You are on page 1of 19

LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku Bangsa
Alamat
Pekerjaan
Tgl. Pemeriksaan
Rumah Sakit
Rekam Medik

:
:
:
:
:
:
:
:
:

An. A
7 tahun
Perempuan
Indonesia
Jl. Semangka, Polewali
Pelajar
23 April 2015
RSUH
038976

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama
: Penglihatan kabur pada kedua mata
Anamnesis terpimpin :
Terutama pada mata kiri, dialami sejak 6 bulan yang lalu. Pasien tak dapat
membaca tulisan di papan tulis di depan kelas. Penglihatan kabur secara
perlahan-lahan, dan baru disadari oleh orang tuanya 1 bulan yang lalu. Tidak
ada riwayat penglihatan ganda, tidak ada riwayat mata merah, tidak ada
riwayat kotoran mata berlebih, tidak ada riwayat nyeri pada bola mata, tidak
ada riwayat trauma. Tidak ada riwayat memakai kacamata sebelumnya,
riwayat orang tua memakai kacamata tidak ada. Tidak ada riwayat gangguan
penglihatan sebelumnya, riwayat operasi mata tidak ada. Pasien lahir cukup
bulan, persalinan normal, berat lahir normal.
III.

STATUS GENERALIS
KU : Sakit ringan, gizi cukup, composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 92x/menit
Pernapasan
: 24x/menit
Suhu
: 36,60C
FOTO KLINIS PASIEN

OD
IV.

OS

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1

A. Inspeksi

OD

OS

STATUS PRESENT
KEDUDUKAN BOLA
MATA

Hirschberg reflex 0
LogMAR 0.700

VISUS

Hirschberg reflex 0
1/60

Edema (-)

PALPEBRA

Edema (-)

Hiperemis (-)

KONJUNGTIVA

Hiperemis (-)

Jernih

KORNEA

Jernih

Normal

BMD

Normal

Coklat, kripte (+)

IRIS

Coklat, kripte (+)

Bulat, sentral

PUPIL

Bulat, sentral

Jernih

LENSA

Jernih

(+)

REFLEKS CAHAYA

(+)

B. Palpasi

No

Pemeriksaan

OD

OS

1.
2.
3.
4.

Tensi Okuler
Nyeri Tekan
Massa Tumor
Glandula periaurikuler

Tn
(-)
(-)
Pembesaran (-)

Tn
(-)
(-)
Pembesaran (-)

C.

Tonometri

: Tidak dilakukan pemeriksaan

D.

Visus
Crowded LogMAR Test :

OD LogMAR 0.700
OS 1/60

Streak Retinoskop

OD

OS
+5.0
0

120

+7.5
0
+5.0
0
+4.5
00

30

65
155

OD + 2.00 / -1.50 X 30 = LogMAR 0.00


OS + 4.50 / -2.00 X 65 = 3/60
Frisby Stereo Test

: Disparitas = 300 sec arc

E.
F.
G.

Campus visual
Color Sense
Light Sense

: Tidak dilakukan pemeriksaan


: Tidak dilakukan pemeriksaan
: Tidak dilakukan pemeriksaan

H.

Penyinaran Oblik

Pemeriksaan
Palpebra
Konjungtiva
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
Lensa

I.

Diafanoskopi

OD

OS

Udem (-)
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat, Kripte (+)
Bulat, Sentral, RC (+)
Jernih

Udem (-)
Hiperemis (-)
Jernih
Normal
Coklat, Kripte (+)
Bulat, Sentral, RC (+)
Jernih

Tidak dilakukan pemeriksaan


3

J.

Funduskopi

FOD : reflex fundus (+), Papil N.II batas tegas, CDR 0.3, A/V 2:3, macula

reflex fovea (+), retina perifer kesan normal.


FOS : reflex fundus (+), Papil N.II batas tegas, CDR 0.3, A/V 2:3, macula
reflex fovea (+), retina perifer kesan normal.

K. Gonioskopi
L.

Tidak dilakukan pemeriksaan

Slit Lamp
SLOD

: Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal,

SLOS

iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.
: Konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD kesan normal,
iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, RC (+), lensa jernih.

