You are on page 1of 16

Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki dan

umumnya merugikan manusia ( belum diketahui manfaatnya ). Pada umumnya


tumbuhan yang lebih lazim disebut sebagai gulma cenderung mempunyai sifat sifat
atau cirri khas tertentu yang memungkinkannya untuk mudah menyebar luas dan
mampu menimbulkam kerugian dan gangguan.
Ada bermacam macam penggolongan gulma , antara lain :
1. Berdasarkan morfologinya
Grasses ( rumput rumputan ) yang masuk famili graminae, untuk gulma di
perkebunan misalnya :
a. Alang alang ( Imperata cylindrica )
b. Pahitan ( Paspalum conjugatum )
c. Jambe jambean ( Setaria plicata )
Sedges ( sejenis teki, termasuk famili Cyperaseae ) mirip dengan golongan
rerumputan, bedanya batangnya berbentuk segitiga, contoh di perkebunan :
a. Teki udel ( Cyperus kyllinga )
b. Teki ( Cyperus rotundus )
Broad leaf ( daun lebar ), contoh di perkebunan :
a. Mekania ( Mikania sp.)
b. Putri malu ( Mimosa sp.)
c. Wedusan ( Ageratum conyzoides )
Paku pakuan ( Pakis ), contoh di perkebunan :
a. Pakis kadal ( Cyclosorus aridus )
b. Pakis kawat ( Gleichenia linearis )
c. Krakat / picissan ( Drymoglossum piloselloides )
2. Berdasarkan umur gulma

Annual weed ( umurnya <> 1 th, maksimum 2 th ). Tahun pertama umumnya


tumbuh kearah vegetatif dan tahun kedua kea rah generatif, setelah itu mati.
Parennial ( tahuan, hidup > 2 th ), dapat berkembang biak secara vegetatif dan
generatif yang dibedakan atas :
a. Gulma tahunan sederhana, berkembang biak dengan biji dan secara vegetatif jika
akar tajuknya dilukai.
b. Gulma tahunan menjalar, berkembang biak dengan akar yang menjalar baik yang
tumbuh diatas tanah ( stolon ), maupun yang ada di dalam tanah ( rhizoma ).
Golongan ini paling sulit dikendalikan.
Ciri ciri tanaman yang menjadi gulma ;
Pertumbuhan cepat
Mempunyai daya saing yang kuat dalam prebutan factor factor kebutuhan hidup.
Mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim.
Mempunyai daya berkembang biak yang besar baik secara generatif maupun
vegetatif atau kedua duanya.
Alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angina, air maupun binatang.
Biasanya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup
dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
Beberapa Macam Pengendalian Gulma
1. Mekanis
Dilakukan dengan tenaga manusia yang dibantu dengan alat alat pertanian seperti
sabit, garpu, parang dsb. Biasanya dilakukan pada daerah yang cukup tenaga
manusianya atau pada lahan yang relative datar.
1) Pendongkelan
Keuntungannya :
Dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah.
Sudah dikerjakan dan tidak tidak membutuhkan keahlian khusus.
Pada keadaan tertentu biaya lebih murah

Kerugiannya :
Pada tanah miring akan memperbesar erosi.
Dalam waktu yang lama akan terjadi cekungan tanah disekitar tanaman sehingga
terjadi genangan air pada musim hujan.
Jika kurang hati hati akan merusak tanaman.
2) Kesrik pendem
Yaitu menyiang dengan cara mencangkul gulma sehingga perakaran gulma yang
dangkal ikut terpotong ( tercabut ), kemudian seresah gulma tersebut dibenam
diujung daerah feeder root sehingga menjadi humus yang dapat memperbaiki struktur
tanah.
3) Jombret ( slashing )
Yaitu penyiangan tanpa mengganggu akar gulma dengan tujuan membuang bagian
vegetatif dan generatif gulma yang berada diatas tanah.
Keuntungannya :
Menghasilkan bahan mulsa untuk tanaman pokok.
Tidak menambah erosi.
Mudah dikerjakan dan tidak membutuhkan keahlian yang tinggi.
Pada keadaan tertentu biaya lebih murah.
Kerugiannya :
Harus dilakukan berulang ulang jika pertumbuhan gulma cepat.
Merangsang akar untuk menyerap unsure hara dari tanah menjadi lebih banyak.
2. Kultur Teknis
Metode yang dapat menekan pertumbuhan gulma adalah :
Mengatur jarak tanam tanaman pokok.
Menutup permukaan tanah sekitar tanaman pokok dengan seresah atau mulsa.
Menanam tanaman penaung.

