You are on page 1of 50

LBM 2 MUDAH SUKA MUDAH DUKA

STEP 1
Sindroma depresi
: kumpulan gejala2 yg menandakan bahwa
sedang depresi, gejalanya : hilangnya minat, nafsu makan
menurun, perasaan bersalah, sulit konsentrasi dan berpikiran
untuk bunuh dirie
Mood
: keadaan emosional internal yg meresap di dlm
diri seseorang yg dipertahankan scr subjektif
Afek
: ekspresi eksternal yg ditunjukkan dr kondisi
emosional seseorang

STEP 2
1. Mengapa pasien merasa sedih kehilangan minat dan
kegembiraan, kurang semangat ,tidur terganggu ?
2. Mengapa sekitar 3 bln yg lalu keadaannya sgt berbeda dgn
sekarang (sgt senang, selalu semangat, tdk merasa lelah,
dan suka belanja) ?
3. Faktor2 apa yg menyebabkan terjadinya gangguan suasana
mood/afek ?
4. Apa penyebab dr sinrom depresi ?
5. Apa manifestasi klinis dr gangguan mood ?
6. Apa saja macam2 gangguan dr keadaan afektif dan
emosional ?
7. Klasifikasi dr sindrom depresi ?
8. Gejala2 dr gangguan depresi ?
9. Derajat gangguan depresi ?
10.
Macam2 mood dan afek ?
11.
Bagaimana cara terapi pd penyakit sindroma depresi di
dalam scenario ini?
12.
Gejala dan tanda dr gangguan maniak ?
13.
Manifestasi dan penyebab gangguan maniak ?
14.
Terapi gangguan maniak ?

15.

Perbedaan dr maniak dan depresi ?

STEP 3
1. Mengapa pasien merasa sedih kehilangan minat dan
kegembiraan, kurang semangat ,tidur terganggu ?

Deksametason adalah suatu analog sintetik dari kortisol. bahwa 50 % pasien


depresi gagal ber-respon supresi kortisol yang normal terhadap dosis tunggal
deksametason yang menyebabkan stres lebih sering mendahului episode
pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya.
Stres episode pertama perubahan biologi otak perubahan
neurotransmiter dan sistem pemberi signal intraneuronal

Stressor yang menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin


di forbrain medial. pada depresi.
Pasien kemungkinan menderita depresi sesuai dengan gejala dari depresi yaitu
F32.Episode Depresi
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat) :

afek depresif

kehilngan minat dan kegembiraan, dan

berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala Lainnya :

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan tentaang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang


Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurangkurangnya dua minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

2. Macam2 gangguan mood dan afek ?

PPDGJ-III/ICD-X
F30-F39 Ggn Suasana Perasaan
(Mood{Afektif})
Perubahan suasana perasaan (mood)/afek - Depresi dg atau tanpa ansietas
- Elasi-mania: suasana perasaan yg meningkat
perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif dan pembicaraan serta fungsi
vegetatif (tidur,makan, seksual dan irama biologis lain)
Dpt ggn fs interpersonal, sosial dan pekerjaan
Kelainan Fundamental
Ggn mood/afektif dibedakan:
- episode tunggal atau multipel
- depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala
psikotik atau dg gejala psikotik
- hipomania, mania tanpa gejala psikotik atau
dg gejala psikotik
- depresi ringan- sedang tanpa atau dg gejala

somatik.
UNIPOLAR atau gangguan depresi (gangguan depresi mayor) terjadi pada salah
satu atau lebih dari episode depresi tanpa adanya latar belakang dari kejadian manik
atau hipomanik.
seseorang dapat mengalami satu episode depresif mayor yang diikuti oleh
kembalinya pada keadaan awal fungsionalnya.
BIPOLAR gangguan dengan satu atau lebih episode manik/ hipomanik serta
hiperaktifitas dimana penilaian dan perilaku penderita pada keadaan ini seringkali
terganggu.
episode manik atau hipomanik sering bergantian dengan episode depresif mayor
dengan periode gangguan dari suasana hati yang normal
BIPOLAR memiliki dua kutub, manik dan depresi. menurut PDGJ JILID III gangguan ini
bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat
aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari
peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania) dan pada waktu yang lain berupa penurunan suasana perasaan serta
pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2
minggu sampai 4-5 bulan
episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (sekitar 6 bulan)

menurut DSM IV gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan
II.
gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya episode yaitu manik
dan depresi
gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi
F31 Gangguan Afektif Bipolar
Ggn episode berulang sekurang-kurangnya dua episode: peningkatan (hipomania,
mania) dan penurunan (depresi)
Antara episode ggn tdpt periode fungsi normal
Episode manik onset tiba-tiba: 2 mgg - 5 bln.
Episode depresi onset > lama, rata-rata: 6 bln
Sering tjd setelah stres / trauma mental
Termasuk : psikosis manik-depresif
Episode manic :
Biasanya paling sedikit belangsung selama satu minggu, afeknya meningkat, lebih gembira,
mudah tersinggung atau membumbung tinggi. Ditambah dengan :

rasa percaya harga diri yang meningkat (merasa hebat/megalomania)

kebutuhan akan tidur berkurang

lebih banyak bicara

flight of ideas (loncat gagasan)

agitasi psikomotor, ingin segera memenuhi keinginannya

boros, banyak belanja, banyak telepon

perhatian mudah beralih

banyak melakukan hal-hal yang menghibur (menari, menyanyi dll)

banyak melakukan transaksi tanpa perhitungan masak yang merugikan

Kaplan & Saddock: Concise textbook of Clinical Psychiatry, second edition, Lippincott William &
Wilkins, 2004.
Episode depresi :
Gejala Utama :

Afek depresi

Kehilangan minat dan kegembiraan

Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yg mudah lelah ( rasa


lelah yg nyata sesudah kerja sedikit saja ) dan menurunnya aktivitas

Gejala Tambahan :

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayankan diri atau bunuh diri

Tidur terganggu

Nafsu makan menurun

Dr. Rusdi Maslim, PPDGJ III

Mood yang meluap-luap (expansive mood): ekspresi perasaan seseorang tanpa


pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau
makna seseorang
Mood yang iritabel (irritable mood): mudah diganggu atau dibuat marah
Pergeseran mood (mood yang labil): osilasi antara euphoria dan depresi atau
kecemasan
Elevated mood: suasana mood yang meninggi
Euphoria: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy): perasaan kegairahan yang kuat
Depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis
Anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas rutin
dan menyenangkan, sering kali disertai dengan depresi
Dukacita atau berkabung: kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
Aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau
menyadari emosi atau mood seseorang
Kaplan & Saddock
MOOD
Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam rentang normal, yakni individu
mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama hidupnya
Mood hipotimia: adalah suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai dengan
kesedihan dan kemurungan. Individu secara subyektif mengeluhkan tentang
kesedihan dan kehilangan semangat. Secara obyektif tampak dari sikap murung dan
perilakunya yang lamban
Mood disforia: menggambarkan suasana perasaan yang tidak menyenangkan.
Seringkali diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel, atau bosan.
Mood hipertimia: suasana perasaan yang secara perfasif memperlihatkan
semangat dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas kehidupan.
Perilakunya menjadi hiperaktif dan tampak enerjik secara berlebihan.
Mood eforia: suasana perasaan gembira dan sejahtera secara berlebihan.
Mood ekstasia: suasana perasaan yang diwarnai dengan kegairahan yang meluap
luap. Sering terjadi pada orang yang menggunakan zat psikostimulansia
Aleksitimia: adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk menghayati
suasana perasaannya. Seringkali diungkapkan sebagai kedangkalan kehidupan
emosi. Seseorang dengan aleksitimia sangat sulit untuk mengungkapkan
perasaannya.
Anhedonia: adalah suatu suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan
minat dan kesenangan terhadap berbagai aktivitas kehidupan.
Mood kosong: adalah kehidupan emosi yang sangat dangkal,tidak atau sangat
sedikit memiliki penghayatan suasana perasaan. Individu dengan mood kosong
nyaris kehilangan keterlibatan emosinya dengan kehidupan disekitarnya. Keadaan ini
dapat dijumpai pada pasien skizofrenia kronis.
Mood labil:

suasana perasaan yang berubah ubah dari waktu ke waktu. Pergantian perasaan
dari sedih, cemas, marah, eforia, muncul bergantian dan tak terduga. Dapat
ditemukan pada gangguan psikosis akut
Mood iritabel:
suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah marah dan
seringkali bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak disenanginya
AFEK
Afek menumpul: merupakan penurunan serius dari kemampuan ekspresi emosi
yang tampak dari tatapan mata kosong, irama suara monoton dan bahasa tubuh
yang sangat kurang.
Afek mendatar: adalah suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek
menumpul. Pada keadaan ini dapat dikatakan individu kehilangan kemampuan
ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar, pandangan mata kosong, sikap tubuh yang
kaku, gerakan gerakan sangat minimal, dan irama suara datar seperti robot.
Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari
keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya
Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekspresi emosi yang tidak cocok dengan
suasana yang dihayati. Misalnya seseorang yang menceritakan suasana duka cita
tapi dengan wajah riang dan tertawa tawa.
Afek labil:
Menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba tiba, yang tidak
berhubungan dengan stimulus eksternal.

