You are on page 1of 33

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG,
Menimbang

: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 92 Peraturan


Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang tentang Peninjauan Kembali Rencana Tata
Ruang;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan
dan
Organisasi
Kementerian
Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 24);
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
189);
5. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339);

MEMUTUSKAN

-2-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
TENTANG PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.

Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR adalah


hasil perencanaan tata ruang.

2.

Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat


RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang pada wilayah
yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif.

3.

Peninjauan Kembali RTR adalah upaya untuk melihat


kesesuaian antara RTR dan kebutuhan pembangunan yang
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan
dinamika internal, serta pelaksanaan pemanfaatan ruang.

4.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya


disingkat RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah negara.

5.

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya


disingkat RTRWP adalah rencana tata ruang yang bersifat
umum dari wilayah provinsi yang merupakan penjabaran
dari RTRWN dan yang berisi: tujuan, kebijakan, strategi
penataan ruang wilayah provinsi; rencana struktur ruang
wilayah provinsi; rencana pola ruang wilayah provinsi;
penetapan kawasan strategis provinsi; arahan pemanfaatan
ruang wilayah provinsi; dan arahan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah provinsi.

6.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang


selanjutnya disingkat RTRWK/K adalah rencana tata ruang
yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota yang
merupakan penjabaran dari RTRWP dan yang berisi: tujuan,
kebijakan, strategi penataan ruang; rencana struktur ruang;
rencana pola ruang; penetapan kawasan strategis
kabupaten/kota;
arahan
pemanfaatan
ruang;
dan
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.

7.

Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah


adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

8. Pemerintah

-3-

8.

Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau walikota


dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.

9.

Menteri adalah Menteri Agraria dan Tata Ruang.


Pasal 2

(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi


Pemerintah dan pemerintah daerah serta para pemangku
kepentingan lainnya dalam peninjauan kembali RTR.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan mewujudkan peninjauan
kembali RTR yang berkualitas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 3
(1) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. kriteria peninjauan kembali RTR;
b. tata cara peninjauan kembali RTR; dan
c. revisi RTR.
(2) RTR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. RTRWN;
b. RTRWP; dan
c. RTRWK/K.
(3) Kriteria peninjauan kembali, tata cara peninjauan kembali,
dan revisi rencana rinci tata ruang diatur dengan Peraturan
Menteri tersendiri.

BAB II
KRITERIA PENINJAUAN KEMBALI RTRW
Pasal 4
Peninjauan kembali RTRW terdiri atas:
a. peninjauan kembali RTRW yang dilakukan 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun; dan
b. peninjauan kembali RTRW yang dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun.
Pasal 5
Peninjauan kembali RTRW yang dilakukan 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a
dilakukan setelah RTRW berlaku 5 (lima) tahun sejak
diundangkan.
Pasal 6

-4-

Pasal 6
(1) Peninjauan kembali RTRW yang dilakukan lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf b dilakukan sebelum RTRW berlaku 5
(lima) tahun sejak diundangkan.
(2) Peninjauan kembali RTRW sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan jika terjadi perubahan lingkungan
strategis berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan
peraturan perundang-undangan;
b. perubahan batas teritorial negara yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan; atau
c. perubahan batas wilayah daerah yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Dalam hal peninjauan kembali RTRW ditindaklanjuti dengan
revisi, peninjauan kembali RTRW selanjutnya dilakukan setelah
RTRW hasil revisi berlaku 5 (lima) tahun sejak diundangkan.

BAB III
TATA CARA PENINJAUAN KEMBALI RTRW
Bagian Kesatu
Tata Cara Peninjauan Kembali RTRW yang Dilakukan 1 (Satu) Kali dalam 5
(Lima) Tahun
Pasal 8
Peninjauan kembali RTRW yang dilakukan 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun dilakukan melalui:
a. penetapan pelaksanaan peninjauan kembali RTRW;
b. pelaksanaan peninjauan kembali RTRW; dan
c.

perumusan rekomendasi tindak lanjut hasil pelaksanaan


peninjauan kembali RTRW.

Paragraf 1

-5-

Paragraf 1
Penetapan Pelaksanaan Peninjauan Kembali RTRW
Pasal 9
Peninjauan RTRW ditetapkan dengan:
a. keputusan Menteri untuk peninjauan kembali terhadap
RTRWN;
b. keputusan gubernur untuk peninjauan kembali RTRWP;
dan
c.

keputusan bupati/walikota untuk peninjauan kembali


RTRWK/K.
Pasal 10

Keputusan Menteri, keputusan gubernur, dan keputusan


bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 menjadi
dasar pelaksanaan peninjauan kembali RTRW.
Paragraf 2
Pelaksanaan Peninjauan Kembali RTRW
Pasal 11
Peninjauan kembali RTRW dilakukan oleh tim yang dibentuk
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 12
(1) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ditetapkan dengan keputusan Menteri, keputusan
gubernur, atau keputusan bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Penetapan pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan bersama dengan penetapan
pelaksanaan peninjauan kembali RTRW.
Pasal 13
Ketentuan mengenai format konsep keputusan Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota tentang penetapan pelaksanaan
peninjauan kembali RTRW secara lebih terperinci tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 14
Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 terdiri atas unsur:
a. pemerintah

-6-

a. pemerintah;
b. perguruan tinggi; dan
c.