3. Biologis
Dengan menggunakan musuh alami tertentu ( berupa serangga atau jamur ) yang
menyerang gulma tertentu. Sampai dengan saat ini belum diterapkan di Indonesia.
4. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan bahan bahan kimiawi yang
disebut herbisida.
Keuntungan :
Tidak memerlukan banyak tenaga manusia.
Kerusakan pada tanaman pokok dapat dihindari.
Erosi tanah dapat diminimalisir.
Waktu yang diperlukan lebih singkat.
Cekungan cekungan tanah disekitar tanaman dapat dihindari.
Kerugian :
Biaya pengendalian tergantung dari harga herbisida ( relative lebih mahal ).
Diperlukan tenaga skill.
Menggunakan alat alat khusus yang relative lebih mahal.
Jika tidak hati hati dapat merusak tanaman pokok dan meracuni manusia, binatang
ternak serta lingkungan.
Pemakaian terus menerus dalam jangka panjang dapat mengeraskan tanah.
Sumber : Bastari,D Husni. 1997. Pedoman Pengelolaan Budidaya Kopi Arabika.
Surabaya : PTPN XII ( Persero )
Pengelolaan gulma (weed management) merupakan tindakan yang bertujuan
untuk membatasi atau mengurangi pertumbuhan dan penyebaran gulma.
Pengelolaan gulma meliputi tindakan pencegahan (prevention), pengendalian
(control) dan pemanfaatan gulma.
A. Tindakan Pencegahan Gulma
Tindakan pencegahan (prevention) adalah tindakan yang bertujuan untuk

membatasi atau mengurangi pertumbuhan dan penyebaran gulma sehingga usaha


pengendalian terhadap gulma yang tumbuh menjadi seminimal mungkin atau
tidak perlu dilakukan (ditiadakan). Tindakan pencegahan didasarkan pada
tahapan perkembangan gulma yaitu perkecambahan, pertumbuhan, pendewasaan,
dan reproduksi. Berdasarkan tahapan tersebut, pendekatan pencegahan gulma
meliputi mengurangi jumlah propagule yang diproduksi gulma, mengurangi
jumlah gulma yang berkecambah, dan meminimalkan kompetisi yang terjadi
antara tanaman dan gulma.
Beberapa tindakan pencegahan yang dianjurkan antara lain : pengolahan
tanah sebelum tanam, pergiliran tanaman, penggunaan benih bersertifikat, sistem
pertanaman, pemrosesan makanan ternak yang berasal dari hasil tanaman,
penggunaan pupuk kandang yang telah mengalami proses fermentasi sempurna,
mencegah ternak maupun alat-alat pertanian sebagai sarana penyebar biji gulma
berbahaya, dan lainnya.
Pengolahan tanah sebelum tanam
Secara ekologi, pengolahan tanah mempengaruhi lingkungan fisik gulma
dalam ekosistem gulma-tanaman. Pengolahan tanah mempengaruhi faktor-faktor
penting bagi pertumbuhan gulma seperti regrowth dan seed bank. Pengolahan
tanah sebelum penanaman dipandang sebagai tindakan pencegahan.
Simpanan biji-biji gulma di dalam tanah (seed bank) berada dalam kondisi
dorman (dormansi sekunder). Simpanan biji-biji gulma tersebut tidak dapat
berkecambah karena kondisi lingkungan tanah yang tidak mendukung
perkecambahan. Hasil penelitian (Chozin, 1987) pada gulma Cyperus iria L. dan
Cyperus microiria Steud menunjukkan bahwa dormansi sekunder pada gulma
tersebut disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kondisi
penyimpanan, level air tanah dan fotoperiod. Pengolahan tanah menyebabkan
biji-biji gulma di dalam tanah muncul ke permukaan tanah dan berkecambah.
Selanjutnya, gulma yang berkecambah dan tumbuh pada lahan pertanaman
dikendalikan dengan cara manual atau dengan metode pengendalian lainnya