3. Apa manifstasi klinis dr gangguan mood ?


Ada 2 :
Mania : mood meluap2, harga diri meningkat, ketika
ungkapkan gagasan selalu loncat2, hiperaktif, dan
kurang tidur

Depresi : hilang minat, nafsu makan turun, sulit


konsentrasi, dan punya pikiran bunuh diri
Ada

4 perubahan pd gangguan mood :


Perubahan aktifitas dan kognisi cara bicaranya
Perubahan fungsi vegetatifnya
Perubahan pd aktivitas seksual dan irama biologis
tubuh
Perubahan fungsi interpersonal, social, dan pekerjaan
Kedua mood bergantian bipolar ??
Gangguan mood yg siklik dan fluktuatif
Gejala : depresi berat dulu 2 minggu kehilangan
kesenangan pd aktivitas normal episode manic
perasaan kehilangan senang meningkat episode
hipomanik tdk sampai menyebabkan gangguan
peran social episode campuran campuran antara
depresi dan maniak dan bergantian siklus
cepat/rapid sikling fluktuasi dgn cepat
Pembagian bipolar : menurut DSM IV
Bipolar 1 : ada 2 episode , manic dan depresi
Bipolar 2 : hipomanik dan depresi
Pembagian bipolar menurut PPDGJ
Berdasarkan episode alami pasien
(ada byk)
Dx banding :
Bipolar : 2 episode, diantara nya ada
penyembuhan sempurna, dpt ganggu aktivitas
Sikotimia (F34)

Bipolar non spesifik : tanda2 bipolar ada tp tdk


memenuhi criteria, dan menurut keparahannya.
4. Faktor2 apa yg menyebabkan terjadinya gangguan
suasana mood/afek ?

Factor biologis

Amin Biogenik

NE dan Serotonin merupakan neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologi


gangguan mood

Norepinefrin

Melibatkan reseptor adrenergic-alfa2, karena aktivasi reseptor tersebut


menyebabkan penurunan jumlah NE yang dilepaskan

Adanya noradrenergic yang hampir murni, obat antidepresan yang efektif secara
klinis, sebagai contohnya Desipramine (Norpramine), mendukung lebih lanjut
peranan NE di dalam patofisiologi sekurangnya gejala depresi

Serotonin

Penurunan serotonin mencetuskan depresi

Beberapa pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin di


dalam cairan serebrospinal yang rendah dan konsentrasi tempat ambilan
serotonin yang rendah di trombosit

Dopamine

Aktivitas dopamine menurun pada depresi dan meningkat pada mania

Jalur dopamine mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan bahwa
reseptor dopamine tipe 1 (D1) mungkin hipoaktif pada depresi

Factor neurokimiawi lain

Neurotransmitter asam amino, khususnya gamma-aminobutyric acid (GABA) dan


peptide neuroaktif (khususnya vasopressin dan opiate endogen), juga telah
dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood

System second-messenger, seperti adenylate cyclase, phosphotidylinositol dan


regulasi kalsium, mungkin juga memiliki relevansi penyebab

Regulasi neuroendokrin

Sumbu neuroendokrin utama yang menarik perhatian di dalam gangguan mood


adalah sumbu adrenal, tiroid dan hormone pertumbuhan

Yang lainnya adalah penurunan sekresi nocturnal melantonin, penurunan pelepasan


prolaktin terhadap pemberian tryptophan, penurunan kadar dasar FSH dan LH
dan penurunan kadar testosterone pada laki-laki

Sumbu adrenal pelepasan kortisol adalah diatur pada orang normal ataupun yang
mengalami depresi.
Neuron di nucleus paraventrikuler (PVN) corticotrophin-releasing hormone
(CRH) ACTH (dilepaskan bersama dengan endorphin beta dan lipoprotein-beta)
menstimulasi kortisol dari korteks adrenal kortisol memberikan feedback
melalui dua mekanisme :

Mekanisme cepat, yang peka terhadap kecepatan peningkatan konsentrasi kortisol,


beroperasi melalui reseptor kortisol di hipokampus dan menyebabkan penurunan ACTH

Mekanisme lambat, yang sensitive terhadap konsentrasi kortisol dalam keadaan mantap,
diperkirakan bekerja melalui reseptor hipofisis dan adrenal
Factor genetika

Penelitian keluarga

Saudara derajat pertama penderita ggn bipolar I => 8 - 18 kali > saudara derajat
pertama subjek kontrol untuk menderita gangguan bipolar I & 2-10 kali lebih
menderita ggn depresif berat.

Saudara derajat pertama penderita ggn depresif berat => 1,5-2,5 kali > saudara
derajat pertama subjek kontrol untuk menderita gangguan bipolar I dan 2-3 kali
lebih mungkin menderita gangguan depresif berat.

Penelitian adopsi
Anak biologis dari orang tua yg menderita, berada dlm risiko menderita ggn mood,
bahkan jika dibesarkan oleh keluarga angkat yg tidak menderita gangguan

Penelitian kembar

Anak kembar menunjukkan bahwa angka kesesuaian untuk gangguan bipolar I pada
kembar monozigotik adalah 33-90 %, untuk ggn depresif berat angka adalah 50
%.

Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik adalah 5-25 % untuk ggn
bipolar I dan 10-25 % untuk ggn depresif berat

Penelitian yang berhubungan

Factor psikososial
Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan.

Peristiwa kehidupan (clefts) melepaskan corticotropin-releasing hormone (CRH),


menstimulasi pelepasan hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari hipofisis anterior.
ACTH => pelepasan kortisol dari korteks adrenal. Kortisol memberikan umpan batik
(feed back) pada jaringan kerja melalui sekurangnya dua mekanisme:

mekanisme umpan balik cepat, peka terhadap kecepatan peningkatan konsentrasi kortisol,
beroperasi melalui reseptor kortisol di hipokampus dan menyebabkan pelepasan ACTH;

mekanisme umpan batik lambat, sensitif terhadap konsentrasi kortisol, bekerja melalui
reseptor hipofisis dan adrenal.
Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid satu

HPA aksis (Hypothalamic-Pituitary-Adrenal)


Bila pengalaman yang berbentuk stressor dalam kehidupan sehari-hari kita
tercatat dalam korteks serebri dan sistem limbik sebagai stresor atau emosi yang
mengganggu, bagian dari otak ini akan mengirim pesan ke tubuh. Tubuh meningkatkan
kewaspadaan untuk mengatasi stressor tersebut. Target adalah kelenjar adrenal.
Adrenal akan mengeluarkan hormon kortisol untuk mempertahankan kehidupan.
Kortisol memegang peranan penting dalam mengatur tidur, nafsu makan, fungsi ginjal,
sistem imun, dan semua faktor penting kehidupan. Peningkatan aktivitas glukokortikoid
(kortizol) merupakan respon utama terhadap stressor. Kadar kortisol yang meningkat
menyebabkan umpan balik, yaitu hipotalamus menekan sekresi cortikotropikreleasing hormone (CRH) , kemudian mengirimkan pesan ini ke hipofisis sehingga
hipofisi juga menurunkan produksi adrenocortictropin hormon (ACTH). Akhirnya
pesan ini juga diteruskan kembali ke adrenal untuk mengurangi produksi kortisol.
Pengalaman buruk seperti penganiayaan pada masa anak atau penelantaran pada
awal perkembangan merupakan faktor yang bermakna untuk terjadinya gangguan mood
pada masa dewasa.
Sistem CRH merupakan sistem yang paling terpengaruh oleh stressor yang
dialami seseorang pada awal kehidupannya. Stressor yang berulang menyebabkan
peningkatan sekresi CRH, dan penurunan sensitivitas reseptor CRH adenohipofisis.
Stressor pada awal masa perkembangan ini dapat menyebabkan perubahan yang
menetap pada sistem neurobiologik atau dapat membuat jejak pada sistem syaraf yang
berfungsi merespon respon tersebut. Akibatnya, seseorang menjadi rentan terhadap
stressor dan resiko terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stressor
meningkat, seperti terjadinya depresi setelah dewasa.

