahan pohon. Berdasarkan respirasinya, cabai termasuk buah klimaterik. Mentimun memiliki nama daerah timun dan nama Inggris cucumber. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi dan rendah. Zat yang terkandung antara lain vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C. Cara menanamnya dengan cara disemai, bagian yang dimakan adalah buahnya. Tipe buahnya termasuk buah-buahan berbatang merambat. Berdasarkan respirasinya, timun termasuk buah non klimaterik. Wortel memiliki nama daerah wortel dan nama Inggris carrot. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi. Zat yang terkandung antara lain vitamin A, B1, B2, B3, B6 dan C, betakaroten, zat besi. Cara menanamnya dengan cara ditanam langsung, bagian yang dimakan adalah umbi akar. Tipe buahnya termasuk buah-buahan berbatang basah. Berdasarkan respirasinya, wortel termasuk buah non klimaterik. Kacang panjang memiliki nama daerah kacang panjang dan nama Inggris chickpea. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi dan rendah. Zat yang terkandung antara lain protein, lemak,

karbohidrat ,vitamin A, B1 , C, kalsium. Cara menanamnya dengan cara ditanam langsung, bagian yang dimakan adalah buah. Tipe buahnya termasuk buah-buahan berbatang merambat. Berdasarkan respirasinya, kacang panjang termasuk buah non klimaterik. Jipan memiliki nama daerah jipan dan nama Inggris Chayote. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi dan rendah. Zat yang terkandung antara lain air, karbohidrat, protein, kalsium, fosfor, natrium. Cara menanamnya dengan cara ditanam langsung, bagian yang dimakan adalah buah. Tipe buahnya termasuk buah-buahan berbatang merambat. Berdasarkan respirasinya, jipan termasuk buah non klimaterik. Terong memiliki nama daerah terong dan nama Inggris eggplant. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran rendah. Zat yang terkandung antara lain vitamin C, A, B1, B2, kalium, kalsium, fosfor, Fe. Cara

57

menanamnya dengan cara disemai, bagian yang dimakan adalah buah. Tipe buahnya termasuk buah-buahan pohon. Berdasarkan respirasinya, terong termasuk buah klimaterik. Tomat memiliki nama daerah tomat dan nama Inggris tomato. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi. Zat yang terkandung antara lain vitamin A, B1, B2, B5, C, E, asam folat, mineral. Cara menanamnya dengan cara disemai, bagian yang dimakan adalah buah. Tipe buahnya termasuk buah-buahan pohon. Berdasarkan respirasinya, tomat termasuk buah klimaterik. Seledri memiliki nama daerah seledri dan nama Inggris celery. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi. Zat yang terkandung antara lain protein, karbohidrat, serat, Fe, vitaminC, kalium. Cara menanamnya dengan cara disemai, bagian yang dimakan adalah batang dan daun. Tipe buahnya termasuk buah-buahan semak. Berdasarkan respirasinya, seledri termasuk sayuran klimaterik. Sawi memiliki nama daerah sawi dan nama Inggris mustard. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi. Zat yang terkandung antara lain vitamin A, K, E, C, protein, kalsium. Cara menanamnya dengan cara disemai, bagian yang dimakan adalah batang dan daun. Tipe buahnya termasuk buah-buahan semak. Berdasarkan respirasinya, sawi termasuk sayuran klimaterik. Jeruk memiliki nama daerah jeruk dan nama Inggris orange. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi. Zat yang terkandung antara lain mineral,vitamin C, A, B1 ,protein, kalsium,fosfor. Cara menanamnya dengan cara ditanam langsung, bagian yang dimakan adalah buah. Tipe buahnya termasuk buah-buahan pohon. Berdasarkan respirasinya, jeruk termasuk buah non klimaterik. Salak memiliki nama daerah salak dan nama Inggris snake fruit. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran rendah. Zat yang terkandung antara lain kalsium, flavonoida, saponin, tanin, betakaroten. Cara menanamnya dengan cara ditanam langsung, bagian yang dimakan adalah

58

buah. Tipe buahnya

termasuk buah-buahan semak.

Berdasarkan

respirasinya, salak termasuk buah non klimaterik. Apel memiliki nama daerah apel dan nama Inggris apple. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi. Zat yang terkandung antara lain anti oksidan,polyphenol,flavonoida,asam fenolat. Cara menanamnya dengan cara ditanam langsung, bagian yang dimakan adalah buah. Tipe buahnya termasuk buah-buahan pohon. Berdasarkan respirasinya, apel termasuk buah klimaterik. Mangga memiliki nama daerah pelem dan nama Inggris mango. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran rendah. Zat yang terkandung antara lain vitamin A ,C , B1, B2, B3, B5, B6, B9, kalsium, protein. Cara menanamnya dengan cara pembibitan, bagian yang dimakan adalah buah. Tipe buahnya termasuk buah-buahan pohon. Berdasarkan respirasinya, mangga termasuk buah klimaterik. Bawang Merah memiliki nama daerah brambang dan nama Inggris red onion. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi dan rendah. Zat yang terkandung antara lain vitamin K, E, Fe, Kalsium, Magnesium, Natrium. Cara menanamnya dengan cara disemai, bagian yang dimakan adalah umbi. Tipe buahnya termasuk buah-buahan semak. Berdasarkan respirasinya, bawang merah termasuk buah non klimaterik. Bawang putih memiliki nama daerah bawang putih dan nama Inggris onion. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi dan rendah. Zat yang terkandung antara lain vitamin C, K, A, B1, B2, B3, B6, B12, antioksidan. Cara menanamnya dengan cara disemai, bagian yang dimakan adalah umbi. Tipe buahnya termasuk buah-buahan semak. Berdasarkan respirasinya, bawang putih termasuk buah non klimaterik. Buncis memiliki nama daerah buncis dan nama Inggris bean. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran tinggi. Zat yang terkandung antara lain alkaloid, flavonoida, asam amino, vitamin, mineral. Cara menanamnya dengan cara ditanam langsung, bagian yang dimakan adalah buah. Tipe

