You are on page 1of 7

ACARA 10

BENTUK LAHAN ASAL PROSES ANGIN


I. TUJUAN
Mengenali dan menganalisis berbagai macam mekanisme proses
pembentukan bentuklahan asal proses angin (eolian origin) serta mampu
mengidentifikasi masing-masing bentuklahan asal proses angin (eolian origin)
baik melalui peta, citra, maupun melalui pengamatan di lapangan.

II. DASAR TEORI
Bentuklahan Aeolian (Eolin) merupakan bentuklahan yang terbentuknya
dipengaruhi oleh proses angin yang berada di sekitarnya (Langgeng Wahyu
Santosa, 2008). Secara geografi bentuklahan eolin dijumpai didaerah aliran
sungai besar, daerah bekas salju/gletser mencair, atau zona pesisir yang di
depannya terbentang samudra. Angin merupakan syarat utama pada
pembentukan bentuklahan eolin. Selain itu juga melibatkan syarat lainnya,
yaitu pasokan pasir yang terus menerus dan dalam jumlah yang banyak, dan
tutupan vegetasi yang jarang.
Pada peta topografi, bentuklahan eolin terlihat dari kenampakan-
kenampakan banyaknya frekuensi pembentukan depresi, sehingga dari keadaan
awal seperti itu akan berkembang pola penyaluran multibasinal. Kenampakan
seperti gumuk pasir kemungkinan dapat diamati melalui kontur yang disajikan
secara garis putus-putus pada peta topografi. Relief eolin yang kurang ekspresif
disebabkan dinamika pasir yang aktif sehingga dalam rentang waktu singkat
sudah terjadi perubahan morfologi yang signifikan.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan, pengangkutan dan
pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Endapan karena angin
yang paling utama adalah gumuk pasir (sandunes),dan endapan debu (loose).
Kegiatan angin mempunyai dua aspek utama, yaitu bersifat erosif dan deposisi.
Bentuklahan yang berkembang terdahulu mungkin akan berkembang dengan
baik apabila di padang pasir terdapat batuan. Herlambang Sudarno (1991)
menerangkan bahwa pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat
dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Erosi
Angin sebagai agen proses geomorfologi, dalam melakukan
aktivitasnya melakukan abrasi dan deflasi. Abrasi merupakan proses
pengikisan yang disebabkan oleh adanya material halus yang dibawa
oleh angin, kemudian menabrak material lain sehingga material tersebut
terkikis, sedangkan deflasi merupakan proses pelepasan materi akibat
gerakan angin sehingga material tersebut berpindah, baik
menggelinding, merayap, melompat, atau terbang.
Hasil abrasi berupa :
Polishing = batuan berbutir halus, sebagai hasil dari sand
blast atau silt blast yang memiliki kekuatan lemah, sehingga
hasilnya memberikan kenampakan pengkilapan pada
permukaan batuan.
Grooves = angin menggosok dan menyapu permukaan batuan
membentuk alur yang tampak cekung. Alur memperlihatkan
kenampakan yang sejajar dengan sisi yang jelas
Batu jamur = kondisi awal batuan yang memiliki resistensi
berbeda, sehingga saat terkena abrasi angin menghasilkan
sisa erosi yang berbeda dan membentuk batu jamur
Shaping dan faceting
Hasil deflasi berupa :
Cekungan deflasi = cekungan karena angin pada daerah yang
lunak dan tidak terkonsolidasi.
Lag gravel = reaksi dari adanya cekungan yang disebut
blowout. Kumpulan material berukuran kerakal hingga
berangkal pada blowout akan membentuk morfologi lag
deposits
Desert varnish = beberapa lagstone yang tipis, mengkilat,
berwarna hitam atau coklat dan permukaannya tertutup oleh
oksida besi

b. Transportasi
Cara transportasi pada angin umumnya sama dengan cara
transportasi air, yaitu melayang (suspension) dan menggeser di
permukaan (traction). Secara umum partikel halus dibawa melayang dan
yang berukuran pasir dibawa menggeser di permukaan. Pengangkutan
secara menggeser di permukaan meliputi meloncat dan menggelinding

