You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEPUNG


MIE DAN PASTA

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK : 6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Aulia Alfi
Aditya Tri
Diyah Kartika
Dara Audina
Aisyah Pratiwi
Enggar Saptadi
Kevin Anggara
Fajar Nurus
Yosiah Alexander

(H 3112016)
(H 3112001)
(H 3112027)
(H 31120 22)
(H 3112005)
(H 3112031)
(H 3112047)
(H3112035)
(H3112095)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
ACARA II
KADAR AMILOSA BERAS

A. TUJUAN
Praktikum teknologi pengolahan tepung mie dan pasta acara II yaitu
kadar amilosa beras bertujuan untuk :
a. Mengetahui kadar amilosa tepung beras, tepung singkong, dan tepung
ubi.
b. Membuat kurva standar amilosa dan mencari persamaan garisnya.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Pati atau amilum adalah karbohidrat polisakarida yang terdiri dari
sejumlah besar unit glukosa bergabung bersama-sama oleh ikatan glikosidik .
Ini terdiri dari amilosa dan amilopektin seperti makromolekul . Pati diproduksi
oleh semua tanaman hijau sebagai menyimpan energi dan merupakan sumber
energi yang penting bagi manusia . Hal ini ditemukan dalam kentang, gandum,
beras dan makanan lainnya , dan bervariasi dalam penampilan , tergantung
pada sumbernya . Dalam bentuk yang tidak dimodifikasi , pati memiliki
penggunaan yang terbatas dalam industri makanan . Secara umum , pati asli
menghasilkan , kohesif , pasta karet lemah bertubuh saat gel dipanaskan dan
tidak diinginkan ketika pasta didinginkan ( Adzahan , 2002) . Itu sebabnya,
para produsen makanan umumnya lebih memilih pati dengan karakteristik
perilaku yang lebih baik daripada yang diberikan oleh pati asli . itu Sifat pati
dapat ditingkatkan dengan berbagai modifikasi (Abbas K.A. 2010).
Pati tersusun atas rangkaian unit-unit glukosa yang terdiri dari fraksi
rantai bercabang (amilopektin) dan fraksi rantai lurus (amilosa). Fraksi
amilopektin dalam granula pati umumnya tersusun kurang kompak dibanding
fraksi amilosa. Pada batang yang makin tua, pati sebagai cadangan makanan
digunakan oleh tanaman melalui tahap amilolisis, yang terutama pada bagian
kurang kompak, yaitu amilopektin (Alam dan Saleh, 2009).
Pati terfosforilasi Pati terfosforilasi atau disebut juga pati ikat silang
merupakan salah satu jenis pati termodifikasi yang paling banyak diimpor.
Jenis pati ini mempunyai peran yang penting dalam industri pangan. Sebagai

zat pengatur tekstur, pati ikat silang sering digunakan dalam produksi mie
instan. Pati terfosforilasi juga berperan besar dalam produksi salad dressing.
Hal ini disebabkan oleh sifat gelnya yang tahan terhadap keasaman tinggi
maupun gaya shear pada proses homogenisasi (Rutenberg dan Solarek,
1984). Viskositasnya yang stabil terhadap panas menyebabkan pati
terfosforilasi juga dipakai dalam produksi bermacam-macam produk yang
prosesnya melibatkan tahap sterilisasi, misalnya produk sup dalam kaleng,
bubur dan sebagainya (S. Joni dkk. 2004).
Komposisi pati ditentukan enzimatis

menggunakan Megazyme

prosedur RS assay ( KRSTAR test kit , Megazyme Internasional , Irlandia ) .