59

buahnya termasuk buah-buahan berbatang merambat. Berdasarkan respirasinya, buncis termasuk buah non klimaterik. Belimbing memiliki nama daerah blimbing dan nama Inggris star fruit. Daerah tumbuhnya umumnya di dataran rendah. Zat yang terkandung antara lain asam sitrat, asam oksalat,vitamin A, C, protein, serat. Cara menanamnya dengan cara ditanam langsung, bagian yang dimakan adalah buah. Tipe buahnya termasuk buah-buahan pohon. Berdasarkan respirasinya, belimbing termasuk buah klimaterik. E. Kesimpulan dan Saran 1 . Kesimpulan Melalui praktikum pengenalan sayur dan buah ini mahasiswa menjadi memahami dan mengerti klasifikasi sayur dan buah dengan berbagai jenis. Kesimpulan dari praktikum pengenalan buah dan sayur ini antara lain : 1 . Berbagai macam buah-buahan dan sayur dapat di klasifikasikan berdasarkan taksonomi, syarat-syarat hidup, bagian tanaman yang dimakan, serta cara bertanam untuk mengetahui cara budidaya dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan buah dan sayur tersebut, mengetahui bagian tanaman yang dapat dimakan dengan kandungan gizi yang tinggi. 2 . Sayuran dan buah memiliki kandungan gizi yang beraneka ragam yang penting bagi tubuh. 3 .Sebagaimana makhluk hidup pada umumnya, tumbuhan khususnya buah-buahan juga memerlukan respirasi. Perbedaaan tanaman juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang dibutuhkan. Hal ini akan berakibat pula pada aktivitas respirasi dari masing-masing tumbuhan. Aktivitas respirasi akan meningkat apabila oksigen yang digunakan juga meningkat. Buah klimaterik mempunyai peningkatan atau kenaikan laju respirasi sebelum pemasakan, sedangkan buah non klimaterik tidak menunjukan adanya kenaikan laju respirasi. Buah-buahan non-klimaterik menghasilkan sedikit etilen dan tidak memberikan respon terhadap etilen

60

kecuali dalam hal degreening (penurunan kadar klorofil) pada jeruk dan nenas. Buah klimakterik menghasilkan lebih banyak etilen pada saat matang dan mempercepat serta lebih seragam tingkat kematangannya pada saat pemberian etilen. Untuk membedakan buah klimaterik dari buah nonklimaterik adalah responnya terhadap pemberian etilen yang merupakan gas hidrokarbon yang secara alami dikeluarkan oleh buah-buahan dan mempunyai pengaruh dalam peningkatan respirasi. Buah non-klimaterik akan bereaksi terhadap pemberian etilen pada tingkat manapun baik pada tingkat pra-panen maupun pasca panen, contoh buahnya yaitu semangka, jeruk, nenas, anggur, ketimun dan sebagainya. Sedangkan buah klimakterik hanya akan mengadakan reaksi respirasi bila etilen diberikan dalam tingkat pra klimakterik dan tidak peka lagi terhadap etilen setelah kenaikan respirasi dimulai. Contoh buahnya meliputi pisang, mangga, pepaya, adpokat, tomat, sawo, apel dan sebagainya. 2 . Saran Pada praktikum ini, pengenalan sayuran dan buah perlu dilakukan pengamatan langsung di pasar atau di lahan penanaman, agar praktikan lebih memahami jenis-jenis buah dan sayuran serta klasifikasinya.

61

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha. 2005. Brix. (terhubung berkala).http://en.wikipedia.org/wi ki/Brix. Diakses tanggal 24 November 2012 Cahyono.2003. Kacang Buncis Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius : Yogyakarta. Sumpena. 2001. Pengujian Secara Organoleptik. Vedca Cianjur: modul PJJ. Muchtadi, D. 2001. Sayuran sebagai sumber serat pangan untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif. Teknologi dan Industri Pangan 12:1-2. Muchtadi R, Tien. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Institute Pertanian Bogor. Pitojo, F.G. 2006. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia. Rukmana, R. 2002 . Budidaya Tanaman Hortikultura. Penerbit Kanisius : Yogyakarta. Southgate. 1982. Dietary Fiber. In : Schneeman BO. A Scientific Status Summary by The Institute of Food Technologist Expert Panel on Food Safety ND Nutrition. J. Food Technology 4 (10) : 133 139. Sudarmadji, dkk. 2003. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Yogyakarta: penerbit Liberty. Syafri Edi & A. Yusri.2010. Budidaya Tanaman Sawi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi : Jambi