lembaga penelitian.
Pasal 15

Unsur pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf


a terdiri atas:
a. pejabat dari instansi di lingkungan kementerian/lembaga
yang menjadi anggota Badan Koordinasi Penataan Ruang
Nasional dan pejabat dari instansi kementerian/lembaga
terkait lainnya dalam hal diperlukan, untuk tim peninjauan
kembali RTRWN;
b. pejabat dari instansi di lingkungan pemerintah provinsi
yang menjadi anggota badan koordinasi penataan ruang
daerah provinsi dan pejabat dari instansi di lingkungan
pemerintah provinsi terkait lainnya dalam hal diperlukan,
untuk tim peninjauan kembali RTRWP; dan
c.

pejabat
dari
instansi
di
lingkungan
pemerintah
kabupaten/kota yang menjadi anggota badan koordinasi
penataan ruang daerah kabupaten/kota dan pejabat dari
instansi di lingkungan pemerintah kabupaten/kota terkait
lainnya dalam hal diperlukan, untuk tim peninjauan
kembali RTRWK/K.
Pasal 16

Unsur perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14


huruf b paling sedikit terdiri atas 2 (dua) orang dosen atau
akademisi yang memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan serta
kompeten di bidang penataan ruang dan/atau bidang lainnya
yang terkait dengan penataan ruang.
Pasal 17
(1) Dalam tim peninjauan kembali RTRWP, unsur perguruan
tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 paling sedikit
terdiri atas 1 (satu) orang dosen atau akademisi pada
perguruan tinggi lokal.
(2) Dalam hal tidak terdapat perguruan tinggi lokal, unsur
perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berasal dari perguruan tinggi lokal lain di daerah provinsi
sekitarnya.
Pasal 18
(1) Dalam tim peninjauan kembali RTRWK/K, unsur perguruan
tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 paling sedikit
terdiri atas 1 (satu) orang dosen atau akademisi pada
perguruan tinggi lokal.
(2) Dalam

-7-

(2) Dalam hal tidak terdapat perguruan tinggi lokal, unsur


perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berasal dari perguruan tinggi lokal lain di daerah
kabupaten/kota sekitarnya.
Pasal 19
(1) Unsur lembaga penelitian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 huruf c paling sedikit terdiri atas 2 (dua) orang
peneliti.
(2) Peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal
dari lembaga penelitian milik pemerintah, lembaga
penelitian milik swasta, atau lembaga penelitian milik
masyarakat, yang bergerak di bidang penataan ruang
dan/atau bidang lainnya yang terkait dengan penataan
ruang.
Pasal 20
(1) Dalam tim peninjauan kembali RTRWP, unsur lembaga
penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)
paling sedikit terdiri atas 1 (satu) orang peneliti dari lembaga
penelitian lokal.
(2) Dalam hal tidak terdapat lembaga penelitian lokal, unsur
lembaga penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berasal dari lembaga penelitian lokal lain di daerah
provinsi sekitarnya.
Pasal 21
(1) Dalam tim peninjauan kembali RTRWK/K, unsur lembaga
penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)
paling sedikit terdiri atas 1 (satu) orang peneliti dari lembaga
penelitian lokal.
(2) Dalam hal tidak terdapat lembaga penelitian lokal, unsur
lembaga penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berasal dari lembaga penelitian lokal lain di daerah
kabupaten/kota sekitarnya.
Pasal 22
Peninjauan kembali RTRW dilaksanakan melalui:
a. pengkajian;
b. evaluasi; dan
c.

penilaian.
Pasal 23

Pengkajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a


dilakukan terhadap:
a. RTRW

-8-

a. RTRW; dan
b. peraturan perundang-undangan dan kebijakan lainnya yang
terkait dengan pelaksanaan RTRW.
Pasal 24
(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b
dilakukan terhadap hasil pengkajian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 dan pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk melihat:
a. kualitas RTRW;
b. kesahihan RTRW; dan
c.

permasalahan pemanfaatan ruang berupa simpangan


pemanfaatan ruang.
Pasal 25

(1) Kualitas RTRW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat


(2) huruf a dinilai dengan memperhatikan:
a. kelengkapan muatan RTRW;
b. kedalaman pengaturan muatan RTRW;
c.

kesesuaian antara muatan RTRW dan karakteristik


daerah; dan

d. kesesuaian antara RTRW dan dinamika pembangunan


yang berkembang.
(2) Kesahihan RTRW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf b dinilai dengan memperhatikan kesesuaian
antara materi muatan RTRW dan berbagai peraturan
perundang-undangan terkait.
(3) Permasalahan pemanfaatan ruang berupa simpangan
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2) huruf a dinilai dengan memperhatikan kesesuaian
antara RTRW dan pemanfaatan ruang di lapangan.
Pasal 26
(1) Penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf c
dilakukan terhadap hasil evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk melihat:
a. tingkat kualitas RTRW;
b. tingkat kesahihan RTRW; dan
c.

tingkat permasalahan pemanfaatan ruang berupa


simpangan pemanfaatan ruang.