M.

Resume
Seorang perempuan usia 7 tahun datang ke poliklinik mata dengan
keluhan penglihatan kabur pada kedua mata terutama mata kiri, dialami
sejak 6 bulan yang lalu. Pasien tak dapat membaca tulisan di papan tulis di
depan kelas. Penglihatan kabur secara perlahan-lahan, dan baru disadari
oleh orang tuanya 1 bulan yang lalu. Tidk ada riwayat diplopia, tidak ada
riwayat mata merah, tidak ada riwayat sekret berlebih, tidak ada riwayat
nyeri pada bola mata, tidak ada riwayat trauma. Tidak ada riwayat memakai
kacamata sebelumnya, riwayat orang tua memakai kacamata tidak ada.
Tidak ada riwayat gangguan penglihatan sebelumnya, riwayat operasi mata
tidak ada, tidak ada riwayat oklusi mata jangka waktu lama. Pasien lahir
cukup bulan, persalinan normal, berat lahir normal.
Pada pemeriksaan visus didapatkan visus mata kanan LogMAR 0.700
dan visus mata kiri 1/60. Pada pemeriksaan Retinoskop didapatkan koreksi
mata kanan S + 2.00 / C -1.50 axis 30 = LogMAR 0.00, sedangkan koreksi
refraksi mata kiri S + 4.50 /

C -2.00 axis 65

3/60. BMD dan

Funduskopi mata kanan dan kiri kesan normal.


N. Diagnosis
OD Compound Hipermetrop Astigmat
OS Compound Hipermetrop Astigmat + Ambliopia Anisometrop
O. Prognosis

Quo ad vitam

: Bonam
4

Quo ad sanationam
Quo ad visam
Quo ad kosmeticum

: Bonam
: Dubia ad Bonam
: Bonam

P. Penatalaksanaan
Kacamata Monofokal

OD = S + 2.00 C -1.50 X 30
OS = S + 4.50 C -2.00 X 65
Kontrol 3 bulan kemudian

TINJAUAN PUSTAKA
AMBLIOPIA
DEFINISI
Ambliopia adalah berkurangnya ketajaman penglihatan yang terjadi
karena tidak normalnya perkembangan visual yang dialami sejak usia dini, yaitu
sejak lahir hingga usia 10 tahun. Kepekaan perkembangan yang abnormal dari
visus terutama terjadi pada usia beberapa bulan dan menurun sesudahnya, dapat
mengenai satu atau kedua mata, pada umumnya disebabkan oleh kurangnya
stimulasi visual pada mata.1,2
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
Prevalensi ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan berbeda
pada tiap literatur, berkisar antara 3% pada anak yang sehat sampai 4 5,3 %
pada anak dengan problema mata. Hampir seluruh data mengatakan sekitar 2 %
dari keseluruhan populasi menderita ambliopia. Usia yang rentan mengalami
ambliopia adalah bayi baru lahir sampai umur 7 tahun. Onset stimulasi abnormal
yang dini menyebabkan kehilangan penglihatan terbesar. Resiko meningkat pada