62

ACARA V PENYAMBUNGAN A . Pendahuluan 1 . Latar Belakang Salah satu cara perbanyakan tanaman yang cukup banyak dilakukan oleh masyarakat adalah penyambungan. Penyambungan merupakan prinsip dasar dalam menyambungkan batang bawah dengan batang atas dari tanaman lain yang sejenis, sehingga akan diperoleh tanaman baru yang sifatnya lebih unggul. Dalam penyambungan harus diperhatikan tanaman yang akan disambungkan, harus diketahui batang yang baik untuk batang bawah dan batang atas. Batang bawah berasal dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat perakaran yang baik, antara lain: tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tahan terhadap sifat-sifat tanah serta keadaan air tanah tertentu yang buruk, dan sebagainya. Sedang batang atas diambil dari tanaman yang mempunyai sifat-sifat hasil yang diinginkan. Bagian yang dikombinasi yang dilengkapi dengan akar disebut stock atau rock stock atau batang bawah dan bagian yang ditambahkan disebut scion atau entres atau batang atas. Penyambungan ada dua macam yaitu Grafting dan Budding. Grafting adalah penyatuan antara batang (sepotong cabang dengan dua atau tiga mata tunas vegetatif) dengan batang yang terpisah atau dengan bagian pangkal akar yang terpisah untuk tumbuh bersama-sama membentuk satu individu baru. Sedangkan budding adalah bentuk grafting yang khas karena hanya satu tunas (budding) digunakan sebagai batang atas dan disisipkan di bawah kulit dari batang bawah. Budding lebih dikenal dengan okulasi atau penempelan. Agar memperoleh hasil dari teknik penyambungan yang maksimal, maka ada beberapa hal yang perlu dihindari dalam teknik penyambungan ini, antara lain : 1. Kelembaban udara yang tinggi 2. Di bawah sinar matahari langsung
62

63

3. Saat musim hujan 4. Tidak diketahui asal-usul cabangnya 2 . Tujuan Praktikum Praktikum acara lima bertujuan untuk : a. Mengetahui macam-macam cara penyambungan dari dua bagian tanaman yang berlainan b. Mengetahui cara-cara memperbaiki bahan tanaman yang berasal dari bibit B . Tinjauan Pustaka Teknik perbanyakan tanaman umumnya dapat dilakukan secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan menggunakan organ vegetatif tanaman. Teknik perbanyakan yang pertama terdapat kelemahan antara lain diperoleh tanaman yang tidak seragam, terjadi penurunan potensi genetik dibandingkan dengan induknya dan penundaan masa panen. Pada perbanyakan secara vegetatif memiliki keunggulan antara lain tanaman hasil perbanyakan seragam dengan potensi genetik yang sama dengan induknya dan lebih cepat berbuah (Muis et al. 1990). Perbanyakan secara vegetatif melalui penyambungan (gafting) adalah cara perbanyakan tanaman yang banyak dilakukan pada tanaman hortikultura atau tanaman yang bernilai komersial tinggi. Melalui penyambungan, jaringan suatu tanaman disatukan pada tanaman lain. Penyambungan hanya dapat dilakukan pada tanaman dikotil, karena tanaman monokotil tidak memiliki vaskular kambium yang diperlukan dalam penyambungan (Champoo et al. 1998). Keberhasilan perbanyakan bibit secara vegetatif melalui

penyambungan dapat berhasil baik jika: a). tempat perbibitan terpisah dari pertanaman induknya, b). media tumbuh steril dari patogen tular tanah, c). entris sehat, d). pengikatan sambungan erat, dan e). dilakukan pencegahan serangan penyebab penyakit tanaman (Prawoto et al. 2005). Perbanyakan bibit kelengkeng secara vegetatif berhasil dilakukan melalui cara sambung pucuk, sambung susuan, cangkok, dan okulasi.

64

Keberhasilan

hidup

bibit

kelengkeng

cara

susuan

lebih

tinggi

dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Hal ini karena batang bawah dan batang atas masih hidup menyatu dengan pohon induknya, sehingga mendorong pembentukan bibit lebih cepat

(Yulianto et al. 2008). Perbanyakan bibit melalui sambung susuan memiliki kelemahan, karena jumlah bibit yang dihasilkan dari satu cabang batang atas terbatas. Dengan ukuran batang atas sama pada sambung pucuk dapat menghasilkan 3 4 bibit, sedangkan pada sambung susuan hanya menghasilkan satu bibit (Firstantinovi 2004). C . Metode Praktikum 1 . Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum acara lima, penyambungan, dilakukan pada hari Selasa tanggal 23 Oktober 2012, pukul 10.00 WIB, di samping gedung C, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2 . Alat dan Bahan Alat a. Tali plastik b. Plastik c. Pisau tajam Bahan a. Batang atas dan batang bawah tanaman kelengkeng 3 . Cara Kerja a. Menyiapkan batang atas dan batang bawah b. Memotong entres dari batang atas sepanjang 5 10 cm dengan bagian pangkalnya dibuat meruncing c. Memotong batang bawah setinggi 25 cm, kemudian dibelah secukupnya sesuai dengan panjang bagian entres d. Masukkan batang atas dan batang bawah yang telah dipotong sesuai dengan poin b dan poin c, kemudian diikat erat-erat dengan tali plastik, arah lilitannya menghadap ke bawah

65

e. Kedua lilitan yang telah tersambung kemudian ditutup dengan plastik pada bagian sambungan atas sampai pada bagian yang telah diikat f. Pengamatan dilihat sampai munculnya tunas D . Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1 . Hasil Pengamatan Penyambungan dilakukan pada tanaman kelengkeng, setelah dilakukan penyambungan, kemudian dilakukan pengamatan 2 minggu kemudian hasilnya tanaman kelengkeng pada pot pertama terlihat berhasil, tumbuh tunas pada batang bagian atas (entres) serta gugurnya daun dan, pada pot kedua teknik penyambungan juga berhasil, tanaman pada batang atas (entres) tumbuh tunas baru dan daunnya gugur. Pot Pertama Pot Kedua