Pasal 27

-9-

Pasal 27
(1) Tingkat kualitas RTRW sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 ayat (2) huruf a dinyatakan baik jika tingkat kualitas
RTRW dinilai lebih dari 50% (lima puluh persen).
(2) Tingkat kesahihan RTRW sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (2) huruf b dinyatakan tinggi jika tingkat
kesahihah RTRW dinilai lebih dari 50% (lima puluh persen).
(3) Tingkat permasalahan pemanfaatan ruang berupa
simpangan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (2) huruf c dinyatakan kecil jika tingkat
permasalahan pemanfaatan ruang berupa simpangan
pemanfaatan ruang dinilai kurang dari 50% (lima puluh
persen).
Pasal 28
Ketentuan mengenai persentase penilaian terhadap tingkat
kualitas RTRW, tingkat kesahihan RTRW, dan tingkat
permasalahan
pemanfaatan
ruang
berupa
simpangan
pemanfaatan ruang secara lebih terperinci tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Paragraf 3
Perumusan Rekomendasi Tindak Lanjut Hasil Pelaksanaan Peninjauan
Kembali RTRW
Pasal 29
Pelaksanaan peninjauan kembali
rekomendasi tindak lanjut berupa:

RTRW

menghasilkan

a. rekomendasi tidak perlu dilakukan revisi terhadap RTRW;


atau
b. rekomendasi perlunya dilakukan revisi terhadap RTRW.
Pasal 30
Rekomendasi tidak perlu dilakukan revisi terhadap RTRW
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a diberikan jika:
a. tidak terjadi perubahan kebijakan yang mempengaruhi
pelaksanaan RTRW;
b. tidak terdapat dinamika pembangunan yang menuntut
perlunya dilakukan revisi RTRW; dan
c.

berdasarkan hasil evalusi dinyatakan tingkat kualitas RTRW


baik, tingkat kesahihan tinggi, dan tingkat permasalahan
pemanfaatan

- 10 -

pemanfaatan ruang berupa simpangan pemanfaatan ruang


kecil.
Pasal 31
(1) Dalam hal peninjauan kembali RTRW menghasilkan
rekomendasi tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf a, RTRW yang ditinjau kembali tetap berlaku
sesuai dengan masa berlakunya.
(2) Rekomendasi tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat disertai dengan usulan penertiban terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang.
Pasal 32
Rekomendasi perlunya dilakukan revisi terhadap RTRW
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf b diberikan jika:
a. terjadi
perubahan
pelaksanaan RTRW;

kebijakan

yang

mempengaruhi

b. terdapat dinamika pembangunan yang menuntut perlunya


dilakukan revisi RTRW; dan/atau
c.

berdasarkan hasil evalusi dinyatakan tingkat kualitas RTRW


tidak baik, tingkat kesahihan rendah, dan/atau tingkat
permasalahan pemanfaatan ruang berupa simpangan
pemanfaatan ruang besar.
Pasal 33

(1) Dalam hal peninjauan kembali RTRW menghasilkan


rekomendasi tindak lanjut sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf b, revisi terhadap RTRW dilakukan dengan
memperhatikan saran penyempurnaan yang termuat dalam
rekomendasi hasil peninjauan kembali.
(2) Revisi terhadap RTRW sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan prosedur penyusunan RTRW sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
Ketentuan mengenai format konsep rekomendasi tidak perlu
dilakukan revisi terhadap RTRW sebagaimana dimaksud pada
pasal 29 huruf a dan format konsep rekomendasi perlunya
dilakukan revisi terhadap RTRW sebagaimana dimaksud pada
Pasal 29 huruf b secara lebih terperinci tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Bagian

- 11 -

Bagian Ketiga
Tata Cara Peninjauan Kembali RTRW yang Dilakukan Lebih dari 1 (Satu) Kali
dalam 5 (Lima) Tahun
Pasal 35
Ketentuan mengenai tata cara peninjauan kembali RTRW yang
dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 32 berlaku
mutatis mutandis untuk peninjauan kembali RTRW yang
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun, dengan
ketentuan:
a. selain perincian dalam Pasal 23 ditambahkan data dan
informasi terkait dengan bencana alam skala besar,
perubahan batas territorial negara, dan/atau perubahan
batas wilayah daerah; dan
b. selain rincian dalam Pasal 25 ayat (2) ditambahkan kesesuaian
antara muatan RTRW dan kebutuhan pembangunan pasca
bencana alam skala besar, perubahan batas territorial negara,
dan/atau perubahan batas wilayah daerah.
Pasal 36
(1) Peninjauan kembali RTRW yang dilakukan lebih dari 1 (satu)
kali dalam 5 (lima) tahun dapat diusulkan oleh masyarakat.
(2) Untuk peninjauan kembali RTRWN, usulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri.
(3) Untuk peninjauan kembali RTRWP, usulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada gubernur yang
berwenang menetapkan peninjauan kembali RTRWP yang
diusulkan untuk ditinjau kembali.
(4) Untuk peninjauan kembali RTRWK/K, usulan sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
disampaikan
kepada
bupati/walikota yang berwenang menetapkan peninjauan
kembali RTRWk/K yang diusulkan untuk ditinjau kembali.
Pasal 37
(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan kajian terhadap usulan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36.
(2) Kajian sebagaimana dimaksud oleh dilakukan oleh tim yang
dibentuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
(3) Hasil kajian sebagaimana
menghasilkan:

dimaksud

pada

ayat

(1)

a.

rekomendasi perlunya dilakukan peninjauan kembali


RTRW; atau

b.

rekomendasi tidak perlu dilakukan peninjauan kembali


RTRW.
Pasal 38

- 12 -

Pasal 38
Dalam hal kajian menghasilkan rekomendasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf a, Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya melakukan
peninjauan kembali RTRW sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 39
Dalam hal kajian menghasilkan rekomendasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) huruf b, Menteri, gubernur,
atau
bupati/walikota
sesuai
dengan
kewenangannya
menyampaikan rekomendasi dimaksud kepada masyarakat
yang menyampaikan usulan peninjauan kembali RTRW.