Secara singkat , 100 mg sampel giling diinkubasi dalam gemetar Mandi air
dengan thermo - stabil pancreas -amylase dan AMG selama 16 jam pada
37C . selama ini inkubasi pati non - tahan yang dilarutkan dan dihidrolisis
menjadi glukosa oleh dua enzim . itu Reaksi dihentikan dengan penambahan
yang sama volume etanol berair dan RS dipulihkan sebagai pelet di
sentrifugasi . Supernatan dari sentrifugasi ini dan orang-orang dari dua
berturut-turut pencucian dihapus oleh dekantasi dan disimpan . RS pelet
dilarutkan dalam 2 M KOH dan diaduk selama 20 menit dalam penangas es /
air di atas pengaduk magnetik . Penyangga natrium asetat ( 1,2 M , pH 3,8 )
ditambahkan , pati itu kuantitatif dihidrolisis menjadi glukosa dengan AMG .
Absorbansi glukosa dilepaskan itu spektrofotometri ditentukan pada 510 nm
menggunakan glukosa oksidase - peroksidase reagen ( GOPOD ) Metode .
Rilis glukosa pati non tahan itu sama-sama ditentukan oleh sebelumnya
penyatuan supernatan dan dua pembasuhan dan menyesuaikan volume 100
mL . Total pati dihitung sebagai jumlah RS dan non - RS . Setiap sampel
dianalisis dalam rangkap dua (Mir J.A, et.all. 2013).
Tepung beras diperoleh dengan menggiling atau menumbuk beras yang
telah direndam (sebentar) dalam air. Tepung beras juga dapat dibeli di pasaran.
Ada perbedaan antara beras biasa dengan beras ketan dalam penampakannya.
Beras biasa mempunyai tekstur yang keras dan transparan, sedangkan beras
ketan lebih rapuh, butirnya lebih besar dan warnanya putih opak (tidak
transparan). Perbedaan lainnya adalah dalam hal bahan yang menyusun pati.

Komponen utama pati beras ketan adalah amilopektin, sedangkan kadar


amilosanya hanya berkisar antara 1 2% dari kadar pati seluruhnya. Beras
yang mengandung amilosa lebih besar dari 2% disebut beras biasa atau bukan
beras ketan. Pemasakan akan mengubah sifat beras ketan menjadi sangat
lengket, dan mengkilat. Sifat ini tidak berubah dalam penyimpanan beberapa
jam atau bahkan beberapa hari. Ketan digunakan sebagai bahan utama kue
basah dalam bentuk tepung ketan atau ketan utuh (Koswara, 2006).
Tepung ubi jalar memiliki kegunaan yang sangat beragam, baik sebagai
bahan baku industri pangan maupun industri kimia. Kelebihan ubi jalar bentuk
tepung dibandingkan dengan bentuk segar atau bentuk sawut maupun bentuk
chip adalah penyimpanan menjadi lebih mudah dan lebih praktis dengan
kebutuhan ruang yang lebih sedikit, daya simpan lebih lama, memudahkan
transportasi serta memungkinkan untuk diolah lebih lanjut menjadi aneka
produk (Herawati dan Widowati, 2009).
Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut
amilopektin berperan dalam pembentukan produk olahan. Fraksi amilopektin
lebih berperan terhadap kekuatan gel dibanding amilosa walaupun amilosa juga
berperan memperkuat gel, rantai tak bercabang dari amilosa memudahkan
molekul amilosa membentuk jaringan tiga dimensi atau membentuk gel
(Anggit, dkk, 2011).
Kadar amilosa memiliki hubungan erat terhadap tekstur nasi. Beras
berkadar amilosa sedang menghasilkan nasi yang lunak, sedangkan beras
berkadar amilosa tinggi menghasilkan nasi yang pera dan tidak lengket. umbi
termasuk dalam kelompok amilosa tinggi. Kadar amilosa beras dikelompokkan
menjadi 3 yaitu kelompok amilosa rendah (<10-<20%); sedang (20-25%) dan
tinggi (>25%) (Herawati dan Widowati, 2009).
Amilosa dan amilopektin adalah dua polimer glukosa dalam granula
pati . Amilosa pada dasarnya linear , terdiri dari - ( 1,4 ) -linked unit D glucopyranosyl sementara amilopektin adalah bercabang dan terdiri dari ( 1,4 ) - D glucopyranosyl unit bergabung melalui - ( 1,6 ) hubungan. Kirakira, 90 % beras giling ( bahan kering terdiri dari pati dan makan serta
memasak kualitas beras dipengaruhi oleh karakteristik pati, yang meliputi

