You are on page 1of 3

Endometritis pada Sapi

Endometritis berarti peradangan dari mukosa uterus (endometrium), dapat menyebabkan


gangguan reproduksi yang bersifat sementara (infertil) atau permanen (majir) (Hardjopranjoto,
1995). Pada infeksi persisten, kronik atau subakut endometritis dapat berkembang dan
mempunyai pengaruh yang merugikan bagi fertilitas. Kejadian penyakit ini cukup tinggi (2040%) dan bergantung pada faktor internal tubuh hewan maupun faktor eksternal seperti
lingkungan (Dolezel et al. 2008). Penyakit ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi pada
peternak, karena pengobatan yang cukup mahal dan dapat menurunkan nafsu makan hewan.
Endometritis juga dapat mempengaruhi fertilitas dari sapi betina diantaranya untuk jangka
pendek yaitu menurunya kesuburan sapi betina, CR (Conception Rate) dan S/C (Service Per
Conception) menjadi meningkat; untuk jangka panjang yaitu menyebabkan sterilitas (kemajiran)
karena terjadi perubahan pada saluran reproduksi.Endometritis sering mengikuti kejadian
metritis (peradangan pada otot uterus) atau retensio plasenta. Selain itu, kejadian endometritis
juga dapat terjadi pada keadaan distokia, kelahiran kembar, dan abortus (Cuneo et al. 1993).
Infeksi mikroorganisme seperti bakteri, kapang, dan virus dapat menyebebkan endometritis.
Salah satu virus yang dapat menyebabkan endometritis adalah Infectious Bovine Rhinotracheitis
(IBR), Bovine Viral Diarrhea (BVD), dan Ieptospirosis yang menyebar seistemik hingga ke uterus.
Penyakit kelamin seperti campylobacteriosis (vibriosis) dan trichomoniasis juga dapat
menyebabkan endometritis yang ditularkan saat kawin (Menspeaker 2000).
Gejala Klinis
Sapi yang mengalami endometritis klinis, lebih mudah diamati gejala klinisnya karena
saat dipalpasi akan terlihat adanya perejanan dan menunjukkan kesakitan. Sapi juga sering
mengeluarkan leleran mucus hingga disertai darah maupun pus (Menspeaker 2000).
Diagnosa
Pemeriksaan cairan vagina sering digunakan untuk diagnosa endometritis. Vagina harus
dibuka dengan menggunakan vagnoscopy untuk melihat pus. Sampel yang diambil untuk
mendiagnosa endometritis dapat dengan cara menggunakan cotton swab, biopsy, dan cytobrush
(Oral et al. 2009). Sapi-sapi yang mengalami infeksi uterus kadar leukositnya akan tinggi, karena
leukosit membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Pada awal infeksi, sapi mempunyai rasio neutrofil/limfosit sangat rendah tetapi
hanya terjadi sesaat. Ahmad et al. (2003) yang menyatakan walaupun tidak berbeda nyata antara
diferensial leukosit pada sapi terlihat bahwa persentase jumlah neutrofil lebih banyak ditemukan
pada sapi endometritis (30,643,10%) dibanding pada sapi-sapi normal lainnya baik siklik
(26,281,54%) ataupun non siklik (23,281,79%).Pada tahap yang lebih kronis jumlah total
leukosit meningkat kemudian menurun dua kali dari jumlah maksimum normal. Berdasarkan
alasan tersebut maka pada sapi, pemeriksaan diferensial leukosit lebih sering digunakan daripada
jumlah total leukosit (Melia 2012). Diagnosa lanjut yang sering digunakan adalah menggunakan
ultrasonografi (USG) secara transrectal (Oral et al. 2009).

Sapi yang telah diperiksa dengan cara palpasi per-rektal tidak menunjukkan adanya
kesakitan dan tidak mengeluarkan cairan vagina baik yang berupa mucus, pus, maupun darah.
Sapi tersebut berumur 1.5 tahun dan belum pernah melahirkan. Inseminasi buatan pada sapi
telah dilakukan saat 1.5 bulan yang lalu. Hasil USG menunjukkan bahwa sapi mengalami
endometritis yang ditunjukkan dengan adanya warna hyperechoic pada USG di daerah
endometrium yang ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.

Daerah endometritis
(hyperechoic)

Gambar 1 Hasil USG endometrium sapi yang mengalami endometritis


Jika dilakukan cytologi endometrium untuk diagnosa lanjut, maka akan terlihat hasil
neutrophil yang meningkat terutama pada keadaan kronis. Contoh hasil cytology terdapat pada
Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Contoh gambaran hasil cytology endometrium sapi yang mengalami endometritis
Pengobatan dan Pencegahan
Terapi yang berpotensi mengatasi kasus ini adalah terapi antibiotika sistemik, irigasi
uterus, pemberian estrogen untuk menginduksi respon uterus, dan injeksi prostaglandin untuk
menginduksi estrus. Pengobatan yang direkomendasikan untuk endometritis yang agak berat
adalah memperbaiki vaskularisasi dengan mengirigasi uterus mempergunakan antiseptika ringan
seperti lugol dengan konsentrasi yang rendah. Irigasi diulangi beberapa kali dengan interval 2-3
hari. Antibiotika diberikan secara intra uterine dan intra muskular. Discharge dapat dikeluarkan
dengan menyuntikkan preparat estrogen. Untuk endometritis ringan cukup diberikan antibiotika
intra uterine. Pencegahan terhadap kasus ini dapat dilakukan dengan tujuan untuk mencegah

terjadinya infeksi uterus seperti kebersihan alat yang digunakan pada saat menangani kelahiran,
sanitasi kandang dan pelaksanaan IB yang aseptis. Sebaiknya sebelum diberikan antibiotika,
dilakukan perbaikan sirkulasi darah di uterus dengan pemberian antiseptika ringan atau air
hangat (Pazra 2014). Pada kasus ini, obat yang digunakan adalah penicillin + streptomycin
sebanyak 5 ml yang diberikan secara intrauterine.
Ahmad I, Gohar A, Ahmad N, dan Ahmad M. 2003. Haematological profile in cyclic, non cyclic
and endometritic cross-breed cattle. Int. J. Agri. Biol. 5(3):332-334.
Cuneo SP, Card CS, Bicknell EJ. 1993. Diseases of beef cattle associated with post-calving
and breeding. Animal Care and Health Maintenance. 9-14.
Hardjopranjoto S. 1995. Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya.
Menspeaker. 2000. Metritis and Endometritis. Dairy integrated reproductive management. 1-3.
Oral H, Sozmen M, Serin G, dan Kaya S. 2009. Comparison of the cytobrush technique,
vaginoscopy and transrectal ultrasonography methods for the diagnosis of
postpartum endometritis in cows. Journal of Animal and Veterinary Advances. 7 (8):
1252-1255.
Pazra DF. 2014. Patogenesa, terapi, serta pencegahan pada endometritis. Ilmu Veteriner
[Internet].
[Diunduh
2014
Nov
12].
Tersedia
pada:
http//ilmuveteriner.com/patogenesaterapi-serta-pencegahan-terhadap-endometritis/

You might also like