BAB IV
REVISI RTRW
Pasal 40
(1)

Revisi RTRW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dapat


dilakukan melalui:
a. perubahan peraturan perundang-undangan; atau
b. pencabutan peraturan perundang-undangan.

(2)

Perubahan peraturan perundang-undangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan jika perubahan
materi muatan RTRW tidak lebih dari 50% (lima puluh
persen).

(3)

Pencabutan peraturan perundang-undangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan jika perubahan
materi muatan RTRW lebih dari 50% (lima puluh persen).
Pasal 41

Ketentuan mengenai persentase bobot perubahan materi


muatan RTRW secara lebih terperinci tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 42
Dalam hal revisi RTRW dilakukan melalui perubahan peraturan
perundang-undangan, jangka waktu RTRW tidak mengalami
perubahan sesuai dengan jangka waktu RTRW sebelum
dilakukan revisi.
Pasal 43

- 13 -

Pasal 43
Dalam hal revisi RTRW dilakukan melalui pencabutan peraturan
perundang-undangan, jangka waktu RTRW berlaku 20 (dua
puluh) tahun sejak RTRW baru hasil revisi diundangkan.

BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
REPUBLIK INDONESIA,

FERRY MURSYIDAN BALDAN


Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

YASONNA H. LAOLY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

PENJELASAN

- 14 -

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG

I.

UMUM
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang tentang Peninjauan
Kembali Rencana Tata Ruang merupakan peraturan pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang sebagaimana penyusunannya diamanatkan dalam Pasal
92 Peraturan Pemerintah dimaksud yang menyatakan bahwa tata cara
peninjauan kembali rencana tata ruang diatur dengan peraturan menteri
Namun, ruang lingkup Peraturan Menteri ini diperluas tidak hanya
mengatur mengenai tata cara, tetapi juga kriteria peninjauan kembali dan
revisi RTR. RTR dimaksud yaitu RTRW yang meliputi RTRWN, RTRWP, dan
RTRWK/K. Adapun untuk pengaturan mengenai kriteria peninjauan
kembali, tata cara peninjauan kembali, dan revisi rencana rinci tata ruang
akan diatur dalam peraturan menteri tersendiri.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang tentang Peninjauan
Kembali Rencana Tata Ruang disusun dengan dasar pada pemikiran bahwa
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang belum mengatur secara lebih rinci mengenai peninjauan
kembali RTRW sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan peraturan
pelaksanaan yang lebih terperinci agar peninjauan kembali RTRW dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Secara umum Peraturan Menteri ini memuat materi-materi pokok
yang disusun secara sistematis sebagai berikut: kriteria peninjauan
kembali, tata cara peninjauan kembali, dan revisi RTRW. Selain materi
muatan tersebut, juga dalam Lampiran dimuat matriks mengenai
persentase bobot untuk setiap perubahan materi muatan RTRW. Matriks
dimaksudkan untuk memperjelas dan memberikan pedoman dalam
perhitungan persentase perubahan RTRW untuk menentukan bentuk revisi
yang akan ditempuh.

II.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2

- 15 -

Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan peninjauan kembali RTR yang
berkualitas adalah peninjauan kembali yang dilaksanakan sesuai
dengan prosedur yang benar dan menghasilkan rekomendasi yang
dapat dipertanggungjawabkan secara teknis substantif.
Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan kriteria peninjauan kembali RTR
adalah syarat-syarat yang menjadi dasar dilakukannya
peninjauan kembali RTR.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan revisi RTR adalah proses
memperbaiki RTR melalui perubahan materi muatan RTR
sebagai tindak lanjut peninjauan kembali yang menghasilkan
perlunya dilakukan revisi RTR.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 4
Huruf a
Yang dimaksud 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun adalah setelah
RTRW berlaku 5 (lima) tahun.
Huruf b
Yang dimaksud lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun
adalah sebelum RTRW berlaku 5 (lima) tahun.
Pasal 5
5 (lima) tahun berlakunya RTRW dihitung sejak peraturan perundangundangan tentang RTRW, seperti peraturan daerah kabupaten tentang
RTRWK/K, diundangkan dalam lembar daerah. Misalnya, jika RTRWK/K
diundangkan Tahun 2014, RTRWK/K tersebut ditinjau kembali pada
Tahun 2019.
Pasal 6