Stressor pada awal kehidupan seperti perpisahan dengan ibu, pola pengasuhan
buruk, menyebabkan hiperaktivitas sistem neuron CRH sepanjang kehidupannya. Selain
itu , setelah dewasa, reaktivitas aksis HPA sangat berlebihan terhadap stressor.
Adanya faktor genetik yang disertai dengan stressor di awal kehidupan,
mengakibatkan hiperaktivitas dan sensitivitas yang menetap pada sistem syaraf.
Keadaan ini menjadi dasar kerentanan seseorang terhadap depresi setelah dewasa.
Depresi dapat dicetuskan hanya oleh stressor yang derajatnya sangat ringan.
Peneliti lain melaporkan bahwa respons sistem otonom dan hipofisis-adrenal
terhadap stressor psikososial pada wanita dengan depresi yang mempunyai riwayat
penyiksaan fisik dan seksual ketika masa anak lebih tinggi dibanding kontrol.
Stressor berat di awal kehidupan menyebabkan kerentanan biologik seseorang
terhadap stressor. Kerentanan ini menyebabkan sekresi CRH sangat tinngi bila orang
tersebut menghadapi stressor. Sekresi tinggi CRH ini akan berpengaruh pula pada
tempat di luar hipotalamus, misalnya di hipokampus. Akibatnya, mekanisme umpan
balik semakin terganggu. Ini menyebabkan ketidakmampuan kortisol menekan sekresi
CRH sehingga pelepasan CRH semakin tinggi. Hal ini mempermudah seseorang
mengalami depresi mayor, bila berhadapan dengan stressor.
Peningkatan aktivitas aksis HPA meningkatkan kadar kortisol. Bila peningkatan
kadar kortisol berlangsung lama, kerusakan hipokampus dapat terjadi. Kerusakan ini
menjadi prediposisi depresi. Simptom gangguan kognitif pada depresi dikaitkan dengan
gangguan hipokampus.
Hiperaktivitas aksis HPA merupakan penemuan yang hampir selalu konsisten
pada gangguan depresi mayor. Gangguan aksis HPA pada depresi dapat ditunjukkan
dengan adanya hiperkolesterolemia, resistennya sekresi kortisol terhadap supresi
deksametason, tidak adanya respon ACTH terhadap pemberian CRH, dan peningkatan
konsentrasi CRH di cairan serebrospinal. Gangguan aksis HPA, pada keadaan depresi,
terjadi akibat tidak berfungsinya sistem otoregulasi atau fungsi inhibisi umpan balik.
Hal ini dapat diketahui dengan test DST (dexamethasone supression test)
(Askep Neuropsikologi Depresi)

Several things might potentially go wrong with this process and lead to a serotonin deficit. Just
to enumerate a few possibilities:

Not enough serotonin is produced,

There are not enough receptor sites to receive serotonin,

Serotonin is being taken back up too quickly before it can reach receptor sites,

Chemical precursors to serotonin (molecules that serotonin is manufactured from) may be


in short supply, or

Molecules that facilitate the production of serotonin may be in too short supply.

As you can see, if there is a breakdown anywhere along the path, neurotransmitter supplies may
not be adequate for your brain's needs. Inadequate supplies lead to the symptoms that we know
as depression.
kadar kortisol
Pagi hari: 5-25 mg/dL
Sore hari: 2,5-12,5 mg/dL

Penelitian kembar.
Anak kembar menunjukkan angka kesesuaian
pd ggn bipolar 1 kembar monozigotik: 33-90 %, untuk ggn depresif berat: 50 %.
Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik adalah 5-25 % untuk ggn
bipolar I dan 10-25 % untuk ggn depresif berat.
When a person meets someone, with whom they feel a special attraction to, a
chemical cocktail begins to brew in their brain. A mixture of 30-40 different hormones
(epinephrine, dopamine, and testosterone to name a few) begin to download into
your bloodstream giving us the feeling of euphoria. In the early days of the attraction,
this cocktail can begin to flood from our brains just from standing next to this person
in line or sitting next to them in class without any exchange of words. Hormones that
are meant to assure the propagation of the species are responsible for this chemical
reaction and usually last anywhere from three months to two years. They generally
signal to us a strong physical attraction and eventually the desire to mate. These
feelings are thrilling, euphoric and generally have the effect of robbing us of our
common sense.
UW Marshfield/Wood County student
FAKTOR GENETIK
Seseorang yang memiliki keluarga dengan gangguan mood memiliki resiko lebih
besar menderita gangguan mood daripada masyarakat pada umumnya. Tidak semua
orang yang dalam keluarganya terdapat anggota keluarga yang menderita depresi
secara otomatis akan terkena depresi, namun diperlukan suatu kejadian atau
peristiwa yang dapat memicu terjadinya depresi. Pengaruh gen lebih besar pada

depresi berat dibandingkan depresi ringan dan lebih berpengaruh pada individu
muda dibanding individu yang lebih tua. Penelitian oleh Kendler (1992) dari
Departemen Psikiatri Virginia Commonwealth University menunjukkan bahwa resiko
depresi sebesar 70% karena faktor genetik, 20% karena faktor lingkungan dan 10%
karena akibat langsung dari depresi berat.4
Pada penelitian keluarga ditemukan bahwa keluarga derajat pertama dari penderita
gangguan bipolar I kemungkinan 8 sampai 18 kali lebih besar untuk menderita
gangguan bipolar I dan 2 sampai 10 kali lebih besar untuk menderita gangguan
depresi berat dibanding kelompok kontrol. Keluarga derajat pertama pasien dengan
gangguan depresif berat kemungkinan 1,5 sampai 2,5 kali lebih besar untuk
menderita gangguan bipolar I dan 2 sampai 3 kali lebih besar untuk menderita
gangguan depresif berat dibanding kelompok kontrol.2
Kemungkinan untuk menderita gangguan mood menurun jika derajat hubungan
keluarga melebar. Contohnya, keluarga derajat kedua seperti sepupu lebih kecil
kemungkinannya daripada keluarga derajat pertama seperti kakak misalnya untuk
menderita gangguan mood. Sekitar 50% pasien dengan gangguan bipolar I memiliki
orang tua dengan gangguan mood terutama depresi. Jika orang tua menderita
gangguan bipolar I maka kemungkinan anaknya menderita gangguan mood sebesar
25%. Jika kedua orang tua menderita gangguan bipolar I maka kemungkinan anaknya
menderita gangguan mood adalah 50-75%.2
Pada penelitian adopsi, anak biologis dari orang tua dengan gangguan mood tetap
beresiko terkena gangguan mood walaupun mereka telah dibesarkan oleh keluarga
angkat yang tidak menderita gangguan mood. Orang tua biologis dari anak adopsi
dengan gangguan mood mempunyai prevalensi gangguan mood yang sama dengan
orang tua dari anak dengan gangguan mood yang tidak diadopsi. Prevalensi
gangguan mood pada orang tua angkat sama dengan prevalensi pada populasi
umumnya.2
Pada penelitian saudara kembar, angka kejadian gangguan bipolar I pada kedua
saudara kembar monozigot adalah 33-90% dan untuk gangguan depresif berat,
angka kejadian pada kedua saudara kembar monozigot adalah 50%. Pada kembar
dizigot angkanya berkisar 5-25% untuk menderita gangguan bipolar I dan 10-25%
untuk menderita gangguan depresif berat.2
Hubungan antara gangguan mood khususnya gangguan bipolar I dengan petanda
genetik telah dilaporkan pada kromosom 5, 11 dan X. Gen reseptor D 1 terletak pada
kromosom 5 dan gen untuk tiroksin hidroksilase yaitu enzim yang membatasi
kecepatan sintesis katekolamin berlokasi di kromosom 11.2
Sekitar 25% dari kasus penyakit bipolar dalam keluarga terkait lokus dekat sentromer
pada kromosom 18 dan sekitar 20% terkait lokus pada kromosom 21q22.3. Tidak ada
penyebab tunggal untuk gangguan bipolar namun gangguan ini biasanya merupakan
hasil dari kombinasi faktor keluarga, biologis, psikologis dan faktor sosial. 7
FAKTOR PSIKOSOSIAL
Telah lama diamati bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress sering
mendahului episode pertama pada gangguan mood. Beberapa klinisi mempercayai
bahwa peristiwa kehidupan memainkan peranan penting dalam depresi. 2
Beberapa artikel menjelaskan hubungan antara fungsi keluarga dengan onset serta
perjalanan gangguan mood khususnya gangguan depresif berat. Ada bukti bahwa
individu yang kehilangan ibu saat masih muda memiliki resiko lebih besar terkena
depresi. Pada pola pengasuhan, orang tua yang menuntut dan kritis, menghargai

