Professional Documents
Culture Documents
1
.
P
e
t
a
g
e
o
l
o
g
i
t
e
k
n
i
k
53
Hr = tinggi
turun ;
t = waktu
Butir-butir sebesar D akan turun sejarak H dalam jangka waktu t. Biasanya
pengukuran dimulai setelah satu menit dan diteruskan pada jangka waktu tertentu
selama 24 jam. Berat jenis suatu campuran air dan tanah tergantung konsentrasi
butiran yang tergantung di dalamnya. Dengan cara mengukur berat jenis suspensi
berarti dapat menghitung banyaknya tanah yang ada dalam campuran tersebut.
B = G/(G-1) (Rh 1 )
P = 1000B/W x 100
B = berat tanah/cm
3
;
G = berat jenis;
Rh = pembacaan hidrometer;
P = prosentase ;
W = Jumlah berat tanah dalam suspensi
3.3. Batas-Batas Atterberg
Batas atterberg adalah batas cair dan batas plastis. Istilah-istilah yang
dipakai untuk pembatasan seperti sketsa dibawah ini:
Basah Kering
Keadaan plastic semi-plastic solid
cair (Liquid)
Batas cair Batas Plastis Batas pengerutan
(LL) (PL) ( SL)
Gambar 3 2 Batas-batas aterberg
54
1. Batas cair (LL) adalah kadar air tanah bilamana diperlukan 25 pukulan. Cara
mengetahui batas cair tanah dengan beberapa contoh tanah dengan bermacam-
macam kadar air dan dilakukan uji dengan alat batas cair, maka akan diperoleh
banyaknya pukulan sampai dua alur tersebut berimpit. Data kadar air dan
jumlah pukulan masing-masing contoh dibuat grafik, maka dari grafik tersebut
dapat dibaca kadar air pada 25 pukulan. Klasifikasi platisitas tanah berbutir
halus dibagi lagi menjadi plastisitas rendah (LL < 35 %), plastisitas sedang
(LL=35 50 %) dan plastisitas tinggi (LL > 50 %).
2. Batas plastis (PL) adalah kadar air pada batas bawah daerah plastis. Kadar air
ini ditentukan dengan memplintir tanah pada plat kaca sehingga diameter
bulatan dari batang tanah yang dibentuk mencapai 1/8 inci dan apabila tanah
mulai mencapai pecah/retak-retak maka kadar air tanah itu adalah batas plastis.
3. Indeks plastis (PI) adalah selisih antara batas cair dan batas plastis dimana
tanah tersebut dalam keadaan plastis.(PI =LL PL ) dan batas cairnya
memberikan satu titik pada suatu diagram plastisitas.
4. Indeks kecairan (LI) adalah kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya
terletak antara batas plastis dan batas cair dan biasanya berkisar antara 0
sampai 1. LI diperoleh dari persamaan : LI = (w-PL)/(LL-PL) = (w-PL)/PI
Kegunaan batas-batas atterberg adalah suatu gambaran secara garis besar
akan sifat-sifat tanah. Tanah yang batas cairnya(LL) tinggi biasanya menpunyai
sifat teknik buruk yaitu kekuatan rendah, compresibility tinggi dan sulit
memadatkannya. Sifat tanah tersebut dipakai untuk misalnya pembuatan jalan dan
Indeks plastis juga biasanya dipakai sebagai salah satu syarat untuk bahan yang
akan dipakai untuk pembuatan jalan.
3.4. Keaktifan
55
Tepi-tepi mineral lempung mempunyai muatan negatif neto, ini menyebabkan
terjadinya usaha untuk menyeimbangkan muatan ini dengan tarikan kation.
Tarikan ini akan sebanding dengan kekurangan muatan neto dan dapat
dihubungkan dengan aktivitas lempung. Skempton(1953) telah menngartikan
secara kwantitatif disebut aktivitas dari lempung adalah perbandingan antara
indeks plastis dengan prosen fraksi lempung berukuran < 2 m dan dikelompokan
menjadi 3 klas.(Tabel 3 1)
m) 2 lempung( faraksi %
tis Indeksplas
A) Aktivitas(
<
Tabel 3-1 Klasifikasikan aktivitas lempung
Aktivitas(A) Klas
0,75 <A<1,25
< 0,75
> 1,25
Sedang
Tidak aktif
Aktif
Aktivitas dalam kaitannya dengan perubahan volume merupakan
pertimbangan utama dalam mengevaluasi tanah yang akan dipakai dalam
pekerjaan pondasi. Kapasitas penggantian kation dalam milliekivalen (meq)/100g
lempung juga digunakan sebagai indikasi suatu aktivitas.
Tabel 3-2 Kapasitas penggantian mineral lempung
Lempung
Kapasitas
penggantian,
meq/100g
Kaolinit
Haloisit(4H2O)
Illit
Vermikulit
Montmorilonit
3 15
10 40
10 40
100 40
80 - 150
56
Aktivitas lempung dapat ditentukan dalam karakteristik plastisitasnya yang
berubah oleh substitusi ion-ion logam dari tingkat yang lebih tinggi seperti terlihat
pada skala substitusi: Li<Na<NH4<K<Mg<Rb<Ca<Co<Al
Sesuai dengan skala tersebut diatas, bahwa Ca akan lebih mudah
menggantikan Na atau Mg dibandingkan dengan Mg atau Na untuk menggantikan
Na. Makin tinggi kapasitas penggantian berarti banyak kation yang dibutuhkan
untuk dapat mengubah suatu aktivitas. Sebagian besar lempung cenderung
mengembang apabila menjadi jenuh. Pengembangan ini dapat dikurangi dengan
cara penggantian kation , yang biasa digunakan adalah kalsium(Ca) yang terdapat
pada batugamping, abu batubara(Ca & Al), semen dengan cara mencampur
dengan lempung.
3..5. Mineral Lempung
Ternyata ada korelasi antara keaktifan dengan jenis mineral lempung yang
diunkapkan Skempton(1953) dan Mitchell(1976). (Tabel 3-3). Teknik lain yang
digunakan untuk mengetahui jenis lempung yang disarankan Casagrande dalam
Holtz dan Kovacs(1981) (Gambar 3 3) adalah mengunakan batas-batas atteberg,
yaitu menggunakan hubungan antara selisih batas cair dengan batas plastis yang
disebut indeks plastis pada kurve vertical dan batas cair berupa kurva yang
horizontal.
Tabel 3-3 Korelasi Keaktifan dengan jenis mineral
Mineral Keaktifan
Na-Montmorilonit
Ca-Montmorilonit
Ilite
Kaolinit
Haloisit(Terdehidrat)
Haloisit Terhidrat)
Atapulgit
Alofan
Mika(muskovit)
4-7
1,5
0,5 1,3
0,3 0,5
0,5
0,1
0,5-1,2
0,5-1,2
0,2
57
Kalsit
Kwarsa
0,2
0
Gambar 3 - 3 Kurva keplastikan Casagrande.
3.6. Tingkat Pengembangan
Pemuaian lempung terjadi ketika kadar air bertambah dari nilai referensinya,
sedangkan penyusutan terjadi ketika kadar air berkurang dari nilai referensinya
sampai pada batas susut. Tanah lempung dapat diperkirakan akan mempunyai
perubahan volume yang besar apabila indeks plastisitas (Ip) > 20. Perubahan
volume berhubungan langsung dengan batas susut dan sebagian berkaitan pula
dengan batas plastis dan batas cair. Tabel 3-4, menurut Holtz & Gibbs (1956)
dalam Bowles (1991) memberikan hubungan kasar yang dijumpai dan cukup
dapat diandalkan untuk meramalkan terjadinya perubahan volume.
Tabel 3- 4 Hubungan antara Ip, Ws & potensi perubahan volume
Potensi
perubahan
volume
Indek plastisitas (Ip) Batas
susut
(ws)
Daerah
kering
Daerah
lembab
Batas cair
Garis A
Garis U
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Montmorilonit
Ilite
Kaolinit
Haloisit
Klorit
60
50
40
30
20
10
0
I
n
d
e
k
s
k
e
p
l
a
s
t
i
k
a
n
58
Kecil
Sedang
Tinggi
0 15
15 30
> 30
0 30
30 50
> 50
12
10 12
< 10
Beberapa metoda dan pengujian tanah telah dikembangkan untuk
mengidentifikasi tingkat pengembangan tanah seperti yang dijelaskan dalam Holtz
dan Kovacs (1981) yaitu pengkorelasian terhadap properti indeks dalam bentuk
table 3-5.
Tabel 3-5 Potensi pengembangan tanah (Holtz 1959)
Tingkat
Pengembangan
% perubahan
volume
Kandungan
Koloid
(% - 1 m)
Indeks
Plastisitas
(IP)
Batas
Susut
(SL)
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
> 30
20 30
10 20
< 10
> 28
20 31
13 23
< 15
> 35
25 41
15 28
< 18
< 11
7 12
10 16
> 15
Metoda Gromko yaitu dengan melihat korelasi antara kerapatan kering insitu
terhadap batas cair, ataupun pengujian free-swell yang dikembangkan oleh Holtz
dan Gibbs. Sedangkan cara yang mudah dan cukup dikenal adalah metoda Seed
(1962) dan metode Gillott(1968) .(Gambar 3-6 & 3-7)
3.7. Konsolidasi
Bekerjanya tegangan terhadap tanah berbutir halus yang jenuh akan
menghasilkan regangan yang tergantung pada waktu dan penurunan yang
dihasilkan. Jangka waktu terjadinya penurunan konsolidasi tergantung pada
bagaimana cepatnya tekanan pori yang berlebih akibat beban yang bekerja dapat
dihilangkan. Karena itu koefisien permeabilitas merupakan faktor penting
disamping penentuan berepa jauh jarak air pori yang harus dikeluarkan dari pori-
pori yang ukurannya bertambah kecil untuk dapat meniadakan tekanan yang
59
0 10 20 30 40 50 60 70
Persentase lempung ( < 0,002 mm)
A
k
t
i
f
i
t
a
s
I
n
d
e
k
s
P
l
a
s
t
i
s
i
t
a
s
100 -
90 -
80 -
70 -
60 -
50 -
40 -
30 -
20 -
10 -
0 -
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Persentase lempung (< 0,002 mm)
berlebihan. Karena itu lempung akan terjadi penurunan agak besar sedangkan
pasir penurunannya agak kecil (Wesley, 1975).
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 3-4. Diagram klasifikasi potensi pengembangan tanah (Seed 1962)
Aktifitas=2
Aktifitas = 1
Sangat Tinggi
Aktifitas = 0,5
Tinggi
5-
4-
3-
2-
1-
0-
60
Sedang
Rendah
Gambar 3-5. Diagram klasifikasi potensi pengembangan tanah
(Gillott 1968)
Parameter-parameter konsolidasi suatu tanah adalah indeks tekanan (Cc)
dan koefisien konsolidasi (Cv). Indeks tekanan berhubungan dengan berapa
besarnya konsolidasi atau penurunan yang akan terjadi , sedangkan koefisien
konsolidasi berhubungan dengan berapa lama suatu konsolidasi tertentu akan
terjadi. Rumus untuk menghitung kecepatan penurunan (t) dilapangan adalah :
t = tH
2
/Cv t = time faktor; H = jalan air( tebal lapisan)
3.8. Kuat Geser Tanah
Pengetahuan mengenahi kekuatan geser tanah diperlukan untuk berbagai
macam soal praktis, terutama untuk menhitung daya dukung tanah, tegangan
tanah terhadap dinding penahan dan kestabilan lereng. Keruntuhan geser dalam
tanah adalah akibat gerak relatif antara butirnya, bukanlah karena butirnya sendiri
hancur. Oleh karena itu kekuatan tanah tergantung kepada gaya-gaya yang bekerja
antara butirnya. Dengan demikian kekuatan geser tanah dapat diangap terdiri dari
: bagian yang bersifat kohesi dan bagian yang mempunyai sifat gesekan. Maka
kekuatan geser tanah dapat dinyatakan dengan rumus :
s = c + (o - u ) tan |
s = kekuatan geser; u = tegangan air pori
o = tegangan total pada bidang geser;
| = sudut geser dalam
61
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100
Indeks plastisitas ( Ip)
S
u
d
u
t
g
e
s
e
k
d
a
l
a
m
(
|
)
Tidak terganggu
Terbentuk kembali
Kekuatan geser suatu tanah dapat didefinisikan sebagai tahanan maksimun
dari tanah terhadap tegangan geser dibawah suatu kondisi yang diberikan.
Kondisi-kondisi yang ditekankan diatas terutama bersangkutan dengan sifat-sifat
drainasi tanah . Untuk suatu tanah yang berbutir kasar, drainasi tanah pada
umumnya baik dan terjadi seperti yang dihasilkan dalam percobaan, sedangkan
untuk tanah yang berbutir halus akan mengering dengan sangat lambat oleh
karena itu kecepatan percobaan merupakan suatu faktor yang penting. Beberapa
percobaan geser dasar yang dapat dilakukan terhadap suatu tanah, apabila
dilakukan dengan kondisi drainasi yang sama, harus memberikan hasil yang
sebanding.
Pengujian dilakukan dengan menempatkan contoh tanah kedalam kotak geser
yang terbelah dengan setengah bagian yang dibawah merupakan bagian yang tetap
sedangkan bagian atas bebas untuk bertranslasi. Contoh diletakkan di dalam
kotak, sebuah blok pembebanan, termasuk batu berpori bergigi untuk drainasi
yang cepat diletakkan diatas contoh. Kemudian suatu beban normal Pv dikerjakan.
Kedua bagian ini akan menjadi sedikit terpisah dan blok pembebanan serta
setengah bagian atas kotak bergabung menjadi satu. Dua atau lebih pengujian
tambahan dengan nilai Pv yang lebih besar, untuk membuat grafik bersekala
hubunan dengan kuat geser (s) dengan tegangan normal, maka akan diperoleh
harga c (kohesi) dan | (sudut geser dalam). Uji geser langsung adalah untuk
mengukur parameter kuat geser sisa |r dan parameter kohesi mendekati nol akibat
regangan yang besar pada keadaan kekuatan sisa. Uji geser langsung juga untuk
menentukan arah dan lokasi bidang keruntuhan, yaitu pada lokasi belahan kotak
dan sejajar dengan beban horizontal. Uji ini dianggap para ahli dapat memenuhi
syarat untuk regangan bidang yang cukup untuk dapat menyebutnya sebagai uji
regangan bidang. Korelasi antara | dan persentasi lempung (Bjerrum & Simons,
1960) terlihat dalam kurva (Gambar 3- 6)
62
Gambar 3-6. Korelasi antara sudut gesek dalam dan indeks plastis (
Simons, 1960 dalam Bowles, 1991)
3.9. Bor Tangan
Bor tangan adalah suatu alat yang mempergunakan berbagai macam auger
pada ujung bagian bawah dari serangkaian setang bor. Bagian atas dari rangkaian
stang bor ini mempunyai tangkai yang dipakai untuk memutar alat tersebut. Bor
tangan hanya dapat digunakan pada bahan-bahan yang cukup lunak, terutama
dalam lempung lunak sampai teguh(Gambar 3 7).
Hasil pemboran ini digunakan untuk mengetahui susunan lapisan dan jenis
tanah, dan dibuat log bor yang didalamnya tercantum lokasi, elevasi, cuaca, profil
bor, kedalaman, diskripsi lapisan, kedalaman muka air tanah dan kedalaman
pengambilan contoh tanah asli. (Gambar 3 8)
Gambar 3 -7. Alat Bor tangan
Mata bor Iwan
Stang bor
Tangkai bor tangan
63
Gambar 3 8. Log bor tangan
3.10. Pengambilan Contoh Tanah
Contoh-contoh ini ada dua macam yaitu contoh tidak asli dan contoh asli.
Contoh tidak asli diambil tanpa adanya usaha-usaha yang dilakukan untuk
melindungi struktur asli dari tanah, sedangkan contoh asli harus masih
menunjukkan sifat-sifat asli dari tanah dengan teknik pelaksanan sebagaimana
mestinya dan cara pengamatan yang tepat, maka kerusakan-kerusakan terhadap
contoh bisa diusahakan sekecil mungkin dan segera dibawa ke laboratorium.Cara
pengambilan contoh asli dengan tabung silinder berdinding tipis dari bahan
tembaga/besi di bagian atas disambung kepala tabung untuk dapat disambung
dengan setang bor. Sebelumnya bersihkan lubang bor sampai dasar. Tabung
contoh dimasukkan kedalam dasar lubang bor, dan kemudian ditekan (Bor mesin)
atau dipukul(bor tangan) kedalam tanah asli yang akan diambil contohnya pada
dasar lubang sampai masuk 60 cm, selanjutnya putar dan angkat tabung dengan
hati-hati kemudian tutup dengan parafin.