- 16 -

Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan dilakukannya sebelum RTRW berlaku 5
(lima) tahun misalnya RTRWK/K yang diundangkan Tahun 2014
ditinjau kembali pada Tahun 2017.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan bencana alam skala besar adalah
bencana, baik bencana nasional maupun bencana daerah,
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan yang ditetapkan berdasarkan besaran jumlah
korban jiwa, kerugian harta benda, kerusakan sarana dan
prasarana, cakupan luas wilayah yang terkena bencana, dan
dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan perubahan batas teritorial Negara
adalah perubahan batas Negara yang meliputi perubahan
matra darat, matra laut, dan matra udara.
Huruf c
Yang dimaksud dengan perubahan batas wilayah daerah
adalah perubahan batas daerah yang berupa pemekaran
wilayah atau penggabungan wilayah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Misal RTRWK/K berlaku Tahun 2014 s.d. 2034, kemudian oleh karena
terdapat perubahan batas wilayah daerah pada Tahun 2017 ditinjau
kembali dan direvisi. Tahun 2018 peraturan daerah tentang RTRWK/K
baru ditetapkan dan diundangkan. Oleh karena peraturan daerah
tentang RTRWK/K tersebut diundangkan pada Tahun 2018, dalam hal
sebelum Tahun 2023 tidak terdapat bencana alam skala besar,
perubahan atas teritorial negara, dan/atau perubahan batas wilayah
daerah, RTRWK/K tersebut hanya dapat ditinjau kembali pada Tahun
2023.
Pasal 8
Dalam peninjauan kembali RTRW, penetapan pelaksanaan peninjauan
kembali RTRW, pelaksanaan peninjauan kembali RTRW, dan perumusan
rekomendasi tindak lanjut hasil pelaksanaan peninjauan kembali RTRW
merupakan serangkaian proses yang dilakukan secara berurutan
dimulai dengan penetapan peninjauan kembali RTRW.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10

- 17 -

Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan dilakukan bersama dengan penetapan
pelaksanaan peninjauan kembali RTRW adalah bahwa dalam
keputusan Menteri, keputusan gubernur, atau keputusan
bupati/wailkota tentang penetapan pelaksanaan peninjauan
kembali RTRW dapat sekaligus menetapkan pembentukan tim
peninjauan kembali RTRW.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan perguruan tinggi lokal adalah perguruan
tinggi yang berdomilisi di daerah provinsi yang melakukan
peninjauan kembali RTRWP.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan provinsi sekitarnya adalah provinsi yang
berada di sekitar provinsi yang melakukan peninjauan kembali
RTRWP, terutama provinsi yang berbatasan.

Pasal 18

- 18 -

Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan perguruan tinggi lokal adalah perguruan
tinggi yang berdomilisi di daerah kabupaten/kota yang melakukan
peninjauan kembali RTRWK/K.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kabupaten/kota sekitarnya adalah
kabupaten/kota yang berada di sekitar kabupaten/kota yang
melakukan
peninjauan
kembali
RTRWK/K,
terutama
kabupaten/kota yang berbatasan.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan lembaga penelitian lokal adalah lembaga
penelitian yang berdomilisi di daerah provinsi yang melakukan
peninjauan kembali RTRWP.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan provinsi sekitarnya adalah provinsi yang
berada di sekitar provinsi yang melakukan peninjauan kembali
RTRWP, terutama provinsi yang berbatasan.
Pasal 21
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan lembaga penelitian lokal adalah lembaga
penelitian yang berdomilisi di daerah kabupaten/kota yang
melakukan peninjauan kembali RTRWK/K.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kabupaten/kota sekitarnya adalah
kabupaten/kota yang berada di sekitar kabupaten/kota yang
melakukan
peninjauan
kembali
RTRWK/K,
terutama
kabupaten/kota yang berbatasan.
Pasal 22
Dalam peninjauan kembali RTRW, pengkajian, evaluasi, dan penilaian
dilakukan secara bertahap diawali dengan pengkajian selanjutnya
evaluasi dan diakhiri dengan penilaian.

Pasal 23

- 19 -

Pasal 23
Huruf a
RTRW dimaksud mencakup keseluruhan materi muatan RTRW,
terutama peta rencana struktur ruang dan peta rencana pola
ruang.
Huruf b
Peraturan perundang-undangan dan kebijakan lainnya dimaksud
mencakup seluruh peraturan perundang-undangan dan kebijakan
baik pada tingkat nasional maupun tingkat daerah.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan karakteristik daerah adalah kearifan
lokal dan karakteristik fisik, misalnya bentang alam, daerah
rawan bencana, dll.
Huruf d
Yang dimaksud dengan dinamika pembangunan adalah
tuntutan perubahan yang berkaitan dengan nilai-nilai kearifan
lokal dan kebutuhan pembangunan, antara lain terkait dengan
perkembangan
paradigma
pemikiran,
kebijakan,
perkembangan teknologi, penemuan sumber daya alam, upaya
mitigasi bencana, dan perubahan perilaku sosial dan ekonomi
yang mempengaruhi pencapaian tujuan penataan ruang
wilayah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27

- 20 -

Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan prosedur penyusunan RTRW adalah
prosedur penyusunan RTRW berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait dengan perencanaan tata ruang,
terutama Bab IV tentang Pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Yang dimakud dengan masyarakat adalah orang perseorangan,
kelompok orang, termasuk hukum adat, korporasi, dan/atau
pemangku

- 21 -

pemangku
kepentingan
nonpemerintah
penyelenggaraan penataan ruang.

lain

dalam

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Ketentuan Pasal 90 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang mengatur bahwa revisi
terhadap RTR yang materi perubahannya tidak lebih dari 20% (dua
puluh persen), penetapannya dapat dilakukan melalui perubahan
peraturan perundang-undangan. Namun, Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan mengatur bahwa jika suatu perubahan peraturan
perundang-undangan
mengakibatkan
materi
peraturan
perundang-undangan berubah lebih dari 50% (lima puluh persen),
peraturan perundang-undangan yang diubah tersebut lebih baik
dicabut dan disusun kembali dalam peraturan perundangundangan yang baru. Dengan mempertimbangkan asas peraturan
perundang-undangan, penetapan persentase perubahan materi
muatan RTRW sebagai dasar menentukan peraturan perundangundangan tentang RTRW diubah atau dicabut mengacu pada
ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yaitu 50% (lima
puluh persen).

