You are on page 1of 6

ACARA III

PENDEKATAN KUANTITATIF BERJENJANG


I. Tujuan
1. Mengetahui ruas jalan raya yang diprioritaskan untuk pengelolaan.
II. Tinjauan Pustaka
Data SIG dibedakan menjadi data grafis (atau disebut juga data geometris) dan
data atribut (data tematik). Data grafis mempunyai tiga elemen: titik (node), garis (arc),
dan luasan (polygon), dalam bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri ,
ukuran, bentuk, posisi dan arah. Pada struktur data vektor data titik merupakan sepasang
koordinat (X,Y) tanpa dimensi (tidak mempunyai panjang dan luas). Garis merupakan
pasangan-pasangan koordinat yang mempunyai titik awal dan titik akhir, disebut
berdimensi 1, mempunyai panjang tetapi tidak mempunyai luas. Area (polygon)
merupakan kumpulan pasangan-pasangan koordinat dimana titik awal sama dengan titik
akhir, disebut berdimensi 2, ukuran dimensi panjang dan luas. Permukaan (Surface)
merupakan suatu area dengan besaran (X,Y,Z) disebut berdimensi 3, mempunyai ukuran
luas, panjang dan ketinggian. Tujuh fenomena geografis yang dapat diwakili dalam
bentuk titik, garis, dana poligon/area, yaitu:
a. Data kenampakan (feature data)
b. Unit area (area unit)
c. Jaringan topologi (network topologi)
d. Catatan sample (sampling record)
e. Data permukaan bumi (surface data)
f. Label/teks pada data (lable/text data)
g. Simbol data
Pendekatan Kuantitatif Berjenjang
Dalam pendekatan kuantitatif berjenjang tiap unit dalam satu tema memiliki
nilai atau harkat yang disesuaikan dengan kontribusi terhadap penentuan hasil dari
modelnya. Disini komponen tema peta pengaruh bersifat sama atau setara kontribusinya.
Aplikasi yang digunakan adalah pemodelan spasial pengelolaan jalan raya dimana model
ini menganggap bahwa kondisi fisik jalan banyak dipengaruhi oleh 4 komponen yang
setimbang yaitu lereng, tekstur tanah, drainase, dan volume lalulintas harian. Sedangkan
tiap komponen memiliki unsur (atau klas) yang memiliki kontribusi terhadap hasil yang
berjenjang 1 hingga 5.
III. Alat dan Bahan
1. Seperangkat Komputer / Notebook
2. Software ArcGis 10.1
3. Peta Kemiringan Lereng, Peta Tekstur Tanah, Peta Drainase, Peta Volume Lalu Lintas
Harian Rerata Sebagian Lembar Provinsi Jawa Tengah
IV. Langkah Kerja
1. Menjalankan program ArcGis10.1dari Menu Start Window.
2. Menambahkan empat peta yaitu lereng.shp, tekstur tanah.shp, drainase.shp dan
jalan.shp yang tersimpan pada folder C_Jateng
3. Membuka atribut table masing-masing theme. Tambahkan Field baru dengan nama
harkat1, 2, 3,4 dan 5 untuk setiap theme.
4. Mengisi field masing-masing harkat dengan ketentuan sebagai berikut:
No.
Kemiringan
Lereng (%)
Harkat
No.
Tekstur Harkat
1. < 8,1 1
1. Sangat kasar (pasir,
pasir berlempung)
1
2. 8,1 15,0 2 2. Kasar 2
3. 15,1 30,0 3 3. Sedang 3
4. 30,1 45,0 4 4. Halus 4
5. >45,0 5 5. Sangat halus 5


No. LHR Harkat No. Pengaturan Harkat
1. < 5.001 1 1. Sangat cepat 1
2. 5.001 10.000 2 2. Cepat 2
3. 10.001 15.000 3 3. Agak Cepat 3
4. 15.000 20.000 4 4. Lambat 4
5. > 20.000 5 5. Sangat lambat 5

5. Add toolbox Permodelan Overlay dan membuat model dengan nama Kuantitatif
Berjenjang dan lakukan drag and drop intersect
6. Klik obyek intersect dan masukan semua parameter sebagai input feature dan klik OK
7. Drag and dropadd field dan member nama hartot
8. kemudian drag and drop juga calculate field kemudian dobel klik obyek tersebut,
isikan pada field calculator sebagai berikut :


9. Menambahkan field baru dengan nama prioritas,
10. Mengisi field prioritas dengan cara klik kanan pada button field>Field
Calculator. Tanda check option Advance untuk mengisi Pre-Logic VBA Script
Code.
11. Menginputkan Code di bawah ini pada box Pre-Logic VBA Script Code.