anak yang perkembangannya terlambat, prematur dan atau dijumpai adanya


riwayat keluarga ambliopia.3,4
Penyebab ambliopia yaitu:1,2,5
1. Strabismus adalah penyebab tersering ambliopia dimana satu mata
digunakan terus menerus untuk fiksasi, sedangakan mata yang lain tidak
digunakan. Pada strabismus yang alternating, biasanya tidak ditemukan
ambliopia.
2. Gangguan refraksi (anisometropia) tinggi, adalah penyebab tersering
kedua, apabila gangguan refraksi ini tidak dikoreksi dengan lensa kaca
mata.
3. Kelainan fiksasi juga menjadi penyebab ambliopia misalnya nistagmus
pada usia dini.
4. Kekeruhan pada media refrakta, misalnya katarak kongenital adalah
penyebab ambliopia yang sering.
Pada strabismus, gangguan refraksi dan fiksasi, tidak ada gangguan
organik dari bola mata, sehingga ambliopia yang disebabkan oleh hal tersebut
digolongkan kedalam ambliopia fisiologis, sedangkan pada ambliopia yang
disebabkan oleh katarak, ulkus kornea, atau oklusi bola mata yang terlalu lama
digolongkan pada ambliopia ex-anopsia, yaitu adanya gangguan penusuran sinar
pada media refrakta, baik gangguan organik maupun gangguan karena penutupan
total terlalu lama pada anak usia dini.5
Pada kelompok ambliopia fungsional dan ex-anopsia keduanya dapat
dicegah dan atau diobati, misalnya dilakukan koreksi strabismus pada usia dini,
koreksi kacamata pada anak usia dibawah 6 tahun, operasi katarak pada usia
sedini mungkin, serta tidak melakukan oklusi total mata pada anak usia kurang
dari 6 tahun.1,2
GEJALA KLINIK
Anak-anak dengan ambliopia jarang sekali dapat menjelaskan gejala dan
bahkan terlihat sehat. Pada ambliopia yang disebabkan oleh kelainan refraktif
dapat ditemukan gejala-gejala gangguan refraktif seperti kesulitan melihat jauh,

kebiasaan menyipitkan kelopak mata, dan turunnya prestasi sekolah akibat


gangguan refraktif tersebut. Pada ambliopia unilateral dapat pula ditemukan
kebiasaan mengedipkan mata, menutup satu mata dengan tangan, atau satu mata
yang tidak melihat arah yang sama dengan mata yang lainnya, hal tersebut dapat
menunjukkan perlunya dilakukan pemeriksaan. Jika hanya salah satu mata yang
tidak melihat dengan baik maka anak mampu mengimbangi penglihatannya
dengan mata yang lebih baik, sehingga ambliopia unilateral sulit dideteksi.6
DIAGNOSIS
Anamnesis
Bila menemui pasien ambliopia, ada 4 pertanyaan penting yang harus kita
tanyakan dan harus dijawab dengan lengkap, yaitu:1
1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan ambliogenik? (seperti strabismus,
anisometropia, dll)
2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan?
3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu?
4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?
Jawaban dari keempat pertanyaan tersebut akan membantu kita dalam membuat
prognosisnya.
Onset anomaly

Jelek s/d sedang


Lahir s/d usia 2

Sedang s/d baik


2 s/d 4 tahun

Baik s/d sempurna


4 s/d 7 tahun

amblyiogenik
Onset terapi minus

tahun
>3 tahun

1 s/d 3 tahun

<1 tahun

onset anomaly
Bentuk dan

Koreksi optik

Koreksi optik dan

Koreksi optik

keberhasilan dari

kemajuan VA

patching,

penuh, patching,

terapi awal

(visual acuty)

kemajuan VA

kemajuan VA

minimal

(visual acuty)

signifikan.

sedang (moderate) Latihan


akomodasi,
koordinasi matatangan dan fiksasi

adanya stereopsis
Kepatuhan

Tidak s/d kurang

Lumayan s/d

dan alternasi
Cukup/sangat

sedang
patuh
Faktor primer yang berhubungan dengan prognosis ambliopia 5
Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang
menderita strabismus atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan
predisposisi seorang anak menderita ambliopia. Strabismus dijumpai sekitar 4%
dari keseluruhan populasi. Frekuensi strabismus yang diwariskan berkisar
antara 22% - 66%. Frekuensi esotropia diantara saudara sekandung, dimana pada
orang tua tidak dijumpai kelainan tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orang
tuanya esotropia, frekuensi meningkat hingga 40%.2
Pemeriksaan fisik
Pemerikaan Visus
Penderita ambliopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang
rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut.
Tajam penglihatan yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada
kedua fungsi tadi, selalu abnormal. Telah diketahui bahwa penderita ambliopia
sulit untuk mengidentifikasi huruf yang tersusun linear (sebaris) dibandingkan
dengan huruf yang terisolasi akibat turunnya kemampuan penglihatan kontras,
maka dapat kita lakukan dengan masking, hal ini disebut Crowding
Phenomenon.7
Terkadang mata ambliopia memiliki ketajaman penglihatan 20/20 (6/6) pada
huruf di chart yang terisolasi dengan masking, namun ketajaman visus turun
hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour interaction) ketika
masking dihilangkan. Perbedaan yang besar ini terkadang muncul juga sewaktu
pasien yang sedang diobati kontrol, dimana tajam penglihatannya jauh lebih baik
pada huruf isolasi daripada huruf linear. Oleh karena itu, ambliopia belum
dikatakan sembuh hingga tajam penglihatan linear kembali normal.1,7
Menentukan tajam penglihatan mata ambliopia pada anak adalah
pemeriksaan yang paling penting. Walaupun untuk mendapatkan hasil
8

