You are on page 1of 27

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial


Dosen Pengampu : indri

Disusun oleh :
1. Abidah Ardiningsih (125020301111048)
2. Meriatul Qibtiyah (125020302111004)
3. Putri Yuwinda Sari (12502030)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

PENDAHULUAN
Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) secara esensial berbicara mengenai hak
atas kekayaan yang lahir dari intelektual manusia. HaKI memiliki 3 unsur penting
yaitu hak, manusia dan intelektual. Dari ketiga unsur tersebut, maka terciptalah
karya ciptaan. Untuk karya-karya ciptaan perlu mendapatkan perlindungan untuk
mencegah

pihak-pihak

yang

tidak

bertanggungjawab

untuk

meniru,

memperbanyak serta memperdagangkan karya ciptaan orang lain.


Hak Kekayaan Intelektual mencakup 2 kelompok yaitu Hak Cipta dan Hak
Kekayaan Industri. Keduanya dilindungi dan diatur di dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan barang siapa melanggarnya akan dikenai
sanksi yang seberat-beratnya. Untuk itu kita wajib menghargai karya-karya
ciptaan orang lain dan berusaha mengurangi pembelian-pembelian produk bajakan
yang semakin marak sekarang ini.
Dalam tugas makalah ini akan dijabarkan mengenai :
1)

Sejarah Hak kekayaan Intelektual

2)

Pengertian HaKI

3)

Macam-macam Hak Kekayaan Intelektual

4)

Pengaturan HaKI

5)

Pelaksanaan HaKI di Masa Sekarang

PEMBAHASAN
A.

Sejarah Hak Kekayaan Intelektual


Kalau dilihat secara historis, undang-undang mengenai HaKI pertama
kali ada di Venice, Italia yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470.
caxton, Galileo dan Guttenberg terctat sebagai penemu-penemu yang muncul
dalam kurun waktu tersebut, dan mempunyai hak monopoli atas penemuan
mereka.
Hukum-hukum tentang paten tersebut kemudian di adopsi oleh kerajaan
Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-an dan kemudian lahir hukum mengenai
paten pertama di Inggris yaitu Statute of Monopolies (1623). Amerika Serikat
baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791. Upaya harmonisasi dalam
bidang HKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention
untuk masalah paten, merek dagang dan desain. Kemudian Berne Convention
1886 untuk masalah copyright atau hak cipta. Tujuan dari konvensi-konvensi
tersebut antara lain standarisasi, pembahasan masalah baru, tukar menukar
informasi, perlindungan minimum dan prosedur mendapatkan hak. Kedua
konvensi itu kemudian membentuk biro administratif bernama the United
International Bureau for the Protection of Intellectual Property yang kemudian
di kenal dengan nama World Intellectual Property Organization (WIPO).
WIPO kemudian menjadi bahan administratif khusus di bawah PBB yang
menangani masalah HKI anggota PBB. Sebagai tambahan pada tahun 2001
WIPO telah menetapkan tanggal 26 April sebagai Hari Hak Kekayaan
Intelektual Sedunia.

B.

Pengertian HaKI
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) merupakan padanan dari bahasa

Inggris Intellectual Property Right. Kata "intelektual" tercermin bahwa obyek


kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk
pemikiran manusia (the Creations of the Human Mind) (WIPO, 1988:3).
Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah hak eksklusif yang diberikan suatu
peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara
sederhana HAKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merk. Namun jika
dilihat lebih rinci HAKI merupakan bagian dari benda (Saidin : 1995), yaitu
benda tidak berwujud (benda imateriil).
Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas benda
tak berwujud (seperti Paten, merek, Dan hak cipta). Hak Atas Kekayaan
Intelektual sifatnya berwujud, berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, sastra, keterampilan Dan sebaginya Yang tidak mempunyai bentuk tertentu.
C.

Macam-macam Hak Kekayaan Intelektual


Pada Prinsipnya HKI dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1)

Hak Cipta

Sejarah Hak Cipta


Pada jaman dahulu tahun 600 SM, seseorang dari Yunani bernama

Peh Riad menemukan 2 tanda baca yaitu titik (.) dan koma (,). Anaknya
bernama Apullus menjadi pewarisnya dan pindah ke Romawi. Pemerintah
Romawi memberikan Pengakuan, Perlindungan dan Jaminan terhadap
karya cipta ayah nya itu. Untuk setiap penggunaan, penggandaan dan
pengumuman ats penemuan Peh Riad itu, Apullus memperoleh
penghargaan dan jaminan sebagai pencerminan pengakuan hak tersebut.
Apullus ternyata orang yang bijaksana, dia tidak menggunakan seluruh
honorarium yang diterimany. Honor titik (.) digunakan untuk keperluan
sendiri sebagai ahli waris, sedangkan honor koma (,) dikembalikan ke
pemerintah Romawi sebagai tanda terima kasih atas penghargaan dan
pengakuan terhadap hak cipta tersebut.