c. Deposisi
Proses pengendapan material butir-butir pasir yang diangkut oleh
angin karena berkurangnya kecepatannya, sehingga daya angkutnya pun
ikut berkurang. Hasil proses deposisi ini dibagi menjadi skala minor dan
mayor.
Hasil deposisi skala minor :
Gelembur (ripple) menampakan punggungan minor yang
asimetri. Sisi punggungan yang landai sebagai wind face dengan
lereng yang berhadapan dengan arah datangnya angin dan yang
terjal sebagai slip face
Hasil deposisi skala mayor hasil pengendapan pasir :
Sand shadow : akumulasi pasir yang terhenti karena di bagian
tersebut ada penghalang berupa tebing menggantung atau
bongkah
Sand drift : pengangkutan pasir yang terhenti karena adanya dua
penghalang berupa tebing menggantung dan bongkah
Gumuk pasir : Gumuk pasir adalah gundukan bukit atau igir dari
pasir yang terhembus angin. Gumuk pasir dapat dijumpai pada
daerah yang memiliki pasir sebagai material utama, kecepatan
angin tinggi untuk mengikis dan mengangkut butir-butir berukuran
pasir, dan permukaan tanah untuk tempat pengendapan pasir,
biasanya terbentuk di daerah arid (kering). Tipe gumuk pasir :
o Transversal : sebaran memanjang kea rah lateral tegak
lurus terhadap arah datangnya angin.
o Parabolik : lebih kecil dari gumuk pasir transversal.
Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan dengan
datangnya angin.
o Barchan : modifikasi dari tipe parabolik. Gumuk pasir ini
bentuknya menyerupai bulan sabit dan terbentuk pada
daerah yang tidak memiliki barrier.
o Gumuk Pasir Bintang (star dune) : dibentuk sebagai hasil
kerja angin dengan berbagai arah yang bertumbukan.
Hasil deposisi skala mayor hasil pengendapan lempung dan material
halus lainnya :
Gumuk lempung : endapan butiran berukuran lempung
Loess : materialnya berukuran halus bersifat lepas-lepas
tergantung material penyusun

III. ALAT DAN BAHAN
Alat : kertas transparansi, OHP Marker, pensil, penggaris, kertas HVS, pensil
warna
Bahan :
Citra Geo Eye daerah Parangtritis skala .

IV. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menentukan bentuklahan asal proses eolin yang terdapat pada citra yang akan
di delineasi.
3. Mendelineasi bentuklahan asal proses eolin yang telah ditentukan dari citra ke
kertas transparansi
4. Mendelineasi bentuklahan asal proses eolin yang telah ditentukan dari citra ke
kertas HVS dan diberi warna kuning untuk bentuklahan eolin.
5. Mengidentifikasi kenampakan bentukan eolin meliputi aspek-aspek
geomorfologi pada bentuklahan tersebut.
6. Mendeskripsikan hasil identifikasi pada tabel kenampakan bentukan asal eolin