pemeriksaan yang dapat dipercaya sulit pada pasien anak anak, tapi untungnya
penatalaksanaan ambliopia sangat efektif dan efisien pada anak anak.1,2,7
Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan kartu
Snellen standar. Untuk Nonverbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes E
dan tes HOTV. Tes lain adalah dengan simbol LEA. Bentuk ini mudah bagi
anak usia 1 tahun, dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen. Caranya sama
dengan tes HOTV.7
Bila pada pemeriksaan visus subjektif dicurigai menderita ambliopia, perlu
dilakukan pemeriksaan visus objektif untuk memastikan secara objektif gangguan
refraktif dan koreksinya. Pemeriksaan visus objektif yaitu dengan Retinoskop.1,2,7

Simbol LEA dan HOTV Chart

Snellen Chart

Retinoskopi
Menentukan sifat fiksasi
Pada pasien ambliopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Penglihatan
sentral terletak pada foveal; pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat
adalah daerah retina parafoveal hal ini sering dijumpai pada pasien dengan
strabismik ambliopia daripada anisometropik ambliopia. Fiksasi eksentrik ditandai
dengan tajam penglihatan 20/200 (6/60) atau lebih buruk lagi. Tidak cukup
kiranya menentukan sifat fiksasi hanya pada posisi refleks cahaya korneal. Fiksasi
didiagnosis dengan menggunakan visuskop dan dapat didokumentasi dengan
kamera fundus Zeiss. Tes lain dapat dengan tes tutup alternat untuk fiksasi
eksentrik bilateral.1,2
Visuskop
Visuskop

adalah

oftalmoskop

yang

telah

dimodifikasi

yang

memproyeksikan target fiksasi ke fundus. Mata yang tidak diuji ditutup.


Pemeriksa memproyeksikan target fiksasi ke dekat makula, dan pasien
mengarahkan pandagannya ke tanda bintik hitam.1,2
Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang
beberapa kali untuk menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik. Pada fiksasi
sentral, tanda asterisk terletak di fovea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser
sehingga asterisk bergerak ke daerah ekstrafoveal dari fiksasi retina.1,2
Alternate Cover Test untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral

10

Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan
terjadi pada pasien pasien dengan ambliopia bilateral dan dalam hal ini pada
penyakit makula bilateral dalam jangka lama. Misalnya bila kedua mata ekstropia
atau esotropia, maka bila mata kontralateral ditutup, mata yang satunya tetap pada
posisi semula, tidak ada usaha untuk refiksasi bayangan. Tes visuskop akan
menunjukkan adanya fiksasi eksentrik pada kedua mata.1,2
Tes Penglihatan Stereoskopik
Tes stereoskopik dapat mendeteksi adanya gangguan penglihatan
stereoskopik (stereopsis). Pada penderita ambliopia unilateral, dapat ditemukan
disparitas penglihatan stereoskopik pada uji stereoskopik sebab penderita
ambliopia unilateral hanya mengandalkan salah satu matanya untuk melihat,
sehingga

kemampuan

stereopsisnya

berkurang.