konten , suhu gelatinisasi amilosa. Mengukur karakteristik gelatinisasi


makanan sangat relevan dalam pengolahan makanan karena memungkinkan
simulasi proses memasak untuk sifat fungsional (Amaka et.all. 2013).
Penetapan kadar amilosa dilakukan secara iodometri berdasarkan reaksi
antara amilosa dengan senyawa iod yang menghasilkan warna biru. Tepung
talas sebanyak 100 mg ditempatkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan dengan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N. Campuran
dipanaskan dalam air mendidih hingga terbentuk gel dan selanjutnya seluruh
gel dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml. Gel ditambahkan dengan air dan
dikocok, kemudian ditepatkan hingga 100 ml dengan air. Sebanyak 5 mllarutan
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan dengan 1 ml asam
asetat 1N dan 2 ml larutan iod. Larutan ditepatkan hingga 100 ml, kemudian
dikocok dan dibiarkan selama 20 menit. Intensitas warna biru yang terbetuk
diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Kadar
amilosa

dihitung

berdasarkan

persamaan

(Hartati dan Prana, 2003).

C. METODOLOGI
1. Alat
a. Kompor Gas

1 buah.

b. Labu Takar 100 ml

2 buah.

c. Neraca Analitik

1 buah.

d. Panci

1 buah.

e. Pipet 1 ml

2 buah.

f. Pipet 10 ml

1 buah.

g. Spektrofotometer

1 buah.

h. Tabung Reaksi

1 buah.

2. Bahan
a. Asam Asetat 1 N.
b. Akuades

kurva

standar

amilosa

c. Ethanol 95 %.
d. Larutan Iod.
e. Larutan NaOH 1 N.
f.

Tepung beras

g. Tepung singkong
h. Tepung ubi
3.

Cara Kerja
a. Pembuatan kurva standar Amilosa
Pencampuran dan pemanasan
dalam air mendidih 5-10 menit.
40 mg Amilosa
1 ml ethanol 95%, 9 ml NaOH 1N
Pemasukkan dalam tabung reaksi
Pendinginan

Aquades

Asam asetat 1N, Iod 2 ml

Pemindahan ke labu takar 100 ml

Pemipetan ke 5 labu takar

Penambahan sampai tanda tera tera

Air
Penggojokan

Pendiaman 20 menit

Pengukuran absorbansi 625 nm

b. Penentuan kadar Amilosa

100 mg sampel
D.
1 ml ethanol 95%, 9 ml NaOH 1N
Pemasukkan dalam tabung reaksi
Penggojokan
Pencampuran dan pemanasan dalam air mendidih 5-10 menit.

Pendinginan

Pendiaman
20 menit
Akuades

Asam asetat 1N, Iod 2 ml

Pemindahan ke labu takar 100 ml

Pemipetan 5 ml larutan

Pengukuran absorbansi 625 nm

PEMBAHASAN
Tabel 2.1. Tabel Pembuatan Kurva Standar Amilosa
Jika dalam
1 ml
2 ml
3 ml
4 ml
5 ml

x
0,4
0,8
1,2
1,6
2

y
0,099
0,187
0,241
0,356
0,468

Sumber: Laporan sementara

y = a + bx
a = - 1,9 x 10-3
b = 0,22675
r = 0,99022
y = - 0,0019 + 0,22675x
Standardisasi amilosa dilakukan untuk mendapatkan kurva standar yang
menunjukkan hubungan antara nilai penyerapan cahaya dengan konsentrasi
amilosa. Mekanismenya yaitu tepung dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
kemudian ditambahkan 1 ml etahol 95% dan 9 ml naOH 1 N. Larutan
dipanaskan 5-10 menit pada air yang mendidih. Larutan selanjutnya dipipet
ke dalam labu ukur 100 ml masing-masing sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml
dan 5 ml. Masing-masing larutan kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat 1
N dan 2 ml I2 2% lalu diencerkan sampai volume 100 ml. Absorban diukur
dengan menggunakan spektrofotometer pada gelombang 625 nm. Setelah
semua sampel dicari absorbansinya kemudian dicari persamaan regresi antara
absorbansi dan jumlah amilosa masing-masing sampel. Yang mana persamaan
tersebut akan digunakan untuk pengukuran kadar amilosa pada tepungtepungan.
Setelah diperoleh hasil pengukuran absorbansi (y) dari larutan standar
amilosa maka absorbansi dialurkan terhadap konsentrasi (x) larutan standar
untuk mendapatkan kurva standar berupa garis linier y = ax + b. Sehingga
dari hasil yang diperoleh maka didapat a = - 1,9 x 10-3 dan b = 0,22675,
dengan demikian persamaan regresi garis linier yaitu dengan mensubtitusikan
nilai a dan b pada persamaan garis linier diperoleh y = - 0,0019 + 0,22675x.