Derajat kerusakan contoh tanah yang diambil tergantung pada beberapa hal
antara lain :
- Keadan dan ukuran tabung contoh: tebal dinding harus setipis mungkin,
perbandingan luasnya jangan lebih dari 10 %, permukaaan dalam dan luar
tabung harus licin, ujung pemotong tabung harus cukup terpelihara.
64
- Cara pelaksanaan, tabung dan contoh sebaiknya ditekan kedalam tanah secara
langsung dan jangan dipukul.
- Cara membuat dan membersihkan lubang bor, tanah pada dasar lubang bor harus
betul-betul asli terhindar dari kotoran-kotoraan serta lumpur.
3.11. Pemboran Inti/Pemboran Mesin
Maksud dari pemboran inti dalam kepentingan penyelidikan geologi
khususnya geologi teknik adalah untuk mengetahui kondisi bawah tanah, meliputi
dari jenis batuan, sifat fisik, daya dukung (SPT) dan tingkat permeabilitasnya (K).
Untuk jenis tanah dapat diambil contoh tanah tidak terganggu (US) untuk
diketahui sifat mekanika tanahnya. Secara komprehensip data tersebut dapat
digambarkan dalam log bor geologi.
1. Pemboran geologi teknik.
Dasar teori pemboran geologi teknik ada 2 jenis yaitu pemboran mesin
dan bukan mesin. Pemboran mesin adalah semua jenis pemboran yang
menggunakan penggerak dari tenaga mesin. Sistim pemboran mesin ini
batang bor diputar secara mekanis dan putarannya diteruskan ke mata bor
pada dasar lubang bor (Gambar 3 9). Inti batuan yang terpotong akan
tertinggal dalam tabung inti dan diangkat kepermukaan untuk dianalisa,
diuji dan di simpan dalam kotak contoh
Secara umum penggunaan pemboran mesin ini adalah metode yang umum
dilakukan dalam penyelidikkan tanah/batuan. Mata bor ada bermacam-macam
penggunaanya tergantung jenis tanah/batuan, alat bor dan kapasitas pemboran
yang dikehendaki. Dalam teknik pemboran yang benar, seluruh inti bor dapat
terambil dan pengujian setempat juga dapat dilaksanakan.
a. Kegunaan.:
- penyelidikan bahan tambang/endapan mineral
- mengetahui struktur geologi suatu daerah
65
- penyelidikan tanah dasar(bangunan sipil)
- pembuatan sumur eksplorasi & eksploitasi air tanah
- Pembuatan lubang pengeringan air dalam tambang bawah tanah
- Pembuatan lubang peledakan batuan
b. Peralatan :
Mesin bor & penggerak lengkap dengan peralatannya; mesin pompa
lumpur/air; mata bor (Core bit, diamond core bit dll); Core barrel(penginti);
Kotak inti.
c. Prosedur pelaksanaan:
Untuk perlapisan permukaan (lempung, lanau, pasir & kerikil lepas) dimulai
dengan bor spiral(1
7/8
), closed spiral (2 ) atau spiral auger dengan
pemboran sistim kering dari tiap 40 cm s/d 2/3 m dan di perbesar diameter 4
1/8
untuk persiapan memasang pipa pelindung (Casing) | 4 ).
Tabel 3 -6. Daftar peralatan bor & ukuran
NAMA
UKURAN
C LUAR
(mm)
C ALAM
mm)
BERAT
(KG/M)
ROT
E
A
B
N
EW
AW
BW
NW
33.4
41.4
48.5
60.4
35.0
44.5
54.0
66.7
21.4
28.6
35.8
50.8
22.2
36.6
44.5
57.2
4.56
5.66
6.58
7.44
4.66
4.88
6.40
8.93
CASING
NX
AX
BX
NX
46.1
57.2
73.00
88.9
38.2
500.8
62.8
77.8
2.68
4.46
8.45
11.61
EX 38.2 22.2
66
BIT AX
BX
NX
49.3
600.4
76.2
28.6
41.4
54.0
2. Percobaan penetrasi standar (SPT)
Percobaan ini dengan peralatan split spoon, alat penumbuk (Gambar 3-
10) untuk mengetahui kekuatan lapisan tanah/batu.
Pelaksanaan:
- bersihkan lubang bor sampai dasarnya
- masukkan split spoon(tabung belah) sampai dasar
- sambung batang bor dengan alat penumbuk(63,5 kg)
- angkat alat penumbuk 75 cm dan jatuhkan ke kepala penumbuk.
- hitung jumlah tumbukan setiap turun 15/10cm dari 45/30cm.
- Angkat split spoon perlahan-lahan
- N dihitung jumlah tumbukan dari 15 cm ke II & III atau 10 cm ke II & III
67
Gambar 3-9. Sistim pemboran
68
SPT pada tanah (Kohesif & Non kohesif) digunakan untuk eksplorasi rutin
semua jenis pondasi. Hubungan antara N dengan kepadatan relatif tanah non
kohesif (pasir, kerikil, cangkang dll) dan konsistensi relatif tanah kohesif
(lempung, lanau, gambut dll) terlihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3 -.7. Hubungan harga N dengan kepadatan relatif
JENIS TANAH HARGA
( N )
KEPADATAN
RELATIF
NON KOHESI F
(pasir, kerikil,
cangkang)
0 4
5 10
11 24
25 50
> 50
Sangat lepas
Lepas
Sedang
Padat
Sangat padat
KOHESI F
(lempung, lanau,
gambut )
0 1
2 4
5 8
9 15
16 30
31 60
> 60
Sangat lembek
Lembek
Teguh
Kenyal
Sangat kenyal
Keras
Sangat keras
69
Gambar 3 -10. Peralatan SPT
70
3. Permeabilitas (K)
Maksud dan tujuannya untuk mengetahui harga K adalah kemampuan
batuan / tanah untuk dapat meluluskan air dibaah tekanan/tanpa tekanan.
Faktor-faktornya:
Ukuran butir
Sifat aliran pori, yaitu kekentalan air
Angka pori tanah/batuan
Bentuk dan tata letak pori
Derajat kejenuhan
Metoda pengukuran : Laboratorium dan Lapangan
Dasar teori: Hukum Darcy 1856: Kecepatan suatu sat cair (V) melalui suatu
medium yang berpori berbanding lurus dengan gradien hidrolik (i)
Gambar 3-11. Percobaan Darcy
Manfaat uji permeabilitas :
a. Mengevaluasi jumlah rembesan
b. Mengevaluasi gaya angkat/ renbesan dibawah struktur hidrolik untuk analisis
stabilitas
c. Menyediakan kontrol terhadap kecepatan rembesan sehingga partikel tanah
berbutir halus tidak tererosi dari masa tanah
i = Gradien hidrolik Q = Debit aliran
A = Luas penampang aliran V = kecepatan aliran air
t = waktu pelaksanaan pengukuran K = Koefisien permeabilitas
Vh = tinggi tekan
i = Vh/L ~ V = KiA (ml/dt) ~ V = Q/t ~ K = V/iA
Vh(tinggi-tekan)
Contoh tanah
71
tanah
d. Studi mengenahi laju penurunan dimana perubahan volume tanah terjadi pada
saat air tersingkir dari rongga tanah pada saat rongga terjadi pada suatu gradien
energi tertentu.
e. Mengendalikan rembesan dari tempat penimbunan bahan-bahan limbah yang
berbahaya.
Cara pengujian :
Uji laboratorium dan uji lapangan
A. Pengujian laboratorium untuk harga K biasanya kurang dapat diandalkan
walaupun prosedur dan peralatan sudah diperhatikan.
Faktor-faktornya :
1. Tanah di lapangan umumnya berlapis (sulit ditiru di laboratorium)
2. Pada pasir, nilai K vertikal(Kv) dan K horisontal(Kh) sangat berbeda,
bahkan mencapai tingkat Kh=10 1000, akibat proses sedimentasi. Struktur
tanah di lapangan akan berubah/hilang untuk di laboratorium.
3. Ukuran contoh untuk pengujian di laboratorium sangat kecil
4. Apabila K kecil dan adanya penguapan - K besar
5. Untuk hemat waktu gradien hidrolik laboratorium delta h/L sering dibuat
5/> , pada hal di lapangan mungkin bernilai 0,1 2
Cara pengukuran :
1. Constant head test (Uji tinggi konstan).
Tinggi konstan
h
L Q/t
Aht
K
QL
= cm/dt.
A = Tabung berisi air dan mendapat
tambahan air agar mempunyai
tinggi permukaan yang tetap.
B = Tabung berisi contoh batuan
dengan panjang contoh L (cm)dan
luas penempang A
C = Tabung penempang air untuk
mengukur volume air yang
tertampung Q (cm3) selama
waktu tertentu (t)
Gambar 3-12. Uji tinggi konstan
72
M.A.T Q/t
2. Falling head test .(Uji tinggi jatuh)
Rumus yang digunakan : K = 2,3
t1) - A(t0
aL
log
h1
ho
A
ho
L B h1
C
A = Tabung dengan luas A &
berskala
B = Tabung berisi contoh batuan
dengan panjang L & luas A
terletak di dalamnya
C = Tabung penampungan air
melimpah
t = Waktu penurunan dari ho h1
Gambar 3-13. Uji tinggi jatuh
B. Uji di Lapangan
Beberapa cara pengujian di lapangan antara lain :
- Uji pompa,
- Pengujian ujung terbuka(Open end test),
- Pengujian perkolasi,
- Pengujian packer
1. Uji Pemompaan Sumur (Well Pumping Test )
Pengujian ini dilakukan karena pada dasarnya karena adanya dua macam
aliran yaitu : aliran langgeng (equilibrium) dan aliran tak langgeng (non
equilibrium)
A = luas permukaan
(silinder)
A = str2i = s/dr
Hukum Darcy :
h2 /t = Kai
h1
r
1
r
2
Rumus : K = 2,3
)
2
1
h
2
2
(h
r2/r1 10 Q/tLog
t
Lubang bor
observasi
Sumur dipompa
Gambar 3-14. Uji pemompaan sumur
73
2. Open End Test
Pengujian dilakukan pada batuan yang mudah runtuh dan dasar lubang bor
terbuka untuk di uji karena dinding tertutup casing.
Persyaratan:
Tebal lapisan lulus air di atas dan dibawah ujung pipa pelindung harus
paling sedikit 10 r ( r = jari-jari lubang bor), lakukan minimal 5 kali
pentahapan pengujian.
Dengan mempertahankan tinggi air pada casing dengan pemompaan sebesar Q
(debit air) , maka K = Q/5,5 rh.
Q
Hg1 Muka tanah
2r M.A.T 1
Hg2
10r
L
10 r M.A.T 2
Gambar 3-15. Open end test
3. Pengujian Perkolasi
Pengujian ini dilakukan apabila batuannya lunak tetapi tidak mudah runtuh.
Pelaksanaannya: bersihkan lubang bor, masukkan air kelubang bor sampai
penuh (konstan dipermukaan casing). kemudian air dibiarkan turun sendiri dan
hitung penurunan air dalam casing/lubang bor dalam waktu t
Rumus : K =
)
1
t
0
2L(t
2
r
Ln
r
L
Ln
2
h
1
h
untuk L > 8r
H g1 = H gravity pada MAT1
Hg2 = H gravity pada MAT 2
Q = debit air diatur konstan pada casing
2r = diameter lubang bor
h = H gravity
L = Panjang lapisan yang diuji
Open
hole
Casing
Meter air
Pengatur debit air
74
r = jari-jari lubang bor/casing
L = panjang lubang yang di test
h = tinggi muka air dalam lubang
t = Waktu penurunan
h
Muka tanah
ho
h2 ho
M.A.T h1
h1
h2
L
MAT t o t1 t2
Gambar 3-16. Pengujian perkolasi
4. Pengujian Packer
Pengujian ini dilakukan pada batuan keras sehingga dapat menahan tekanan
packer dan dapat menggunakan 1 packer untuk menguji dibawah packer (single
packer) dan 2 packer untuk menguji diantaranya (Double packer).
Pelaksanaanya air di pompakan dengan tekanan konstan langsung kedalam
lapisan batuan melalui sebuah pipa, selama 15 menit, kemudian uji ulang
dengan tekanan yang berbeda-beda, yaitu 33% P max; 66 % P max; 100% P
max; 66 % P max; 33 % P max.
1 Lugeon Unit (LU) : adalah banyaknya air yang masuk dalam massa batuan
dengan 1 liter/menit/meter pada tekanan 10 kg/cm
2
.
Q 10
3
LU =
HL
Rumus K =
r
L
ln
LH 2
Q
t
; L > 10r; K =
2r
L
1 -
h Sin
LH 2
Q
t
; 10r > L > r
Q = Debit air masuk lubang dalam cm3/min
H = Total head
L = Panjang lubang yang di uji.
75
Hg
Muka tanah
Hs
MAT 1
Hd
L
L/2
MAT 2
Gambar 3-17. Pengujian Packer
Untuk tidak jenuh , H = P + (Hd L/2) + Hg
Jenuh , H = P + Hs + Hg
Keterangan :
H = Total head
P = Tekanan
Hd = Kedalaman lubang
L = Panjang lubang yang di uji
Hg = Tinggi tekanan dari muka tanah
Hs = Static water head(MAT ke muka tanah)
Sin h
1
= Arc hyperbolic sinc , Sin h
-1
x = Ln (x + \ x2 + 1)
Pengatur debit air utk P
Casing
Packer
P
76
Tabel 3 8. Nilai relatip untuk permeabilitas (Tersaghi & Peck)
K
(m/dt)
Nilai relatip Material Geologi
10
-3
10
-5
10
-7
10
-9
< 10
-9
Sangat permeabel
Cukup permeabel
Kurang permeabel
Sangat kurang permeabel
Impermeabel
Kerikil kerakal,
berdiaklas
Pasir, pasir halus
Pasir berlanau
Lanau lempung
Tabel 3- 9. Kisaran harga k terhadap macam tanah
MACAM TANAH K (Cm/dt)
Pasir non lempung
Pasir halus
Pasir lanau
Lanau
Lempung
10
-2
5 x 10
-3
5 x 10
-2
10
-3
2 x 10
-3
10
-4
5 x 10
-4
10
-5
3-6 10
-9
3. Log bor geologi teknik.
Log bor geologi teknik merupakan data geologi yang digambar secara
komprehensip dari beberapa data : Kedalaman dan ketebalan batuan, Harga SPT,
Harga Permeability (K), Kedalamaman simple (US). (Gambar 3-18).Hasil
perolehan pemboran juga didata yaitu % perolehan inti (CR) hasil panjang inti
dibagi jumlah target kedalaman kali 100% dan jumlah panjang inti > 10 cm
dibagi kedalaman pemboran kali 100 % (RQD). Data CR ini akan
mencerminkan teknik pemborannya bagus atau memang kondisi batuannya
banyak rekahan atau hancuran(breksi sesar) sedangkan RQD ini akan
menunjukkan kualitas batuan.
77
Gambar 3-18. Log bor geologi teknik
78
3.12. Daya Dukung
Daya dukung dapat dikelompokan menjadi daya dukung teoritis dan daya
dukung dengan metode Empiris.
1. Daya dukung dengan metode empiris
Metode empiris ini telah dipakai untuk secara langsung mendapatkan daya
dukung pondasi. Pada tanah kohesif kita dapat memakai kekuatan uji tekan tak
terkekang qu, nilai Terzaghi Nc, dan faktor keamanan F = 3(tanah kohesif).
Mengambil kuat tekan tak terkekang qu sebagai daya dukung izin merupakan
praktek yang biasa dilakukan. Pada tanah tidak kohesif, suatu nilai qa untuk
pondasi yang dapat membatasi penurunan tidak lebih dari 25 mm telah diberikan
oleh Meyerhof(1956, 1974) sebagai q
a
=
1 F
N
K
d B F4
B = dimensi sisi terkecil dari pondasi, kaki atau m
D = kedalaman pondasi dalam satuan B
Kd = 1 +0,33 D/B 1,33
N = jmh uji SPT
Fi = Konstanta yang tergantung pada satuan yang dipakai
Perhitungan tumbukan rata-rata N SPT, pada zona efektif dibawah suatu
pondasi adalah 15. Perkiraan daya dukung izan qa, dengan menganggap bahwa
kedalaman pondasi D adalah 3,3 m dan tanah dalam zona pengaruh adalah pasir
kasar yang agak padat.