Studi

menunjukkan

tes

stereoskopik memiliki spesifitas yang tinggi dalam mendeteksi ambliopia pada


anak. Beberapa variasi tes stereo yang dapat dilakukan yaitu tes TNO, Titmus,
Randot, dan Frisby.1,8

TNO Stereotest

Titmus Stereotest

Randot Stereotest

Frisby Stereotest
11

KLASIFIKASI AMBLIOPIA
Ambliopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan atau
kelainan yang menjadi penyebabnya:
Ambliopia strabismus
Sebagian besar ambliopia berkembang dengan terjadinya deviasi mata
pada anak-anak yang terus menerus dan tidak sejajar. Jenis esodeviasi adalah
sebagian besar menyebabkan ambliopia yang signifikan. Ambliopia strabismus
adalah hasil interaksi kompetitif atau inhibisi diantara 2 neuron yang membawa
input dari kedua mata, dengan peran penting dari dominasi pusat kortikal
penglihatan dengan fiksasi mata dan pengurangan respon pada mata yang tidak
terfiksasi. 5
Fiksasi eksentrik merupakan fiksasi visual terus menerus di daerah
nonfoveal dari retina. Untuk penglihatan dengan satu mata ambliopia, derajat
yang kecil dari fiksasi eksentrik, dideteksi hanya dengan test khusus yaitu
visuskopi, dimana banyak pasien-pasien melihat dengan ambliopia strabismus
dengan kehilangan ketejaman penglihatan yang tidak signifikan. Visuscopy
meneliti target dengan membuka pusat area dengan 2 lingkaran konsentris di
dalam retina, dan pasien disuruh untuk melakukan fiksasi pada target. Secara
klinis fiksasi eksentrik dideteksi dengan observasi posisi noncentral dari reflex
kornea dari mata ambliopia saat fiksasi cahaya dengan mata yang dominan ditutup
dan umumnya ketajaman adalah 20/200 atau lebih buruk.5
Ambliopia anisometropia
Ambliopia anisometropia adalah kelainan refraksi dari kedua mata dimana
satu mata memiliki kelainan yang lebih berat, biasanya kelainan refraksi antara
kedua mata lebih dari 3 dioptri. Kondisi ini menghasilakan efek langsung dari
kompetisi intraokuler. Hipermetrop ringan atau astigmatic anisometropia (1-2D)
dapat menyebabkan ambliopia yang ringan. Myopic anisometropia ringan (< -3D)
biasanya tidak menyebabkan ambliopia, tetapi myopia yang tinggi pada unilateral
(-6 D atau lebih besar) berpotensi menghasilkan ambliopia.5
Ambliopia ametropia

12

Ambliopia ametropik, penurunan ketajaman penglihatan bilateral yang


biasanya relative ringan, yang umumnya diakibatkan tidak terkoreksinya keslahan
refraksi di kedua mata pada anak-anak masih kecil. Mekanisme meliputi efek dari
gambaran tunggal retina yang kabur. Hipermetrop melebihi 5 D dan myopia
melebihi dari 10 D beresiko menginduksi ambliopia bilateral. Tidak terkoreksinya
astigmatisme bilateral secara dini pada anak-anak menghasilkan kehilangan
kemampuan sampai dengan garis meridian tampak kabur berlangsung kronik
(meridional ambliopia).5

Ambliopia deprivasi
Ambliopia deprivasi disebabkan oleh kurangnya stimulasi pada retina,
dapat unilateral atau bilateral. Penyebab tersering adalah katarak kongenital,
kekeruhan kornea dan perdarahan vitreus. Prevalensi ambliopia deprivasi cukup
jarang, namun sulit untuk dilakukan terapi.5
Anak hingga usia 6 tahun dengan katarak kongenital yang terletak sentral
dengan ketebalan 3 mm atau lebih di lensa mampu menyebabkan ambliopia.
Kekeruhan lensa yang didapat setelah umur 6 tahun secara umum jarang
mengakibatkan ambliopia.5
PENATALAKSANAAN
Ambliopia pada kebanyakan kasus dapat ditatalaksana dengan efektif
selama satu dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka
akan semakin besar pula peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah
berhasil, hal ini tidak menjamin penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka
para klinisi harus tetap waspada dan bersiap untuk melanjutkan penatalaksanaan
hingga penglihatan matang (sekitar umur 10 tahun).1,2,9
Penatalaksanaan ambliopia meliputi langkah-langkah berikut:9

Menghilangkan (bila mungkin) semua penyebab gangguan penglihatan


seperti katarak

Koreksi kelainan refraksi


13

Memakai mata ambliopia secara aktif dengan cara membatasi penggunaan


mata yang lebih baik.