Tabel 2.2. Kadar Amilosa Berbagai Macam Tepung


No.
1.
2.
3.

Kel.
1
2
3
4
5
6

Jenis Tepung

Absorbansi
0,335
Tepung Ubi
0,295
Tepung
0,3285
Singkong
0,434
0,234
Tepung Beras
0,086

Rata-rata

Amilosa (%)

0,315

1,398

31,5

0,381

1,689

38,1

0,234
TM

1,040

23,4

Sumber: Laporan sementara

Menurut Sudarmanto (1999), pati merupakan cadangan bahan baku pada


tanaman yang disimpan pada berbagai jaringan penimbun. Pati tersimpan
dalam bentuk butiran (granula) yang kenampakan dan ukurannya beragam.
Pati merupakan glukan yang terdiri dari 2 macam fraksi. Granula pati
tersusun secara berlapis-lapis mengelilingi nukleus. Pembentukan granula
pati dikontrol untuk endogeneus. Granula pati bersifat higroskopis, mudah
menyerap air, lembab dan diikuti dengan peningkatan diameter granula. Pati
tidak larut dalam air dingin karena antar molekulnya terikat 1 dengan lainnya
lewat ikatan H. Dalam proses pembentukan jendalan pati, pati yang
kandungan amilosanya tinggi akan lebih cepat dan banyak menyerap air, hasil
jendalannya bervolume lebih mengembang dan kurang lekat. Sedangkan pati
yang kadar amilosanya rendah lebih sedikit menyerap air dan jendalannya
kurang mengembang tetapi lebih lekat.
Amilosa merupakan suatu polimer lurus yang tersusun hampir
seluruhnya dari D-glukopiranosa yang disambung dengan ikatan -1,4. Bila
dalam bentuk pilinan, maka amilosa dapat membentuk kompleks chlatrate
dengan asam bebas, komponen asam lemak gliserida, beberapa alkohol, dan
iodin karena sebagian dalam dari pilinan tersebut bersifat hidrofobik.
Sedangkan amilopektin tersusun atas segmen-segmen glukosa yang berikatan
-1,4 dan bagian-bagian tersebut dihubungkan oleh titik-titik percabangan 1,6 (Thomas dan Atwell, 1999).
Menurut Winarno (1992), amilopektin dan amilosa sebagai fraksi dalam
pati dapat dipisahkan berdasarkan kelarutannya dalam air panas. Amilosa
merupakan fraksi terlarut dalam air panas, sedangkan amilopektin merupakan

fraksi tidak terlarut. Amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun dari


monomer -glukosa. Amilopektin merupakan makromolekul dan mudah
ditemukan karena menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersamasama dengan amilosa. Walaupun tersusun dari monomer yang sama,
amilopektin berbeda dengan amilosa, yang terlihat dari karakteristik fisiknya.
Secara struktural, amilopektin terbentuk dari rantai glukosa yang terikat
dengan ikatan 1,6-glikosidik, sama dengan amilosa. Namun, pada
amilopektin terbentuk cabang-cabang (sekitar tiap 20 mata rantai glukosa)
dengan ikatan 1,4-glikosidik.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittans atau
absorbans suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran
terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal dapat
dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan baik sebagai manual atau
perekam, maupun sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap. Dalam praktek,
sinar tunggal biasanya dijalankan dengan tangan dan sinar rangkap dijalankan
dengan menonjolkan spektrum absorbsi (Underwood and Day, 1986).
Fungsi alat spektrofotometer dalam laboratorium adalah mengukur
transmitans atau absorbans suatu contoh yang dinyatakan dalam fungsi
panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya
(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,
sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam medium
itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan
dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan
konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Hukum Beer
menyatakan absorbansi cahaya berbanding lurus dengan dengankonsentrasi
dan ketebalan bahan atau medium.
Sedangkan untuk pengukuran kadar amilosa memiliki mekanisme yang
sama dengan pembuatan larutan standar. Tepung dimasukkan ke dalam labu
ukur 100 ml kemudian ditambahkan 1 ml etahol 95% dan 9 ml naOH 1 N.
Larutan dipanaskan 5-10 menit pada air yang mendidih dan didinginkan