V. HASIL PRAKTIKUM
1. Peta tentatif bentuklahan asal eolin (pada kertas transparansi)

2. Peta tentatif bentuklahan asal eolin (pada kertas HVS)
3. Tabel 10.1 : Tabel kenampakan bentuklahan eolin











































VI. PEMBAHASAN
Kawasan pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan contoh pembentukan bentuklahan eolin. Gumuk pasir (sand dunes)
yang terdapat di Parangtritis ini adalah gumuk pasir terluas di asia tenggara dan di
dunia kedua setelah New Mexico untuk wilayah tropis. Gumuk pasir ini
merupakan bentang alam yang langka, dan satu-satunya di Indonesia. Melihat
sejarah dari gumuk pasir Parangtritis konon proses terbentuknya dimulai dari
aktivitas vulkanik gunungapi merapi berupa letusan beberapa ribu atau jutaan
tahun yang lalu. Letusan tersebut mengeluarkan pasir yang dikenal sebagai pasir
kualitas kelas satu. Hasil erupsi gunungapi Merapi tersebut mengalir bersama
sungai-sungai yang berhulu di lereng Merapi, salah satunya adalah hulu sungai
Opak.
Sungai opak yang berhulu di lereng Merapi mengalir ke arah selatan
membentur lereng curam di Baturagung, selatan Prambanan kemudian membelok
kea rah barat daya. Dalam perjalanannya, aliran sungai Opak kemudian
bergabung dengan sungai Oyo di barat Siluk. Sungai Opak mengalir sepanjang
tahun membawa material dari Merapi. Setelah bergabung dengan sungai Oyo
maka material dari Merapi bercampur dengan material gamping yang berasal dari
pegunungan Sewu.
Material batu gunungapi Merapi berguling hanyut terdorong arus sungai. Batu-
batu di sungai Opak pun juga terus mengalami pengikisan hingga menjadi butiran
pasir. Butiran pasir terbawa hingga muara dan bertem dengan gelombang arus
laut dari Samudra Hindia. Adanya pengaruh temperatur, salinitas air laut, dan
arus yang kuat membuat material pasir mengalami pengikisan atau pencucian,
sehingga pasir berubah ukurannya menjadi semakin halus. kemudian butiran pasir
tersebut terbawa ombak dan terendapkan di pantai.
Ketika sudah sampai di pantai, butiran pasir halus terus mengalami pergerakan
searah dengan hembusan angin dari tenggara dan terakumulasi membentuk
gundukan-gundukan pasir yang disebut gumuk pasir. Gumuk pasir pun terus
bergeser dipindahkan dan mengikuti angin.
Gumuk pasir Parangtritis juga dipengaruhi oleh gelombang dan arus air
lautnya. Gelombang dan arus laut ini bekerja di sepanjang pantai (shore),
kemudian terjadi pengendapan di gisik (beach) tepi laut. Sebagai pantai pada
zona struktural yang mempunyai dasar curam dan berbatasan langsung dengan
laut lepas, Pantai Parangtritis mempunyai zone pecah gelombang yang dekat
pantai sehingga zone paparannya sempit. Akibatnya adalah hempasan ombak
dapat menyapu pantai dengan energi yang masih kuat.
Apabila diperhatikan secara detail pada citra, garis pantai tidak membentuk
garis lurus, tetapi membentuk suatu gelombang yang secara mikro membentuk
cembungan ke laut dan cekungan ke darat. Cekungan ke darat merupakan lokasi
hempasan gelombang dari laut yang kemudian menyebar bergerak sepanjang
pantai (longshore current) dan kembali ke laut (rip current) dengan arus yang
bergerak cukup kuat pada cembungan ke laut. Gisik dengan berbagai