Pengangkatan Katarak
Katarak pada anak sangat berpotensi menyebabkan ambliopia, sehingga
harus segera dioperasi. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan
pertama kehidupan sangat penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih
dengan optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang
pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1-2 minggu. Terbentuknya katarak
traumatik berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat dalam
beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila memungkinkan, sebab katarak
traumatik sangat bersifat amblyopiogenik. Kegagalan dalam menjernihkan
media, memperbaiki visus, dan pemakaian aktif mata yang cedera, akan
mengakibatkan ambliopia berat dalam beberapa bulan pada anak.1,2,9
Koreksi refraksi
Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka
dapat diterapi dengan kacamata atau lensa kontak. Ukuran kaca mata untuk mata
ambliopia diberi dengan koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia. Bila
dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila
memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk.
kemampuan mata ambliopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun,
sehingga ia tidak dapat mengompensasi hipermetrop yang tidak dikoreksi seperti
pada mata anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan sesegera mungkin
untuk menghindarkan terjadinya ambliopia deprivasi. Ambliopia anisometropik
dan ambliopia isometropik akan sangat membaik walau hanya dengan koreksi
kacamata selama beberapa bulan.1,2,9
Oklusi dan degradasi optikal
1. Oklusi
Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi
pilihan, yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu
(full time) atau paruh waktu (part-time).2,5,10
Oklusi full time
14

Oklusi full- time pada mata yang lebih baik yaitu oklusi yang diberikan
setiap saat kecuali 1 jam waktu terjaga. Hal ini sangat penting dalam
pentalaksanaan ambliopia dengan cara penggunaan mata yang rusak. Biasanya
penutup mata yang digunakan adalah penutup adhesif yang tersedia secara
komersial.1,2,10
Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka
sewaktu tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak
opak, atau Annisas Fun Patches dapat juga menjadi alternatif full-time patching
bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket. Full-time patching
hanya dilakukan bila strabismus konstan menghambat penglihatan binokular,
karena full-time patching mempunyai resiko menimbulkan kecanggungan dalam
penglihatan binokular.10
Ada suatu aturan/standar yang mengatakan full-time patching diberikan
selama 1 minggu setiap tahun, misalnya penderita ambliopia pada mata kanan
berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi
kembali. Hal ini untuk menghindarkan terjadinya ambliopia pada mata yang
baik.10
Oklusi part-time
Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi
hasil sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya
tergantung dari derajat ambliopia. Ambliopia Treatment Studies (ATS) telah
membantu dalam penjelasan peranan full-time patching dibanding part-time. Studi
tersebut menunjukkan, pasien usia 3-7 tahun dengan ambliopia berat (tajam
penglihatan antara 20/100=6/30 dan 20/400=6/120), full-time patching memberi
efek sama dengan penutupan selama 6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2
jam/hari menunjukkan kemajuan tajam penglihatan hampir sama dengan patching
6 jam/hari pada ambliopia sedang/moderate (tajam penglihatan lebih baik dari
20/100) pasien usia 3-7 tahun. Dalam studi ini, patching dikombinasi dengan
aktivitas melihat dekat selama 1 jam/hari.10
Idealnya, terapi ambliopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau
tajam penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing-masing mata.