dengan merendamnya pada air suhu ruang. Larutan kemudian diencerkan


dengan akuades menjadi 100 ml, selanjutnya dipipet ke dalam labu ukur 100
ml yang berisi 60 ml air, kemudian ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2
ml I2 2% lalu diencerkan sampai volume 100 ml. Larutan dikocok dan
didiamkan selama 20 menit Absorban diukur dengan menggunakan
spektrofotometer pada gelombang 625 nm. Catat nilai absorbansi yang
diperoleh.
Setelah diperoleh nilai absorbansi pada hasil pengujian amilosa tiap
tepung, maka kadar amilosa ditentukan dengan menggunakan kurva standar
atau persamaan regresi larutan standar yang telah didapat. Yang mana nilai
absorbansi sampel sebagai y dan disubstitusikan pada persamaan y = - 0,0019
+ 0,22675x. Nilai x yang diperoleh pada perhitungan tersebut digunakan
untuk menghitung kadar amilosa tepung.
Prinsip uji kadar amilosa yaitu pati (amilosa) bereaksi dengan Iod
membentuk warna biru pada larutan. Semakin biru warna larutan yang
dihasilkan makan semakin tinggi pula kadar amilosa suatu pati. Tiap-tiap pati
memiliki granula yang berbeda. Tepung beras granulanya renggang, tepung
tapioka rapat sementara pada tepung ubi agak renggang. Struktur molekul pati
berbentuk spiral dan akan mengikat iodin dan membentuk warna biru. Setelah
ditambah Iod, terlihat warna biru sampai agak hijau. Selain itu, untuk
mengetahui kadar amilosa dalam suatu larutan berwarna dapat menggunakan
spektrofotometer. Nilai absorbansi yang diperoleh setara dengan jumlah
amilos dalam larutan. Semakin pekat warna larutan tersebut maka semakin
besar nilai absorbansinya.
Pada percobaan yang telah dilakukan didapat hasil kadar amilosa dengan
urutan tertinggi sampai terendah yaitu tepung singkong kelompok 3 dan 4
adalah 38,1%; tepung ubi kelompok 1 dan 2 adalah 31,5% dan tepung beras
kelompok 5 dan 6 adalah 23,4%. Menurut Winarno (1992), kadar amilosa
tepung beras dapat dibagi menjadi empat golongan berdasarkan kandungan
amilosanya, yaitu : (1) beras dengan kadar amilosa tinggi 25-33%; (2) beras
dengan kadar amilosa menengah 20-25%; (3) beras dengan kadar amilosa