Pengendalian Gulma 57
sehingga tidak memberi kesempatan gulma untuk berkembangbiak. Dengan
tindakan pengolahan tanah yang berulang, semakin lama simpanan biji-biji gulma
di dalam tanah semakin berkurang dan pada akhirnya gulma tersebut berada di
bawah batas ekonomi pengendalian.
Pengolahan tanah menyebabkan gulma-gulma yang hidup lebih dari satu
tahun atau dua tahun terpotong-potong dan terbenam di dalam tanah. Ukuran
propagul menjadi kecil-kecil dan tidak cukup untuk perkembangbiakan akibat
cadangan karbohidrat gulma semakin menipis bahkan habis akibat terpotongpotong
oleh aktivitas pengolahan tanah. Tunas-tunas baru yang muncul dari
sistem perakaran atau rhizoma gulma juga terkendalikan dengan pengolahan tanah.
Metode pengolahan tanah dapat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan gulma pada suatu pertanaman. Hasil penelitian Pramuhadi (2005)
menunjukkan bahwa penutupan gulma dan bobot kering gulma pada pertanaman
tebu cenderung meningkat dengan bertambahnya intensitas penggaruan tanah,
tetapi cenderung menurun dengan bertambahnya intensitas pembajakan tanah,
terutama pembajakan dengan bajak singkal. Gulma kalah bersaing dengan tebu
pada kondisi densitas dan tahanan penetrasi tanah yang rendah. Metode
pengolahan tanah dengan intensitas pengolahan tanah minimum yang
menghasilkan densitas dan tahanan penetrasi sebesar 1.2 - 1.3 g/cc dan 6.0 - 14.0
kgf/cm2 menyebabkan pertumbuhan gulma menjadi tertekan.
Pergiliran tanaman
Gulma spesies tertentu secara ekologis dapat tumbuh dengan baik pada
daerah budidaya dengan jenis tanaman tertentu dan mendominasi daerah
pertanaman budidaya. Pergiliran tanaman secara ekologis dapat mencegah
adanya dominasi spesies gulma atau kelompok gulma tertentu pada daerah
pertanaman budidaya.
Pergiliran tanaman berpengaruh terhadap komposisi gulma. Komposisi
gulma pada pertanaman monokultur dalam waktu yang lama menunjukkan

komposisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pola tanam rotasi. Mahfudz
(2005) melaporkan perubahan pola tanam dari monokultur jagung, tumpangsari
jagung-kakao hingga menjadi monokultur kakao menyebabkan jumlah jenis
gulma berkurang dan komunitas gulma cenderung didominasi oleh Paspalum
conjugatum. Perubahan pola tanam juga mengubah komposisi jenis gulma
dominan, dari jenis gulma berdaun lebar digantikan oleh gulma golongan rumput.
Ball dan Miller (1993) menemukan 190 jenis gulma pada pola monokultur jagung
selama 5 tahun, 245 jenis gulma pada pola rotasi Phaseolus vulgaris (2 tahun)jagung (3 tahun). Selain perubahan komposisi tersebut, pola tanam juga
menyebabkan perbedaan jenis gulma dominan. Gulma Setaria viridis merupakan
gulma dominan pada pertanaman jagung terus menerus, sedangkan gulma
Amaranthus retroflexus merupakan gulma dominan pada rotasi P.vulgaris-jagung.
Pengendalian Gulma 58
Pengunaan benih bersertifikat
Untuk mencegah penyebaran biji gulma melalui benih, di berbagai negara
dibuat suatu peraturan perundang-undangan yang mengatur mutu benih yang
dapat diperdagangkan yaitu peraturan sertifikasi benih. Sebagai contoh di
Amerika Serikat, benih berukuran kecil seperti alfafa, sweet clover, millet,
dilarang diperdagangkan bila dalam 10 g contoh terdapat lebih dari 1 biji gulma
yang berbahaya, sedangkan pada benih (biji) berukuran besar seperti jagung,
wheat, barley, dilarang diperdagangkan bila dalam 100 g contoh terdapat 1 biji
gulma berbahaya.
Penggenangan
Tindakan penggenangan biasa dilakukan pada budidaya padi sawah.
Kondisi anaerob akibat penggenangan dapat membatasi perkecambahan dan
pertumbuhan gulma-gulma. Penggenangan menyebabkan kerusakan gulma
melalui hambatan proses respirasi di daerah perakaran akibat berkurangnya
oksigen di daerah perakaran. Hasil penelitian Soerjani, et. al. (1977) menunjukkan
bahwa penggenangan 515 cm dapat menekan perkecambahan biji-biji gulma