Gambar 5.1

66

Gambar 5.2 Hasil Penyambungan Tampak Depan 2 . Pembahasan Tanaman kelengkeng (Dimocarpus longan (Lour) Steud.) di Kabupaten Temanggung telah banyak yang berumur tua dan di antaranya terdapat pohon-pohon yang tidak produktif. Kelengkeng berdasar bunganya dibagi menjadi tigam kelompok, yaitu berkelamin tunggal, berbunga jantan dan betina atau disebut berumah satu, serta hermafrodit. Pada pohon berumah satu dan hermafrodit, proses penyerbukan dan pembuahan mudah terjadi sehingga tidak perlu ditanam berpasangan. Pohon kelengkeng yang tidak pernah berbuah masih banyak dijumpai di sentra pertanaman kelengkeng seperti Kabupaten Temanggung. Di antara pohon-pohon yang pernah berbuah, juga terdapat pohon-pohon yang berbuahnya sedikit dengan kualitas buah yang kurang disukai konsumen (Yulianto et al. 2008). Perbanyakan secara grafiting merupakan teknik perbanyakan yang mahal karena memelukan banyak tegana terlatih dan waktu. Teknik ini dipilh dengan pertimbangan untuk memperbanyak tanaman yang tidak bisa atau sukar diperbanyak dengan cara stek, rundukan, pemisahan atau dengan cangkok. Banyak jenis tanaman yang sukar untuk diperbanyak dengan cara-cara tersebut. Tetapi mudah dilakukan denga penyambungan. Misalnya pada belimbing, mangga, manggis jeruk dan durian

(Ashari 1995).

67

Pada

dasarnya

teknik

penyambungan

ini

adalah

menempelkan bagian batang atas yang sifat / kualitasnya dipilih sesuai keinginan ke batang bawah yang sifat perakarannya kuat, tahan terhadap kondisi tanah dan sebagainya. Teknik

penyambungan banyak dipilih sebagai alternatif perbanyakan tanaman, dengan tingkat keberhasilan sebesar 50 %. Pada praktikum penyambungan kali ini, yang menyebabkan tanaman pada kedua pot berhasil pada teknik penyambungan adalah karena teknik menyambungnya benar, pada batang atas dilancipkan pada 2 sisi pangkal batang atas dan lancipnya menghadap ke bawah, lalu membelah batang bawah pada bagian tengahnya dan kemudian baru disambungkan. Kemudian setelah disambungkan, ikat pada bagian sambungan erat-erat dengan tali plastik (arah lilitannya menghadap ke bawah), kedua bagian yang telah tersambung dan ditali lalu ditutup dengan plastik pada bagian sambungan atas sampai pada bagian yang diikat. Lalu setelah dua minggu, tanaman berhasil disambung, pada kedua pot tumbuh tunas baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyambungan antara lain : Faktor lingkungan : a. Waktu penyambungan Pada umumnya penyambungan dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak hujan, dan tidak di bawah terik matahari. b. Temperatur dan kelembaban Temperatur dan kelembaban yang optimal akan mempertinggi pembentukan jaringan kalus, yang sangat diperlukan untuk berhasilnya suatu sambungan. Temperatur yang diperlukan dalam penyambungan berkisar antara 7,20C-320C, bila temperatur kurang dari 7,20C pembentukan kalus akan lambat, dan bila lebih dari 320C pembentukan kalus menjadi lambat dan

68

dapat mematikan sel-sel pada sambungan. Temperatur optimum pada penyambungan adalah 250C-300C. Penyambungan kelembabannnya memerlukan akan kelembaban mengalami yang tinggi, bila dan

rendah

kekeringan,

menghambat/menghalangi pembentuk an kalus pada sambungan karena banyak sel-sel pada sambungan mati. c. Cahaya Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan

penyambungan berlangsung, oleh karena itu penyambungan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat matahari kurang kuat memancarkan sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak kambium pada daerah sambungan. Faktor tanaman : a . Kompatibilitas dan inkompatibilitas Pada umumnya batang atas dan batang bawah dari varietas yang sama akan menghasilkan sambungan yang kompatibel, dan biasanya gabungan tanaman/hasil sambungan akan hidup lama, produktif dan kuat. Gejala-gejala inkompatibilitas antara dua tanaman yang disambung antara lain : a. Gabungan antara species, varietas atau klon-klon yang tidak pernah membentuk sambungan. b. Gabungan antara dua tanaman dimana jumlah dari keberhasilan sambungan sangat kecil. c. Setelah sambungan tumbuh, tetapi tanaman tiba-tiba mati. d. Adanya perbedaan antara batang atas dan batang bawah dalam pertumbuhan vegetatif pada permulaan atau akhir musim. e. Adanya pertumbuhan yang berlebihan di atas atau di bawah sambungan. f. Terjadi penghambatan tumbuh pada tanaman hasil sambungan (tanaman menjadi kerdil).

69

b . Keadaan fisiologi tanaman Beberapa tanaman mengalami kesukaran untuk disambungkan ke tanaman lain, karena jenis tanaman tersebut sulit membentuk kalus. c . Penyatuan kambium Agar persentuhan kambium batang atas dan batang bawah lebih banyak terjadi, maka diperlukan ukuran batang bawah dan batang atas dipilih yang hampir sama. Faktor pelaksanaan : a . Keahlian Kecepatan menyambung merupakan pencegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium b . Kesempurnaan alat Dalam penyambungan diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat yang tipis dan lentur. c . Keserasian bentuk potongan Keserasian bentuk potongan antara batang atas dan batang bawah perlu diperhatikan untuk mendapatkan kesesuaian letak penyatuan kambium batang atas dan batang bawah yang serasi. E . Kesimpulan dan Saran 1 . Kesimpulan Teknik penyambungan tanaman memiliki manfaat memperbanyak tanaman dengan cara yang mudah. Namun selain manfaat, tentunya teknik penyambungan ini juga memiliki kelemahan, yaitu jumlah bibit yang dihasilkan dari satu cabang batang atas terbatas. Dengan ukuran batang atas sama pada sambung pucuk dapat menghasilkan 3 4 bibit, sedangkan pada sambung susuan hanya menghasilkan 1 bibit. 2.Saran Pada praktikum penyambungan ini kita dapat mengamati serta memahami secara nyata proses dan hasil sambung tanaman dengan teknik sambung pucuk. Akan lebih baik jika tempat pelaksanaan

penyambungandilaksanakan pada tempat khusus yang lebar sehingga

70

praktikan dapat lebih berkonsentrasi dan lebih maksimal dalam melaksanakan praktikum penyambungan tanaman dengan teknik sambung pucuk.