karakteristiknya merupakan contoh dari adanya pengaruh proses marin terhadap
bentuklahan eolin.
Pada citra geoeye daerah parangtritis terlihat banyak bentukan gumuk pasir.
Bentukan gumuk pasir yang terlihat lebih didominasi oleh bentukan berupa
barchan, parabolik dan melintang (transversal). Adanya gisik yang terlihat pada
citra geoeye di bagian selatan yang ada di zona pesisir dapat diidentifikasi
sebagai cikal bakal gumuk pasir. Kemudian ketika pengaruh angin laut secara
berangsur-angsur kurang dominan, dibagian utara gisik terbentuk gumuk pasir
transversal dan kemudian gumuk pasir barchan dibagian tengah, serta gumuk
pasir berbentuk parabolik yang ada disela-sela antara vegetasi yang tumbuh.
Gumuk pasir dengan bentuk barchan di Parangtritis dapat terbentuk karena
lokasi yang relatif datar dan tanpa penghalang. Saat ini beberapa bentuk barchan
memang masih nampak pada citra, namun tidak sebanyak dulu lagi karena
tampak adanya pohon-pohon yang akan menjadi salah satu penghambat tumbuh
kembangnya gumuk pasir barchan. Gumuk pasir barchan tersebut dapat terbentuk
dari pasokan pasir dari laut selatan yang asalnya dari material Piroklastik
Gunungapi Merapi, Merbabu ataupun torehan dari gunung Sindoro yang terletak
di barat laut. Secara teori, gumuk pasir ini terbentuk karena adanya angin yang
berasal dari tenggara sehingga mampu menerbangkan pasir-pasir yang terletak di
daerah pantai Parangtritis. Karena di daerah pantai periode keringnya panjang
menyebabkan pasir-pasirnya mengalami pergerakan searah dengan arah
anginnya. Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan besar
kemiringan lereng daerahnya yang menghadap angin lebih landai dibandingkan
dengan kemiringan lereng daerah yang membelakangi angin, sehingga apabila
dibuat penampang melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchan
umumnya antara 515 meter.
Selain barchan, terdapat juga bentuk gumuk pasir yang terbentuk akibat
adanya vegetasi penghalang yang disebut gumuk pasir parabolik. Sekilas, gumuk
pasir parabolik ini hampir sama dengan gumuk pasir barchan akan tetapi yang
membedakan adalah arah angin. Gumuk pasir parabolik arahnya berhadapan
dengan datangnya angin. Mungkinkan dahulunya gumuk pasir ini berbentuk
sebuah bukit dan melintang, karena pasokan pasirnya berkurang dan vegetasi
yang semakin berkembang, maka gumuk pasir ini terus tergerus oleh angin
sehingga membentuk sabit dengan bagian yang menghadap ke arah angin curam.
Gumuk pasir tipe transversal atau melintang ini banyak terbentuk di daerah
yang tidak berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir
yang terlihat pada citra, melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap
arah angin. Dikarenakan proses eolin yang terus menerus maka terbentuklah
bagian yang lain dan menjadi sebuah koloni.
Daerah gumuk pasir seperti ini memiliki kemampuan meloloskan air yang
tinggi sehingga memberikan cadangan air bagi masyarakat pesisir pantai selatan.
Gumuk pasir ini juga berfungsi sebagai filter alami terhadap peluang terjadinya
intrusi air laut. Selain itu keberadaan sand dunes (gumuk pasir) dapat meredam
hantaman gelombang tsunami, satu kerentanan bencana di pesisir selatan jawa.

Sehingga dengan keberadaan gumuk pasir resiko bencana tsunami dapat
berkurang. Namun selain memiliki potensi yang positif, gumuk pasir ini pun
memiliki potensi bencana berupa pasir yang berpeluang tertiup ke jalan umum,
lahan pertanian, dan pemukiman penduduk di wilayah wisata Pantai Parangtritis
dan menutupi semuanya.

VII. KESIMPULAN
1. Kawasan gumuk pasir di pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah gumuk pasir terluas di asia tenggara dan di dunia kedua setelah
New Mexico untuk wilayah tropis.
2. Terjadinya gumuk pasir ini berasal dari aktivitas gunungapi Merapi yang
mengeluarkan material-materialnya, kemudian diangkut oleh sungai Opak yang
bermuara di perairan Samudra Hindia. Karena adanya pengaruh angin maka pasir-
pasir pun bergerak, terakumulasi dan membentuk gundukan
3. Gelombang dan arus laut di Parangtritis yang berpengaruh terhadap terbentuknya
gumuk pasir merupakan salah satu bukti adanya pengaruh proses marin
4. Pada citra geoeye daerah parangtritis terlihat banyak bentukan gumuk pasir yang
umumnya berupa barchan, parabolik dan melintang (transversal).
5. Daerah gumuk pasir seperti ini berfungsi untuk memberikan cadangan air bagi
masyarakat pesisir pantai selatan, sebagai filter alami terhadap peluang terjadinya
intrusi air laut, dan dapat meredam hantaman gelombang tsunami.
6. potensi bencana di wilayah gumuk pasir berupa pasir yang berpeluang tertiup ke
jalan umum, lahan pertanian, dan pemukiman penduduk di wilayah wisata Pantai
Parangtritis dan menutupi semuanya.

VIII. DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Langgeng Wahyu. 2008. Bahan Kuliah Geomorfologi Dasar. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada
Sudarno, Herlambang. 1991. Proses Geomorfologi. Malang : Proyek Operasi dan Perawatan
Fasilitas Perpustakaan IKIP Malang

You might also like