teki dan rumput, sementara gulma golongan berdaun lebar tidak tertekan.
Bangun (1981) melaporkan bahwa populasi gulma teki dapat ditekan dengan
penggenangan 510 cm, sedangkan golongan rumput dapat ditekan dengan
penggenangan 1015 cm, bahkan penggenangan 1015 cm dapat menekan
populasi teki 36 kali. Penelitian Rusyadi (1993) menunjukkan bahwa
penggenangan 2.5 cm dapat menekan bobot kering gulma total sebesar 76.0% dan
menurunkan persen penutupan gulma total sebesar 23.5% dibandingkan dengan
tanpa penggenangan. Bobot kering Monochoria vaginalis dapat ditekan dengan
penggenangan 2.5 cm. Hasil penelitian Pramudyani et al (2005) menunjukkan
bahwa penggenangan dapat menekan pertumbuhan gulma Frimbistylis miliacea
pada padi sawah. Semakin tinggi penggenangan, gulma F. miliacea semakin
tertekan yang ditunjukkan dengan jumlah anakan gulma F. miliacea yang semakin
rendah.
Pemrosesan pakan ternak
Pakan ternak yang berasal dari hasil tanaman sering tercampur dengan biji
atau propagul gulma. Biji atau propagul gulma tersebut dapat tumbuh di lokasi
tempat ternak berada apabila pakan tersebut tidak diproses secara sempurna.
Sebagai contoh, jerami padi yang tanpa melalui proses digunakan sebagai pakan
ternak sapi. Jerami tersebut mungkin membawa biji-biji gulma dan biji gulma itu
akhirnya tumbuh di tempat peternakan berada.
Penggunaan pupuk kandang
Untuk mencegah penyebaran biji gulma pada lingkungan pertanian, harus
dicegah penggunaan pupuk kandang yang belum mengalami proses fermentasi
yang sempurna. Biji-biji gulma biasanya terbawa pada pakan ternak dan terbuang
bersama kotoran ternak. Apabila proses fermentasi dalam pembuatan pupuk
Pengendalian Gulma 59
kandang tersebut belum sempurna, maka biji-biji yang terbawa tersebut dapat
tumbuh menjadi gulma pada lahan pertanian yang menggunakan pupuk kandang
tersebut.

Tindakan pencegahan lainnya


Beberapa tindakan berikut termasuk kategori tindakan pencegahan gulma.
Perpindahan ternak maupun alat-alat pertanian jangan sampai menjadi sarana
penyebar biji gulma berbahaya. Sebelum digunakan atau sebelum pindah ke lokasi
lainnya, usahakan alat tersebut dibersihkan sehingga dapat mencegah terbawanya
biji gulma ke lokasi baru. Pinggir sungai atau saluran irigasi perlu dibersihkan
dari gulma-gulma berbahaya. Hal ini untuk mencegah agar gulma tidak menyebar
ke lokasi lain melalui perantara air. Pembabatan gulma sebelum gulma
menghasilkan biji yang mampu berkecambah dan tumbuh. Pencegahan dapat juga
dilakukan secara legislatif (perundang-undangan) yang mengatur atau membatasi
transportasi atau penyebaran gulma di dalam maupun ke luar suatu daerah atau
negara.
B. Pengendalian Gulma secara Mekanis
Pengendalian gulma merupakan suatu usaha untuk membatasi atau menekan
infestasi gulma sampai tingkat tertentu sehingga pengusahaan tanaman budidaya
menjadi produktif dan efisien. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara
mekanis, kultur teknis, biologis (hayati), kimia (penggunaan herbisida), dan
terintegrasi (terpadu). Tindakan pencegahan dan pengendalian bersifat
komplementer.
Pengendalian gulma secara mekanis adalah tindakan pengendalian gulma
dengan menggunakan alat-alat sederhana hingga alat-alat mekanis berat untuk
merusak atau menekan pertumbuhan gulma secara fisik. Berdasarkan alat yang
digunakan, pengendalian secara mekanis dibedakan menjadi :
1. Manual (tenaga manusia) : tanpa alat / alat-alat sederhana seperti parang,
arit, kored, dll.
2. Semi mekanis : tenaga manusia memakai mesin ringan seperti mower
(pemotong rumput).
3. Mekanis penuh memakai alat-alat mesin berat seperti traktor besar, dll.
Berikut adalah beberapa contoh tindakan pengendalian mekanis yang biasa