Penelitian daya dukung batuan dapat dilakukan bersama-sama dengan
pemboran geologi teknik pada kedalaman tertentu dengan Standart Penetrasi Test
(SPT) dengan harga N, juga dengan alat Sondir yaitu khusus untuk mengetahui
kepadatan relatif tanah(qc), dengan kapasitas 250 Kg/cm
2
atau 500 kg/cm
2
.
Dengan alat sondir ini ujungnya ditekan secara langsung kedalam tanah
sehingga tidak perlu lubang bor. Ujung tersebut yang berbentuk kerucut
dihubungkan dengan suatu rangkaian stang-dalam, dan casing luar ditekan dalam
tanah dengan pertolongan suatu rangka dan dongkrak yang dijangkarkan pada
permukaan tanah. Ada 2 macam ujung penetrometer yang biasa pakai yaitu
79
standard type(mantel konis), dan friction sleeve (bikonis), ujungnya berbentuk
kerucut (konis) 60 dengan luas penampang 10 cm
2
dan untuk kedua macam ini
ujung ditekan kebawah dengan suatu rangkaian stang-dalam dan casing
luar(Gambar 3 19). Pada macam standard yang diukur hanya perlawanan ujung
(nilai konis) ini dilakukan hanya menekan pada stang dalam, yang segera akan
menekan konis tersebut kebawah(20 cm), seluruh tabung luar tinggal diam. Gaya
yang dibutuhkan untuk menekan kerucut kebawah diukur dengan suatu alat
pengukur(gauge) yang ditempatkan pada kerangka dongkrak dipermukaan tanah.
Setelah dilakukan pengukuran casing luar dimajukan, sampai ke titik pengukuran
berikutnya. Hasil-hasil penyelidikan dinyatakan dalam bentuk grafis, nilai konis
digambar dalam kg/cm
2
dan hambatan pelekat digambar sebagai jumlah. Grafik
sondir akan memberikan gambaran yang baik mengenai kondisi tanah, walaupun
tidak memberikan macam tanah, tapi sepintas dapat melihat apakah hanya ada
satu lapisan tanah atau ada beberapa lapisan tanah yang berbeda. Sebaiknya dapat
dimengerti dengan jelas bahwa nilai konis yang diperoleh dengan alat sondir ini
tidak dapat disamakan dengan daya dukung tanah yang bersangkutan, Nilai konis
merupakan suatu angka empiris, yang mungkin dapat dihubungkan secara empiris
dengan sifat-sifat fisik batuan/tanah dari log bor pemboran seperti gambar (3 20)
Misalnya nilai sondir pada lapisan pasir dapat dipakai sebagai petunjuk mengenai
kepadatan relatif pasir tersebut.
Gambar 3 19. Alat sondir
80
Gambar 3-20
81
2. Daya dukung teoritis
Daya dukung teoritis adalah daya dukung batas suatu tanah dibawah beban
alas tumpuan terutama tergantung pada kuat geser. Sebagian teori daya dukung
didasarkan atas teori plastisitas. Prandtl(1920) alas tumpuan pada lempung jenuh,
biasanya diasumsikan kondisi tak terdrainase(| = 0), maka daya dukung batas
adalah : q
batas
= (t + 2) c = 5,14c. Terzaghi (1943) memodifikasi masalah Prandtl
dan mendapatkan untuk alas tumpuan lajur menjadi :
q
batas
= c Nc + DNq + BN
Keterangan:
D = kedalaman alas tumpuan; B = lebar alas tumpuan ;
= berat isi efektif tanah; Ni = faktor daya dukung.
Pada umumnya persamaan Terzaghi berlaku untuk alas tumpuan dangkal di
mana D s B dan didapatkan Nc = 5,74 Nq = 1,00 N = 0,0. Daya dukung tidak
akan bertambah tanpa adanya pembatas, sehingga kedalaman alas tumpuan
dibatasi sampai sekitar 2 B atau nilai Nq yang direduksi dipakai untuk
kedalaman yang lebih besar.
Beberapa prosedur untuk menstabilkan tanah antara lain:
1. Tambahkan bahan pencampur seperti gamping yang terhidrasi(mati), maka
akan mengurangi Ip dari 20.
2. Padatkan tanah pada keadaan yang lebih basah dari optimum, sehingga akan
menghasilkan kerapatan kering yang rendah.
3. Mengontrol perubahan kadar air dari nilai referensinya.
82
BAB IV
GERAKAN TANAH
4.1. Definisi
Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.
Rangers, 1975 : Proses yang terjadi dibawah pengaruh gravitasi tanpa adanya
media transportasi / merupakan bagian dari turunnya lereng
Purbo Hadiwijoyo, 1965 : Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau
batuan pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula yang
terjadi apabila terdapat gangguan kesetimbangan massa pada saat itu.
4.2. Faktor Penyebab Gerakan Tanah
(a). Geologis (morfologi, struktur, stratigrafi, jenis batuan, air dll)
1. Faktor morfologi yaitu: punggung bukit yang curam, melidah, retakan-
retakan terbuka dalam tanah, batang pohon yang bengkok dll.
2. Faktor struktur geologi : kekar dan sesar
3. Faktor stratigrafi : Lapisan lunak terletak dibawah lapisan keras, adanya
lensa-lensa pasir dsb.
4. Faktor jenis batuan : batuan sedimen lebih mudah lapuk bila dibanding
batuan beku.
5. Faktor air: Air hujan yang masuk ke pori-pori/retakan batuan akan
menambah berat massa batuan itu sendiri.
(b). Non geologis(budidaya manusia, akar tumbuh
2
an, gempa).
Sedangkan penyebab gerakan tanah ditinjau dari konsepsi faktor
keamanan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu: Gambar : 2
Faktor
2
penyebab gerakan tanah
1. Gangguan dalam
83
a. Geometri lereng : suatu massa tanah /batuan memiliki harga batas
ketahanan tertentu dalam membentuk suatu ukuran geometri lereng,
sehingga penciri geometri lereng memiliki harga kritis.
b. Batuan pembentuk lereng: Batuan atau massa tanah pembentuk lereng
memiliki sifat fisik yaitu berat isi, sifat mekanik yaitu kohesi, sudut geser
dalam . Kedua sifat tersebut dipengaruhi oleh kadar air.
2. Gangguan luar
a. Vegetasi yaitu dengan akarnya akan menambah sistem kekuatan lereng
sedangkan pengaruh penambatan akan menambah beban yang
berpengaruh terhadap kestabilan lereng.
b. Gempa akan menyebabkan tergoncangnya permukaan tanah dan dapat
sebagai pemicu terjadinya longsoran.
c. Curah hujan dapat meningkatkan kadar air, penurunan kohesi dan sudut
geser dalam maupun kenaikan berat isi tanah.(Gambar. 3-1)
4.3. Secara Mekanika
Proses longsoran suatu tebing dapat diuraikan sebagai berikut:
(a). Pada massa tanah yang berada pada suatu lereng (tanah dengan
permukaan miring) bekerja suatu gaya berat yang mendorong tanah untuk
longsor.
(b). Gaya dorong diatas ditahan oleh gaya gesek dan gaya lekat pada bidang
singgung antara massa tanah yang diam dengan yang akan longsor.
(c). Longsor akan terjadi apabila gaya pendorong lebih besar dari pada gaya
penahan.
(d). Longsoran masa tanah akan mengikuti suatu bidang tertentu yang
memberikan nilai perbandingan terbesar antara gaya pendorong dan gaya
penahan longsor.
Berat massa tanah sebagai gaya pendorong dipengaruhi oleh:
(a). Semakin tinggi dan kemiringan tebing, gaya pendorongnya makin besar
pula
84
(b). Berat volume tanah yang dipengaruhi oleh kadar air, makin besar pula
berat dan volumenya dan makin besar pula gaya pendorongnya.
Sedangkan gaya penahan longsor dipengaruhi oleh:
(a). Sudut gesek tanah yang memberikan gaya gesek
(b). Kohesi tanah yang memberikan gaya lekat.
Besarnya sudut gesek dan kohesi tanah dipengaruhi oleh keberadaan air tanah
air yang mengisi pori-pori tanah merenggangkan hubungan antara butir-butir
tanah sehingga mengakibatkan turunnya sudut gesek dan kohesi tanah.
85
4
86
Longsor itu terjadi dari lereng sungai yang terjal, dengan kemiringan lereng
sekitar 70 derajat dari tanah lapuk yang meresap air akan bertambah berat,
sehingga pada batuan dasar sebagai bidang gelincir dan tidak mampu menahan
berat massa tanah tersebut kemudian akan terjadi longsor. Dengan terjadinya
curah hujan yang tinggi menyebabkan tebing tanah pada tepi jalan maupun rumah
akan menjadi rawan terhadap tanah longsor.
Berdasarkan penelitian terdahulu diketahui bahwa ada beberapa jenis karakter
hujan sebagai pemicu, yaitu :
1. Hujan tunggal dengan curah hujan tinggi
2. Akumulasi beberapa hujan dengan curah total yang tinggi .
Faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya kekuatan alam yang
mendukung kejadian tanah longsor yaitu:
(a). Vegetasi
Vegetasi yang menutup permukaan lahan berpengaruh besar terhadap gerakan
air yang berasal dari air hujan. Vegetasi ini akan memperlambat limpasan
permukaan sehingga meninggalkan resapan air ke tanah dan mengurangi jumlah
limpasan air di permukaan tanah. Adanya vegetasi juga akan meningkatkan proses
pelapukan tanah menjadi lebih gembur juga banyak mengandung bahan organik.
Jadi keberadaan vegetasi tersebut satu pihak menguntungkan karena dapat
mengurangi erosi permukaan tanah dan banjir, juga di lain pihak pada lereng-
lereng yeng terjal justru memicu terjadinya longsor, karena berat tumbuhan
tersebut akan menambah beban terhadap gaya pendorong longsoran.
(b). Gempa
Gempa yang berkekuatan tinggi bisa mengakibatkan saling terlepasnya
butiran massa tanah, dan getaran gempa juga akan memicu untuk terjadinya
peristiwa tanah longsor.
(c). Campur tangan manusia
Aktifitas manusia yang merubah kondisi permukaan lahan, antara lain :
1. Perlakukan terhadap vegetasi penutup lahan yang mengakibatkan peningkatan
erosi.
87
b. Tipe Luncuran(slide) a. Tipe Jatuhan (fall)
c. Tipe Aliran (Flow)
2. Pembangunan di permukaan lahan, yang mengakibatkan mengurangi
peresapan air hujan ke dalam tanah .
3. Pengolahan tanah, yang mengakibatkan peningkatan kerawanan tanah longsor
4. Penambangan yang meninggalkan galian dengan tebing yang terjal.
4.4. Macam Gerakan Tanah
Secara garis besar ada 5 tipe gerakan tanah .
Roboh (Topples)
88
d. Tipe Rayapan(creep) e. Tipe Kombinasi(complex)
Gambar 4 2 : Macam-macam gerakan tanah
4.5. Klasifikasi Gerakan Tanah
(a). Klasifikasi aliran sedimen (Barbara, 1996) (Gb. 4 -3,Gb. 4-4; Tabel: 4-1)
(b). Klasifikasi gerakan tanah(Longsoran) dikutip dari Landslides and
Engineering Practice (Tabel 4 2).
(c). Klasifikasi gerakan tanah (DPU, 1985) (Tabel 4 3).
(d). Klasifikasi gerakan tanah (United State Highway Reserch Board Landslide
Commitee, 1976).(Gb. 4-4).
(e). Klasifikasi gerakan tanah (Varnes, 1978) (Tabel , 4-4).
Secara berurutan gambar klasifikasi a e adalah sebagai berikut :
- Rock Flows
Gambar 4 -3: Klasifikasi Aliran batu(Rock Flows, Barbara 1996)
89
Gambar 4 - 4. Klasifikasi Slurry flows dan GranularFlows (Barbara, 1996)
Tabel 4 1 : Klasifikasi aliran sedimen (Barbara 1995)
Tabel 4 2 : Klasifikasi gerakan tanah(Landslides and
Engineering Practice)
Jenis
Jenis material
gerakan Batuan Tanah
Jatuhan Jatuhan batuan Jatuhan tanah
Beberapa
unit
Penurunan
rotational
Longsoran bongkah
secara mendatar
Longsoran bongkah
secara mendatar
Penurunan
rotational
90
Longsoran
banyak unit
Longsoran batuan Longsoran Patahan
Puing penyebaran ke
samping
Semuanya tak terkonsolidasi
Pecahan Pasir/ lanau Campuran umumnya
batuan Plastis
Kering
Luncuran
Basah
Luncuran Luncuran Luncuran
Pecahan pasir loss
Batuan
Luncuran cepat Runtuhan luncuran lambat
Tanah puing tanah
Luncuran pasir Luncuran puing
atau lanau Luncuran lumpur
Kompleks
Kombinasi berbagai material atau jenis gerakan
Tabel 4 3 : Klasifikasi gerakan tanah (DPU, 1985)
PENGELOMPOKA
N
MACAM MATERIAL
MENURUT
GERAKANNYA
Batuan Tanah Bhn.lepas Lumpur
1). Runtuhan
(fall)
Runtuhan
batuan
Runtuhan
tanah
Runtuhan
Bhn.lepas
2) Gelinciran
(slide)
Gelincir
Batuan
rotasi
Gelincir
Tanah
rotasi
Gelincir
btn.tranplasi
/planar
Gelincir
tnh.tranplasi
/planar
3) Aliran (flow) Aliran batuan Alirantanah Aliran bh.lepas Aliran
lumpur
4). Kombinasi
(complex)
Kombinasi dari ketiga jenis longsoran di atas atau kombinasi
material
91
Gambar 4 5 Klasifikasi gerakan tanah (USHRBLC, 1976)
Tabel 4 4 Gerakan tanah (Varnes, D.J., 1978)
JENIS GERAKAN
TANAH
JENIS MATERIAL
BATUAN
TANAH TEKNIK
BERBUTIR KASAR BERBUTIR
HALUS
RUNTUHAN
Runtuhan
batuan
Runtuhan bahan
rombaknan
Runtuhan tanah
ROBOHAN
Robohan
batuan
Robohan bahan
rombakan
Robohan tanah
L
O
N
G
S
O
R
A
N
ROT
ASI
Beberapa
unit
Nemdatan
batuan
Nemdatan bahan
rombakan
Nendatan tanah
92
TRA
NSL
ASI
Banyak
unit
Longsoran
blok batuan
Longsoran
batuan
Longsoran blok bahan
rombakan
Longsoran bahan
rombakan
Longsoran blok
tanah
Longsoran tanah
PENCARAN
LATERAL
Pencaran
batuan
Pencaran bahan
rombakan
Pencaran tanah
ALIRAN
Aliran
batuan
(rayapan
dalam)
Aliran bahan rombakan
Solifluction
Lawina bahan rombakan
Rayapan bahan rombakan
Aliran blok
Aliran pasir/lanau
basah
Aliran pasir
kering
Aliran tanah
Aliran lepas
KOMPLEKS
Campuran dari dua/lebih jenis gerakan
Gambar 4 6 Tipe rayapan
93
Gambar 4 7. Tipe runtuhan tanah
Gambar 4 8. Tipe Jatuan
94
Gambar 4 9. Debris-flow hazards in the san francisco bay region
Gambar 4 10, Tipe luncuran
Gambar 4 11, Debris flow
95
Gambar 4 13, Tipe Jatuhan
4.6. Kemampuan Geologi Teknik
Menurut Muhamad Wafid A.N.(2004), Faktor faktor penyebab terjadinya
proses gerakan tanah secara umum disebabkan antara lain:
- pengaruh kemiringan lereng,
- kondisi fisik dan keteknikan tanah dan batuan,
- pengaruh keairan, tataguna lahan, struktur geologi,
- kegempaan dan aktivitas manusia.
