You are on page 1of 12

Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode

Etik Profesi Akuntan Publik


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing 1
Dosen : Nasikin, SE., MM., CPA., Ak.

Disusun oleh :
Decha Kusumaning Tyas (125020307111032)
Galuh Ayu Maharani (125020307111046)
Elok Hendiono (125020307111050)
Dina Andri Tri R. ( 125020307111063)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
S1 Akuntansi
2014
2.1 PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Tahun 1972, IAI berhasil menerbitkan norma pemeriksaan akuntan pada
Kongres III IAI, yang mencakup tanggung jawab akuntan publik, unsur-unsur
norma pemeriksaan akuntan antara lain meliputi: pengkajian dan penilaian
pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta
pembahasan, mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas
pemeriksaan.
Pada tanggal 11 Maret 1984 Komite Norma Pemeriksaan Akuntan
yang baru menyelesaikan penyempurnaan konsep Norma Pemeriksaan
Akuntan. Pada tanggal 9 April 1986 Norma Pemeriksaan Akuntan disahkan
oleh pengurus pusat IAI sebagai Norma Pemeriksaan.
Dalam Kongres ke VII, IAI tahun 1994 disahkan Standar Besar
Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar berisi :
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikan
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah
diklasifikasikan
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review

Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan besar atas
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan menerbitkan
dalam buku yang diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik per 1
januari 2001 yang terdiri atas:
1. Pernyataan Standar Auditing ( PSA) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA)
2. Pernyataan Standar Atestasi ( PSAT) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi ( IPSAT )
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review ( PSAR)
yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa
Akuntansi dan Review ( IPSAR )
4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi ( PSJK ) yang dilengkapi
dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi ( IPSJK )
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu ( PSPM) yang
dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian
Mutu ( IPSM )

2.2 SEPULUH STANDAR AUDITING
Menurut PSA No.01 (SA Seksi 150): Standar auditing beda dengan
prosedur auditing. Prosedur berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan,
Standar berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut.
Jadi, berlainan dengan prosedur auditing, standar auditing mencakup mutu
professional auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan Laporan auditing.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh IAI
terdiri dari Sepuluh standar yang dikelompokan menjadi 3 kelompok besar, yaitu :
a. Standar Umum:
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan tehnis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan:
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik baiknya dan jika digunakan
asisten harus di supervise dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspe
ksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai
dasar memadai untuk menyatakan pandapat atas laporan keuangan
yang diaudit.

c. Standar Pelaporan:
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuaidengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsiste
nan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporaan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendaapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggungjawab yang dipikul oleh auditor (IAI, 2001: 150.1 &
150.2).

2.3 PENJELASAN MASING-MASING STANDAR AUDITING
Standar Umum
Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan pesrsyaratan auditor dan mutu
pekerjaannya, dan berbeda dengan standar yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
lapangan dan pelaporan. Standar pribadi atau standar umum ini berlaku sama dalam bidang
pelaksanaan pekerjaan lapangan dan pelaporan detail.
Standar Umum Pertama Berbunyi :
Auditing harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor.
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapapun tingginya kemampuan
seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak
dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
Standar Umum Kedua Berbunyi:
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi, dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor.
Standar umum kedua mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak
mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum
(dibedakan dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Auditor mengakui kewajiban untuk
jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi juga kepada kreditur dan
pihak lain yang meletakkan kepercayaan ( paling tidak sebagian) atas laporan auditor
independen, seperti calon-calon pemilik dan kreditur.
Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik,
agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat.
Hal ini akan mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi.
Bapepam-LK juga menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang
melaporkan tentang informasi keuangan yang diserahkan kepada badan tersebut yang
mungkin berbeda dengan yang ditentukan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

Tiga jenis independensi bagi akuntan publik dan internal auditor :
1. Independent in Appearance : independensi dilihat dari penampilannya di struktur
organisasi perusahaan.
2. Independent in Fact : independensi dalam kenyataannya atau dalam menjalankan
tugasnya. In Fact, internal auditor bisa independen jika dalam menjalankan tugasnya
selalu mematuhi kode etik internal auditor dan professional practise framework of
internal auditor.
3. Independent In Mind : pemikiran auditor yang negatif meskipun belum dilaksanakan,
seorang audit tersebut akan kehilangan independensi nya.

Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan
aturan yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan
pekerjaannya. Penunjukan auditor dibanyak perusahaan dilaksanakan oleh Dewan Komisaris,
Rapat Umum Pemegang Saham, atau Komite Audit.

Standar Umum Ketiga Berbunyi :
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
Sehingga menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam
organisasi auditor independen untuk mengamati satandar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan. Selain itu, juga bagaimana kesempurnaan pekerjaan tersebut dikerjakan auditor.
Auditor harus memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan sehingga dapat
mengevaluasi bukti audit yang mereka periksa karena auditor memiliki tanggung jawab akhir
untuk mengetahui, pada tingkat yang minimum, standar akuntansi dan auditing yang relevan
dan pengetahuan tentang kliennya.
Auditor dituntut untuk memiliki sifat skeptisme profesional yaitu
sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan
evaluasi secara kritis bukti audit.
Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten
yang cukup untuk memberikan basis yang memadai baginya dalam merumuskan
suatu pendapat. Sifat sebagian besar bukti diperoleh, sebagian, dari konsep
pengujian selektif atas data yang diaudit, yang memerlukan pertimbangan
tentang bidang yang akan diuji dan sifat, saat, dan luasnya pengujian yang
harus dilakukan. Auditor menggunakan pertimbangan profesional dalam
mengevaluasi kewajaran estimasi akuntansi berdasarkan Informasi yang dapat
diharapkan secara masuk akal yang tersedia sebelum penyelesaian pekerjaan
lapangan.
Auditor bukanlah penjamin dan laporannya t idak merupakan suatu
jaminan. Oleh karena itu, penemuan kemudian salah saji material, yang disebabkan
oleh kekeliruan atau kecurangan, yang ada dalam laporan keuangan, tidak
berarti bahwa dengan sendirinya merupakan bukti :
(a) kegagalan untuk memperoleh keyakinan memadai,
(b) tidak memadainyaperencanaan, pelaksanaan, atau pertimbangan,
(c) tidak menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama,
atau
(d) kegagalan untuk mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia.

Standar Pekerjaan Lapangan
Standar Pekerjaan Lapangan Pertama berbunyi:
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
Standar ini berisi pedoman bagi auditor dalam membuat perencanaan dan
melakukan supervisi.
Standar Pekerjaan Lapangan Kedua berbunyi:
Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.
Standar ini menjelaskan mengenai unsur-unsur pengendalian intern dan
bagaimana cara auditor mempertimbangkan pengendalian intern tersebut dalam
merencanakan dan melaksanakan suatu audit.

Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga berbunyi:
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Standar ini menjelaskan mengenai cara-cara yang harus dilakukan oleh
auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang cukup dan kompeten untuk
mendukung pendapat yang harus diberikan auditor terhadap kewajaran laporan
keuangan yang diauditnya.
Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan
keuangan dan bersifat implisit atau eksplisit yang digolongkan:
a. Keberadaan/keterjadian (existence or occurance)
b. Kelengkapan (completeness)
c. Hak dan kewajiban (right and obligation)
d. Penilaian (evaluation) atau alokasi
e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Standar Pelaporan
Standar Pelaporan Pertama berbunyi:
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Standar pelaporan pertama mengharuskan auditor untuk menyatakan
suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan
standar akuntansi tersebut, meliputi prinsip, praktik akuntansi, dan metode
penerapannya.
Standar Pelaporan Kedua berbunyi:
Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan
standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya
banding laporan keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan
standar akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya dengan
cara menambahkan paragraf penjelasan.
Standar Pelaporan Ketiga berbunyi:
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Auditor harus mengungkapkan hal-hal tertentu yang harus diungkapkan
sehubungan dengan keadaan dan fakta yang diketahuinya pada saat audit. Apabila
manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya
diungkapkan sesuai standar akuntansi maka auditor harus memberikan pendapat
yang wajar dengan pengecualian atau memberikan informasi yang cukup untuk
laporannya. Selain itu auditor harus memiliki dasar kepercayaan oleh kliennya,
auditor tidak boleh sembarangan mengungkapkan informasi yang tidak
diharuskan diungkapkan dalam laporan keuangan sesuai standar akuntansi.
Standar Pelaporan Keempat berbunyi:
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai
sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab
yang dipikul oleh auditor.
Auditor dianggap berkaitan dengan laporan keuangan jika ia
mencantumkan namanya dalam suatu dokumen atau laporan, meskipun
penyusunan laporan keuangan dibantu oleh pihak lain, ia tetap berkaitan dengan
laporan keuangan itu meskipun tanggung jawab dalam kewajaran penyajian sesuai
dengan standar akuntansi adalah milik manajemen.
Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan keuangan yang diaudit atau tidak
diaudit. Laporan keuangan tersebut telah diaudit bila akuntan telah menerapkan
prosedur auditing yang cukup memungkinkannya melaporkan laporan tersebut
sebagaimana dijelaskan dalam SA Seksi 508(PSA No. 29). Laporan keuangan
yang tidak diaudit disebut sebagai di-review bila akuntan menerapkan prosedur
yang memungkinkannya untuk menyatakan pendapat atas laporan tersebut.