kesuksesan dan menolak semua kegagalan membuat anak mudah terserang depresi
di masa depan. Anak yang menderita penyiksaan fisik atau seksual membuat
seseorang mudah terkena depresi sewaktu dewasa.4
Aspek-aspek kepribadian juga mempengaruhi kerentanan terhadap depresi dan
tinggi rendahnya depresi yang dialami seseorang. Tipe kepribadian tertentu seperti
dependen, obsesif kompulsif, histerikal, antisosial dan paranoid beresiko mengalami
depresi.2 Menurut Gordon Parker, seseorang yang mengalami kecemasan tingkat
tinggi, mudah terpengaruh, pemalu, suka mengkritik diri sendiri, memiliki harga diri
yang rendah, hipersensitif, perfeksionis dan memusatkan perhatian pada diri sendiri
(self focused) memiliki resiko terkena depresi.4
Sigmund Freud menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dengan
melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi
diarahkan secara internal karena identifikasi terhadap objek yang hilang. Menurut
Melanie Klein, siklus manik depresif merupakan pencerminan kegagalan pada masa
kanak-kanak untuk mendapat introjeksi mencintai. Pasien depresi menderita karena
mereka memiliki objek cinta yang dihancurkan oleh mereka sendiri. Klein
memandang mania sebagai tindakan defensif yang disusun untuk mengidealisasi
orang lain, menyangkal adanya agresi atau destruktivitas terhadap orang lain dan
mengembalikan objek cinta yang hilang. 2
E Bibring memandang depresi sebagai suatu afek yang berasal dari ketegangan
dalam ego antara aspirasi seseorang dengan kenyataan yang ada. Pasien yang
terdepresi menyadari bahwa mereka tidak hidup dengan ideal sehingga mereka
merasa putus asa dan tidak berdaya. Menurut Heinz Kohut, orang yang terdepresi
merasakan suatu ketidaklengkapan dan putus asa kerena tidak menerima respon
yang diinginkan.2
Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru dalam menilai pengalaman hidup,
penilaian diri yang negatif, pesimis dan keputusasaan yang terus-menerus
berhubungan dengan depresi. Pandangan negatif yang terus dipelajari selanjutnya
akan menimbulkan perasaan depresi.2
A person may be having an episode of bipolar disorder if he or she has a number
of manic or depressive symptoms for most of the day, nearly every day, for at least
one or two weeks. Sometimes symptoms are so severe that the person cannot
function normally at work, school, or home.
http://www.nimh.nih.gov/health/publications/bipolar-disorder/nimh-bipolar-adults.pdf

Pathogenesis bipolar :
Virus yg bisa menyerang otak saat janin, dan pasca
kelahiran
Bermanifestasi 15thn kemudian : aktivitas kelenjar
thymus dan pineal akan berkurang ketika dewasa
Kelainan otak cek dgn MRI
Ekspresi oligodendrosit dan myelin yg berkurang

Faktor2 :
Factor biologis : berhubungan dgn neurotransmitter,
serotonin turun(berfungsi memacu kelenjar pineal
untuk produksi melatonin, berhubungan dgn
pengaturan tidur dan siklus bangun), dopamine turun.
Aksis adrenal ?
Aksis thyroid ?
Aktivasi reseptor neurotransmitter alfa2 adrenergic
Factor genetic keturunannya 7x lipat dpt mengalami
gangguan suasana perasaan, (kromosom 11)
Factor psikososial : berhubungan dgn stressor entah
depresi atau maniak

5. Apa penyebab dr sindrom depresi ?


Gejala :
Adanya afek depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan
Berkurangnya energy yg menuju pd keadaan
mudah lelah dan menurunnya aktivitas
Konsentrasi dan perhatian mulai berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Timbul perasaan rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa dpn yg suram dan pesimis
Timbul pikiran untuk membahayakan diri/bunuh
diri
Tidur terganggu
Nafsu makan terganggu
Derajat depresi :
Ringan : ada 2 dr 3 gejala utama + 2 dr
gejala lainnya
Sedang : ada 2 dr 3 gejala utama + 3 atau 4
gejala tambahan, min berlangsung 2 minggu

Berat : tanpa gejala psikotik ( min 3 gejala


utama + 4 dr gejala tambahan ) dan
berlangsung min 2 minggu dan beronset sgt
cepat. Dengan gejala psikotik ( min 3 gejala
utama + 4 dr gejala tambahan ) dan
berlangsung min 2 minggu dan beronset sgt
cepat disertai waham , halusinasi, dan stupor
biasanya waham dosa
Penyebab :
Biologis gang. neurotransmitter
Psikologis kehilangan harga diri, teori
kognitif ada 3, pandangan negative thd
masa dpn, diri sendiri, dan pengalaman
hidup. Krn tdk punya control akan
kehidupan sendiri
Social peristiwa hidup penuh tekanan
Spiritual krn keagamaan
6. Klasifikasi dr sindrom depresi ?
F32

EPISODE DEPRESIF

Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ):

Afek depresif

Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa


lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas

Gejala lainnya :

Kosentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan berkurang

Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri.

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.

Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat
(F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode
depresif berikutnya harus diklasifikasikan

di bawah salah satu diagnosis

gangguan depresif berulang (F33.-)


F32.0

Episode Depresif Ringan

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut


diatas;

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a) sampai dengan (g).

Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.

Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.

Karakter kelima:

F32.00 = Tanpa gejala somatik


F32.01 = Dengan gejala somatik

F32.1

Episode Depresif Sedang

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada


episode depresi ringan (F30.0);

Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;

Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.

Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan


urusan rumah tangga.

Karakter kelima:

F32.10 = Tanpa gejala somatik


F32.11 = Dengan gejala somatik

F32.2

Episode Depresif Berat Tanpa gejala Psikotik

Semua 3 gejala utama dari depresi harus ada.

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan diantaranya harus


berintensitas berat.

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan.

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurangnya 2 minggu, akan tetapi


jika gejala sangat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Sangat tidak mungkin bagi pasien meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3

Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik

Episode Depresi Berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut diatas.

Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging
membusuk.
Reteardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek (mood congruent).

F32.8

Episode Depresif Lainnya

F32.9

Episode Depresif YTT

F33

GANGGUAN DEPRESIF BERULANG

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :

episode depresif ringan (F32.0),

episode depresif sedang (F32.1),

episode depresif berat (F32.2 dan F32.3).

Episode

masing-masing

rata-rata lamanya

sekitar

6 bulan,

akan

tetapi

frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan afektif bipolar.

Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).
Namun kategori ini tetap harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania
(F30.0) segera sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya
dicetuskan oleh tindakan pengobatan depresi).

Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode namun sebagian kecil


pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).

Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan


oleh peristiwa kehidupan yang penuh stress dan trauma mental lain (adanya
stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis).

F33.0

Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0); dan

Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama


minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.

Karakter kelima:

F33.00 = Tanpa gejala somatik


F33.01 = Dengan gejala somatik

F33.1

Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.1); dan

Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama


minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.

Karakter kelima:

F33.10 = Tanpa gejala somatik


F33.11 = Dengan gejala somatik

F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Tanpa Gejala Psikotik

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik (F32.2); dan

Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama


minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.

F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat Dengan Gejala Psikotik

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan
gejala psikotik (F32.3); dan

Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama


minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.

F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini Dalam Remisi

Untuk menegakkan diagnosis pasti:

Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi


masa lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria
untuk episode depresif dengan derajat keparahan apa pun atau gangguan lain
apa pun dalam F30-F39; dan

Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama


minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif
yang bermakna.

F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya

F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT


F34

GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD[AFEKTIF]) MENETAP

F34.0 Siklotimia

Ciri esensial adalah ketidak-stabilan menetap dari afek (suasana perasaan),


meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan, diantaranya tidak
ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif
bipolar (F31.-) atau gangguan depresif berulang (F33.-).

Setiap episode alunan afektif (mood swings) tidak memenuhi kriteria untuk mana
pun yang disebut dalam episode manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-).

F34.1 Distimia

Ciri esensial adalah afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak
pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan
depresif berulang ringan atau sedang (F33.0 atau F33.1).

Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurangkurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak terbatas.

Jika onsetnya pada usia lebih lanjut, gangguan ini seringkali merupakan kelanjutan
suatu episode depresif tersendiri (F32) dan berhubungan dengan masa
berkabung atau stres lain yang tampak jelas.

F34.8 Gangguan Afektif Menetap Lainnya

Kategori sisa untuk gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak
berlangsung cukup lama untuk memenuhi kriteria siklotimia (F34.0) atau distimia
(F34.1), namun secara klinis bermakna.

F34.9 Gangguan Afektif Menetap YTT


F38

GANGGUAN SUASANA PERASAAN (MOOD[AFEKTIF]) LAINNYA

F38.0 Gangguan Afektif Tunggal Lainnya

F38.00

= Episode afektif campuran

Episode afektif yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu yang


bersifat campuran atau pergantian cepat (biasanya dalam beberapa jam) antara
gejala hipomanik, manik dan depresif.
F38.1 Gangguan Afektif Berulang Lainnya

F38.10

= Episode depresif singkat berulang

Episode depresif singkat yang berulang, muncul kira-kira sekali sebulan selama
satu tahun yang lampau.
Semua episode depresif masing-masing berlangsung kurang dari 2 minggu (yang
khas ialah 2-3 hari, dengan pemulihan sempurna) tetapi memenuhi kriteria
simtomatik untuk episode depresif ringan, sedang atau berat (F32.0, F32.1,
F32.2).
F38.8 Gangguan Afektif Lainnya YTT

Merupakan kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria
untuk kategori mana pun dari F30-F38.1 tersebut diatas.

F38.9 Gangguan Afektif YTT

Untuk dipakai hanya sebagai langkah terakhir jika tak ada istilah lain yang dapat
digunakan.

Termasuk: psikosis afektif YTT.