Suatu daerah yang rentan terhadap gerakan tanah perlu dilakukan Penilaian
Zona Kemampuan Geologi Teknik, yaitu berdasarkan data yang tersedia berupa
data sekunder, data hasil pengujian lapangan dan laboratorium serta analisis
perhitungan parameter geologi teknik, maka selanjutnya dilakukan penilaian
geologi teknik yang berdasarkan pada faktor-faktor : tingkat kemudahan dalam
Gambar 4 12, Tipe luncuran
Gambar 4 13, Tipe Jatuahan
96
mengerjakan, kesederhanaan penyelidikan geologi teknik serta adanya
kendala/masalah geologi teknik. Berdasarkan hal tersebut suatu daerah dapat
dibagi menjadi beberapa zona kemampuan geologi teknik tinggi, menengah,
rendah dan sangat rendah.(Gambar 4 -14)
(a). Zona Kemampuan Geologi Teknik Tinggi
Zona ini mempunyai kendala geologi teknik yang relatif kecil atau bahkan
tidak ada. Kemiringan lereng berkisar antara 0 8 sehingga kemudahan untuk
dikerjakan dapat dengan mudah dilakukan. Daya dukung tanah permukaan
hingga kedalaman 5 meter adalah 10 ton/m
2
, nilai perosokan tanah antara 0,10
0,60 cm. Kemungkinan terjadi masalah geologi teknik dalam sekala kecil masih
dapat terjadi seperti longsoran tebing dan erosi tebing sungai.Pada peta diberi
warna biru.
(b). Zona Kemampuan Geologi Teknik Menengah
Pada zona ini masih dijumpai masalah geologi bencana gunung api dan
beberapa tempat masih mungkin terjadi gerakan tanah, kemiringan lereng
berkisar antara 8 30 derajat. Untuk pendirian struktur bangunan, penyelidikan
tapak masih perlu dilakukan. Pada peta ini diberi warna kuning.
97
(c). Zona Kemampuan Geologi Teknik Rendah
G
a
m
b
a
r
4
1
4
:
P
t
a
z
o
n
a
k
e
m
a
m
p
u
a
n
g
e
l
o
g
i
t
e
k
n
i
k
98
Pada zona ini dijumpai kendala geologi teknik yang lebih besar, sehingga
agak kecil kemungkinannya untuk dikembangkan dan memerlukan biaya yang
besar. Kemiringan lereng berkisar antara 30 70 derajat, sehingga sulit untuk
dikerjakan. Daerah ini rentan terhadap gerakan tanah dan terdapat daerah yang
berpotensi lempung mengembang.
(d). Zona Kemampuan Geologi Teknik Sangat Rendah
Zona ini mempunyai tingkat untuk terjadinya masalah geologi/geologi
teknik sangat tinggi, sehingga kemungkinan untuk dikembangkan sangat kecil
atau membutuhkan biaya yang cukup besar. Kemiringan lereng berkisar antara
30 - >70 derajat, bencana gunung merapi, sehingga sulit untuk dikerjakan. Untuk
perencanaan rekayasa teknik pada lokasi tapak harus dilakukan penyelidikan
rinci. Pada peta ini diberi warna merah.
4.7. Evaluasi Zona Geologi Teknik Untuk RUTR
Sesuai kebijaksanaan pemerintah melalui Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR) evaluasi geologi teknik terhadap kawasan pengembangan daerah sesuai
penggunaan lahannya sebagai berikut:
(a). Kawasan Pengembangan untuk Perdagangan dan pemukiman
Kawasan ini berada pada Zona Geologi Teknik rendah dan menengah.
Daerahnya merupakan dataran, daya dukung pondasi cukup tinggi, sejauh tidak
diperuntukkan bagi bangunan berat terutama pada Zona Geologi Teknik
Mengengah yaitu di daerah sekitar aliran sungai.
(b). Kawasan Pengembangan, Pendidikan, Perdagangan dan Industri
Kawasan ini berada pada Zona Geologi Teknik rendah dan Zona Geologi
Menengah. Bagi kawasan Pengembangan I ndustri yang diperlukan adalah
pertimbangan daya dukung pondasi, lempung mengembang dan masalah
penurunan tanah, terutama di Zona Geologi Teknik Menengah, sehingga perlu
99
rekayasa teknik dengan biaya agak tinggi. Demikian juga dengan Kawasan
Pemukiman yang berada pada daerah yang bergelombang dengan kemiringan
lereng antara 5 15 %, dengan kondisi batuan yang mudah runtuh, maka
diperlukan penyelidikan geologi teknik rinci yang membutuhkan biaya cukup
tinggi.
(c). Kawasan Pengembangan Pertanian Pangan
Kawasan ini berada pada Zona Geologi Teknik Rendah, Mengengah dan
Tinggi. Kawasan Pengembangan bagi konserwasi alam dan lingkungan
hidup/kawasan yang perlu dikembangkan berada pada Kawasan Zona Geologi
Teknik Sangat Tinggi. Pada Kawasan Pengembangan Petanian Tanaman
Pangan yang berada pada Zona Geologi Teknik Rendah, Mengengah dan
tinggi, diperlukan pertimbangan pada jenis tanamannya. Pada Zona Geologi
Teknik Tinggi jenis tanaman yang sesuai adalah pertanian lahan kering, karena
pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng yang agak terjal mudah
terganggu kestabilannya. Kawasan pengembangan bagi konservasi alam dan
lingkungan hidup pada dasarnya sudah sesuai pada zona Geologi Teknik
Sangat Tinggi, karena umumnya merupakan areal hutan dan kawasan lindung.
Daerahnya berupa perbukitan dan pegunungan, sehingga kawasan ini dapat
dikembangkan sebagai kawasan wisata yang terbatas.
100
4.8. Analisis Kestabilan Lereng
Bentuk topografi roman muka bumi sangat bervariasi, hal ini secara umum
disebabkan adanya energi dari luar oleh matahari yang langsung menerpa muka
bumi yang terdiri dari bermacam-macam jenis batuan yang mempunyai kekerasan
yang berbeda-beda pula. Proses energi dari luar tersebut adalah pelapukan,
pengikisan, pengankutan dan sedimantasi, sedangkan energi dari dalam adalah
berupa pembentukan pegunungan baik orogenesa maupun epirogenesa, gunungapi
dan gempa bumi. Bentuk muka bumi tersebut akan banyak dijumpai berupa
lereng-lereng terjal dan landai, kebanyakan daerah berlereng terjal pada umumnya
adalah tidak stabil kecuali pada batuan yang keras(intrusi batuan beku). Faktor-
faktor yang menyebabkan tidak stabil dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu
faktor menyebabkan naiknya tegangan seperti naiknya berat tanah karena hujan,
adanya beban bangunan, semakin curam akibat erosi dan gempa. Faktor yang
menyebabkan kehilangan kekuatan adalah antara lain absorbsi air, kenaikan
tekanan pori, beban goncangan, pengaruh pembekuan dan pencairan, hilangnya
sementasi material, proses pelapukan.
Kecepatan gerakan longsoran sangat bervariasi dari beberapa milimeter
perjam sampai longsoran sangat cepat hanya beberapa detik. Untuk longsoran
sangat cepat dapat terjadi apabila kehilangan kekuatan secara mendadak seperti
peristiwa gempa yang secara cepat mengubah pasir halus menjadi
lumpur(likuifaksi) atau pada lempung sesitip..
Metode yang umum dilakukan adalah dari analisis stabilitas lereng
didasarkan atas dari batas keseimbanganFaktor aman stabilitas lereng
diistimasikan dengan menguji kondisi keseimbangan pada saat terhitung
keruntuhan mulai terjadi . Metode ke dua tentan analisis lereng yang didasarkan
atas teori elastisitas atau plastisitas untuk menentukan tegangan geser pada tempat
kritis untuk dibandingka dengan kuat geser.
Beberapa lereng tidak mudah untuk dianalisis , misalnya pada lereng yang
mempunyai kondisi geologi komplek dengan bervariasi batuan dan mempunyai
lempung retak-retak sehingga mengevaluasi kekuatan tidak mudah.
101
n = Bobot isi batuan Wn = Berat conto asli
Ws = Berat conto jenuh Ww = Berat conto Jenuh
(a) Kekuatan Masa Batuan
Untuk analisa kestabilan lereng perlu diketahui sifat fisik dan sifat mekanik
batuan. Sifat fisiknya diperlukan data : bobot isi batuan (), sedangkan sifat
mekaniknya adalah kuat geser batuan yang dinyatakan dalam parameter kohesi (c)
dan sudut geser dalam (). Secara prinsip pada suatu lereng sebenarnya terjadi 2
macam gaya yaitu gaya penahan (R) dan gaya penggerak (W sin ). Gaya
penahan yaitu gaya yang menahan massa dari penggerak agar tidak terjadi
longsoran, sedangkan gaya penggerak adalah gaya yang menyebabkan massa
bergerak sehingga terjadi kelongsoran. Lereng akan longsor jika gaya gaya
penggeraknya lebih besar dari gaya penahan atau W sin > R ( gambar 4 -15 )
R
Wsin
Wcos
W
Gambar 4 -15. Gaya yang bekerja pada suatu blok di atas bidang miring
1. Bobot isi batuan(), akan menetukan besarnya beban yang diterima pada
permukaan bidang longsor dinyatakan dalam berat per volume dengan rumus :
n =
Ws Ww
Wn
2. Kohesi (c), adalah gaya tarik menarik antar partikel dalam batuan dinyatakan
dalam satuan berat per satuan luas. Nilai kohesi (c) diperoleh dari pengujian
kuat geser langsung.
3. Sudut geser dalam (), merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara
tegasan normal dengan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan.
Semakin besar sudut geser dalam suatu material maka material tersebut akan
102
lebih tahan menerima tegangan luar yang dikenakan terhadapnya. Sudut geser
dalam diperoleh dari hasil pengujian geser langsung, dengan rumus :
= c + tan
Rumus perhitungan dalam pengujian adalah:
. n =
A
Pn
. r =
A
Sr
Sr =
)
2
Sr" (Sr'+
Dari perhitungan dapat diperoleh harga Tegangan normal (n ) dan Tegangan
geser (r) yang kemudian di plotkan dalam grafik. Dari grafik tersebut akan
diperoleh kekuatan geser massa batuan, kohesi(c) dan sudut geser dalam.(
).(Gambar 4-16)
r n
r
c
n
Gambar 4 -16. Gaya-gaya yang bekerja pada bidang miring
Faktor keamanan lereng terhadap longsoran tergantung pada ratio antara
kekuatan geser tanah (o ) dan tegangan geser yang bekerja (tm).
Jadi F.K = o/tm ............. apabila > 1 stabil & < 1 longsor
Dalam keadaan kering pada sebongkah batuan berada pada bidang yang
melereng, faktor-faktor yang menunjang kestabilan bongkah adalah :
. = kuat geser dalam ; c = kohesi
= tegangan normal ; = sudut geser normal
. n = Tegangan normal
Pn = Beban normal
A = Luas penampang bidang geser
. r = Tegangan geser residu
Sr = Gaya geser residu
Sr = Gaya geser mundur
103
Gambar 4 17 : Unsur-unsur
longsoran
kohesi (c)
sudut gesek (b)
luas alas bongkah(A)
berat bongkah (W )
Apabila kekar yang berada di belakang bongkah berisi air, maka kestabilan
boongkah akan berkurang. Sebuah gaya keatas (u) akan bekerja pada alas
bongkah dan sebuah gaya ke muka (V) akan bekerja pada bagian belakang
bongkah.
Dalam menghitungkestabilan sebuah lerreng adalah :
Fs(faktor keamanan) =
gerak an meningkatk yang gaya
gerak menghambat yang gaya
Jika sudut lereng sebesar | , maka :
Fs(kering) =
|
|
sin
tan cos
W
W cA +
Fs(basah) =
V W
u W cA
+
+
|
|
sin
tan ) cos (
Didalam tanah, runtuhan yang sering terjadi melalui sebuah permukaan silindris
(rotational slip). Analisisnya dengan menghitung momen apung dan momen
tahanan pada lingkaran longsoran, dengan rumus Fs =
XW
rT
r
X
W
T
r = Jari-jari lingkaran longsoran,
T = gaya geser ,
X = jarak titik berat massa ke garis
vertikal dan titik pusat longsoran.
W = berat massa .
Dalam pratek kestabilan lereng dihitung dengan membagi dalam
sederetan kolom vertikal. Tahanan geser dari setiap kolom akan
104
bervariasi sesuai dengan tekanan normal terhadap bidang geser dan
kemiringan bidang geser yang bersangkutan. Setiap kolom
dianggap sebuah bongkah pada bidang longsoran dan jumlahnya
kita hitung.
Fs =
|
|
sin
) tan cos (
W r
W cL r
+
, Ecl = cru ;
Fs ==
|
| u
sin
) tan cos
W
W cr
+
,
u
r
A W Sin
W Wos o
l
o
Untuk analisis sebuah lereng dengan mengunakan metode tersebut diatas,
terlebih dulu harus menentukan faktor keamanan dari beberapa kemungkinan
runtuhnya bidang silinder, hingga kita temukan busur lingkaran dengan faktor
keamanan yang paling kecil.
4.9.Penentuan Bidang Gelincir
Untuk menetukan bentuk bidang gelincir pada penampang
sepanjang as longsoran, diperlukan minimal tiga titik yang
menunjukkan letak atau kedalaman bidang gelincir. Disamping itu
perlu di evaluasi hal-hal sebagai berikut :
- data penampang geologi teknik, antara lain letak lapisan tanah yang terlemah
- data pengujian laboratorium, hubungan antara kadar air dan batas-batas atterberg
- data SPT
- gejala-gejala lainnya yang ada di lapangan, mata air, patahan, vegetasi dsb
Gambar 4 18 : Kolom bongkah lereng tidak stabil
105
- bentuk longsoran bisa bentuk rotasi atau translasi.
Beberapa sebab suatu daerah menjadi rawan akan longsor antara lain :
1. Hilangnya penopang pada kaki bukit lereng( oleh erosi)
2. Pembebanan terhadap bagian atas lereng
3. Berkurannya gaya geser material atau bidang geser(Oleh pelapukan)
4. Berubahnya kedudukan air tanah
Kemungkinan lain untuk aktifnya kembali sebuah gerakan tanah
adanya pembebanan terhadap bagian atas sebuah lereng atau
adanya resapan air kedalam lereng (pengisian reservoar air tanah ).
Analisis kemantapan lereng secara garis besar dapat dibagi 3
kelompok: pengamatan visual, komputasi dan grafik.
Tabel 4 5 : Cara analisis kemantapan lereng
No
Analisis
Cara
Bidang
longsoran
*)
Tanah
**)
Batu
**)
Keterbatasan
I Berdasarkan
pengamatan
visual
Menbandin
gkan
kestabilan
lereng yang
ada
L,P,B 0 0 1.Kurang teliti;
2. Tergantung pengalaman
seseorang;
3.Disarankan untuk
dipakai bila tidak ada
resiko
II Mengguna
kan
Komputasi
Fellennius
Bishop
Jambu
L
L,P,B
L,P,B
0
0
0
-
0
0
Fellenius kurang teliti,
hanya dapat menghitung
faktor keamanan tetapi
tidak dapat menghitung
defirmasi
III Mengguna
kan Grafik
Cousins
Jambu
Duncan
Hock&
Bray
L
L
P
P,B
0
0
0
-
-
0
0
0
1. Material homogen
2. Umumnya struktur
sederhana
Keterangan : *) L = Lingkaran **) 0 = digunakan
P = Planar - = tidak digunakan
B = Baji
4.10. Penentuan Kondisi Geohidrologi
Kondisi geohidrologi berdasarkan kondisi air tanah, longsoran
dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
106
Dipengaruhi oleh air permukaan yang merembes menjadi air tanah
Dipengaruhi oleh kombinasi antara air tanah bebas , air tanah sementara dan air
tanah artesis
Dipengaruhi oleh air tanah artesis
Wolume air terdiri dari air permukaan dan air tanah. Air permukaan sangat
tergantung dari volume air permukaan dan daerah pengaliran. Volume air
permukaan dipengaruhi oleh faktor faktor antara lain: intensitas air hujan,
keadaan topografi, vegetasi, permeabilitas tanah permukaan, mata air. Daerah
pengaliran dapat dipengaruhi dengan menentukan pola aliran air permukaan dari
peta topografi atau foto udara.