Ayat (3)

- 22 -

Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Dengan dicabutnya peraturan perundang-undangan tentang RTRW yang
direvisi, maka RTRW hasil revisi merupakan RTRW baru yang oleh
karenanya memiliki masa berlaku 20 (dua puluh) tahun sejak peraturan
perundang-undangan tentang RTRW baru diundangankan.
Pasal 44
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

LAMPIRAN I

- 23 -

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG

FORMAT KONSEP KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR,


DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN
PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI RTRW

KEPUTUSAN ____(1)____
NOMOR: ____(2)____
TENTANG
PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI ____(3)____
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
____(4)____,
Menimbang

a. bahwa sesuai dengan ketentuan ____(5)____, ____(6)_____


ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun;
b. bahwa tahun ____(7)____ merupakan masa periodik 5
(lima) tahun pertama untuk dilakukan peninjauan
kembali ____(8)____ untuk melihat kesesuaiannya dengan
kebutuhan pembangunan;
c. bahwa sesuai dengan ketentuan ____(9)____ Peraturan
Pemerintah
Nomor
15
Tahun
2010
tentang
Penyelenggaraan
Penataan
Ruang,
penetapan
pelaksanaan peninjauan kembali ____(10)____ dilakukan
dengan Keputusan ____(11)____;
d. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Keputusan ____(12)____ tentang Penetapan
Pelaksanaan Peninjauan Kembali ____(13)____;

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
3. ____(14)____
MEMUTUSKAN

- 24 -

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

KEPUTUSAN
____(15)____
TENTANG
PENETAPAN
PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI ____(16)____

KESATU

Menetapkan pelaksanaan peninjauan kembali ____(17)____.

KEDUA

Pelaksanaan peninjauan kembali ____(18)____ sebagaimana


dimaksud dalam DIKTUM KESATU dilakukan oleh Tim
Peninjauan Kembali ____(19)____.

KETIGA

Tim Peninjauan Kembali ____(20)____ sebagaimana dimaksud


dalam DIKTUM KEDUA yang selanjutnya disebut Tim PK
____(21)____ terdiri atas Tim Pengarah, Tim Pelaksana, dan
Narasumber dengan susunan keanggotaan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KEEMPAT

Tugas Tim PK ____(22)____yaitu sebagai berikut:


1. Tim Pengarah bertugas:
a. memberikan pengarahan kepada Tim Pelaksana dalam
pelaksanaan peninjauan kembali ____(23)____;
b. memberikan saran dan evaluasi terhadap hasil kerja
Tim Pelaksana; dan
c. menyampaikan laporan
kepada ____(24)____;

dan

bertanggung

jawab

2. Tim Pelaksana bertugas:


a. menyiapkan materi peninjauan kembali ____(25)____;
b. melakukan penyusunan dan perumusan rekomendasi
peninjauan kembali ____(26)____;
c. melakukan pembahasan hasil perumusan bersama
Tim Pengarah dan Narasumber;
d. melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam
seluruh
rangkaian
kegiatan
peninjauan
kembali____(27)____;
e. menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya dan
bertanggung jawab kepada ____(28)____ melalui Tim
Pengarah;
3. Narasumber bertugas memberikan masukan profesional
sesuai bidang keahliannya
KELIMA

Tim PK ____(29)____ dinyatakan berakhir masa tugasnya


setelah pelaksanaan peninjauan kembali ____(30)____ selesai.

KEENAM

Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat ditetapkannya


Keputusan ini dibebankan pada ____(31)____.

KETUJUH

- 25 -

KETUJUH

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Tembusan disampaikan kepada Yth.:


1. ____(32)____
Ditetapkan di ____(33)____
pada tanggal ____(34)____
____(35)____

____(36)____

Lampiran

- 26 -

Lampiran Keputusan ____(37)____


Nomor

____(38)____

Tanggal

____(39)____

TIM PENINJAUAN KEMBALI


____(40)____

NO.

NAMA/INSTANSI

A.
1.

TIM PENGARAH

2.

3.
...
B.
1.

dll.
TIM PELAKSANA

2.

3.
....
C.
1.
2.
3.
....

dll.
NARASUMBER

dll.

KEDUDUKAN
DALAM TIM
Ketua
merangkap anggota
Wakil Ketua
merangkap anggota
Anggota
Ketua
merangkap anggota
Wakil Ketua
merangkap anggota
Anggota
Narasumber
Narasumber
Narasumber

____(41)____

____(42)____

Keterangan:
(1), (4), (11), (12), (15), (24), (28), (35), (37), dan (41): untuk RTRWN yaitu Menteri
Agraria dan Tata Ruang, untuk RTRWP yaitu gubernur yang RTRWPnya ditinjau kembali, dan untuk RTRWK/K yaitu bupati/walikota
yang RTRWK/K-nya ditinjau kembali
(2), (38):

nomor

(3), (6), (8), (10), (13), (16) s.d (23), (25) s.d. (27), (29), (30), (40): RTRW yang
ditinjau kembali
(4) : untuk