DD

F32 Episode Depresi

Definisi
Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Phillip L. Rice (1992), depresi adalah gangguan
mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir,
berperasaan dan berperilaku) seseorang.
Definisi lain mengatakan bahwa depresi merupakan suatu gangguan suasana perasaan
(mood) yang menahun mencakup terdapatnya gangguan alam perasaan yang depressif
(tertekan), hilangnya minat atau rasa senang dalam semua segi kegiatan kehidupan,

termasuk lenyapnya semangat melakukan semua aktifitas yang disenangi dalam waktu
senggangnya. Kondisi gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari sampai
beberapa minggu.
KAPLAN

Klasifikasi

F32.0 Episode depresif ringan

F32.1 Episode depresif sedang

F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

F32.8 Episode depresif lainnya

F32.9 Episode depresif YTT


PPDGJ III

Manifestasi klinik
(i). Perubahan pada Kondisi Emosional:

Perubahan pada mood (perasaan terpuruk, depresi, sedih, atau muram).

Penuh air mata atau menangis.

Meningkatnya iritabilitas ( Kegelisahan atau kehilangan kesabaran).

(ii). Perubahan dalam Motivasi :

Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai agi hari atau
bahkan sulit bangun dari tempat tidur.

Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial.

Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan.

Menurunnya minat pada seks.

Gagal untuk berespons pada pujian atau reward.

(iii). Perubahan dalam Fungsi dan Perilaku Motorik :

Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan daripada biasanya.

Perubahan dalam kebiasaan tidur ( tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit,
bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk kembali tidur di
pagi buta ).

Perubahan dalam selera makan ( makan terlalu banyak atau terlalu sedikit).

Perubahan dalam berat badan ( bertambah atau kehilangan berat badan).

Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja, atau di


sekolah.

(iv). Perubahan Kognitif :

Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih.

Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan.

Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu.

Kurangnya self-esteem atau merasa tidak adekuat.

Berpikir akan kematian atau bunuh diri.

Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1

Gejala utama:

Afek depresif

Kehilangan minat dan kegembiraan

Berkurangnya energy yang menuju menjngkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas.

Gejala lainnya:

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang


PPDGJ III

Diagnosis

F32.0 Episode depresif ringan

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas.

Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya .

Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya.

Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.

Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang biasa dilakukannya.

F32.1 Episode depresif sedang

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode
depresi ringan

Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya

Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.

Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan dan urusan
rumah tangga.

F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

Semua 3 gejala utama depresi harus ada

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya ,dan beberapa diantaranya harus


berintensitas berat.

Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok
,maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya
secara rinci.
Dalam hal demikian ,penilaina secara menyeluruh terhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan.

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu ,akan


tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat ,maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnose dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.

Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

Episode depresif berat yang memenuhi criteria menurut F32.2 tersebut diatas

Disertai waham,halusianasi, atau stupor depresif.Waham biasanya melibatkan ide


tentang dosa,kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertangguang jawab atas hal itu.Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh,atau bau kotoran atau daging membusuk.Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood congruent).
PPDGJ III

7. Gejala2 dr gangguan depresi ?

Deksametason adalah suatu analog sintetik dari kortisol. bahwa 50 % pasien


depresi gagal ber-respon supresi kortisol yang normal terhadap dosis tunggal
deksametason yang menyebabkan stres lebih sering mendahului episode
pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya.
Stres episode pertama perubahan biologi otak perubahan
neurotransmiter dan sistem pemberi signal intraneuronal

Stressor yang menetap dapat menurunkan kadar norepinefrin


di forbrain medial. pada depresi.

Pasien kemungkinan menderita depresi sesuai dengan gejala dari depresi yaitu
F32.Episode Depresi
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat) :

afek depresif

kehilngan minat dan kegembiraan, dan

berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

Gejala Lainnya :

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan tentaang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya
dua minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika
gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

8. Derajat gangguan depresi ?

9. Bagaimana cara terapi pd penyakit sindroma depresi


di dalam scenario ini?
Tujuan : menurunkan frekuensi terjadinya episode maniak
dan depresi
Terapi obat :
Antikonvulsan
Litium
Antidepresan
Antipsikotik derajat berat
Terapi kehidupan sehari2 : mengatur pola hidup
(lengkapi)

Penatalaksanaan
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan

keselamatan pasien harus didahulukan

diagnosis harus ditegakkan dengan benar

rencana terapi tidak hanya menghilangkan gejala, juga memperhatikan aspek pemulihan kedepan
Perawatan di rumah sakit : indikasi rawat adalah untuk penegakkan diagnosis, menghindarkan resiko
bunuh diri atau bunuh orang dan untuk mengatasi perawatan diri yang terabaikan

Terapi psikososial:

Terapi kognitif

Terapi interpersonal

Terapi tingkah laku

PsikoTerapi

Terapi keluarga

Terapi obat:

Antidepresi (trisiklik, tetnasiklik, MAO-A inhibitor, SSRI dll)

Lithium carbonate

Boleh ditambahkan obat anticemas apabila diperlukan

Boleh diberikan obat antipsikosis apabila ada gejala psikotik

ECT:
Alasan:

obat-obatan kurang efektif

pasien tidak bisa menenima obat-obatan

kesembuhan segena dengan alasan klinis


Secara umum depresi dapat diatasi dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan obat-obatan dan
terapi.

Terapi depresi terdiri dari 2 cara yaitu terapi konseling dan psikoterapi. Terkadang para
penderita depresi memerlukan rawat inap di rumah sakit. Rawat inap dilakukan pada pasien
yang kurang mendapat dukungan dari lingkungan, sekalipun depresi yang dialaminya tergolong
ringan. Salah satu contoh dari terapi yaitu Terapi Kejang Listrik. Terapi ini diindikasikan
pada depresi berat yang tidak berespons dengan obat antidepresan. Mereka yang beresiko
tinggi bunuh diri, atau mereka dengan retardasi psikomotor yang menimbulkan masalah serius
dalam hal pemberian makan dan lain-lain. Terapi kejang listrik agaknya dirasa lebih efektif
daripada obat-obatan. Angka rekurensi setelah terapi kejang listrik hampir mencapai 50 %
dalam 6 bulan. Efek-efek yang tidak diinginkan dari terapi kejang listrik antara lain amnesia
sementara dan perasaan kacau, dan kemungkinan perubahan kognitif jangka panjang.

Obat-obatan antidepresan

Antidepresan Pilihan

Nama Obat

Dosis

Lazim Potensi Sedatif

Harian

Potensi
Antikolinergik

Imipramin

100-200

Rendah

Sedang

Desipramin

100-200

Rendah

Rendah

Amitriptilin

75-200

Tinggi

Tinggi

Doksepin

75-150

Tinggi

Sedang

Obat-obatan spesifik lainnya seperti :

Mianserin, 30-90 mg malam hari.

Flupentiksol, 1,5-4,5mg/hari per oral.

Litium Karbonat, 600mg per oral tiap 8 jam.

Fenelzin, 15mg per oral tiap 8 jam.

Prednison, 15-30mg per hari.

Karbamazepin.

Ada yang menyebutkan sulosi bagi penderita depresi selain dengan obat-obatan antidepresan
ataupun terapi, yaitu dengan :

Olahraga.

Kathryn Lance, penulis buku Running for Health and Beauty mengemukakan bahwa senam merupakan
upaya yang efektif untuk mengatasi depresi. Pendapat ini didukung sepenuhnya oleh para peneliti
karena dengan olahraga dapat memperlancar sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh, misalnya : lari,
bersepeda, jalan cepat, dan berenang.

Kegiatan.

Penderita depresi dianjurkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengalihkan fokus
perhatian mereka dari masalah. Seperti contoh kegiatan yang menghasilkan karya seni, misalnya :
melukis, mengambil foto, menggambar, membatik, membuat patung, membuat barang-barang dari
keramik.

Pertanyaan.

Andrew Matthews dalam bukunya Being Happy memberikan ilustrasi yang menarik tentang
pertanyaan-pertanyaan penting yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa depresi.

Orang Lain.

Dengan berbagi perasaan, beban yang kita pikul akan terasa lebih ringan. Namun, tidak selamanya hal
ini bisa kita lakukan.

Makanan.

Catherine Houck dalam artikelnya, How to Beat A Bad Mood, menganjurkan penderita depresi untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, karena karbohidrat dipercaya dapat
menstimulasi otak untuk memproduksi serotonin yang dapat membuat kita lebih tenang dan relaks.

Warna.

Patricia Szczerba menyarankan untuk memilih warna yang tepat untuk mengendalikan perasaan kita.

Musik.

Carol Merle-Fishman mengemukakan bahwa jika kita sedang marah dianjurkan mendengarkan musik
dengan ritme tinggi, dan jika sedang sedih mendengarkan musik melankolis.

10.
Mengapa sekitar 3 bln yg lalu keadaannya sgt
berbeda dgn sekarang (sgt senang, selalu semangat,
tdk merasa lelah, dan suka belanja) ?
Termasuk dalam sindroma maniak
Dr factor biologis : peningkatan neurotransmitter
(peningkatan serotonin dan dopamine)
Didahului dr depresi dulu.
11.
Apa saja macam2 gangguan dr keadaan afektif
dan emosional ?
F30 F34
Dijabarkan !!
12.
Gejala dan tanda dr gangguan maniak ?