Kondisi air tanah yang dimaksud disini adalah ketinggian level air tanah
yang berada di bawah permukaan lereng . pengaruh air tanah terhadap kestabilan
lereng yaitu adanya tekanan keatas dari air pada bidang bidang lemah yang
secara efektif mengurangi kekuatan geser dari batuan. Hal ini tentu akan
menurunkan kekuatan massa batuan. Seperti terlihat dalam rumus berikut:
. = c + ( ) tan
= kuat geser batuan (ton/m2)
c = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= tekanan air pori
= sudut geser dalam
Makin besar harga tekanan air pori, maka makin kecil harga kekuatan geser
dari batuan, sehingga nilai stabilitas lereng juga semakin kecil. Selain itu adanya
air tanah tersebut juga dapat meningkatkan bobot isi batuan dengan memberikan
sejumlah tambahan berat beban terhadap massa batuan, yang tentunya juga akan
mempengaruhi kestabilan lereng. Apabila air tersebut masuk rekahan batuan juga
akan mempercepat proses pelapukan batuan yang berarti akan memperlemah
107
kekuatan batuan maupun kekuatan gesernya sehingga secara langsung akan
mempengaruhi kestabilan lereng.
3.11. Struktur Geologi
Keadaan struktur geologi yang harus diperhatikan pada analisis kestabilan
lereng adalah bidang-bidang lemah seperti bidang kekar, sesar dan bidang
perlapisan. Dari data struktur geologi tersebut dapat ditentukan orientasi arah
umum bidang-bidang lemah, yang kalau dihubungkan dengan arah kemiringan
lereng akan dapat diperkirakan model potensial kelongsoran yang akan terjadi.
Jika arah umum kemiringan bidang lemah searah dengan kemiringan lereng dan
lebih landai dari kemiringan lereng, maka struktur geologi tersebut mempunyai
pengaruh langsung yang lebih besar terhadap stabilitas lereng. Sebaliknya jika
arah dan kemiringan lereng berlawanan maka struktur geologi tersebut
mempunyai pengaruh langsung yang lebih kecil terhadap stabilitas lereng.
(Gambar 4 -18.). Bidang-bidang lemah struktur geologi tersebut juga berfungsi
sebagai tempat merembesnya air yang akan mempercepat terjadinya proses
pelapukan batuan dan memperlemah kekuatannya.
3.12. Geometri Lereng
Geometri lereng adalah parameter antara tinggi (h) dan kemiringan lereng
(f) baik itu secara individu atau secara keseluruhan dari lereng berjenjang.
Kemiringan lereng berjenjang diperoleh dari garis yang menghubungkan batas
bawah dengan puncak lereng.( Overall slope).
Faktor faktor luar
Faktor luar yang juga berpengaruh terhadap kestabilan lereng adalah beban
dinamik akibat alat-alat berat, kegiatan peledakan, gempabumi yang dapat
memicu akan terjadinya tanah longsor.
Faktor keamanan lereng
108
(a) Kemiringan Struktur geologi (b) Kemiringan Struktur geologi
searah lereng berlawanan lereng
(c) Struktur geologi tidak (d) Tanah, pasir atau material
beraturan dengan spasi yang rapat
lepas lainnya
Gambar 4 -19. Pengaruh struktur geologi terhadap
kestabilan lereng
Longsoran suatu lereng umumnya terjadi melalui bidang tertentu yang
disebut dengan bidang gelincir. Kestabilan lereng tergantung pada gaya penahan
dan gaya penggerak yang bekerja pada bidang gelincir tersebut. Secara sistematis
factor keamanan suatu lereng dengan rumus tersebut :
Fk =
n kelongsora penyebab Gaya
longsor penahan Gaya
Dengan ketentuan :
Fk > 1,0 lereng dalam kondisi stabil
109
Fk < 1,0 lereng tidak stabil
Fk = 1,0 lereng dalam kondisi kritis
Namun pada kenyataannya penggunaan parameter kekuatan batuan dalam
analisa kestabilan lereng tidak menjamin 100 % kekuatan massa batuan tersebut,
sehinga nilai factor keamanan 1,0 dari hasil perhitungan Belem bisa menjamin
lereng berada pada kondisi yang stabil. Hal ini disebabkan karena ada beberapa
faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan faktor keamanan, seperti kekurang
telitian dalam pengujian conto di laboratorium, conto batuan belum mewakili
keadaan yang sebenarnya di lapangan serta cara mengatasi beban-beban luar yang
ada. Untuk itu diperlukan suatu nilai faktor keamanan minimum dengan suatu
nilai tertentu yang disarankan sebagai batas faktor keamanan terendah yang masih
aman sehingga lereng dapat dinyatakan stabil atau tidak.
Faktor keamanan yang direkomendasikan oleh Departemen Pekerjaan
Umum 1994, adalah Fk >1,3 untuk lereng tunggal, Fk > 1,5 untuk lereng
keseluruhan.
Tabel 4-6 Nilai faktor keamanan lereng pada berbagai kondisi
No Ketentuan Minimum
1 Faktor keamanan lereng umum 1,2 1,3
2 Analisis balik longsoran besar 1,1
3 Kondisi geologi yang komplek,
lapisan tanah/batuan yang lunak,
adanya air tanah
1,3
4 Kondisi lereng sederhana 1,2
5 Pekerjaan sipil 1,5
Tabel 4-7: Faktor keamanan minimum kemantapan lereng
110
(DPU, 1994)
Resiko*)
Kondisi
Bahan
Parameter kuat geser **)
Maksimum Sisa
Teliti Kurang
Teliti
Teliti Kurang
Teliti
Tinggi
Dengan
gempa
1,5 1,75 1,35 1,5
Tanpa
gempa
1,8 2 1,6 1,8
Menengah
Dengan
gempa
1,3 1,6 1,2 1,4
Tanpa
gempa
1,5 1,8 1,35 1,5
Rendah
Dengan
gempa
1,1 1,25 1 1,1
Tanpa
gempa
1,25 1,4 1,1 1,2
*)Resiko tinggi apabila konsekuensi terhadap manusia cukup besar, bangunan
sangat mahal dan atau sangat penting; Resiko menengah apabila
konsekuensi terhadap manusia sedikit, bangunan tidak begitu mahal dan
atau tidak begitu penting; Resiko rendah apabila tidak ada konsekuensi
terhadap manusia dan bangunan .
**) Kuat geser maksimum adalah harga puncak dan dipakai bila massa tanah
atau batuan yang potencial longsor tidak mempunyai bidang discontinuitas
dan belum pernah mengalami gerakan; Kuat geser sisa digunakan bila massa
tanah / batuan yang potencial longsor mempunyai bidang discontinuitas dan
atau pernah bergerak (walaupun tidak mempunyai bidan discontinuitas)
Analisis kestabilan lereng perlu dilakukan sehubungan dengan
pemanfaatan suatu daerah dengan adanya bervariasi sudut lereng.
111
Tabel 4 - 8: Penggunaan /aktivitas dan sudut lereng yang optimum
PENGGUNAAN/ % SUDUT LERENG
AKTIVITAS 0-3 3-5 5-10 10-15 15-30 30-70 >70
Rrekreasi umum
+ + + + + + +
Bangunan terhitung + + + + + + +
Jalan urban/Kota + + +
Sistem septik + +
Perkotaan + + + +
Perumahan konvensional + + + +
Pusat perdagangan + +
Jalan raya + +
Lapangan terbang +
Jalan kereta api +
Jalan lain + + + + + 45%
4.13. Mencegah Runtuhnya Sebuah Lereng
Untuk meningkatkan stabilitas lereng ada beberapa cara antara lain
:
A. Memperkecil Gaya Penggerak/Momen Penggerak.
Gaya penggerak dapat diperkecil hanya dengan merubah bentuk lereng yaitu
membuat lereng lebih landai, memperkecil ketinggian lereng,, meniadakan
beban yang memberati bagian puncak, drainase pipa, pemotongan dinding.,
menurunkan permukaan air tanah melalui drainasi atau pemompaan.
B. Memperbesar Gaya Penahan /Momen Penahan
Untuk memperbesar daya penahan dapat dilakukan dengan menerapkan
beberapa metode perkuatan tanah diantaranya, menempatkan berat tambahan
pada kaki lereng, tembok penahan / dinding penahan tanah.
Penghilangan beban
dr tumit lereng
112
kekar
Lubang injeksi semen
1. Dinding Penahan Tanah
Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan
dapat digolongkan beberapa jenis antara lain :
a). Dinding gravitasi: biasanya dibuat dari beton murni(tanpa tulangan) atau dari
pasangan batu kali. Stabilitas konstruksinya diperoleh hanya mengandalkan
berat sendiri konstruksi.
b). Dinding penahan Kantilever, dibuat dari beton bertulang yang tersusun dari
suatu dinding vertical dan tapak lantai,. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari
berat sendiri dinding panahan dan berat tanah diatas tumit tapak. Terdapat 3
Sumur
pompa
Pengeringan
Saluran
Gambar 4 20 Cara menstabilkan lereng
Pelandaian
lereng
Stabilitasi lereng
113
bagian struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding
vertical , tumit tapak dan ujung kaki tapak.
c). Dinding Kontrafort, yaitu apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertical
cukup besar, maka bagian dinding vertical dan tumit perlu disatukan.
Kontraford berfungsi sebagai pengikat tarik dinding vertical dan ditempatkan
pada bagian timbunan dengan interval jarak tertentu.
d). Dinding Butters, yaitu dinding seperti kontraford, hanya bedanya bagian
kontrafort diletakan di depan dinding vertical . Struktur konstrafort berfungsi
memikul tegangan tekan, pada dinding ini bagian tumit lebih pendek dari pada
bagian kaki. Stabilitas konstruksi nya di peroleh dari berat dinding penahan dan
berat tanah diatas tumit tapak.
e). Abutment Jembatan, adalah struktur ini adalah berfungsi seperti dinding2
penahan tanah yang memberikan tahanan horizontal dari tanah timbunan
dibelakangnya. Pada bagian perencanaannya, struktur dianggap sebagai balok
yang dijepit pada dasar dan di tumpu bebas pada bagian atasnya.
f). Box Culvert, yaitu berfungsi sebagai portal kaku tertutup yang dapat menahan
tekanan tanah dan beban vertical
Untuk memilih jenis dinding penahan tanah, perlu diperhatikan sifat tanah,
kondisi lokasi, metoda pelaksanaan dan ketinggian.
C. Jika longsoran dari jenis batu dapat di stabilkan dengan angker(baut angker
atau kabel baja) Sebuah angker tidak boleh membuat sudut > 90 dengan
bidang gelincir, sehingga foktor keamanan (Fs) dengan angker yang terpasang
menjadi : Fs=
) cos( sin
)) sin( cos ( tan
| |
| |
+
+ +
K W
K W
K = sudut angker
Penambatan
- penambatan batu
Kekar
Angke
r
Tumpuan
beton
Baut beton
114
2. Geotektil
Geotektil adalah bahan perkuatan tanah yang terbuat dari serat sintetis
berbentuk lembaran-lembaran yang disusun secara berlapis=lapis untuk menahan
tekanan tanah pada lereng. Geotektil berfungsi sebagai jangkar pengikat dinding
muka lereng dan menahan tekanan aktif. Dalam beberapa hal geotektil
mempunyai beberapa kelebihan di banding dengan dinding penahan tanah.
3. Tiang pancang
Tiang-tiang tersebut dapat berupa turap baja, angkur, niling, pancang beton,
kayu dan sebagainya.
4. Grouting
Grouting adalah salah satu metoda untuk meningkatkan stabilitas dan daya
dukung tanah lereng.
.
Jejala kawat
Pengikat beton
Tembok penahan batu
Beton semprot
Gambar 4 21 : Cara penambatan batu
115
4.14. Pengenalan Gejala Gerakan Tanah
Gejala adanya gerakan tanah yang perlu diwaspadai adalah :
(a). Lereng-lereng rawan longsor( Gambar 4 21)
- Lapisan tanah atau batuan yang miring ke arah luar
- Tumpukan tanah gembur dan lolos air (lempung pasiran , pasir lempungan
dan pasir)
- Munculnya rembesan air pada lereng
(b). Hujan pemicu longsoran
- hujan deras
- Hujan tidak deras tetapi turun terus-menerus hingga malam
- Waspadai retakan pada lereng saat atau setelah hujan
- Retakan merupakan gejala awal lereng akan longsor (Gambar 4 22)
Gambar 4 22 Kelabilan lereng
116
Gambar 4 23 Foto retakan tanah
Gambar 4 24 Foto jalan longsor
(c). Jangan lakukan
Mendirikan bangunan di atas lereng rawan longsor, Melakukan penggalian di
sekitar kaki lereng, mencetak kolam / sawah beririgasi di atas dan pada lereng
rawan longsor, aktivitas getaran di sekitar lereng rawan longsor, menebang pohon
pada dan sekitar lereng yang rawan longsor,tinggal di bawah lereng rawan longsor
saat hujan turun.(Gambar 4 25)
117
G
a
m
b
a
r
3
4
:
s
k
e
t
s
a
g
e
r
a
k
a
n
t
a
n
a
h
G
a
m
b
a
r
4
2
5
,
J
a
n
g
a
n
l
a
k
u
k
a
n
118
(d) . Lakukan tindakan segera
Tutup retakan dengan lempung atau material kedap air, Hindari air meresap
ke dalam lereng dan atur draiase lereng : buat paritan air hujan supaya menjauhi
lereng, dan tancapkan bambu yang telah dilubangi kedua ujungnya kedalam
lereng, Segera lapor ke aparat desa atau kelurahan setempat, Apabila retakan terus
berkembang meskipun telah ditutup, segeralah mengungsi saat hujan
turun.(Gambar 4 -26)
G
a
m
b
a
r
4
2
6
:
W
a
s
p
a
d
a
l
a
h
d
a
n
t
i
n
d
a
k
a
n
s
e
g
e
r
a
119
(e). Kriteria Tingkat Kerawanan
Tingkat kerawanan dapat dibagi 5 yaitu: Sangat rawan, Rawan, Menengah,
Rendah dan Aman. Kriterianya berdasarkan kemiringan sudut lereng batuan
terkena struktur dan ketebalan tanah. Secara rinci dapat dilihat pada table 4 9,
dibawah ini dan
Tabel 4 - 9: Zona Kerawanan Terhadap Bencana Longsor
TING
KAT
KERAWA
N
AN
KRITERIA
SARAN PEMANFAATAN LAHAN
1.
S
a
n
g
a
t
r
a
w
a
n
Tingkat kerawanan
sangat tinggi,
Perkampungan terancam
longsoran, kemiringan
lereng > 30 50.
Batuan terpotong-potong
oleh struktur kekar dan
patahan. Ketebalan tanah
> 4 m. Sudah terjadi
retakan tanah dan
longsoran di beberapa
titik
Tidak disarankan untuk pemukiman, akan
tetapi dengan persyaratan khusus dapat
untuk pemukiman. Syaratnya telah
dilakukan penelitian mengenal daya
dukung dan kestabilan lereng tanah, jenis
konstruksi, pola drainase, pola terasering
dan pola tanam. Disarankan untuk
ditanami tanaman budidaya atau untuk
dihutankan (pilih jenis tanaman yang
berakar tunggang dan ringan, dengan jarak
tanam antar pohon lebih dari 10 m, disela-
selanya ditanami rumput atau tanaman
budidaya yang pendek dan berakar
tunggang), hindari penggalian serta
pencetakan ladang dan sawah pada lereng.
120
2.
R
a
w
a
n
Tingkat kerawanan
tinggi. Hutan campuran,
kebun dan ladang
terancam longsor.
Keriringan lereng lebih
dari 45 dan batuan
banyak terpotong-potong
oleh stuktur patahan dan
kekar. Sudah terjadi
retakan tanah dan
longsoran di beberapa
titik
Tidak layak untuk pemukiman. Pada
lereng perlu ditanami dengan tanaman
penguat(tanaman kayu ringan yang berakar
tunggang dengan jarak tanaman antar
pohon lebih dari 10 m, disela-selanya
ditanami rumput atau tanaman budidaya
yang pendek). Hindari penggalian serta
pencetakan ladang dan sawah.
3.
M
e
n
e
n
g
a
h
Tingkat kerawanan
menengah,
perkampungan terancam
longsor, terdapat di
daerah dengan
kemiringan lereng 20
50 dengan ketebalan
tanah > 4 m dan belum
banyak ditemukan titik
longsor.