2.4 KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Kode Etik Akuntan Indonesia adalah pedoman bagi para anggota Ikatan
Akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif.

2.4.1 PERNYATAAN ETIKA PROFESI
Saat itu Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri atas delapan (8) bab (11pasa
l) dan enam (6)pernyataan etika profesi. Pernyataan tersebut adalah:
1. Pernyataan etika profesi Nomor 1 tentang INTEGRITAS, OBJEKTIVITAS
DAN INDENPENDENSI.
2. Pernyataan etika profesi Nomor 2 tentang KECAKAPAN PROFESIONAL.
3. Pernyataan etika profesi Nomor 3 tentang PENGUNGKAPAN INFORMASI
RAHASIA KLIEN.
4. Pernyataan etika profesi Nomor 4 tentang IKLAN BAGI KANTOR
AKUNTAN PUBLIK.
5. Pernyataan etika profesi Nomor 5 tentang KOMUNIKASI ANTAR
AKUNTAN PUBLIK.
6. Pernyataan etika profesi Nomor 6 tentang PERPINDAHAN STAFF/
PARTNER DARI SATU KANTOR AKUNTAN KE KANTOR
AKUNTAN LAIN.
Dalam Kongres ke 7 Ikatan Akuntan Indonesia yang diadakan di Jakarta
bulan September 1998 diadakan beberapa perubahan mengenai Kode Etik, antara
lain:
o Komite Kode Etik tidak ada lagi di Struktur Organisasi IAI.
o Rerangka Kode Etik IAI menjadi:
Prinsip Etika.
Aturan Etika.
Interprestasi Aturan Etika.
Tanya dan Jawab.
Keterangan:
Prinsip Etika mengikat seluruh anggota IAI, dan merupakan produk
kongres.
Aturan Etika mengikat kepada anggota kompartemen dan merupakan
produk Rapat Anggota Kompartemen. Aturan Etika tidak boleh bertentangan
dengan Prinsip Etika.
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh
Badan yang dibentuk oleh Kompartemen setelah memperhatikan tanggapan
dari anggota dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan
dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup
dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai
interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan
interpretasi baru untuk menggantikannya.

Prinsip Etika Profesi, yang merupakan landasan perilaku etika profesional,
terdiri dari 8 prinsip yaitu:
1. Tanggung Jawab Profesi
2. Kepentingan Umum (Publik)
3. Integritas
4. Obyektifitas
5. Kompetensi dan kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis

2.4.2 RERANGKA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

2.4.3 ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK
Aturan etika kompartemen akuntan publik (IAI, 20000.1-20000.6):
DEFINISI/PENGERTIAN
Klien adalah pemberi kerja (orang atau badan), yang mempekerjakan atau
menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI-KAP atau KAP tempat anggota
bekerja untuk melaksanakan jasa profesional.
Laporan Keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk
catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan
sumber daya ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat
tertentu atau perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan
publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berusaha dibidang pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesi akuntan
Indonesia yang diakui pemerintah.
Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP)
adalah wadah organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi
sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor akuntan publik.
Anggota adalah semua anggota IAI-KAP.
Anggota Kantor Akuntan Publik (anggota KAP) adalah anggota IAI-
KAP dan staf profesional (baik anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota
IAI-KAP) yang bekerja pada satu KAP.
Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri
Keuangan atau pejabat yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik
akuntan publik.
Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien
yang dilakukan oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi,
jasa akuntansi dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan,
jasa pendukung litigasi, dan jasa lain yang diatur Standar Profesional Akuntan
Publik.

You might also like