71

DAFTAR PUSTAKA

Champoo, Bai Dum, and Biew Kiew. 1998. Gardener Manual. College of Agiculture. The University of Arizona. (7): 24 30. Firstantinovi, E. S. 2004. Membuahkan Lengkeng Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. 64 p. Muis, I., Y. Meldia Y., dan E. Nazir. 1990. Metode Perbanyakan dan Umur Batang Bawah pada perbibitan Durian. Buletin Hortikultura No. 29/1990. Balai Penelitian Hortikultura. Solok. Prawoto, A. A., N. Qomariyah, S. Rahayu, dan B. Kusmanadhi. 2005. Kajian agonomis dan anatomis hasil sambung dini tanaman kakao (Theobroma cacao L.). Pelita Perkebunan. 21 (1): 12 30. Yulianto, J. Susilo, D. Juanda. 2008. Keefektifan teknik perangsangan pembungaan pada kelengkeng. J. Hort. 18(2):148 154. Zainal Abidin, Muhammad. 2011. Penyambungan Tanaman, DasarAgronomi. http://www.masbied.com. Diakses pada tanggal 5 November 2012.

72

ACARA VI MUTU PRODUK A . Pendahuluan 1 . Latar Belakang Mutu produk buah dan sayuran adalah hal yang harus diperhatikan, karena menyangkut kebutuhan konsumen akan kualitas buah dan sayur yang segar serta terjamin kandungan gizinya. Buah dan sayur berfungsi sebagai sumber vitamin dan mineral, serta menunjang kebutuhan gizi masyarakat. Dalam praktikum ini kita akan fokus pada mutu produk buah dan sayuran buah. Kualitas sayuran buah dapat ditunjukkan melalui warna, noda pada buah, bentuk. Kemampuan luar kualitas buah meliputi warna, bebas dari noda-noda, sehat dan firmness. Besar buah dinyatakan dalam diameter terbatas dari bagian yang terbesar dan besar buah ditentukan macam / jenis dan varietasnya. Masing-masing buah kualitas diameternya berbeda-beda, tergantung jenisnya. Dalam rangkaian jalur perdagangan buah-buahan dan sayuran, pihak konsumen ini bisa berupa industri, pedagang perantara, pasar swalayan, atau pun konsumen rumah tangga. Karena itu, mutu buah dan sayuran juga akan sangat dipengaruhi oleh kegunaan akhirnya. Dalam hal ini, pengertian mutu buah dan sayuran bisa mencakup pengertianpengertian seperti mutu pasar (market quality), dessert quality, nutritional quality, table quality, edible qulity, shipping quality, dan lain lain. Produk buah akan mempunyai daya saing apabila dibarengi dengan adanya standar mutu dan jaminan mutu terhadap konsumen. Dalam perdagangan dunia, standar dan jaminan mutu buah merupakan persyaratan pokok yang harus dipenuhi. 2 . Tujuan Praktikum Praktikum acara VI yaitu mutu produk, bertujuan untuk :
a. Dapat memisahkan antara produk buah atau sayur yang baik dan jelek b. Dapat mengelompokkan buah atau sayur berdasarkan ukurannya c. Mengetahui kualitas produk yang ada di pasaran
72

73

B . Tinjauan Pustaka 1 . Apel Buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada kultivar dan iklim. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening). Ciri masak fisiologis buah adalah ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa renyah. Jika panen dilakukan saat buah belum siap akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman dan pembungaan pada musim berikutnya (Pramono 2007). 2. Jeruk Sebagai komoditas hortikultura, buah jeruk segar pada umumnya memiliki sifat mudah rusak karena mengandung banyak air dan setelah dipanen komoditas ini mash mengalami proses hidup, yaitu proses respirasi, transpirasi dan pematangan. Buah jeruk harus mendapatkan teknologi pascapanen yang tepat agar kesegaran sekaligus umur simpannya dapat bertahan lama (Handoko et al. 2000). 3. Tomat Pemetikan buah tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah tanam atau tergantung varietasnya. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca cerah. Cara memetik buah tomat yang sudah matang cukup dilakukan dengan memutar buah satu per satu (Duriat et al. 1997). 4. Wortel Wortel sering dimanfaatkan sebagai bahan pangan sayur, pewarna makanan dan minuman, serta bahan ramuan obat tradisional. Umbi wortel mengandung tiga elemen penting, yaitu betakaroten, vitamin A, dan fitokemikalia. Betakaroten dapat digunakan sebagai pewarna makanan, selain itu dapat mengurangi kerusakan kulit akibat sinar matahari. Kandungan vitamin A selain berguna untuk kesehatan mata juga dapat memperkuat membran sel sehinga lebih kuat melawan penyakit yang