Dapat digunakan sebagai pemukiman
dengan syarat telah dilakukan penelitian
mengenal daya dukung tanah dan
kestabilan lereng, jenis konstruksi dan pola
drainase, pola terasering dan pola tanam
pada lereng. Layak untuk lahan pertanian
dan perkebunan, dapat untuk pemukiman
dengan konstruksi ringan (kayu/bambu);
perlu dibuat drainase untuk mengeringkan
air saat hujan (berupa parit di bagian atas
lereng, serta berupa bambu-bambu yang
dilubangi dan ditancapkan pada bagian
bawah lereng, untuk menguras air hujan
yang meresap ke dalam lereng dan
menyalurkan air tersebut ke jalan
air/lembah terdekat) ; disarankan dibuat
teras-teras pada lereng dengan
perbandingan tinggi dan lebar teras 1 : 2.
121
4.
R
e
n
d
a
h
Tingkat kerawanan
rendah dengan potensi
longsoran kecil.
Kemiringan lereng lebih
dari 45 , tetapi kondisi
batuan stabil dan tidak
terpotong oleh struktur
patahan atau kekar,
lapisan tanah penutup
kurang dari 1 m.
Layak untuk hutan, cukup layak untuk
kebun dan ladang, cukup layak huni,
dengan syarat dibuat drainase untuk
mengeringkan lereng saat hujan(parit pada
permukaan dan bambu yang dilubangi
pada lereng) dan dibuat teras-teras pada
lereng.
5.
A
m
a
n
Ancaman longsor sangat
kecil.
Layak huni dan untuk lahan pertanian;
perlu dibuat drainase untuk menyalurkan
air limpasan dari atas ke arah sungai; perlu
penghijauan.
4-15. Analisis Karakteristik Medan
Analisis karakteristik medan yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
tanah longsor dilakukan dengan pengharkatan dan pembobotan pada setiap
variabel medan yang meliputi tektur dan ketebalan solum tanah, tingkat pelapukan
batuan, struktur perlapisan batuan, Struktur geologi sesar, kemiringan lereng,
drainase, stabilitas lereng, penggunaan lahan dan kerapatan vegetasi(Tabel 4 -10).
Penentuan interval klas kerawanan tanah longsor ditentukan berdasarkan
perhitungan jumlah nilai maksimal dikurangi jumlah nilai minimal skor dibagi
jumlah klas. Ada tiga klas yang digunakan yaitu klas rendah, sedang dan tinggi
(Tabel 4-11).
122
Tabel 4 -10 Pembobotan parameter pengaruh tanah longsor
N
No
Faktor Pengaruh
Parameter Pengaruh
Bobot
Skor
mak
Skor
Min
1 Bentuk lahan Proses 50 10
2 Lereng Kemiringan lereng 50 10
3 Geologi Tingkat pelapukan batuan 5 1
Struktur perlapisan batuan 5 1
Struktur geologi sesar* 50 10
4 Tanah Ketebalan solum tanah 5 1
Tektur tanah 5 1
Drainase 5 1
Stabilitas 5 1
5 Lahan Penggunaan lahan 5 1
Kerapatan vegetasi 5 1
Jumlah 190 38
*Sukartono 2004 modifikasi PSBA UGM, 2001
Tabel 4-11 Klas kerawanan tanah longsor
No Interval Total
Skor
Kriteria Kerawanan Klas
1 28 65 Rendah 1
2 66 102 Sedang 2
3 103 - 140 Tinggi 3
Sumber : Analisis PSBA UGM 2001
Analisis resiko didasarkan pada kombinasi antara tingkat kerawanan tanah
longsor dan jumlah kerugian yang ditimbulkan. Tingkat kerugian dihitung
berdasarkan nilai ekonomi serta perkiraan jiwa teramcam. Tingkat resiko dalam
penelitian ini di titik beratkan pada jumlah jiwa terancam dan dihitung berdasar
123
rata-rata kepadatan penduduk pada area pemukiman di suatu desa dikalikan
indeks kerawanan (Tabel 4-12).
Tabel 4 -12: Indeks kerawanan tanah longsor
No Tingkat
Kerawanan
Indeks
Kerawanan
Penjelasan
1 Rendah 0 Daerah aman ancaman korban jiwa
tidak ada
2 Sedang 0.5 Daerah kurang aman, potensi terhadap
ancaman korban jiwa
3 Tinggi 1 Daerah tidak aman, ancaman korban
jiwa tinggi
Sumber : Analisis PSBA UGM 2001
Klasifikasi risiko tanah longsor dilakukan sebagaimana terlihat dalam Tabel
(4-13). Dari kondisi geologi dapat diketahui sebaran macam satuan geologi teknik
(batuan dan tanah), analisis saringan maupun tebal tanah yang ditunjukkan pada
penampang geologi teknik maupun sifat karakteristik dan keteknikan (Gambar 4
21).
Tabel 4 - 13: Kriteria tingkat resiko akibat tanah longsor
No
Jumlah jiwa yang
terancam
TTingkat
Resiko
1 Tanpa Rendah
2 1 10 Sedang
3 > 10 Tinggi
Sumber : Analisis PSBA UGM 2001
Pembobotan klas kerawanan dari faktor-faktor pengaruh terjadinya gerakan
tanah, dimasukkan dalam Tabel pembobotan, maka akan dibuat dibuat Peta
124
kerentanan gerakan tanah dengan 6 zona kondisi geologi disusun dari atas stabil
dan kebawah makin tidak setabil(Gambar 4 27) maupun secara sederhana dibuat
3 zona kerentanan gerakan tanah dengan warna hijau tingkat kerawanan rendah
berarti aman, kuning tingkat kerawanan sedang untuk hati-hati dan merah tingkat
kerawanan tinggi berarti perlu diwaspadai atau termasuk bahaya bila ada hujan
lebat/tidak reda selama 3 hari.(Gambar 4 28) dan diskripsi lengkap pada tabel
keterangan (Tabel 4 14).
G
a
m
b
a
r
4
2
7
:
P
e
t
a
Z
o
n
a
k
e
r
e
n
t
a
n
a
n
g
e
r
a
k
a
n
t
a
n
a
h
(
B
a
r
b
a
r
a
,
1
9
9
6
)
125
G
a
m
b
a
r
4
2
8
,
P
e
t
a
k
e
r
e
n
t
a
n
a
n
g
e
r
a
k
a
n
t
a
n
a
h
126
Tabel 4 14 : Keterangan peta zona kerentanan gerakan tanah
N
O
S
I
M
B
O
L
Z
O
N
A
K
E
R
E
N
T
A
N
A
N
DISKRIPSI
1
R
E
N
D
A
H
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadinya
gerakan tanah, sehingga jarang terjadi adanya gerakan tanah.
Bahkan bila kondisi kelerengan diganggu tidak akan membentuk
gerakan tanah, karena tanah di daerah ini umumnya telah teguh.
Gerakan tanah yang terjadi dijumpai di lereng-lereng sungai karena
adanya gerusan aliran air sungai. Tebal tanah berkisar 0,2 4 m.
Terdapat pada daerah datar sampai terjal, lereng umunya berkisar
antara 5 % s/d 15 %, di lembah sungai bagian atas kadang lereng
sampai Plosan > 50 %, wilayahnya meliputi Durendoyong Desa
Blimbing
Batuan terdiri dari endapan pasir, tuf, tuf pasiran kadang dari
Formasi Halang.. Lahan umumnya digunakan sebagai sawah,
tegalan dan pemukiman
127
2
M
E
N
E
N
G
A
H
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk
terjadinya gerakan tanah, sehingga kadang-kadang terjadi adanya
gerakan tanah, bila kondisi kelerengan diganggu, Karena tanah di
daerah ini umumnya sebagian masih merupakan tanah lepas-lepas
yang menumpang di batuan dasarnya. Gerakan tanah dijumpai di
lereng-lereng yang terjal dan mengarah ke lembah sungai. Penyebab
gerakan tanah di zona ini umumnya disebakan oleh kondisi tanah
yang belum teguh, kelerengan tinggi, dan arus air yang deras pada
musim penghujan. Tebal tanah berkisar antara 0,5 5 m.
Terdapat pada daerah bergelombang sampai terjal, lereng umumnya
berkisar antara 30-50 % s/d >70 %, di lembah sungai, wilayahnya
meliputi Juru tengah, Pucung, Kebonsaak, Doglek, Pangepon,
Sebrang Kulon, Bruno Kulon, Sabrang Wetan, G. Sipatok.
Batuan terdiri dari breksi andesit dengan disipan tuf pasiran, dari
Formasi Penaron. Lahan umumnya digunakan sebagai tegalan hutan
sejenis, dan pemukiman
3
T
I
N
G
G
I
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadinya
gerakan tanah, sehingga sering terjadi adanya gerakan tanah.
Gerakan tanah lama maupun baru akan sering terjadi. Faktor
penyebab gerakan tanah di daerah ini karena kondisi batuan
terpotong-potong sesar, kekar, tanah lapuk yang menumpang di
batuan segar, kelerengan terjal dan sebagian terjadi karena adanya
pengundulan hutan. Tebal tanah berkisar 0,3 2 m.
Terdapat pada daerah bergelombang sampai terjal, lereng umumnya
berkisar antara 50-70 % s/d >70 %, di lembah sungai, wilayahnya
meliputi Sembir, Brondong, Bruno wetan, kkota kecamatan Bruno,
G. Wayang lor, Kalibade, G. tanggul asih, Desa Brunosari, ngabean,
pakisarum, keniten.
Batuan terdiri dari breksi andesit dengan disipan tuf pasiran, dari
Formasi Penaron. Lahan umumnya digunakan sebagai tegalan hutan
sejenis, dan pemukiman
128
BAB V
KONSTRUKSI BANGUNAN TEKNIK
Batuan merupakan syarat yang penting untuk memperkuat bangunan teknik,
karena dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung bangunan tanah, penutup dari
dinding bangunan, dasar landasan lapangan udara dan jalan, agregat beton dll.
Beberapa hal yang mempengaruhi batuan sebagai dasar pondasi bangunan
memjadi kurang baik yaitu akibat pengrusakan secara kimia atau fisik seperti:
pelarutan, pelapukan, erosi, denudasi.
5.1. Tanah
Syarat kondisi tanah untuk bangunan teknik misalnya sebagai inti bendungan
atau dasar pondasi as dam yaitu setelah mengalami prooses pemadatan sehingga
bersifat keras, kompak dan padat, kekuatan tekan tinggi, tidak mudah mengalami
pengembangan dan tidak lolos air. Kondisi tanah yang memenuhi syarat dan sifat-
sifat tersebut dapat dicapai apabila mempunyai gradasi baik dengan lempung
pasir krikil, pemadatan dengan baik dan bukan dari jenis lempung
montmorilonit.
5.2. Batuan
Kondisi batuan sebagai syarat utama untuk pilar, pondasi, bahan bangunan,
harus mempunyai daya dukung dan kekuatan besar terhadap pengaruh luar
seperti tekanan luar, cuaca, kikisan air atau gelombang, pengrusakan oleh kimia
dan fisik ialah :
jaringan tektur granular
berbutir mineral sedang sampai halus
terdiri dari mineral keras
sementasi kuat
batuan segar
129
struktur masif(tidak berlapis, tidak retak dan tidak berpori)
tidak mengandung kaca
tidak mengadung banyak zat organik
Batuan keras atau sangat keras dan tidak mengalami pengembangan
Derajat pelarutan dan permeabilitas terhadap air kecil.
Pada daerah rencana bangunan teknik tidak selalu dijumpai
dalam kondisi alam yang cukup baik, maka perlu dilakukan
perbaikan-perbaikan pondasi. Beberapa metode yang efektif untuk
perbaikan pondasi pada batuan yang berpori besar, yaitu :
dikupas diganti dengan tanah yang dipadatkan
Dilakukan grouting (Injeksi air semen)
Memasang selimut (Blanket)
Membuat bangunan tambahan.
5.3. Pembebanan Terhadap Bawah Tanah
(a). Beban Statis
Proyek-proyek sipil dapat dibagi dalam proyek konstruksi ringan (gedung
bertingkat sampi 3, toko kecil dan bangunan kantor) dan berat (bangunan komplek
industri, bendungan, pelabuhan). Massa tanah yang akan dibebani pondasi
hendaknya memiliki sifat-sifat yang sedemikian rupa sehingga proyek
bersangkutan dapat dibangun dengan aman dan ekonomis dan struktur yang
dihasilkan dapat berfungsi sebagai mana yang diharapkan.
Sebuah bangunan akan menimbulkan sebuah beban tertentu terhadap bawah
tanah dan volume tanah tertentu akan mengalami tegangan tergantung dari beban
pikul dan luas pondasinya. Pada tekanan sama, berlaku keadaan dimana semakin
besar bidang pondasi, semakin dalam pula zona tanah yang menerima tegangan
dan semakin berkurang sejalan dengan besarnya jarak sampai pada pondasi.(Gb.5
- 1). Akibat dari terjadingnya tegangan di dalam bawah tanah, maka akan timbul
suatu deformasi(perubahan bentuk) dan akan mengakibatkan penurunan
(settlement) tertentu terhadap bangunan yang bersangkutan. Besarnya penurunan
maksimal yang dialami sebesar beban pikul.
130
ton/ft
2
4
3
2
1
Gambar .5 - 1 : Distribusi tegangan di bawah pondasi
Pengertian beban pikul maksimal adalah tekanan yang dilakukan oleh pondasi
banguanan tersebut terhadap massa tanah, yang mengakibatkan penurunan dalam
batas-batas yang masih dapat diterima.
Apabila susunan bawah tanahnya seragam, akan terjadi penurunan yang
seragam atau normal, sedangkan pada susunan tanah yang berada dibawah
banguan ternyata bervariasi, terdapat kemungkinan terjadinya suatu penurunan
differensial , dimana penurunan akan terjadi bervariasi di sepanjang banguan
tersebut.
Apabila sebuah beban ternyata terlampau besar bagi tanah, maka tanah bisa
kehilangan ketahanannya. Daya dukung maksimal (daya pikul) adalah tekanan
maksimal yang dapat ditahan oleh massa tanah tanpa kehilangan ketahananya.
Daya dukung awan(safe bearing capacity) adalah gaya pikul maksimal dibagi
suatu faktor aman. Karena itu untuk suatu material geologis tercapainya kekuatan
dan perilaku deformsi dapat diketahui, sehingga dapat diperkirakan gaya pikul
yang aman berupa angka-angka (Tabel 5 1).
Tergantung keadaan gelogis , suatu pondasi diletakkan :
Bangunan dapat langsung didirikan diatas batuan, tapi perlu diperhatikan jenis
batuan yang peka terhadap proses pelapukan(lempung, skis, serpih) dan
131
umumnya sejumlah konstruksi yang dibangun di atas batuan ambruk karena
akibat dari berbagai gerak pada patahan, kekar, oleh karena itu kita harus
orientasi gaya geser dan kemungkinan terjadinya tekanan air di sepanjang
suatu diskontinuitas.
Beban bangunan dialihkan pada batuan yang terletak di kedalaman
tertentu(maks 75 m), biasanya dipasang pondasi tiang pancang.
Tabel 5 - 1: Gaya pikul yang aman dari tanah dan batuan(Verhoef, 1989)
J
e
n
i
s
Diskripsi batuan /tanah Daya dukung
(kPa)
B
a
t
u
a
n
Batuan beku kuat
Batuan kapur kuat dan batupasir
Skis dan batu sabak
Batuan lanau kuat /batulempung dan batupasir lunak
Batuan lanau lunak atau batulempung
Kapur kuat dan kapur lunak
10.000
4.000
3.000
2.000
600-1.000
600
T
a
n
a
h
Kerikil rapat atau pasir/kerikil
Kerikil cukup rapat atau pasir/kerikil
Kerikil lepas atau pasir/kerikil
Pasir rapat
Pasir cukup rapat
Pasir lepas
Lempung sangat kaku atau keras
Lempung kaku
Lempung kokoh
Lempung lunak gambut dan sebagainya
>600
200-600
<200
>300
100-300
>100
300-600
150-300
75-130
<75
Pondasi harus dipasang di atas tanah, karena batuan terletak terlelu dalam.
Kondisi bawah tanah diketahui dengan penelitian lapanggan cara mekanika
tanah dengan bantuan alat sondir, pemboran dan lainnya. Umumnya pondasi
yang dipakai pada lapisan-lapisan yang tidak terkonsolidasi oleh konstruksi
132
sebuah balok atau pondasi pelat dan pondasi diatas tiang-tiang dimana struktur
dipikul oleh lapisan kokoh pada kaki tiang atau rekatan antara tiang dan tanah
sekelilingnya.
(b). Beban Dinamis
Yang dimaksud beban dinamis adalah sejumlah getaran yang
ditimbulkan oleh mesin-mesin, arus lalulintas, gempa bumi dll.