15

Hasil ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus menunjukkan
kemajuan, maka penatalaksanaan harus tetap diteruskan.1,2,10
2. Degradasi Optik
Metode lain untuk penatalaksanaan ambliopia adalah dengan menurunkan
kualitas penglihatan (degradasi optik) pada mata yang lebih baik hingga menjadi
lebih buruk dari mata yang ambliopia, sering juga disebut penalisasi
(penalization). Sikloplegik (biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes
5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat
berakomodasi dan kabur bila melihat dekat.1,2,5
ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan
patching untuk ambliopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100).
ATS juga memperlihatkan bahwa pemberian atropine pada akhir minggu
(weekend) memberi perbaikan tajam penglihatan sama dengan pemberian atropine
harian yang dilakukan pada kelompok anak usia 3 7 tahun dengan ambliopia
sedang. Ada juga studi terbaru yang membandingkan atropine dengan patching
pada 419 orang anak usia 3-7 tahun, menunjukkan atropine merupakan pilihan
efektif.2,5
Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi,
yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan
atropinisasi, anak sulit untuk menggagalkan metode ini. Evaluasinya juga tidak
perlu sesering oklusi.2,5
Metode pilihan lain dengan prinsip yang sama adalah dengan memberikan
lensa positif dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah
terjadinya efek samping farmakologik atropine.5,9
Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada
pasien dengan mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat
bekerjasama, jadi tidak mengganggu kemampuan penglihatan binokular.5,9
KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAAN
Semua bentuk penatalaksanaan ambliopia dapat menyebabkan terjadinya
ambliopia pada mata yang baik. Oklusi full-time merupakan tindakan yang paling

16

beresiko tinggi dan harus dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita.
Follow-up pertama setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada
bayi dan 1 minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia
4 tahun). Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering
oklusi full-time, tapi follow-up reguler tetap penting.5,9
Hasil akhir terapi ambliopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi
alternat, tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu
baris antara kedua mata.5,9
Lama terapi tergantung pada hal berikut :9

Derajat ambliopia

Pilihan terapeutik yang digunakan

Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih

Usia pasien
Semakin berat ambliopia, dan

semakin tua

usia membutuhkan

penatalaksanaan yang lebih lama. Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat
memberi perbaikan ambliopia strabismik berat dalam waktu 1 minggu.
Sebaliknya, anak yang lebih dewasa yang memakai penutup hanya seusai sekolah
dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat
berhasil.9
PROGNOSIS
Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah
terapi oklusi pertama. Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus
normal dapat tercapai. Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan
usia. Hanya kesembuhan parsial yang dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun. 5
Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan ambliopia adalah sebagai berikut:5

Jenis Ambliopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan


kelainan organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan ambliopia
strabismik prognosisnya paling baik.

17

Usia dimana penatalaksanaan dimulai: Semakin muda pasien maka


prognosis semakin baik.

Dalamnya ambliopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam


penglihatan awal pada mata ambliopia, maka prognosisnya juga semakin
baik

DAFTAR PUSTAKA
1. Rouse MW et al. Care of the Patient with Amblyopia. In: Optometric
Clinical Practice Guideline. American Optometric Association, 1994.
2. Webber AL, Wood J. Amblyopia: prevalence, natural history, functional
effects and treatment; A Review. Clinical and Experimental Optometry,
2005.
3. Hess RF, Mansouri B, Thompson B. A new binocular approach to the
treatment of Amblyopia in adults well beyond the critical period of visual
development. IOS Press, 2010.
4. Jeon ST, Maurer D, Lewis TL. The Effect of Video Game Training on the
Vision of Adults with Bilateral Deprivation Amblyopia. Koninklijke Brill,
Leiden, 2012.
5. Wright KW. Visual Development and Amblyopia. In: Handbook of
Pediatric Strabismus and Amblyopia. Springer, USA, 2006.
6. Healthy Eyesight and Childhood Development: Amblyopia. National
Collaborating Centre for Aboriginal Health, 2013.
7. DuBois L. Chapter 2: Visual Acuity. In: Clinical Skills for the Ophthalmic
Examination: Basic Procedures, 2nd Ed. Slack Inc, 1990.
8. Farvardin M, Afarid M. Evaluation of stereo tests for screening of
amblyopia. IRCMJ, Iran, 2007.
9. Guidelines for The Management of Amblyopia. Pediatric Sub-Committee,
2006.

18

10. The Pediatric Eye Disease Investigation Group. A Randomized Trial of

Prescribed Patching Regimens for Tretment of Severe Amblyopia in


Children. American Academy of Ophthalmology, Elsevier, 2003.

19

You might also like