- 27 -

(4)

untuk RTRWN yaitu Menteri Agraria dan Tata Ruang, untuk RTRWP
dan RTRWK/K yaitu gubernur atau bupati/walikota yang RTRW-nya
ditinjau kembali

(5)

pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengamanatkan


dilakukannya peninjauan kembali, yaitu sbb.:
-

untuk peninjauan kembali RTRWN yaitu antara lain Pasal 20


ayat (4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (UU 26/2007) dan Pasal 82 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataa Ruang (PP 15/2010);

untuk peninjauan kembali RTRWP yaitu antara lain Pasal 23


ayat (4) UU 26/2007 dan Pasal 82 ayat (1) PP 15/2010;

untuk peninjauan kembali RTRW kabupaten yaitu antara lain


Pasal 26 ayat (5) UU 26/2007 dan Pasal 82 ayat (1) PP 15/2010;
dan

untuk peninjauan kembali RTRW kota yaitu antara lain Pasal 26


ayat (5) dan Pasal 28 UU 26/2007, serta Pasal 82 ayat (1) PP
15/2010.

(7)

tahun dilakukannya peninjauan kembali RTRW

(9)

pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengamanatkan


penetapan pelaksanaan peninjauan kembali RTRW, yaitu sbb.:
-

untuk peninjauan kembali RTRWN yaitu antara lain Pasal 84


huruf a PP 15/2010;

untuk peninjauan kembali RTRWP yaitu antara lain Pasal 84


huruf b PP 15/2010; dan

untuk peninjauan kembali RTRWK/K yaitu antara lain Pasal 84


huruf c PP 15/2010.

(14)

peraturan perundang-undangan lain yang menjadi dasar


kewenangan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menetapkan
keputusan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dan peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan penetapan keputusan
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dimaksud.

(31)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah dengan ketentuan sebagai berikut:

(32)

untuk peninjauan kembali RTRWN yaitu Anggaran Pendapatan


dan Belanja Negara Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

untuk peninjauan kembali RTRWP yaitu yaitu Anggaran


Pendapatan dan Daerah instansi di lingkungan pemerintah
provinsi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
penataan ruang; dan

untuk peninjauan kembali RTRWK/K yaitu yaitu Anggaran


Pendapatan dan Daerah instansi di lingkungan pemerintah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang penataan ruang.

pimpinan kementerian/lembaga terkait serta instansi pemerintah


daerah provinsi dan kabupaten/kota terkait.

(33) : lokasi

- 28 -

(33)

lokasi berkedudukannya Menteri Agraria dan Tata Ruang, gubernur,


atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud point (1)

(34), (39): tanggal penetapan


(36), (42): nama Menteri Agraria dan Tata Ruang,
bupati/walikota sebagaimana dimaksud point (1)

gubernur,

atau

LAMPIRAN II

- 29 -

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG

PERSENTASE TINGKAT KUALITAS RTRW,


TINGKAT KESAHIHAN RTRW, DAN TINGKAT
PERMASALAHAN PEMANFAATAN RUANG
No.
1.

Objek
kualitas
RTRW

Variabel
kelengkapan
muatan RTRW

kedalaman
pengaturan muatan
RTRW

2.

3.

Keterangan
lengkap
tidak lengkap
sesuai (dengan
pedoman
penyusunan
RTRW)
tidak sesuai
(dengan
pedoman
penyusunan
RTRW)

kesesuaian antara
muatan RTRW dan
karakteristik daerah

sesuai

kesesuaian antara
RTRW dan dinamika
pembangunan yang
berkembang

sesuai

kesahihan
RTRW

kesesuaian dengan
peraturan
perundangundangan terkait

sesuai

simpangan
pemanfaatan
ruang

kesesuaian antara
perda tentang RTRW
dan pemanfaatan
ruang di lapangan

sesuai

tidak sesuai

tidak sesuai

tidak sesuai

tidak sesuai

Nilai
20,00% - 40,00%
0% - 19,99%
10,00% - 20,00%

0% - 9,99%

10,00% - 20,00%
0% - 9,99%
10,00% - 20,00%
0% - 9,99%
50,00% - 100,00%
0% - 49,99%

50,00% - 100,00%
0% - 49,99%

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG


REPUBLIK INDONESIA,

FERRY MURSYIDAN BALDAN

LAMPIRAN III

- 30 -

LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG

FORMAT KONSEP SURAT REKOMENDASI


TIDAK PERLU DILAKUKAN REVISI TERHADAP RTRW
Nomor
Tanggal
Lampiran

: ____(1)____
: ____(2)____
: ____(3)____ berkas

Kepada Yth.
____(4)____
di
____(5)____
Perihal

: Hasil Peninjauan Kembali ____(6)____

Sehubungan dengan pelaksanaan peninjauan kembali ____(7)____, kami


sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam rangka melaksanakan ketentuan ____(8)____ yang mengamanatkan
bahwa ____(9)____ ditinjau 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun, Tim Peninjauan
Kembali melakukan penyusunan dan perumusan rekomendasi peninjauan
kembali ____(10)____ dimaksud.
2. ____(11)____ telah dikaji, dievaluasi, dan dinilai oleh Tim Peninjauan Kembali
yang hasilnya secara terperinci dituangkan dalam Lampiran.
3. Berdasarkan hasil kajian, evaluasi, dan penilaian sebagaimana dimaksud
pada angka 2, dinyatakan bahwa ____(12)____ memiliki:
a. kualitas yang baik;
b. tingkat kesahihan yang tinggi; dan
c. tingkat permasalahan pemanfaatan ruang berupa simpangan
pemanfaatan ruang yang kecil.
4. Berdasarkan hal-hal sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3, Tim
Peninjauan Kembali memberikan rekomendasi bahwa ____(13)____ tidak
perlu dilakukan revisi dan tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya.
Tim Peninjauan Kembali
Ketua,
__________________