74

diakibatkan mikroorganisme. Sedangkan fitokemikalia dapat mengurangi resiko stroke, menghindari proses penuaan dini, menjaga keseimbangan metabolisme hormonal, dan berperan sebagai anti virus serta anti bakteri. Wortel juga mengandung mineral Ca, P, K, dan serat yang baik bagi tubuh. Jika suhu udara terlalu rendah (sangat dingin) juga tidak baik bagi wortel karena umbi yang terbentuk menjadi panjang dan kecil. Wortel dapat ditanam sepanjang tahun di Indonesia (Pracaya 2002). 5. Kentang Kendala umum yang menyebabkan produksi kentang di Indonesia masih rendah adalah karena petani masih menggunakan teknik budidaya konvensional (sederhana) dan masih kurang pengetahuan kultur teknis; seperti masih menggunakan benih/bibit yang bermutu rendah, menanam kentang secara terus menerus pada lahan yang sama, menentukan umur panen yang tidak tepat, dan kurang baik dalam penanganan pasca panen terutama pada penyimpanan dan sebagainya Pengadaan bibit bermutu hingga saat ini masih merupakan masalah utama yang banyak dihadapi oleh petani kentang di Indonesia. Umumnya ada empat cara petani memperoleh bibit siap tanam yaitu (a) dari sebagian umbi hasil panennya yang berukuran kecil-kecil tanpa seleksi bibit, (b) dari petani lain berupa bibit lokal yang tidak diketahui asal usulnya (tanpa sertifikat/non label), (c) bibit yang berasal dari kentang impor, dan (d) bibit yang berasal dari penangkar G4 bersertifikat (Gunarto 2004). C . Metode Praktikum 1 . Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum acara enam yaitu mutu produk dilakukan pada hari Selasa tanggal 30 Oktober 2011 pukul 10.00 WIB, bertempat di laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2 . Alat dan Bahan Alat a. Nampan

75

Bahan a. Apel b. Jeruk c. Tomat d. Wortel e. Kentang 3 . Cara Kerja a. Sortasi : Memisahkan buah atau sayuran berdasarkan kenampakan yang terlihat (baik atau buruknya). Misalkan, adanya serangan hama / penyakit, tanda-tanda busuk, adanya kotoran atau bercak pada kulit, dan lain-lain. Kemudian kemukakan alasan anda. b. Grading : Mengelompokkan produk buah atau sayuran berdasar ukuran (besar,sedang,kecil), tingkat kemasakan, dan lain-lain. Selanjutnya ambillah kesimpulan terhadap produk yang diamati. c. Melakukan sortasi dan grading di laboratorium dan di pasar. D . Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1 . Hasil Pengamatan Tabel 6.1 Pengamatan Sortasi
Busuk Komoditas Baik Hama Penyakit Busuk/ Memar Apel Jeruk Kentang Tomat Wortel 7 4 3 8 7 1 3 1 1 3 6 1 4 2 12 10 8 12 9 58,3 40 37,5 66,67 77,7 41,7 60 62,5 33,33 22,3 Total % Baik % Buruk

Sumber : Laporan Sementara

76

Tabel 6.2 Pengamatan Grading


Komoditas Grading Besar Ukuran Sedang Kecil Hijau Merah kekunin Warna gan Merah Kuning Hijau kekunin gan Orange Coklat 3 37,5 2 50 2 66,6 7 100 4 50 2 50 4 57,12 1 33,3 2 28,56 T 4 1 3 1 % 50 12,5 37,5 12,5 J 1 1 2 % 25 25 50 K 1 1 1 % 33,3 33,3 33,3 A 2 2 3 1 % 28,57 28,57 42,85 14,28 W 3 2 2 % 42,85 28,57 28,57 -

Sumber : Laporan Sementara Tabel 6.3 Pengamatan Sortasi di Pasar


Buruk Komoditas Jeruk Bawang merah Baik 2 3 Hama Penyakit 2 3 Busuk/Memar Total 4 6 % Baik 50 50 % Buruk 50 50

Sumber : Laporan Sementara Tabel 6.4 Pengamatan Grading di Pasar


Komoditas Jeruk Besar Ukuran Sedang Kecil Hijau 2 % 100 Bawang Merah 1 2 % 33,3 66,7 -

77

Merah kekuningan Warna Merah Kuning Hijau kekuningan Orange Coklat

50

3 -

100 -

1 -

50 -

Sumber : Laporan Sementara

Gambar 6.1 Hasil Sortasi Jeruk di Pasar

Gambar 6.2 Hasil Sortasi Bawang Merah di Pasar 2 . Pembahasan Sortasi dilakukan dengan tujuan memisahkan hasil panen yang baik dan yang jelek. Pengertian baik disini adalah yang tidak mengalami kebusukan atau kerusakan fisik akibat penguapan atau serangan hama dan penyakit. Grading dilakukan berdasarkan saat panen. Baby corn misalnya, bernilai ekonomis tinggi bila dipanen mudah. Grading juga bertujuan untuk memisahkan hasil panen berdasarkan ukuran. Bila penilaianya demikian, sayuran berukuran besar harganya lebih mahal. Akan tetapi,