12. Menginputkan output pada box prioritas. Kemudian diklik OK.



[harkat_Vlm]+[harkat_dra]+[harkat_ler]+[harkat_tek]

If [Hartot] >16Then
Output = "Prioritas pertama"
elseIf [Hartot]>12 AND [Hartot]<17 Then
Output = "Prioritas kedua"
elseIf [Hartot]> 8 AND [Hartot]< 13 Then
Output = "Prioritas ketiga"
elseIf [Hartot]> 4 AND [Hartot]< 9 Then
Output = "Prioritas keempat"
elseIf [Hartot]> 5 Then
Output = "Prioritas kelima"
End If
V. Hasil Praktikum
1. Peta Prioritas Jalan Sebagian Provinsi Jawa Tengah
2. Model Builder Pendekatan Kuantitatif Berjenjang
VI. Pembahasan
Sistem Informasi Geografis memiliki berbagai macam sistem pemodelan yang
berguna untuk memudahkan melakukan analisis dan rekayasa suatu data spasial.
Penggunaan pemodelan bergantung pada tujuan dilakukannya suatu pemodelan spasial
dan analisis yang hendak didapat. Kasus pemodelan yang dilakukan saat ini adalah
mengetahui prioritas jalan untuk dilewati dengan pertimbangan tertentu, sehingga dipakai
model pendekatan kuantitatif berjenjang. Metode ini digunakan apabila pemodelan yang
akan dilakukan memiliki beberapa parameter dengan harkat yang berada pada nilai
tertentu dan tidak bersifat mutlak. Pemodelan prioritas jalan kali ini menggunakan 4
parameter dasar yaitu volume kendaraan per hari, kemudian kondisi drainase, tekstur
tanah serta parameter kemiringan lereng. Parameter dasar tersebut dipilih karena
keempatnya merupakan elemen yang penting dalam menentukan kondisi jalan. Berbeda
dengan pemodelan kuantitatif biner, dalam pemodelan kuantitatif berjenjang ini terdapat
nilai harkat yang berbeda mulai dari 1-5 sehingga pada akhirnya didaptkan nilai antara
atau tidak bersifat mutlak. Model ini sangat berguna jika kita akan melakukan
pengolahhan data spasial untuk membuat suatu analaisis dengan pertimbangan dan hasil
yang beragam.
Hasil yang didapat dari pemodelan dengan metode pendekatan kuantitatif
berjenjang ini adalah peta prioritas jalan berdasar 4 parameter yang telah disebutkan
dalam paragraf sebelumnya. Berdasar peta, dapat dilihat bahwa jalan yang berada antara
kabupaten Boyolali dan Klaten didominasi oleh jalan dengan kateori prioritas keempat
kemudian terdapat sebagian kecil ruas jalan dengan nilai prioritas kelima dan ketiga.
Hasil tersebut diperoleh berdasar penjumlahan harkat pada tiap nilai dalam parameter
yang digunakan. Wilayah ini tidak memiliki jalan dengan prioritas pertama dan kedua
dikarenakan hasil penjumlahan atau harkat total dari semua parameter tidak memenuhi
kriteria untuk menjadi prioritas pertama maupun kedua. Pemodelan spasial kuantitatif
berjenjang ini dilakukan dengan bantuan model builder dengan tujuan memudahkan
melakukan langkah-langkah kerja dalam melakukan pemodelan spasial.

Model builder diciptakan untuk membentuk suatu sistem kerja otomatis dalam
perangkat ArcGIS. Model builder ini digunakan pada saat melakukan pengolahan data
yang relatif sama tingkatan maupun harkatnya namun dalam jumlah yang banyak. Jika
menggunakan cara manual, pengolah data harus melakukan proses dan langkah yang
sama secara berkali-kali dan cenderung untuk tidak efisien, namun dengan adanya model
builder ini, para pengguna dan pengolah data cukup membuat suatu diagram alir kerja
yang berisi dengan berbagai tool yang hendak digunakan serta script untuk melakukan
penghitungan field. Keberadaan model builder ini sangat membantu proses pengerjaan
pengolahan serta pemodelan data spasial karena waktu yang digunakan relaif jauh lebih
singkat dibandingkan dengan melakukan satu per satu, terutama jika pemodelan serta
pengolahannya menggunakan data yang cukup banyak.
Pendekatan kuantitatif berjenjang digunakan melakukan pemodelan spasial
dengan data yang memiliki harkat yang beragam, pada umumnya pemodelan ini
digunakan untuk mengetahui tingkat ketersediaan, keterjangauan bahkan untuk
melakukan pemodelan dan analisis kesesuaian lahan dengan berbagai macam parameter.
Pengolahan pemodelan ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara manual maupun
dengan alat bantu berupa model buider. Keberadaan model builder ini juga sangat
membantu dalam hal memepermudah dan juga mempersingkat waktu pengolahan data,
terutama jika data yang digunakan banyak serta beragam.
VII. Kesimpulan
1. Pemodelan kuantitatif berjenjang digunakan untuk melakukan pemodelan dengan data
yang beragam dengan harkat yang beragam
2. Hasil yang didapat dengan metode kuantitatif berjenjang memiliki nilai yang beragam.
3. Pemodelan dengan kuantitatif berjenjang dan yang lainnya dalam pengerjaan dapat
dibantu dengan tool model bulder agar waktu yang dipergunakan lebih singkat





Daftar Pustaka
Prahasta, Edi. 2002. Konsep Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : CV.
Informatika.
Pradita, Angga. 2011. Pengelolaan Data SIG Menggunakan Tida Dimensi.
http://anggapradita-angga.blogspot.com/2011/01/pengelolahandata-sig-mnggunakan-
tiga.html
Suharyadi, R dan Retnadi HJ. 1993. Mengolah Data Spsial Dengan Sistem Informasi
Geografis PC Arc/Info. Yogjakarta : Fakul;tas Geografi UGM.
Tim penyusun. 2014. Modul Praktikum Sistem Informasi Geografis Pemodelan Spasial.
Yogjakarta : Fakultas Geografi UGM.

You might also like