Jenis gempa bumi adalah yang paling sering menimbulkan
kerusakan, terutama disebabkan oleh gerakan patahan di dalam
kulit bumi(Subduksi lempeng). Gerakan ini berlangsung tidak
secara beraturan, melainkan menghentak-hentak(stick slip).
Hubungan antara proses teknis proses alam terhadap
kemungkinan keberhasilan dengan pembebanan peniadaan
penopang dan perubahan permukaan zat cair dapat digambarkan
seperti tabel 5 2 beban statis dan dinamis
5.4. Pondasi
Pondasi adalah sebagian bangunan bawah tanah dan daerah tanah/batuan
yang berdekatan yang akan dipengaruhi kedua elemen bagian bangunan bawah
tanah maupun beban-bebannya. Seorang ahli pondasi harus memikirkan bagian-
bagian konstruksi yang mempengaruhi pemindahan beban dari bagian bangunan
atas tanah ke tanah sehingga stabilitas tanah yang dihasilkan dan deformasi yang
diperkirakan masih dapat di ijinkan .
Beberapa pertimbangan praktis tentang pengetahuan teknik pondasi:
- Intergrasi visuil dari bukti geologis disuatu tempat dengan suatu data pengujian
lapangan yang memadai dan program pengujian laboratorium
- Menetapkan eksplorasi lapangan yang memadai dan program pengujian
laboratorium
- Merencanakan elemen-elemen bagian bangunan supaya dapat dibangun se
ekonomis mungkin
133
- Pengetahuan akan metode konstruksi praktis dan toleransi konstruksi yang
kemungkinan besar akan didapatkan.
(a). Perencanaan Pondasi
Pada umumnya pondasi bangunan dapat dibagi dalam 3
golongan utama, yaitu Pondasi langsung dan pondasi plat, Pondasi
tiang dan Pondasi sumuran.
1. Pondasi langsung dan pondasi plat
Pondasi langsung ini perlu mencari daya dukung baik
pada lempung maupun pasir. Cara menentukan daya dukung
lempung serta cara penghitungan penurunan pondasi pada
pondasi diatas lempung.
Tabel 5 2 beban statis dan dinamis
134
Dengan mengam,bil contoh lempung tidak terganggu untuk
percobaan Undrained compression untuk mendapatkan
kekuatan gesernya. Nilai kekuatan geser adalah untuk
menentukan daya dukung sampai sedalam 2 kali lebar
pondasi, sedangkan faktor keamanan sebaiknya diambil
paling sedikit 3. Pondasi diatas pasir pengambilan contoh asli
adalah untuk pengukuran kohesi (c) dan sudut geser dalam (
| ) untuk dimasukkan dalam rumus Terzaghi, tetapi
pengambilan contoh pasir asli sangat sulit, maka dengan
SPT/sondir akan mendapatkan nilai daya dukung pasir. Data
tersebut dimasukkan pada tabel tekanan tanah pada pondasi
diatas pasir akan ketemu nilai tekanan tanah yang
diperbolehkan.
Pomdasi plat diperlukan apabila luas pondasi melebihi luas bangunan, hal ini
dilakukan untuk daerah yang mempunyai kondisi tidak seragam, sehingga akan
lebih dapat bertahan terhadap kemungkinan terjadi penurunan. Pondasi plat diatas
pasir umumnya akan mengalami penurunan kurang lebih sama untuk dimana-
mana baik di pinggir maupun di tengah, sedangkan untuk lempung penurunan
ditengah akan lebih besar bila di banding dengan di pinggir.
2. Pondasi Tiang
Pondasi tiang ini dilakukan apabila lapisan lapisan di bagian
atas dari tanah lembek, sehingga tidak cukup kuat untuk memikul
bangunan dengan memakai pondasi langsung maupun plat. Tiang
yang telah dipersiapkan terlebih dahulu di masukkan sampai
lapisan keras dengan mesin pemancang, sehingga beban bangunan
tertumpu pada ujung tiang ini pada lapisan keras.
3. Pondasi Sumuran
135
Pondasi sumuran ini dilakukan apabila lapisan keras tidak
dalam, sehingga pelaksanaannya lebih mudah dari pada tiang
pancang. Dengan cara membuat sumur sampai kedalaman tertentu
untuk mendapatkan lapisan keras, kemudian lubang ini diisi
kembali dengan beton bertulang. Biasanya diameter sumur paling
sedikit 80 cm.
Istilah :
- Batu lunak, adalah batu yang mudah digali dengan alat tangan, juga pecahan
batu yang dapat dipatahkan dengan tangan, batuan ini biasa disebut cadas,
padas dan batu yang mengandung banyak retakan.
- Batu sedang, dimaksutkan untuk batu yang sifatnya antara lunak dan keras .
penggalian batu ini dengan alat tangan sudah sukar, tetapi mudah dihancurkan
dengan palu.
- Batu keras adalah batu yang hanya dapat digali dengan bahan peledak, dan
tidak ada retakan
(b). Macam-Macam Tipe Pondasi
Beberapa tipe bangunan diharapkan dapat mendapatkan pondasi yang stabil
dan kuat, sehingga diperlukan konsultan ahli geologi, untuk mendapatkan
rekomendasi tumpuan batuan dasar pondasi yang kuat dengan pengupasan tanah
penutup atau diperlukan tiang pancang sampai kedalaman tertentu untuk mencapai
batuan keras. (Gambar 5-2), sehingga tidak terjadi kerusakan dasar pondasi seperti
retakkan, hancuran, ambles dll.(Gambar 5-3), beberapa saran perbaikan batuan
dasar pondasi dengan grouting(Rongga, kekar)(Gambar.5-4), kalau perlu
dilakukan perbaikan dasar pondasi dengan Grouting, lubang cor beton, pasang
angkur dll.
136
Gambar 5 3 : Beberapa model tumpuan pondasi salah (a-c)
Pembangunan pada pondasi batu yang hancur, rekah. (d) Terjadi
dasar pondasi Turn. (e) Terjadi pergeseran dasar pondasi.
Gambar 5 2 Tipe pondasi batu. (a) Kaki bertumpu diatas
batu. (b) Akhir tumpuan diatas batu. (c) Tiang pancang masuk
dalam batu
137
Gambar 5 4 Beberapa pondasi khusus. (a) Injeksi
semen. (b) Pilar lubang kebawah,untuk mencegah
longsor. (c) Angkur dalam.
138
BAB VI
BENDUNGAN DAN GROUTING
6.1. BENDUNGAN
Bendungan adalah suatu bangunan melintang sungai yang
dipakai untuk memenuhi salah satu atau lebih tujuan seperti :
irigasi, PLTA, pengendalian banjir, air minum & industri, obyek
pariwisata, olah raga, perikanan dll.
Bangunan bendungan adalah suatu massa material dalam
jumlah besar diatas sebuah tempat yang luasnya terbatas, sehingga
akan terjadi tekanan beban yang sangat besar terhadap bawah
tanah. Sebuah bendungan selalu dibangun di sebuah lembah dan
dampak destrutif dari air dalam sediment terhadap
pondasi/bendungan, akan mengakibatkan erosi, kebocoran, bahkan
dapat terjadi runtuhnya bangunan tersebut.
Bendungan dapat di klasifikasikan sebagai sebuah struktur
yang menyangga sebuah sedimen yang kedap air yang berfunsi
untuk mempertahankan tinggi muka air. Bendungan dapat dibagi
menjadi beberapa tipe antara lain berdasarkan :
1. Ukuran
a. Bendungan besar(tingginya > 10 m, panjang > 500 m, kapasitas > 1 juta m
3
dan debit banjir maks > 2000 m
3
/det.
b. Bendungan kecil (tidak termasuk kriteria a)
2. Tujuan Pembangunan
a. Tunggal, misalnya hanya untuk PLTA
b. Serbaguna (beberapa tujuan : PLTA, irigasi, pariwisata , air minum dll.)
3. Penggunaannya
a. Waduk (menyimpan air)
b. Pembelok air(agar permukaan air lebih tinggi sehingga dapat mengalir
kedalam saluran irigasi/air)
c. Memperlambat jalannya air (mencegah terjadinya banjir)
139
4. Jalannya air
a. Bangunan pelimpah
b. Menahan air(pengendalian banjir, air minum & industri, lingkungan).
5. Konstruksi
a. Bendungan Urugan(homogen, ber-lapis
2
, batu degan lap.kedap air didepan)
b. Bendungan Beton(gravity dams, Buttress dams, arch dams, mix type dams)
c. Bendungan kayu, besi, pasangan batu.
6. Fungsinya
a. Bendungan Pengelak pendahuluan & Pengelak(Coffer Dams)
b. Bendungan Utama (Main Dams)
c. Bendungan Sisi ( High Level Dams)
d. Bendungan Sadel (Saddle Dams)
e. Tanggul (Dyke, Levee)
f. Bendungan Limbah Industri(Tailing Dams)
Sebuah bendungan menuntut sejumlah persyaratan khusus
terhadap pondasi dan bagian bahu (abutments). Bendungan Urugan
dibangun pada tempat-tempat yang bawah tanahnya dapat
mengalami penurunan yang sangat besar atau deferensial.
Bendungan urugan bersifat fleksibel dan bisa mengalami deformasi
tanpa patah.
Bendungan beton adalah struktur-struktur besar yang
membalikan gaya momen dan gaya geser. Pondasi yang terbuat
dari batuan harus berada maksimal 10 meter dibawah permukaan
tanah. Sumbu sebuah bendunan dapat berbentuk lurus atau sedikit
melengkung ke arah hulu. Sebuah bendungan dari jenis penopang
terdiri dari suatu lapisan penutup dari beton bertulang yang
melereng ke arah hulu. Pondasinya diperlukan batuan berkualitas
baik (batuan beku daya pikul minimal 2-3 Mpa).
Faktor-faktor geologis yang berpengaruh terhadap rencana
bendungan urugan adalah :
140
- kekuatan dan permeabilitas dari kontak antara bendungan dan pondasi
- kekuatan , kompresibilitas dan permeabilitas dari massa tanah pondasi
- berbagai sifat fisis dari material diding bahu
- kesediaan, kegunaan dan biaya transportasi material untuk konstruksi.
Faktor-faktor geologis yang menentukan pilihan suatu bendungan
tipe beton adalah:
- Pondasi dan dinding bahu harus berkualitas baik.
- Massa pondasi harus mampu menahan tegangan geser dan tidak menunjukkan
penurunan deferensial.
- Material batuan didalam massa tanah harus tahan terhadap pelapukan, erosi &
pelarutan.
- Batuan ditempat pembangunan harus kedap air, baik untuk bangunan
berbagai fasilitas.(terwongan, pelimpah dll).
Berbagai gaya yang bekerja terhadap sebuah bendungan adalah
:
1. Gaya statis
a. Vertikal : massa bendungan, air& sedimen dan gaya keatas bawah air
b. Horizontal : tekanan lateral air + 140ediment, tekanan pori-pori.
2. Gaya dinamis : Aksi gelombang oleh air di dalam reservoir, banjir, goncangan
oleh gempa. Jarang sebuah bendungan jebol karena kesalahan konstruksi,
biasanya masalahnya terletak dalam situasi gelogis.
- Bendungan beton dapat menggelincir di sambungan antara bendungan dengan
pondasi atau antara beton dengan batuan kurang baik. Pencegahannya:
permukaan batuan dibuat kasar, pengankeran pada bagian-bagian yang kurang
stabil pada bawah tanah yang stabil.
- Air sering mengakibatkan gaya angkat, pemusatan tekanan di dalam beberapa
diskontinuitas yang orientasinya tidak menguntungkan. Pencegahannya :
Grouting semen, mengeringkan lubang-lubang.
141
6.2. GROUTI NG
Batuan merupakan syarat penting untuk memperkuat pondasi suatu
bangunan teknik, karena dapat berfungsi sebagai lapisan pelindung bendungan
tanah, penutup dari dinding bangunan, dasar lapangan udara dan jalan, agregat
beton dll. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan batuan tersebut menjadi
kurang baik sebagai pondasi karena adanya proses alam secara fisik maupun
kimia. Kalau persyaratan lainnya memenuhi untuk didirikan suatu bangunan
teknik, tetapi kondisi batuan kurang baik, maka dapat dilakukan perbaikan
pondasi bendung (Gambar 6-1) dengan metode injeksi air sement (Gambar 6-2)
Menurut jenisnya cairan grouting yang dipakai terdiri dari :
1. Cement grouting
2. Mortar grouting
3. Chemical grouting
4. Aspal grouting
Istilah dalam pelaksanaan grouting
1. Grout adalah campuran semen dengan air yang diinjeksikan kedalam batuan
agar terjadi penggabungan antara agregat butiran tanah dan batuan hingga
struktur dan tektur batuan menjadi stabil, keras, padat, kekuatan tekan tinggi
dan mengurangi permeabilitas batuan dalam pondasi.
2. Section adalah bagian dari contoh perbaikan grouting sampai seluruh
kedalaman perbaikan batuan.
3. Zone adalah suatu bagian dari kedalaman dalam pelaksanaan grouting pressure
untuk perbaikan pondasi. Kadang-kadang dalam satu lubang bor digunakan
satu zona atau lebih.
4. Stage adalah batas kedalaman tertentu dari lubang bor untuk menginjeksi
cairan semen dan air ke dalam tubuh batuan.
Berdasarkan macam tujuan dan kegunaannya cairan grouting
terdiri dari atas :
142
1. Curtain grouting (Grouting tirai) adalah bertujuan membentuk dinding atau
tirai yang kedap air di dalam tubuh batuan dan berfungsi sebagai pondasi
umumnya sebuah bendungan agar dapat menahan tekanan dan rembesan air,
memperkuat dasar pondasi bendungan.
2. Backfill grouting bertujuan mengisi rongga-rongga diantara formasi batuan
dengan beton, seperti yang terdapat dalam pembuatan terowongan dan lainnya.
3. Blanket grouting bertujuan untuk membuat lapisan batuan menjadi kedap air
sehingga lapisan batuan yang terdapat di bawahnya dapat terhindar atau
terlindung dari rembesan dan bcoran air.
4. Contact grouting adalah bertujuan mengisi rongga antara beton dengan
batuan(terowongan).
5. Consolidation grouting bertujuan menambah kapasitas daya tahan batuan
terhadap beban di atasnya.
6. Pype system grouting bertujuan menyubat sistem rangkaian pipa yang
digunakan untuk pendingin conrete atau sistem pipa yang di pasang pada
concrete yang digunakan untuk contack grouting.
7. Rimb grouting bertujuan untuk membuat dinding kedap air yang berada di
kanan dan kiri tubuh bendungan.
8. Clas grouting bertujuan untuk menutup batuan dasar pondasi yang berupa
batulempung agar terhindar dari pengaruh cuaca.
Beberapa cara perbaikan dasar pondasi bendungan yang relatif
murah dan baik, apabila batuan dasar terdiri dari batupasir berpori
besar adalah dengan beberapa cara untuk mengatasi antara lain :
Campuran Grouting
Banyak material yang dapat digunakan campuran grout, untuk
mendapatkan cairan grouting yang sesuai dengan sifat-sifat yang
dikehendaki. Maksud penambahan material seperti : bentonit,
rockflour, alluminium powder, Calsium klorida kedalam semen
grouting sebetulnya adalah menambah biaya grouting, akan tetapi
hasil yang dicapai jauh lebih baik, karena dalam beberapa hal
143
seperti adanya struktur di dalam tubuh batuan yang tidak dapat di
injeksi dengan hanya memakai semen grouting. Disamping itu
biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang dicapai masih
menguntungkan.
Fungsi masing-masing material adalah :
1. Mempercepat terjadinya pembekuan (Calsium Klorida, Lumnite)
2. Melumasi (lumbrikan) biasanya ditambah rockflour.
3. Penghambat (retarders) atau memperlambat(setting time) dengan campuran
: rockflour, sdium tannate, gipsum.
4. Menambah kekentalan atau mengurangi penyusutan.adalah ditambah
aluminium powder.