Ada rasa percaya diri yg meningkat


Kebutuhan tidur berkurang
Logore
Ketika ungkapkan gagasan meloncat2
Agitasi psikomotor
Boros, byk belanja dan telpon

Perhatian mudah beralih


Sering melakukan hal2 yg dianggapnya menyenangkan
Mekanisme pertahanan jiwa :
Alarm : pengerahan mekanisme pertahanan tubuh
menghadapi stressor, fight/flight.
Melawan/resisten stress yg berlanjut
Exhausted

13.

macam2 mekanisme pertahanan jiwa dan


contoh !!
Manifestasi dan penyebab gangguan maniak ?

14.

Perbedaan dr maniak dan depresi ?

PERBEDAAN MANIA DAN DEPRESI


Perbedaan Klinis Antara Depresi dan Mania
No
1.

Pembeda
Mood

2.

Manifestasi
terkait

psikologis

Sindroma Depresif
Depresi, iritabel, atau
cemas(tapi
pasien
mungkin
tersenyum
atau
menolak
perubahan
mood
subjektif
dan
sebaliknya
mengeluhkan
nyeri
atau keluhan somatic
lain)
Jeritan tangis (tapi
pasien dapat mengeluh
tak mampu menangis
atau mengalami emosi)
Tak punya keyakinan
diri,harga diri rendah,
sesal diri,
Konsentrasi buruk ,
bimbang
Reduksi gratifikasi ,tdk
ada
minat
dalam
aktivitas
lazimnya,lepas
kemelekatan,
nyepi
dari pergaulan

Sindroma Manik
Elasi, iritabel, atau hostil
Menangis
sejenak
(sebagai bagian keadaan
campuran)

Harga
diri
berlebihan,membual,grand
iositas
Pikiran
brpacu,asosiasi
clang(
pikiran
baru
dicetuskan oleh bunyi
ucapan
bukan
artinya),mudah
beralih
perhatian
Minat meninggi dalam
aktivitas teman, dan hal

3.

Manifestasi Somatik

4.

Gejala psikotik

Pengharapan negate,
putus
asa,
tak
berdaya,naiknya
ketergantungan
Rekurensi pikiran akan
mati dan bunuh diri

Retardasi psikomotor,
fatig,agitasi
Anoreksia,
dan
penurunan BB, atau
penambahan BB
Insomnia,
atau
hipersomnia
Ketidakteraturan
haid,amenore
Anhedonia, hilangnya
kehendak seks

Delusi tak berharga

dan berdosa
Delusi rujukan dan

persekusi
Delusi
diri
sakit

(nihilistic,somatic,atau

hipokondriak)
Delusi kemiskinan
Halusinasi
depresif

dibidang
auditorik,visual,
dan
(sangat
jarang)
olfaktorius
Sumber: Buku Saku Psikiatri Klinik, Harold I Kaplan & Benajmin J Sadock.

15.

Terapi gangguan maniak ?

PENATALAKSANAAN

ANTI MANIA

Haloperidol
Carbamazepine
Valproic acid
MANIA AKUT

PROFILAKSIS MANIA

Litium carbonat

Litium carbonat

kreatif baru, naiknya


keterlibatan dengan orang(
yang berselisih karena
perilaku pasien yang
intrusive
dan
ikut
campur),
pesta
pora,
kebebasan seks,investas
bisnis bodoh.
Akselerasi
psikomotor,
eutonia(naiknya
rasa
sejahtera fisik)
Kemungkinan penurunan
BB
akibat
naiknya
aktifitas dan inatensi pada
kebiasaan diet yang baik
Turunnya kebutuhan tidur
Naiknya nafsu seks

Delusi grandiose akan


bakat istimewa
Delusi
bantuan,delusi
rujukan dan persekusi
Delusi kebugaran mental
dan fisik istimewa
Delusi
kaya,keturunan
bangsawan atau identitas
gradios lain
Halusinasi visual atau
auditorik sekilas

Generic

N.dagang

Dosis
lazim
dewasa
(mg/hr)

preparat

Litium carbonate

Kapsul (150,300,600
mg)
Tablet (300mg)
Tablet lepas lambat
(300,450 mg)
Sirup (8 mEq/5ml)

Carbamazepine

Tegretol,
Bamgotil

400
Tablet 200 mg
Sirup 100 mg/5ml

Valproic acid
Depakene

Kapsul 250 mg
Sirup 250mg/5ml
Tablet lepas lambat
125,250,500 mg

Penatalaksanaan
Tabel 2. Panduan Obat-Obatan Bipolar Berdasarkan British Association of Psychopharmacology (Sumber:
Journal of Psychopharmacology 2003)
Obat
Dosis
Lithium
Dosis tunggal 800 mg, malam hari.

Dosis direndahkan pada pasien

diatas

65

tahun

dan

yang

mempunyai gangguan ginjal.

Valproate

(divalproate

Rawat inap: dosis inisial 20-30


mg/kg/hari.

semisodium)

Monitoring
Kadar
lithium

dalam

Efek samping
Tremor, poliuria, polidipsi,
peningkatan berat badan,

serum

harus

dipantau

setiap

3-6

bulan,

gangguan

fungsi

gangguan saluran cerna,

sedangkan

tes

kognitif,

ginjal dan tiroid diperiksa

rambut

setiap 12 bulan.

leukositosis, jerawat, dan

Tes fungsi hati pada 6

edema
Nyeri pada saluran cerna,

bulan pertama.

peningkatan ringan enzim

Rawat jalan: dosis inisial 500

rontok,

hati, tremor, dan sedasi

mg, titrasi 250-500 mg/hari.


Karbamazepin

Lamotrigine

Dosis maksimum 60 mg/kg/hari.


Dosis inisial 400 mg.
Dosis

maintenance

200-1600

mg/hari.
Dosis inisial 25 mg/hari pada 2
minggu pertama, lalu 50 mg pada

Darah rutin, dan tes fungsi

Lelah,

hati

pandangan

dilakukan

bulan pertama.

pada

mual,

diplopia,

kabur,

ataxia
Rash
hipersensitifitas,

dan
kulit,

sindrom

minggu kedua dan ketiga.

Dosis diturunkan setengahnya bila

Steven

Johnson,

toksik

epidermal nekrolisis

pasien juga mendapat valproate.


Efek Samping

Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor


menurun, kemampuan kognitif menurun, dll )

Efek Antikolinergik ( mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi,


sinus tekikardia, dll )

Efek Anti adrenergik alfa ( perubahan EKG, hipotensi )

Efek Neurotoksis ( tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia )

Cara mengatasinya :

Gastric lavage ( hemodialisis tdk bermanfaat oleh karena obat Trisiklik bersifat
protein binding forced diuresis juga tdk bermanfaat oleh karena renal
excretion of free drug rendah )

Diazepam 10 mg ( im ) untuk mengatasi konvulsi

Prostigmine 0,5 1,0 mg ( im ) untuk mengatasi efek anti kolinergik ( dp


diulangi setiap 30 45 sampai gejala mereda )

Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung


Maslim, Rusdi, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, 2001,
Edisi ke-3

Klasifikasi
Menurut American Psychiatric Association, bipolar dibagi menjadi 4 katagori:

bipolar I : ditandai dengan terjadinya satu atau lebih episode manik atau episode
campuran, dan biasanya diikuti dengan episode depresi mayor umumnya cukup

parah dan perlu perawatan di rumah sakit


bipolar II : dikarakterisir oleh satu atau lebih episode depresi mayor dan diikuti

sedikitnya satu episode hipomanik


siklotimik (cyclothymic) : ditandai dengan adanya sejumlah episode hipomanik atau
gejala depresi, tapi gejala itu belum termasuk dlm criteria manik atau depresi mayor

masih ringan tapi mungkin bisa berkembang menjadi bipolar I atau II pada 15-50%

pasien
Bipolar non-spesifik : ditandai dengan tanda-tanda bipolar tapi tidak memenuhi
kriteria gangguan bipolar spesifik
Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada
diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan
garam, karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum menurun
dan menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat
meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas.

Lithium and Thyroid Function


People with bipolar disorder often have thyroid gland problems. Lithium treatment may
also cause low thyroid levels in some people.22 Low thyroid function, called
hypothyroidism, has been associated with rapid cycling in some people with bipolar
disorder, especially women.
Because too much or too little thyroid hormone can lead to mood and energy
changes, it is important to have a doctor check thyroid levels carefully. A person with
bipolar disorder may need to take thyroid medication, in addition to medications for
bipolar disorder, to keep thyroid levels balanced.
2. Atypical antipsychotic medications are sometimes used to treat symptoms of bipolar
disorder. Often, these medications are taken with other medications. Atypical
antipsychotic medications are called atypical to set them apart from earlier
medications, which are called conventional or fi rst-generation antipsychotics.