dilakukan.
Mencabut gulma
Tindakan mencabut gulma merupakan pengendalian gulma secara manual.
Pengendalian gulma dengan cara mencabut gulma lebih sesuai untuk gulma
setahun, tidak efektif dan sukar dilaksanakan terhadap gulma yang mempunyai
rhizoma, stolon atau umbi, karena bagian-bagian tersebut segera dapat tumbuh
kembali membentuk tumbuhan baru. Pengendalian gulma dengan cara mencabut
Pengendalian Gulma 60
gulma memerlukan tenaga menusia dan waktu yang banyak. Namun demikian,
tindakan mencabut gulma menimbulkan gangguan yang minim terhadap tanaman.
Pada percobaan-percobaan pengendalian gulma, tindakan mencabut gulma
biasanya digunakan sebagai perlakuan pembanding.
Membabat gulma / memangkas / mowing
Berdasarkan aspek konservasi tanah dan pencegahan erosi,
pembabatan/pemangkasan gulma merupakan cara yang lebih baik dibandingkan
dengan berbagai cara lainnya. Waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan sifat
gulma yang dihadapi, terutama dikaitkan dengan masa pembentukan biji gulma.
Pembabatan gulma banyak diterapkan pada perkebunan besar, perkebunan rakyat,
bidang hortikultura (kabun buah-buahan, tanaman pekarangan). Pengaruh gulma
yang telah dibabat masih terlihat pada tanaman yang memiliki perakaran dangkal
(nenas, pisang, kelapa).
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dilihat sebagai tindakan pengendalian secara
mekanis. Pengolahan tanah sangat efektif untuk gulma setahun maupun gulma
tahunan, namun cara pelaksanaannya tidak sama. Untuk gulma setahun (semusim)
yang alat reproduksinya berupa biji, pengolahan tanah dilakukan secara dangkal
beberapa kali dengan interval yang cukup untuk menumbuhkan biji gulma ke
permukaan tanah. Untuk gulma tahunan yang reproduksinya selain dengan biji
tetapi dengan organ reproduksi vegetatif seperti rhizoma, stolon, umbi sangat

berperan, pengolahan tanah dilakukan secara dalam dan diikuti dengan


pengolahan dangkal beberapa kali dengan interval waktu yang cukup untuk
menumbuhkan biji dan propagula vegetatif. Dalam pelaksanaan pengolahan tanah,
pemadatan tanah harus dihindarkan, bahaya erosi diperhitungkan, kadar air tanah
juga harus diperhatikan pada saat pengolahan tanah.
Menginjak dan membenamkan gulma
Pada pertanian padi sawah secara tradisional di beberapa daerah, menginjak
dan membenamkan gulma masih dilakukan. Gulma diinjak dan dibenamkan
dengan menggunakan tenaga hewan ternak maupun manusia pada saat penyiangan.
Penggunaan api
Pengendalian gulma dengan cara pembakaran merupakan tindakan
pengendalian gulma yang sangat murah, sering dilakukan pada pembukaan kebun
atau ladang secara tradisional. Penggunaan api dalam pengendalian gulma ini
memiliki efek positif yaitu tak ada efek samping residu seperti halnya pada
pemakaian herbisida dan pengganggu lainnya seperti hama, penyakit dapat ikut
mati. Gulma mati karena terbakar hangus dan karena koagulasi protein pada
tumbuhan gulma. Koagulasi protein pada tumbuhan terjadi bila terkena panas
dengan suhu 45 - 55 C. Namun demikian, tindakan pengendalian gulma dengan
Pengendalian Gulma 61
api ini menimbulkan maslaah baru, yaitu masalah ekspor asap. Kasus
pembukaan lahan dengan cara pembakaran di daerah Sumatra dan Kalimantan
telah menimbulkan kabut asap yang mengganggu pernafasan, mengurangi jarak
pandang sehingga mengganggu transportasi darat dan penerbangan.
C. Pengendalian Gulma secara Kultur Teknis
Pengendalian gulma secara kultur teknis merupakan tindakan yang
didasarkan pada segi ekologis tanaman dan gulma. Tujuannya adalah membuat
lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman sehingga tanaman
dapat bersaing dengan gulma, di lain pihak tindakan yang diterapkan tersebut
dapat mengurangi atau menekan pertumbuhan gulma menjadi seminimum