Gambar 6 1: Perbaikan Bendung
Di kupas
As Dam
Curtain grouting
Blanket grout
berm
1. Dikupas diganti tanah yang
dipadatkan
2. Dilakukan Grouting sepanjang
As Dam
3. Memasang selimut pada bagian hulu
(Up stream blanket)
4. Bangunan tambahan dibagian hilir
(Down stream berm)
144
Gambar 6 2, Pelaksanaan Grouting
145
BAB VII
MATERIAL GEOLOGI DAN PELEDAKAN
Material geologi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis jaitu:
material tanah dan material batu:
7.1. Material Tanah
Faktor-faktor eksplorasi tanah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Keperluan menggunakan tanah yang tersisa sebagai tempat konstruksi (Perkotaan)
2. Keperluan memakai tanah yang telah di reklamasi (gali urug)
3. Syarat-syarat peraturan bangunan setempat
4. Kemungkinan adanya tuntutan hukum(Kehancuran bangunan akibat penurunan pondasi).
Penyelidikan lapangan meliputi,
- Pemetaan rinci berdasarkan kenampakan fisik tanah, warna dan komposisi tanah.
- Tespit / parit uji di beberapa tempat, untuk mengetahui struktur tanah dan ketebalan yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Di beberapa lapisan tanah yang berbeda diambil
contoh asli (undisturbed )di ambil dengan tabung, alat pengambil contoh piston/kertas logam
untuk mengetahui sifat-sifat teknis tanah, analisis kekuatan, stabilitas dan studi aliran air.
sedangkan contoh tanah (disturbed) dapat diperoleh antara lain dari operasi sekop/garpu,
pemotongan dengan auger dan uji penetrasi untuk di lakukan uji laboratorium mekanika tanah.
- Pemboran tangan, juga perlu untuk mengetahui kedalaman tanah dan juga dapat dilakukan
pengambilan contoh tanah tidak terganggu.
7.2. Material Batu
Material batu untuk kepentingan banguan diperlukan data sifat-sifat batuan, antara lain:
porositas, kerapatan, kekuatan dan ketahanan.
Beberapa uji material batu antara lain:
1. Uji kuat tekan berporos tunggal(Gambar 7- 1).
Kegunaannya untuk mengetahui nilai kekuatan batu.
Pelaksanaannya:
- siapkan contoh inti pemboran batuan ( P : = 2 : 1), datar di ke 2 ujungnya
- letakan contoh dalam bangku tekan
- ditekan perlahan lahan sampai contoh hancur
146
- catat nilai pengukuran beban(arloji pembebanan)
Tabel 7-1 Kuat tekan(u.c.s), Klasifikasi Deere
Kelas u.c.s.(Mpa) Skala kekuatan
A
B
C
D
E
200
100 200
50 100
25 50
< 25
Luar biasa kuat
Sangat kuat
Kuat
Cukup kuat
Lemah
2. Uji Tumbukan Palu
Sifat material batu dapat diketahui dengan uji lapangan dengan cara sederhana yaitu dengan
metode uji tumbukan palu, menghubungkan suara, pantulan, dan kemungkinan tapak tumbukan
palu dengan kekuatan material. Dengan latihan dan dibandingkan dengan kekuatan kuat tekan,
maka dapat diperoleh sebuah gambaran yang lengkap tentang suatu material.(Tabel 7 3)
147
Tabel 7-2. nilai-nilai u.c.s. untuk batuan alam dan beton
Gambar 7- 1: Kuat tekan berporos tunggal
148
Tabel 7-3: Uji tumbukan palu (Matthewson)
Pengamatan
Skala kekuatan
Tumbukan keras, jelas , pantulannya kuat, tidak meninggalkan
bekas
Luar biasa kuat
Tumbukan keras, bergedebuk, terjadi pantulan, sedikit berbekas
atau sedikit menimbulkan kerapatan
Sangat kuat
Tumbukan bergedebuk, tiada pantulan, berbekas, dan
menimbulkan patahan
Kuat
Tumbukan bergedebuk, meninggalkan tapak palu, terjadi
keretakan
Cukup kuat
Palu terbenam, terjadi keretakan lemah
3. Uji Beban Titik
Sebuah metode tidak langsung yang paling banyak digunakan untuk mengetahui kuat tekan
material , adalah metode uji beban titik. Percobaan ini dengan menggunakan contoh batuanyang
tidak beraturan . benda uji ditempatkan diantara konus yang terbuat dari baja keras dan beban
ditambah hingga terjadi benda uji menjadi hancur.
Kekuatan beban titik adalah : Is = P/D2
Keterangan:
P = beban dalam keadaan kehilangan ketahanan
D = Jarak antara kedua buah konus.
Diameter Benda uji akan mempengaruhi hasil percobaan, oleh karena itu diperlukan
grafik kalibrasi, yang menghubungkan D pada suatu diameter standar, D = 50 mm,
sehingga Is
(50)
dapat ditentukan : u.c.s = 24 I
s(50)
Tabel 7 4: Nilai-nilai khas uji beban titik(Bell)
MATERIAL
Is(50)
MPa
U.C.S
MPa
Granit Eskdale
Andesit Somerset
Basalt (Derbyshire)
12,0
14,8
16,9
198,3
204,3
321,0
149
Sabak (North Wales)
Skis (Abandeenshire)
Gneis
Batu pasir aneka warna (Edwinstone)
Kapur Karbon (Buxton)
7,9
7,2
12,7
0,7
3,5
98,4
82,7
162,0
11,6
106,2
Gambar 7-2. Uji beban titik
4. RQD (Rock Quality Designation) & Recovery ratio
Hasil pemboran inti dapat di interpretasikan kualitasnya,
berdasarkan kondisi/keadaan inti batuan, yang dipengaruhi terutama
oleh proses pemboran. Recovery ratio adalah prosentasi hasil
perolehan inti, yang mungkin terjadi hancur/lepas karena sifat/kondisi
batuan itu sendiri, sedangkan RQD adalah jumlah panjang inti batuan
10 cm lebih dibagi kedalaman lubang bor . (Gambar 7-3)
Inti
(cm)
Inti >
10 cm
Recovery ratio : 1 . 78 100 X
1600
1249
= %
RQD = 67.7 100 X
1600
1083
= %
Kualitas batuan (DEERE, 1968)
Kualitas RQD, %
Sangat buruk
Buruk
0 25
25 50
150
15
132
10
139
18
23
120
116
22
222
14
242
18
112
46
132
139
120
116
222
242
112
Jml 1249 1083
Gambar 7 3 : Log bor dan RQD
151
7.3. PELEDAKAN (BLASTING)
Peledakan adalah salah satu cara untuk pemecahan oleh desakan partikel yang halus pada
suatu massa yang diam. Peledakan digunakan dalam berbagai bidang: Pertambangan ( besi dan
baja serta logam-logam yang lain: alluminium, timah, tembaga, emas, platina), terutama dalam
metoda penambangan bawah tanah ; bidang T.Sipil: pembuatan jalan raya, material bahan
bangunan, terowongan, dll.
Bahan peledak adalah sarana untuk menyelesaikan suatu tahap pekerjaan baik dalam industri
tambang, T. Sipil maupun kegiatan sejenis lainnya. Prinsip penggunaan bahan peledak adalah
efektif, murah dan aman, oleh karena itu harus dikuasai tentang bahan peledak mualai dari klas-
klas, karakteristik, peralatan, perlengkapan peledakan, keadaan batuan, kondisi lapangan dan
penentuan jenis bahan peledak dan metode yang cocok sehingga hasilnya sesuai dengan
perencanaan/spesifikasi pekerjaannya misalnya:
a. sarana produksi
b. fragmentasi yang dikehendaki
c. kondisi lapangan.
Arti bahan peledak adalah suatu rakitan yang terdiri dari bahan-bahan
berbentuk padat atau cair atau keduanya yang apabila terkena suatu aksi (panas,
benturan, gesekan) dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi, membentuk gas dan
menimbulkan efek panas serta tekanan yang sangat tinggi.
1. Klasifikasi Bahan Peledak
Klasifikasi bahan peledak (Manon 1976) menjadi 3 golongan:
Bahan peledak Mekanis, Bahan peledak Kimiawi, Bahan peledak Nuklir
Secara skerma jenis bahan peledak adalah sebagai berikut:
Mekanis Kimia Nuklir
Peledak kuat Peledak lemah
Peledak Peledak Permissible Non Permissible Primer
Skunder Expl. Expl.
Gambar 7 4 : Sketsa bahan peledak (Nanon, 1976)
Tujuan peledakan dibedakan berdasarkan kegunaannya:
Quari : untuk menghancurkan dan memisahkan sejumlah batuan dari batuan induknya serta untuk
memperoleh fragmentasi tertentu.
- Tambang: Persiapan pembukaan( tunnel, adit, drift dsb) & pengambilan bijih dalam lubang.
- T. Sipil: pembuatan irigasi, bendungan, merobohkan bangunan.
152
a. Bahan Peledak
Bahan peledak adalah suatu rakitan yang terdiri dari : bahan-bahan berbentuk padat/cair yang
apabila terkena aksi (panas, benturan dll.) dapat beraksi dengan kecepatan tinggi, membentuk gas
& panas serta tekanan tinggi.
Tujuannya,:
Tambang: - membongkar batuan
- Pembuatan lubang bawah tanah
Geologi Teknik : - Membongkar material bahan bangunan, pembuatan jalan, terowongan.
b. Bahan Peledak Industri
Bahan peledak Industri /komersial adalah bahan peledak kimia.
1. Black powder, terbuat campuran arang, belerang dan potassium nitrat.
Sifat: - aman terhadap goncangan
- peka terhadap panas
- mudah rusak
2. Dinamit
Berdasarkan komposisinya:
- Straight dynamite (NG 20 57 %, Sodium Nitrat 59 23 %)
- Gelatine dynamite ,(campuran NG & NC + NaNO3/KNO3)
- Ammonia Gelatine dynamite ( BG + Nh4NO3)
3.Permissibles explosives
Biasa digunakan di tambang batubara, berkomposisi : Ammonium
dynamite yang diberi zat additif (Na CL)
4.Blasting agent
Bahan peledak yang belum dicampur & setelah dicampur dengan perbandingan tertentu akan
termasuk bahan peledak kuat. Contoh; ANFO (Ammonium Nitrat Fual Oil)
c. Cara Peledakan
Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan
peralatan yang dipakai sesuai dengan metode peledakan yang ditrapkan. Metode peledakan
dapat dibagi menjadi 4 :
Tabel 7 5 : Metode peledakan
METODE
PERLENGKAPAN
PERALATAN
153
PELEDAK
AN
Sumbu api
Plain detonator,
sumbu api, Igniter
cord, Igniter cord
connector
Cap crimper, penyulut korek
api, tamper
Sumbu
ledak
Sumbu ledak,
Detonating relay,
Detonator
Tergantung detonator yang
dipakai
Listrik
Detonator listrik,
Connecting wire
Exploder, Tester( Rheostat,
Blasting VOM meter) ; Circuit
tester(galvanomtr,
Voltohmmtr)
Tamper, Leading wire.
Non listrik
Detonator non
listrik, Connector,
Sumbu ledak.
Exploder, Gas supply unit,
circuit tester.
1. Sumbu Api
Sumbu api berfungsi merambatkan api sampai bahan peledak dan macamnya adalah :
a. Berkecepatan 120 detik/yd ( 0,5 yd/menit).
b. Berkecepatan 90 detik/yd
2. Pengapian Sumbu api
a. Batang kawat yang dilapisi bahan yang mudah terbakar secara perlahan dan cukup kuat
untuk menyalakan ujung sumbu api.
b. Tabung tipis yang berisi alat penyela sumbu dinyalakan dengan cara menarik kawat keluar
tabung.
c. Tube tipis dari timah hitam yang berisi black powder, digulung pada sebuah reel.
d. Korek api (tidak praktis)
e. Igniter cord(IC)adalah sumbu plastik untuk menyalakan sejumlah interval waktu
penyalaan tertentu, sehingga akan terjadi ledakan secara beruntun, Macam IC :
1). Fast type, kec. 4 dt/ft (warna hitam)
2). Medium speed type, kec. 8 10 dt/ft ( warna hijau).
3). Slow speed type , kec. 18 dt/ft (warna merah)
3. Penyalaan Awal
a. Sumbu api dengan korek api , low exsplosive
c. Sumbu api dengan detonator
4. Peledakan Tungal
Sumbu api
154
Steaming
isian
primer
Gambar 7 5 : Struktur lubang peledakan tunggal
5. Peledakan Jamak
a. Trimming, mengatur panjang sumbu waktu mengatur interval waktu
b. Mengatur Igniter cord (IC), peledakan dengan sumbuapi secara beruntun
c. Black powder, berupa butiran & dodol
6. Perlengkapan Sumbu Ledak
Fungsi sumbu ledak ialah untuk merambatkan gelombang detonasi sampai ke isian.
Delay connector adalah perlengkapan penyambung ledakan antara dua buah ujung sumbu
ledak, sehingga apabila salah satu sumbu meledak maka sumbu yang lain akan ikut meledak
dengan selisih waktu tertentu.
Macam-macam delay connector:
2) MS 5 (5 milidetik) warna biru
3) MS 9 Hijau
4) MS 17 Kuning
5) MS 25 Merah
d. Dasar Penggunaan Bahan Peledak
Pengetahuan bahan peledak dan metode merupakan salah satu parameter dalam menyusun
rencana peledakan.
Aspek-aspek teknik peledakan
- Jenis batuan
- Peralatan pemboran
- Parameter pengisian bahan peledak
- Tujuan peledakan
- Target produksi
- Kondisi fisik batuan: density, kekuatan, struktur geologi, kecepatan propagasi energi,
ketegaran dan kandunagn air,
- Pengisian bahan peledak, diisikan pada setiap lubang tembak dan susunannya merupakan
salah satu pokok dalam merancang peledakan. Dalam hal tersebut ditentukan berdasarkan
keadaan batuan, jenis, kekuatan dan bahan peledak yang digunakan.
- Geometri peledakan meliputi : Burden, spasi, tinggi jenjang, kedalaman lubang tembak, sub
drilling, stemming dan sebagainya.
155
Spasing
stemming
Bench hight
Burden Burden
total charce
Subdrilling
Gambar 7 6 : Unsur-unsur geometri peledakan
DAFTAR PUSTAKA
Barbara W.M., Brian J.S., Stephen C.P., 1996, Environmental Geology, John Wiley & Sons. Inc.
New York.
Bowles, 1983, Analisa dan Desain Pondasi, Erlangga Jakarta
Bowles, 1991,Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah , Erlangga Jakarta
Bjerrum, L. and Skempton, A. M., (1960), From Theory to practice in Soil Mechanic, John Wiley
and Son, Inc., New York.
Dun.I,S., Anderson, L.R. Kiefer, F.W., 1980, Dasar-dasar Analisis Geoteknik, Terjemahan IKIP
Semarang Press, Cetakan I, 1992 ISBN, 979-8107-79-9
Goodman, R.E. 1989, Introduction to Rock Mechanics, second edition, John Wiley & Sons. New
York.
Goodman. R.E. 1993, Engineering Geologi to rock in Engineering Construction, John Wiley &
Sons Inc. New York.
Holtz, R.D., and Kovacs, W. D., 1981, An Introduction to
Geotechnical Engineering, Prentice-Hall, Inc., Englewood
Cliffs, New York.
Koesnarjo, S. 1988, Bahan Peledak dan Metode Peledakan, Fakultas Tambang UPN Veteran
Yogyakarta.
156
Mitchell, J.K., 1976, Fundamentals of Soil Behavior, John Wiley and
Sons, Inc., New York
Sherley, L.H. 1987, Geoteknik dan Mekanika Tanah , Penyelidikan Lapangan & Laboratorium ,
Nova, Bandung.
Sutjiono, C. Nayoan, T.F., Sutardjo, T., 1992, Penyelidikan dan penanggulangan Gerakan Tanah
(Longsor), DPU, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Jakata.
Soedarsono dan Djoko U. 1985, Konstruksi Jalan Raya , Penerbit
Badan Pekerjaan Umum.Jakarta.
Skempton, AW, 1953, The Collodal Activity of Clay, Proc 3 rd ingti Conf Soil Mech and Found
Engrg, Zurich, Vol 1, pp57 -61.
Therzagi, Peck, 1948. Soil Mechanic in Engineering Practice, Mc Graw Hill Ing. New York.
Wafid, M.A.N., 2004, Sosialisasi Informasi Bahaya Geologi Dalam Perencanaan Wilayah,
Direktorat Tata Lingkungan Geoogi dan Kawasan Pertambangan, Ditjen Geologi dan
SDM , Bandung
Wesley, L.D. 1975, Mekanika Tanah, Badan penerbit Pekerjaan Umum Bandung
Verhoef, P.N.W., 1989, Geologi untuk Teknik Sipil, Penerbit Erlangga, Jakarta.