Olanzapine (Zyprexa), when given with an antidepressant medication, may


help relieve symptoms of severe mania or psychosis.28 Olanzapine is also

available in an injectable form, which quickly treats agitation associated with


a manic or mixed episode. Olanzapine can be used for maintenance treatment
of bipolar disorder as well, even when a person does not have psychotic
symptoms. However, some studies show that people taking olanzapine may
gain weight and have other side effects that can increase their risk for
diabetes and heart disease. These side effects are more likely in people taking
olanzapine when compared with people prescribed other atypical
antipsychotics.
Aripiprazole (Abilify), like olanzapine, is approved for treatment of a manic or
mixed episode. Aripiprazole is also used for maintenance treatment after a
severe or sudden episode. As with olanzapine, aripiprazole also can be
injected for urgent treatment of symptoms of manic or mixed episodes of
bipolar disorder.
Quetiapine (Seroquel) relieves the symptoms of severe and sudden manic
episodes. In that way, quetiapine is like almost all antipsychotics. In 2006, it
became the first atypical antipsychotic to also receive FDA approval for the
treatment of bipolar depressive episodes.
Risperidone (Risperdal) and ziprasidone (Geodon) are other atypical
antipsychotics that may also be prescribed for controlling manic or mixed
episodes
3. Antidepressant medications are sometimes used to treat symptoms of
depression in bipolar disorder. People with bipolar disorder who take antidepressants
often take a mood stabilizer too. Doctors usually require this because taking only an

antidepressant can increase a persons risk of switching to mania or hypomania, or of


developing rapid cycling symptoms.29 To prevent this switch, doctors who prescribe

antidepressants for treating bipolar disorder also usually require the person to take a
mood-stabilizing medication at the same time.
Recently, a large-scale, NIMH-funded study showed that for many people, adding an
antidepressant to a mood stabilizer is no more effective in treating the depression
than using only a mood stabilizer.30

Fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil), sertraline (Zoloft), and bupropion (Wellbutrin)


are examples of antidepressants that may be prescribed to treat symptoms of bipolar
depression.
Some medications are better at treating one type of bipolar symptoms than another.
For example, lamotrigine (Lamictal) seems to be helpful in controlling depressive
symptoms of bipolar disorder.

16.

Px lab

Px. Status Mental


1. Episode Depresif:
a. Deskripsi umum: Retradasi psikomotor menyeluruh merupakan gejala yang
paling umum, walaupun agitasi psikomotor juga sering ditemukan khususnya
pada pasien lansia. Secara klasik, seorang pasien depresi memiliki postur
yang membungkuk tidak terdapat pergerakan spontan, pandangan mata yang
putus asa dan memalingkan pandangan.
b. Mood, afek dan perasaan: Pasien tersebut sering kali dibawa oleh anggota
keluarganya atau teman kerjanya karena penarikan sosial dan penurunan
aktifitas secara menyeluruh.
c. Bicara: Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume
bicara yang menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal
dan menunjukkan yang lambat terhadap suatu pertanyaan.
Gangguan Persepsi: Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi
dikatakan menderita episode depresi berat dengan ciri psikotik. Waham sesuai
mood pada pasien terdepresi adalah waham bersalah, memalukan, tidak
berguna, kemiskinan, kegagalan, kejar, dan penyakit somatik terminal Pikiran:
Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negatif tentang dunia dan
dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang
kehilangan, bersalah, bunuh diri, dan kematian. Kira kira 10% memiliki
gejala jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan pikiran dan
kemiskinan isi pikiran.
Sensorium dan Kognisi: Daya ingat, kira kira 50 70% dari semua pasien
terdepresi memiliki suatu gangguan kognitif yang sering kali dinamakan
pseudodemensia depresif, dengan keluhan gangguan konsentrasi dan mudah
lupa.
Pengendalian Impuls: Kira kira 10 15% pasien terdepresi melakukan bunuh
diri dan kira kira dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri. Resiko meninggi
untuk melakukan bunuh diri saat mereka mulai membaik dan mendapatkan
kembali energi yang diperlukan untuk merencanakan dan melakukan suatu
bunuh diri (bunuh diri paradoksikal / paradoxical suicide).
Reliabilitas: Semua informasi dari pasien terlalu menonjolkan hal yang buruk
dan menekankan yang baik.

Episode Manik:
Deskriksi Umum: Pasien manik adalah tereksitasi, banyak bicara, kadang
kadang mengelikan dan sering hiperaktif. Suatu waktu mereka jelas psikotik
dan terdisorganisasi, memerlukan pengikatan fisik dan penyuntikan intra
muskular obat sedatif.
Mood, afek dan perasaan: Pasien manik biasanya euforik dan lekas marah.
Mereka memiliki toleransi frustasi yang rendah, yang dapat menyebabkan
perasaan kemarahan dan permusuhan. Secara emosional adalah labil, beralih
dari tertawa menjadi lekas marah menjadi depresi dalam beberapa menit atau
jam.
Bicara: Pasien manik tidak dapat disela saat mereka bicara dan sering kali
rewel dan penganggu bagi orang orang disekitarnya. Saat keadaan
teraktifitas meningkat pembicaraan penuh gurauan, kelucuan, sajak,
permainan kata kata dan hal hal yang tidak relefan. Saat tingkat aktifitas
meningkat lagi, asosiasi menjadi longgar, kemampuan konsentrasi
menghilang, menyebabkan gagasan yang meloncat loncat (flight of idea),
gado gado kata dan neologisme. Pada kegembiraan manik akut
pembicaraan mungkin sama sekali inkoheren dan tidak dapat membedakan
dari pembicaraan skizofrenik.
Gangguan Persepsi: Waham ditemukan pada 75% dari semua pasien manik.
Waham sesuai mood seringkali melibatkan kesehatan, kemampuan atau
kekuatan yang luar biasa. Dapat juga ditemukan waham dalam halusinasi
aneh yang tidak sesuai mood.
Pikiran: Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran diri, sering
kali perhatiannya mudah dialihkan. Fungsi kognitif ditandai oleh aliran
gagasan yang tidak terkendali cepat.
Sensorium dan Kognisi: Secara kasar orientasi dan daya ingat adalah intak
walaupun beberapa pasien manik mungkin sangat euforik sehingga mereka
menjawab secara tidak tepat. Gejala tersebut disebut mania delirium
(delirious mania) oleh Emil Kraepelin.
Pengendalian Impuls: Kira kira 75% pasien manik adalah senang menyerang
atau mengancam.
Perimbangan dan Tilikan: Gangguan pertimbangan merupakan tanda dari
pasien manik. Mereka mungkin melanggar peraturan dengan kartu kredit,
aktifitas seksual dari finansial, kadang melibatkan keluarganya dalam
kejatuhan finasial.
Reliabilitas: Pasien manik terkenal tidak dapat dipercaya dalam informasinya.
http.//www.geocities.com.fkupn
Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan salah satu modalitas kedokteran nuklir, yang

untuk pertama kali dikenalkan oleh Brownell dan Sweet pada tahun 1953. Prototipenya telah dibuat pada
sekitar tahun 1952, sedangkan alatnya pertama kali dikembangkan di Massachusetts General Hospital, Boston
pada tahun 1970. Positron yang merupakan inti kinerja PET pertama kali diperkenalkan oleh PAM Dirac pada
akhir tahun 1920-an. PET adalah metode visualisasi metabolisme tubuh menggunakan radioisotop pemancar
positron. Oleh karena itu, citra (image) yang diperoleh adalah citra yang menggambarkan fungsi organ tubuh.
Fungsi utama PET adalah mengetahui kejadian di tingkat sel yang tidak didapatkan dengan alat pencitraan
konvensional lainnya. Kelainan fungsi atau metabolisme di dalam tubuh dapat diketahui dengan metode

pencitraan (imaging) ini. Hal ini berbeda dengan metode visualisasi tubuh yang lain seperti foto rontgen,
computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI) dan single photon emission computerized
tomography (SPECT).
A. Prinsip Kerja PET-Scan.
Sel-sel kanker memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dari sel-sel lain. Salah satu
karakteristik adalah bahwa sel-sel kanker memerlukan tingkat yang lebih tinggi glukosa untuk energi. Ini
adalah langkah-langkah proses biologis PET. Positron emisi tomografi (PET) membangun sistem pencitraan
medis gambar 3D dengan mendeteksi gamma sinar radioaktif yang dikeluarkan saat glukosa (bahan radioaktif)
tertentu disuntikkan ke pasien. Setelah dicerna, gula tersebut diolah diserap oleh jaringan dengan tingkat
aktivitas yang lebih tinggi / metabolisme (misalnya, tumor aktif) daripada bagian tubuh.
PET-scan dimulai dengan memberikan suntikan FDG (suatu radionuklida glukosa-based) dari jarum
suntik ke pasien. Sebagai FDG perjalanan melalui tubuh pasien itu memancarkan radiasi gamma yang
terdeteksi oleh kamera gamma, dari mana aktivitas kimia dalam sel dan organ dapat dilihat. Setiap aktivitas
kimia abnormal mungkin merupakan tanda bahwa tumor yang hadir.
Sinar Gamma yang dihasilkan ketika sebuah positron dipancarkan dari bahan radioaktif bertabrakan
dengan elektron dalam jaringan. Tubrukan yang dihasilkan menghasilkan sepasang foton sinar gamma yang
berasal dari situs tabrakan di arah yang berlawanan dan terdeteksi oleh detektor sinar gamma diatur di sekitar
pasien.
Detektor PET terdiri dari sebuah array dari ribuan kilau kristal dan ratusan tabung photomultiplier
(PMTS) diatur dalam pola melingkar di sekitar pasien. Kilau kristal mengkonversi radiasi gamma ke dalam
cahaya yang dideteksi dan diperkuat oleh PMTS.