FORMAT

- 31 -

FORMAT KONSEP SURAT REKOMENDASI


PERLUNYA DILAKUKAN REVISI TERHADAP RTRW

Nomor
Tanggal
Lampiran

: ____(1)____
: ____(2)____
: ____(3)____ berkas

Kepada Yth.
____(4)____
di
____(5)____
Perihal

: Hasil Peninjauan Kembali ____(6)____

Sehubungan dengan pelaksanaan peninjauan kembali ____(7)____, kami


sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam rangka melaksanakan ketentuan ____(8)____ yang mengamanatkan
bahwa ____(9)____ ditinjau 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun, Tim
Peninjauan Kembali melakukan penyusunan dan perumusan rekomendasi
peninjauan kembali ____(10)____ dimaksud.
2. ____(11)____ telah dikaji, dievaluasi, dan dinilai oleh Tim Peninjauan Kembali
yang hasilnya secara terperinci dituangkan dalam Lampiran.
3. Berdasarkan hasil kajian, evaluasi, dan penilaian sebagaimana dimaksud
pada angka 2, dinyatakan bahwa ____(12)____ memiliki:
a. kualitas yang tidak baik;
b. tingkat kesahihan yang rendah; dan
c. tingkat permasalahan pemanfaatan ruang berupa simpangan
pemanfaatan ruang yang besar.
4. Berdasarkan hal-hal sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan angka 3, Tim
Peninjauan Kembali memberikan rekomendasi bahwa ____(13)____ perlu
dilakukan revisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
dengan memperhatikan saran penyempurnaan sebagaimana tertuang dalam
Lampiran.
Tim Peninjauan Kembali
Ketua,

__________________

Keterangan:
(1)

nomor surat

(2)

tanggal surat

(3)

jumlah berkas yang dilampirkan


(4) : untuk

- 32 -

(4)

untuk RTRWN yaitu Menteri Agraria dan Tata Ruang, untuk RTRWP
yaitu gubernur yang RTRWP-nya ditinjau kembali, dan untuk
RTRWK/K yaitu bupati/walikota yang RTRWK/K-nya ditinjau
kembali

(5)

lokasi berkedudukannya Menteri Agraria dan Tata Ruang, gubernur,


atau bupati/walikota sebagaimana dimaksud point (4)

(6), (7), (9), (10), (11), (12), (13): RTRW yang ditinjau kembali
(8)

pasal dalam peraturan perundang-undangan yang mengamanatkan


dilakukannya peninjauan kembali, yaitu sbb.:
-

untuk peninjauan kembali RTRWN yaitu antara lain Pasal 20


ayat (4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (UU 26/2007) dan Pasal 82 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataa Ruang (PP 15/2010);

untuk peninjauan kembali RTRWP yaitu antara lain Pasal 23


ayat (4) UU 26/2007 dan Pasal 82 ayat (1) PP 15/2010;

untuk peninjauan kembali RTRW kabupaten yaitu antara lain


Pasal 26 ayat (5) UU 26/2007 dan Pasal 82 ayat (1) PP 15/2010;
dan

untuk peninjauan kembali RTRW kota yaitu antara lain Pasal 26


ayat (5) dan Pasal 28 UU 26/2007, serta Pasal 82 ayat (1) PP
15/2010.

Dalam rekomendasi tidak perlu dilakukan revisi terhadap RTRW, jika


berdasarkan hasil peninjauan kembali terdapat usulan penertiban terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang, setelah kata berlakunya pada angka 4
ditambahkan frasa dengan tetap memperhatikan usulan penertiban terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang sebagaimana tertuang dalam Lampiran.

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG


REPUBLIK INDONESIA,

FERRY MURSYIDAN BALDAN

LAMPIRAN IV

- 33 -

LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG

PERSENTASE BOBOT PERUBAHAN MATERI MUATAN RTRW


Rencana Umum Tata Ruang
No.

Materi Muatan

RTRWN
(% maks.)

RTRWP
(% maks.)

RTRWK/K
(% maks.)

1.

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN


STRATEGI PENATAAN RUANG

15%

15%

15%

2.

RENCANA STRUKTUR RUANG


WILAYAH

40%

40%

20%

2.1. Sistem Pusat Permukiman

5%

5%

5%

2.2. Sistem Jaringan Prasarana

35%

35%

15%

RENCANA POLA RUANG

20%

20%

40%

3.1. Kawasan Lindung

5%

5%

15%

15%

15%

25%

5%

5%

5%

10%

10%

10%

5.1. Perwujudan Rencana Struktur


Ruang

5%

5%

5%

5.2. Perwujudan Rencana Pola


Ruang

5%

5%

5%

10%

10%

10%

3.

3.2. Kawasan Budi Daya


4.

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

5.

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

6.

ARAHAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG


REPUBLIK INDONESIA,

FERRY MURSYIDAN BALDAN

You might also like