78

pengkelasan juga di sesuaikan dengan kebiasaan pada suatu negara sistem pengkelasan juga di sesuaikan dengan kebiasaan pada suatu. Sistem suatu negara bisa jadi tidak berlaku pada negara lain (Setyowati et al. 1992). Penanganan buah-buahan pada tahap pascapanen juga harus diperhatikan. Secara garis besar, ada dua faktor yang memengaruhi penanganan produk-produk hortikultura pascapanen, yaitu faktor biologis dan faktor lingkungan. Faktor biologis meliputi respirasi, produksi etilen, perubahan komposisi kimia, dan kehilangan air. Adapun faktor lingkungan meliputi suhu, kelembapan, dan komposisi atmosfer. Kedua faktor itu bisa merusak atau menurunkan kualitas produk hortikultura. Hal lain yang harus diperhatikan produsen produk-produk hortikultura ialah cara pengemasan. Sebaiknya dipilih kemasan yang bisa melindungi produk dari kerusakan (Anonim 2010). Sortasi merupakan kegiatan untuk memisahkan komoditas atas dasar perbedaan faktor mutunya sehingga diperoleh komoditas yang baik dan seragam. Prinsip pemisahan antara lain didasarkan pada: perbedaan ukuran, perbedaan bentuk, perbedaan warna, dan lain-lain. Pada apel jumlah buah yang baik ada 7 buah. Apel yang terkena hama ada 1 buah karena buah tampak berlubang karena dimakan hewan (hama). Apel yang berpenyakit ada 1 buah, karena warna buah pucat dan keriput. Buah yang busuk ada 3, warnanya coklat kehitaman. Total jumlah buah apel ada 12 buah. Sehingga dapat dipersentasekan yang baik ada 58,3 % dan yang buruk ada 41,7 %. Cara meningkatkan mutu produk buah dengan pembersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada buah apel. Jumlah buah jeruk yang baik ada 4 buah karena warnanya hijau segar dan buahnya tidak busuk. Jeruk yang berpenyakit dan terkena hama tidak ada, karena tidak ada bekas gigitan hewan dan tidak ada perubahan bentuk. Jeruk yang busuk ada 6 buah, ada bagian yang warnanya coklat kehitaman dan lembek. Total jumlah buah jeruk ada 10 buah. Sehingga dapat dipersentasekan yang baik ada 40 % dan yang buruk ada 60 %. Cara

79

meningkatkan mutu produk buah dengan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan, bobot buah serta kualitas buah. Buah yang dibuang meliputi buah sakit, tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama dan sisakan hanya 2-3 buah. Kentang yang buahnya baik ada 3 buah, warnanya merah dan terlihat segar. Kentang yang terkena hama ada 3 buah, karena terlihat ada bekas gigitan hewan, yang berpenyakit ada 1 buah karena ada sedikit bercak hitam, sedangkan yang busuk ada 1 buah karena buahnya lembek dan warnanya coklat kehitaman. Total jumlah kentang ada 8 buah. Sehingga dapat dipersentasekan yang baik ada 37,5 % dan yang buruk ada 62,5 %. Cara meningkatkan mutu produk buah dengan peningkatan produktivitas pembenihan. Tomat yang buahnya baik ada 8 buah, kedelapan tomat itu tampak utuh, bentuknya dan warnanya baik. Tomat yang berpenyakit dan terkena hama tidak ada, karena tidak ada bekas gigitan hewan dan tidak ada perubahan bentuk. Buah yang busuk ada 4 buah, karena ada bagian yang warnanya coklat kehitaman dan lembek. Total jumlah tomat ada 12 buah. Sehingga dapat dipersentasekan yang baik ada 66,67 % dan yang buruk ada 33,33 %. Cara meningkatkan mutu produk buah dengan menanam varietas-varietas unggul. Wortel, buahnya baik, ada 7 buah yang tampak utuh, bentuknya dan warnanya baik. Wortel yang berpenyakit dan terkena hama tidak ada, karena tidak ada bekas gigitan hewan dan tidak ada perubahan bentuk, sedangkan yang busuk ada 2 buah karena warnanya ada bercak coklat kehitaman dan terlihat memar. Total jumlah wortel ada 9 buah. Sehingga dapat dipersentasekan yang baik ada 77,7 % dan yang buruk ada 22,3 %. Cara meningkatkan mutu produk buah dengan peningkatan produktivitas pembenihan.

80

Hasil dari sortasi di pasar, yang pertama yaitu jeruk totalnya 4 buah, jeruk yang baik ada 2 buah dan jeruk yang berpenyakit ada 2 buah. Persentase yang baik dan yang berpenyakit adalah 50 %. Kemudian yang kedua adalah bawang merah, totalnya ada 6 buah, yang baik ada 3 buah dan yang berpenyakit ada 3 buah. Persentase keduanya adalah 50 %. Grading adalah kegiatan untuk menyatukan komoditas berdasarkan keseragaman ukuran, bentuk, warna, dan lain-lain. Apel yang berukuran besar,sedang dan kecil perbandingannya hanya sedikit, yang besar ada 2 buah, sedang ada 2 buah, dan yang kecil ada 3 buah. Dari 7 buah apel yang baik, sebagian besar warna apel, hijau kekuningan, ada 4 buah. Hasil dari proses grading jeruk adalah dari 4 buah jeruk yang kondisinya baik, jeruk yang kecil jumlahnya lebih besar, yaitu 2 buah, jeruk besar dan sedang masing-masing ada 1 buah. Perbandingan warna hijau kekuningan dan orange sama yaitu jeruk warna hijau kekuningan dan orange masing-masing ada 2 buah. Hasil dari proses grading kentang adalah dari 3 buah kentang yang kondisinya baik, jumlah kentang yang besar, sedang, dan kecil sama, masing-masing ada 1 buah. Warna kentang yang coklat ada 2 buah dan yang kuning ada 1 buah. Hasil dari proses grading tomat adalah dari 8 tomat yang kondisinya baik, ukuran tomat yang besar ada 4 buah, tomat sedang ada 1 buah, dan tomat kecil ada 3 buah. Warna tomat hijau ada 1 buah, hijau kekuningan ada 4 buah, dan tomat warna orange ada 3 buah. Hasil dari proses grading wortel adalah dari 7 wortel yang kondisinya baik, yang ukurannya besar ada 3 buah, yang ukurannya sedang dan kecil, masing-masing ada 2 buah. Dari ketujuh wortel yang kondisinya baik, semuanya berwarna orange. Hasil dari proses grading di pasar, untuk jeruk, buah yang besar dari 2 buah jeruk yang baik ada 2 buah, jadi persentasenya 100 %, yang