mungkin. Pengendalian secara kultur teknis merupakan cara yang efektif dan
efisien di negara sedang berkembang yang belum menggunakan herbisida secara
meluas karena harga herbisida relatif mahal.
Beberapa tindakan dalam pengendalian gulma secara kultur teknis
dijelaskan sebagai berikut :
Pergiliran tanaman
Gulma spesies tertentu secara ekologis dapat tumbuh dengan baik pada
daerah budidaya dengan jenis tanaman tertentu dan mendominasi daerah
pertanaman budidaya. Pergiliran tanaman secara ekologis dapat mencegah adanya
dominasi spesies gulma atau kelompok gulma tertentu pada daerah pertanaman
budidaya.
Pola tanam berpengaruh terhadap komposisi gulma. Pada pola monokultur
dalam waktu yang lama menunjukkan komposisi gulma yang lebih rendah
dibandingkan dengan pola tanam rotasi. Mahfudz (2005) melaporkan perubahan
pola tanam dari monokultur jagung, tumpangsari jagung- kakao hingga menjadi
monokultur kakao menyebabkan jumlah jenis gulma berkurang dan komunitas
gulma cenderung didominasi oleh Paspalum conjugatum. Perubahan pola tanam
juga merubah komposisi jenis gulma dominan, dari jenis gulma berdaun lebar
digantikan oleh gulma golongan rumput. Ball dan Miller (1993) menemukan 190
jenis gulma pada pola monokultur jagung selama 5 tahun, 245 jenis gulma pada
pola rotasi Phaseolus vulgaris (2 tahun)-jagung (3 tahun). Selain perubahan
komposisi tersebut, pola tanam juga menyebabkan perbedaan jenis gulma
dominan. Gulma Setaria viridis merupakan gulma dominan pada pertanaman
jagung terus menerus, sedangkan gulma Amaranthus retroflexus merupakan
gulma dominan pada rotasi P.vulgaris - jagung.
Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dapat dilihat sebagai tindakan pengendalian gulma secara
kultur teknis. Pengolahan tanah akan menyediakan media tumbuh yang baik bagi
tanaman dan mematikan gulma yang sudah tumbuh serta menumbuhkan biji

gulma yang dorman.


Pengendalian Gulma 62
Simpanan biji-biji gulma di dalam tanah (seed bank) berada dalam kondisi
dorman (dormansi sekunder). Simpanan biji-biji gulma tersebut tidak dapat
berkecambah karena kondisi lingkungan tanah yang tidak mendukung
perkecambahan. Hasil penelitian (Chozin, 1987) pada gulma Cyperus iria L. dan
Cyperus microiria Steud menunjukkan bahwa dormansi sekunder pada gulma
tersebut disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kondisi
penyimpanan, level air tanah dan fotoperiod.
Pengolahan tanah menyebabkan biji-biji gulma di dalam tanah muncul ke
permukaan tanah dan berkecambah. Selanjutnya, gulma yang berkecambah dan
tumbuh pada lahan pertanaman dikendalikan dengan cara manual atau dengan
metode pengendalian lainnya sehingga tidak memberi kesempatan gulma untuk
berkembangbiak. Dengan tindakan pengolahan tanah yang berulang, semakin
lama simpanan biji-biji gulma di dalam tanah semakin berkurang dan pada
akhirnya gulma tersebut berada di bawah batas ekonomi pengendalian.
Pengolahan tanah menyebabkan gulma-gulma yang hidup lebih dari satu
tahun atau dua tahun terpotong-potong dan terbenam di dalam tanah. Ukuran
propagul menjadi kecil-kecil dan tidak cukup untuk perkembangbiakan akibat
cadangan karbohidrat gulma semakin menipis bahkan habis akibat terpotongpotong
oleh aktivitas pengolahan tanah. Tunas-tunas baru yang muncul dari
sistem perakaran atau rhizoma gulma juga terkendalikan dengan pengolahan tanah.
Penyiangan
Penyiangan gulma merupakan tindakan pengelolaan gulma yang bertujuan
untuk mengurangi/menghilangkan adanya kompetisi antara gulma dengan
tanaman. Penyiangan gulma dapat dilihat sebagai tindakan pencegahan maupun
tindakan pengendalian gulma. Penyiangan gulma didasarkan pada fase
pertumbuhan gulma. Penyiangan yang dilakukan sebelum gulma memasuki fase
generatif dapat mencegah perkembangan dan penyebaran gulma melalui biji dan