rendah (9-20%; dan beras dengan kadar amilosa sangat rendah (< 9%).
Sehingga hasil praktikum yang diperoleh sesuai dengan teori yaitu kadar
amilosa beras termasuk dalam golongan beras dengan kadar amilosa
menengah. Tjokroadikusoemo (1986) menjelaskan bahwa tepung tapioka
mengandung 17% amilosa dan 83% amilopektin. Sehingga pada hasil
praktikum kadar amilosa tepung tapioka tidak sesuai. Begitu pula dengan
hasil kadar amilosa tepung ubi, tidak sesuai dengan refrensi. Karena menurut
referensi menurut Setyowati (2006), kadar amilosa tepung ubi adalah 23 %.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan pada hasil praktikum
kadar amilosa tepung yaitu sifat pati dari tepung dan kondisi tepung. Pada
jenis tepung yang berbeda maka akan memiliki sifat pati yang berbeda pula.
Sifat pati yang mempengaruhi kadar amilosa adalah perbedaan perbandingan
jumlah amilosa dan amilopektin setiap pati pada satu jenis tepung dengan
tepung yang lainnya berbeda. Sedangkan kondisi tepung yang menjadi faktor
kadar amilosa pada tepung yaitu meliputi kadar air dalam tepung dan umur
simpan. Tepung yang memiliki kadar air yang relatif tinggi yang disebabkan
penyerapan uap air di udara oleh tepung dapat mengakibatkan perbedaan
pengukuran kadar amilosa. Karena tepung yang memiliki kadar air tinggi
pada granula patinya, maka akan merubah struktur dari pati tersebut.
termasuk stuktur amilosa. Untuk umur simpan tepung yang semakin lama
maka kualitas pati dari tepung itu sendiri juga akan berubah, dan hal tersebut
tidak dikehendaki karena dapat mempengaruhi kadar amilosa pati.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum dan analisis yang telah dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prinsip uji kadar amilosa yaitu pati (amilosa) bereaksi dengan Iod
membentuk warna biru pada larutan.
2. Persamaan kurva standar yang diperoleh adalah y = - 0,0019 + 0,22675x.
3. Kadar amilosa dengan urutan tertinggi sampai terendah yaitu tepung
singkong kelompok 3 dan 4 adalah 38,1%; tepung ubi kelompok 1 dan 2
adalah 31,5% dan tepung beras kelompok 5 dan 6 adalah 23,4%.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar amilosa tepung yaitu sifat pati
dari tepung dan kondisi tepung yang meliputi kadar air dalam tepung dan
umur simpan.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas K.A, et.all. 2010. Modified Starches and Their Usages in Selected Food
Products: A Review Study. Department of Food Technology, Faculty of Food
Science and Technology Universiti Putra Malaysia, 43400 Serdang,
Selangor, Malaysia
Alam, Nur dan Nurhaeni. 2008. Komposisi Kimia Dan Sifat Fungsional Pati
Jagung Berbagai Varietas Yang Diekstrak Dengan Pelarut Natrium
Bikarbonat. J. Agroland 15 (2) : 89 - 94, Juni 2008.
Alam, Nur dan Saleh, Muhammad Salim. 2009. Karakteristik Pati Dari Batang
Pohon Aren Pada Berbagai Fase Pertumbuhan. J. Agroland 16 (3) : 199 205, September 2009.
Amaka et.all. 2013. Study on the gelatinization properties and amylose content of
rice varieties from Nigeria and Cameroun. International Journal of Nutrition
and Food Sciences. 2013; 2(4): 181-186.
Anggit, dkk. 2011. Analisa Mutu Satsuma Age Ikan Kurisi (Nemipterus Sp)
Dengan Penggunaan Jenis Tepung yang Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan
Vol. 6, No. 2, 2011, 13 22.
Hartati, Sri dan Prana, K. Prana. 2003. Analisis Kadar Pati dan Serat Kasar
Tepung beberapa Kultivar Talas (Colocasia esculenta L. Schott). Jurnal
Natur Indonesia 6(1): 29-33.
Herawati Dan Widowati. 2009. Karakteristik Beras Mutiara Dari Ubi Jalar
(Ipomea Batatas). Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Vol. 5 2009.
S. Joni, dkk. 2004. Perubahan Sifat Fisikokimia dan Fungsional Tepung Beras
Akibat Proses Modifikasi Ikat Silang. J.Pascapanen 1 (1) 2004 : 22-28.
Santosa, dkk. 2005. Evaluasi Teknologi Tepung Instan Dari Jagung Brondong dan
Mutunya. J.Pascapanen 2 (2) 2005 : 18-27.

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Perhitungan:
Kelompok 6 (Tepung Beras)
Persamaan :
Diketahui : y = - 0,0019 + 0,22675x
fp = 22,5
y = 0,234
Ditanya : kadar amilosa = .......?
Jawab : y

= - 0,0019 + 0,22675x

0,234

= - 0,0019 + 0,22675x

0,234 + 0,0019

= 0,22675x

= 0,2359 / 0,22675

= 1,040

kadar amilosa = ((1,0404 x 22,5) / 100 ) x 100%


= 23,4%

You might also like