81

berwarna hijau kekuningan ada 1 buah dengan persentase 50 %, yang berwarna orange ada 1 buah dengan persentase 50 %. Untuk grading bawang merah di pasar, totalnya yang baik ada 3 buah, yang besar ada 1 buah dengan persentase sebesar 33,3 % dan yang kecil ada 2 buah dengan persentase sebesar 66,7 %. Kemudian ketiga bawang merah yang keadaannya baik semuanya berwarna merah, jadi persentasenya 100 %. E . Kesimpulan dan Saran 1 . Kesimpulan Dengan cara kerja grading dan sortasi, kita dapat membedakan mana buah yang kualitasnya paling bagus dan yang paling jelek, berdasarkan warna, ukuran dan bentuknya. Dari sortasi kelima buah yaitu apel, jeruk, kentang, tomat dan wortel, hasilnya yang kualitasnya baik ada 7 buah apel, 4 buah jeruk, 3 buah kentang, 8 buah tomat dan 7 buah wortel. Buah-buah yang kualitasnya jelek rata-rata karena busuk atau memar. Sedangkan dari grading kita menjadi mengetahui perbedaan ukuran buah (besar,sedang dan kecil) dan perbedaan warna buah walau jenis buah sama. Dari grading kita dapat menemukan buah dengan kualitas paling bagus. Hasil dari sortasi adalah : 1 . Apel dapat dipersentasekan yang baik ada 58,3 % dan yang buruk ada 41,7 %. 2 . Jeruk dapat dipersentasekan yang baik ada 40 % dan yang buruk ada 60 %. 3 . Kentang dapat dipersentasekan yang baik ada 37,5 % dan yang buruk ada 62,5 %. 4 . Tomat dapat dipersentasekan yang baik ada 66,67 % dan yang buruk ada 33,33 %. 5 . Wortel dapat dipersentasekan yang baik ada 77,7 % dan yang buruk ada 22,3 %.

82

6 . Kesimpulan dari sortasi jeruk di pasar adalah yang baik persentasenya 50 % dan yang buruk 50 % 7 . Untuk sortasi bawang merah di pasar yang baik persentasenya 50 % dan yang buruk juga 50 % Hasil dari grading : Kesimpulan yang dapat diambil dari proses grading pada buah apel adalah apel yang berukuran besar,sedang dan kecil perbandingannya hanya sedikit, yang besar ada 2 buah, sedang ada 2 buah, dan yang kecil ada 3 buah. Dari 7 buah apel yang baik, sebagian besar warna apel, hijau kekuningan, ada 4 buah. Kesimpulan yang dapat diambil dalam proses grading jeruk adalah dari 4 buah jeruk yang kondisinya baik, jeruk yang kecil jumlahnya lebih besar, yaitu 2 buah, jeruk besar dan sedang masing-masing ada 1 buah. Perbandingan warna hijau kekuningan dan orange sama yaitu jeruk warna hijau kekuningan dan orange masing-masing ada 2 buah. Kesimpulan yang dapat diambil dalam proses grading kentang adalah dari 3 buah kentang yang kondisinya baik, jumlah kentang yang besar, sedang, dan kecil sama, masing-masing ada 1 buah. Warna kentang yang coklat ada 2 buah dan yang kuning ada 1 buah. Kesimpulan yang dapat diambil dalam proses grading tomat adalah dari 8 tomat yang kondisinya baik, ukuran tomat yang besar ada 4 buah, tomat sedang ada 1 buah, dan tomat kecil ada 3 buah. Warna tomat hijau ada 1 buah, hijau kekuningan ada 4 buah, dan tomat warna orange ada 3 buah. Kesimpulan yang dapat diambil dalam proses grading wortel adalah dari 7 wortel yang kondisinya baik, yang ukurannya besar ada 3 buah, yang ukurannya sedang dan kecil, masing-masing ada 2 buah. Dari ketujuh wortel yang kondisinya baik, semuanya berwarna orange. Untuk grading jeruk di pasar yang baik ada 2 buah dari total 4 buah, ukurannya besar semua. Warnanya hijau kekuningan dan orange. Sedangkan bawang merah yang baik ada 3 buah dari total 6 buah,

83

warnanya semua merah.Ukuran bawang merah besar ada 1 buah dan kecil ada 2 buah. 2 . Saran Pada pengamatan mutu produk buah, hendaknya praktikum diadakan di lapang secara bersama-sama sehingga lebih efisien dan tidak membingungkan dalam membagi waktu untuk melakukan sortasi dan grading di pasar.

84

DAFTAR PUSTAKA

Aak.1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran.Kanisius : Yogyakarta Anonymous.2010. http://blog.ub.ac.id/rimaquraini/2010/05/27/panen-dan-pascapanen (diakses 8 November 2012) Arief, Ir. Arifin.1990.Hortikultura,Tanaman Buah-buahan, Sayur, Bunga, dan Tanaman Hias. Andi Offset : Yogyakarta Rahmat, 1993. Panen dan Pasca Panen Serta Cara Khusus Keberhasilan. Bandung: Setyabook. Rukmana, R. 1995. Bertanam Wortel. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Setyowati, R.W dan Asiani, B. 1992. Pasca Panen Sayur. Penebar Swadaya: Jakarta. Supriyo, A, R. Sutarya. 1992. Pengaruh pupuk N,P, dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tomat varietas Ratna di Kalimantan Selatan. Bull. Penel. Hortikultura 12(4):77-82.

You might also like