juga mencegah penambahan biji gulma di dalam tanah (seed bank).


Dilihat dari fase perkembangan tanaman budidaya, gulma tidak harus
dikendalikan sepanjang periode pertumbuhan tanaman budidaya. Nietto et al.
(1968) menyatakan bahwa kehadiran gulma di sepanjang siklus hidup tanaman
tidak selalu berpengaruh negatif terhadap produksi tanaman. Terdapat fase
dimana tanaman budidaya sensitif terhadap keberadaan gulma dan keberadaan
gulma pada fase tersebut dapat menurunkan hasil secara nyata, disebut sebagai
Pengendalian Gulma 63
periode kritis. Pada periode kritis tersebut gulma perlu dikendalikan agar tidak
terjadi kompetisi yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas tanaman.
Penentuan periode kritis tanaman sangat diperlukan dalam pengelolaan
gulma agar dicapai efisiensi dalam pengendalian gulma baik dari segi waktu,
biaya, maupun tenaga.
Pengaturan pola dan jarak tanam
Pengaturan jarak tanam ditujukan untuk memposisikan tanaman dalam
keadaan berkompetisi minimal antar sesamanya sehingga dapat memanfaatkan
unsur hara dan cahaya sebaik-baiknya dan tanaman mampu bersaing dengan
gulma. Jarak tanam yang terlalu lebar dapat memberikan keleluasaan bagi gulma
untuk tumbuh dan berkembang pada barisan tanaman, sementara jarak tanam yang
terlalu sempit dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi intraspesifik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan tanaman dengan
mengurangi jarak tanam dapat menekan pertumbuhan gulma (Rao, 2000).
Semakin rapat jarak tanam pertumbuhan gulma semakin tertekan (Farnham, 2001;
Kuepper et. al., 2002). Pola tanam tumpangsari secara sangat nyata menekan
pertumbuhan gulma dibandingkan dengan monokultur (Chozin, 1976).
Gambar 5.1 barisan tanaman
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.

Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses
produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena
mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena
batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman
berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma
dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela
pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem
tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa
jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.
Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai
ilmu gulma.
[sunting] Macam-macam gulma
Biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok:
teki-tekian
rumput-rumputan
gulma daun lebar.
Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi
khusus untuk mengendalikannya.
[sunting] Gulma teki-tekian
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena
memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain
itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien
dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang
lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang
berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik
tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku tekitekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), udelan
(Cyperus kyllinga), dan Scirpus moritimus.

[sunting] Gulma rumput-rumputan


Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian tetapi memiliki stolon,
alih-alih umbi. Stolon ini di dalam tanah membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi
secara mekanik. Contoh gulma kelompok ini adalah alang-alang (Imperata
cylindrica).
[sunting] Gulma daun lebar
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini.
Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman
utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat
sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan
bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh
terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan
(Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu
(Mimosa pudica).
[sunting] Pengendalian gulma
Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang
khas untuk setiap kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian
gulma dilakukan:
jenis gulma dominan
tumbuhan budidaya utama
alternatif pengendalian yang tersedia
dampak ekonomi dan ekologi
Kalangan pertanian sepakat dalam mengadopsi strategi pengendalian gulma terpadu
untuk mengendalikan pertumbuhan gulma.
Agensi pengendali gulma dinamakan herbisida (herbicide
Bastari,D Husni. 1997. Pedoman Pengelolaan
Arabika. Surabaya : PTPN XII ( Persero )

Budidaya

Kopi

You might also like