Gambar 2. Proses kerja PET-Scan

Blok Diagram Sistem PET-Scan

Sinyal dari setiap output PMT dikonversi menjadi tegangan dan amplitudo oleh low noise amplitudo
(LNA). Sinyal yang dihasilkan oleh PMT berupa sinyal pulsa yang lambat. Kekuatan sinyal dari setiap PMT
ditentukan dengan mengintegrasikan sinyalnya menjadi pulsa. Setelah LNA, sistem ini menggunakan variabelgain amplifier (VGA) untuk mengkompensasi variabilitas sensitivitas dari PMTS.
Output dari VGA dilewatkan melalui lowpass filter, offset kompensasi, dan kemudian dikonversi
menjadi sinyal digital dengan bit 10 sampai 12-bit analog-ke-digital (converter ADC sampling) dengan
50Msps untuk menilai 100Msps.

Sinyal-sinyal dari beberapa PMTS harus dijumlahkan, oleh karena itu gabungan sinyal masukan
berupa ultra-high-speed. Sebuah DAC menghasilkan tegangan referensi komparator untuk mengkompensasi
offset DC. Akurasi yang sangat tinggi diperlukan untuk menghasilkan sinyal output komparator dengan waktu
yang berkecepatan tinggi. Sinyal output dari DAC kemudian masuk ke bagian processing unit untuk dikirim ke
image processing.
Dari hasil pendeteksian, dilakukan image reconstruction untuk mendapatkan gambaran sebaran
glukosa di dalam tubuh. Perangkat kamera PET biasanya telah dilengkapi dengan program untuk keperluan ini,
sehingga hasil image reconstruction dapat diperoleh dengan mudah.

Kamera PET
Kamera PET memiliki kejernihan citra yang lebih baik dibandingkan kamera gamma yang secara

umum digunakan pada kedokteran nuklir. Hal ini dikarenakan pendeteksiannya didasarkan pada coincidence
detection.
Ketika positron dilepaskan dari fluor-18, partikel ini akan segera bergabung dengan elektron dan
terjadilah anihilasi. Dari anihilasi ini dihasilkan radiasi gelombang elektromagnetik dengan energi sebesar 511
V dengan arah berlawanan (180o). Adanya dua buah proton yang dilepaskan secara bersamaan ini
memungkinkannya dilakukan coincidence detection. Pada coincidence detection ini, sinyal yang ditangkap
oleh detektor akan diolah jika dua buah sinyal diperoleh secara bersamaan. Jika hanya satu buah sinyal yang
ditangkap, maka sinyal tersebut dianggap sebagai pengotor. Oleh karenanya, hampir seluruh sinyal pengotor
dapat dieliminasi dengan cara ini.

Hasil foto PET-Scan.

Physical Examination
No physical findings are specific to major depressive disorder; instead, the diagnosis
is based on the history and the mental status examination. Nevertheless, a complete
mental health evaluation should always include a medical evaluation to rule out
organic conditions that might imitate a depressive disorder. Most of these fall into the
following major general categories:

Infection
Medication
Endocrine disorder
Tumor
Neurologic disorder

Laboratory Studies to Rule Out Organic Causes


Depression is a clinical diagnosis, based on the history and physical findings. No diagnostic
laboratory tests are available to diagnose major depressive disorder, but focused laboratory
studies may be useful to exclude potential medical illnesses that may present as major
depressive disorder. These laboratory studies might include the following:

Complete blood cell (CBC) count


Thyroid-stimulating hormone (TSH)
Vitamin B-12
Rapid plasma reagin (RPR)
HIV test
Electrolytes, including calcium, phosphate, and magnesium levels
Blood urea nitrogen (BUN) and creatinine
Liver function tests (LFTs)
Blood alcohol level
Blood and urine toxicology screen
Arterial blood gas (ABG)
Dexamethasone suppression test (Cushing disease, but also positive in depression)
Cosyntropin (ACTH) stimulation test (Addison disease)

Neuroimaging
Neuroimaging can help clarify the nature of the neurologic illness that may produce
psychiatric symptoms, but these studies are costly and may be of questionable value in
patients without discrete neurologic deficits. Computed tomography (CT) scanning or
magnetic resonance imaging (MRI) of the brain should be considered if organic brain
syndrome or hypopituitarism is included in the differential diagnosis.
Positron emission tomography (PET) imaging provides the means for the study of receptor
binding of certain ligands and the effect a compound may have on receptors. However, PET
scanning is problematic for use with children and adolescents because it requires complex
equipment and uses radiation.
Using single-photon emission computed tomography (SPECT) scanning, Tutus et al reported
significant differences between the perfusion index values of untreated adolescents with
depression and those of control patients. The researchers found that adolescents with major
depressive disorder may have regional blood flow deficits in the left anterofrontal and left
temporal cortical regions, with greater right-left perfusion asymmetry than healthy control
patients.

Fase Tidur
Terdapat dua fase utama tidur, yaitu Non-Rapid Eye Moevement (NREM) dan Rapid Eye
Movement (REM). Keterangan serta tahapan-tahapan yang terjadi di dalamnya adalah
sebagai berikut.
Fase Tidur: Non-REM (NREM)
Non-rapid eye movement terbagi menjadi 4 tahap: N1 N4, yang masing-masingnya lebih
dalam dari yang lainnya.

N1 dimulai saat kita mulai tertidur dan berlangsung dalam waktu yang sangat
singkat, sekitar 5 menit. Mata bergerak sangat lambat di bawah kelopak, aktifitas
otot menurun, dan pada tahap ini kita sangat mudah terbangun. Banyak orang yang
merasakan sensasi seperti terjatuh pada tahap ini, yang menyebabkan kontraksi
otot secara tiba-tiba (disebut hypnic myoclonia).

N2 tahap ini bisa dikatakan sebagai tahap awal saat kita benar-benar tidur, dan
berlangsung antara 10-30 menit. Pada tahap ini otot tubuh menjadi sangat rileks,
aktifitas otak lebih lambat, gerakan mata berhenti, detak jantung melambat dan
temperatur tubuh menurun. Seseorang agak susah terbangun di tahap ini.

N3 & N4 kedua tahap ini merupakan tahap paling dalam dari tidur NREM. Sangat
sulit untuk terbangun pada tahap ini, dan jika terbangun kita akan mengalami
disorientasi serta membutuhkan penyesuaian selama beberapa menit. Pada bagian
terdalam dari tahap ini, aktifitas otak sangat lambat, dan aliran darah lebih banyak
diarahkan ke otot, mengisi energi fisik tubuh.

Selama tahap tidur lelap (deep sleep) pada fase NREM, tubuh akan meregenerasi dan
memperbaiki sel-sel tubuh, serta memperkuat sistem imun tubuh.
Fase Tidur: REM
Fase REM biasanya terjadi 70 90 menit setelah kita tertidur. Fase tidur ini lebih dalam dari
NREM. Selama fase REM ini, biasanya mata bergerak-gerak/berkedut (itulah mengapa fase
ini disebut rapid eye movement) dan napas menjadi lebih tidak teratur, aktifitas otak dan
ritme detak jantung juga meningkat.
Umumnya mimpi terjadi saat fase tidur REM. Namun otak melumpuhkan otot-otot tubuh,
khususnya tangan dan kaki, sehingga kita tidak ikut bergerak saat bermimpi.
Siklus NREM dan REM dalam Tidur

Selama tidur, seseorang biasanya melewati setidaknya 3 tahapan dalam NREM


sebelum masuk ke fase REM. Siklus atau perputaran antara dua fase ini akan terus
berulang selama tidur, yang masing-masingya membutuhkan waktu antara 1 2 jam.
Dan siklus ini dapat berulang sekitar 3 hingga 4 kali dalam satu malam.
http://webkesehatan.com/fase-siklus-tidur-tahapan-tidur/

polysomnography

17.
Gangguan bipolar ? (definisi, penyebab, mcm2,
manifestasi, terapi), criteria diagnostic dan
perbedaannya, buat dlm table !
Factor biologis

STEP 4

Factor
genetik

stressor

Factor psikososial

Gangguan mood dan


afektif

depresif

maniak

bipolar

You might also like