Pengertian Hak Cipta


Hak cipta (lambang internasional: )
Pengertian hak cipta menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 :
Hak cipta adalah "hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
Keterangan:
Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama
yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan kemampuan
pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang
dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
Pengumuman adalah pembacaan, penyiaran, pameran, penjualan,
pengedaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan menggunakan alat
apapun, termasuk media internet, atau melakukan dengan cara apapun
sehingga suatu ciptaan dapat di baca, didengar atau dilihat orang lain.
Perbanyakan adalah penambahan jumlah suatu ciptaan baik secara
keseluruhan

maupun

bagian

yang

sangat

substansial

dengan

menggunakan bahan-bahan yang sama ataupun tidak sama, termasuk


pengalihwujudan secara permanen atau temporer.
Jadi,

Hak

Cipta

adalah

hak

khusus

bagi

pencipta

untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan


yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,
sastra dan seni.

Kedudukan Hak Cipta

Mengenai kedudukan hak cipta, sudah pula ditetapkan oleh UUHC,


bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak (Pasal 3 ayat
1).Sebagai benda Bergerak, hak cipta dapat beralih atau dialihkn baik
seluruhnya maupun sebagian karena :
a)

Pewarisan

b)

Hibah

c)

Wasiat

d)

Dijadikan milik negara

e)

Perjanjian
Khusus mengenai perjanjian, Pasal 3 ayat 2 menyaratkan harus
dilakukan dengan akta, dengan ketentuan bahwa perjanjian itu
hanya mengenai wewenang yang disebut di dalam akta tersebut.
Pentingnya akta perjanjin itu adalah tidak lain dimaksudkan untuk
memudahkan pembuktian peralihan hak cipta pabila terjadi
persengketaan di kemudian hari.

Ciptaan yang dilindungi


UUHC menganut sistem terbatas dalam melindungi karya cipta
seseorang. Perlindungan ciptaan hanya diberikan dalam bidang ilmu
pengetahun, seni dan sastra. Untuk itu Pasal 11 yat 1 merinci ketiga
bidang tersebut meliputi :
a)

Buku, pamflet, dan semu hasil karya tulis lainnya.

b)

Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.

c)

Pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari,


pewayngn, pantomim dan karya siaran antara lain untuk media
radio, televisi dan film serta karya rekaman radio.

d)

Ciptaan tari(koreografi), ciptaan lagu atau musik dengan


atau tanpa teks, dan karya rekaman suara atau bunyi.

e)

Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni
patung, dan kaligrafi yang perlindungnnya diatur dalam Pasal 10
ayat 2.

f)

Seni batik

g)

Arsitektur

h)

Peta

i)

Sinematografi

j)

Fotografi

k)

Program komputer atau komputer program

l)

Terjemahan, tafsir, saduran, dan penyusunn bunga


rampai.
Selain itu UUHC juga melindungi karya melindungi karya

seseorang yang berupa pengolahan lebih lanjut daripada ciptaan


aslinya, sebab bentuk pengolahan ini dipndang merupakan suatu ciptan
baru dan tersendiri, yang sudah lain dri ciptaan aslinya.
Tidak ada hak cipta untuk karya sebagai berikut :
a) Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga negara
b) Peraturan perundang-undangan
c) Putusan pengadilan dan penetapan hakim
d) Pidato kenegaraan pidato pejabat pemerintah
e) Keputusan badan Arbitrase ( lembaga seperti pengadilan tetapi
khususnya di dalam bidang perdagangan)

Masa Berlakunya Hak Cipta


Dalam mengtur jangka waktu berlakunya hk cipta, UUHC tidak
menyaratkan

melainkan

membeda-bedakan.

Perbedaan

itu

dikelompokkan sebagai berikut :


1)

Kelompok I (Bersifat Orisinal)


Untuk karya cipta yang sifatnya asli atu orisinal, perlindungan
hukumnya berlaku selama hidup pencipta dan terus berlanjut
sampai dengn 50 tahun setelah pencipta meninggal. Mengenai
alasan penetapan jangka wktu berlakunya hak cipta orisinal yang
demikian lama itu, undang-undang tidak memberikan penjelasan.
Karya cipta ini meliputi :
a.

Buku, pamflet, dan semu hasil karya tulis lainnya.

b.

Ciptaan tari(koreografi).

c.

Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni


pahat, seni patung.

2)

d.

Seni batik.

e.

Ciptan lagu atau musik dengan atau tanpa teks.

f.

Karya arsitektur.
Kelompok II (Bersifat Derivatip)
Perlindungan hukum atas karya cipta yang bersifat tiruan

(derivatip)berlaku selama 50 tahun, yang meliputi hak cipta


sebagai berikut:
a. Karya pertunjukan seperti musik, karawitan, drama, tari,
pewayangan, pantomim dan karya siaran antara lain untuk
media radio, televisi dan film serta karya rekaman radio.
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya.
c. Peta.
d. Karya sinematografi.
e. Karya rekaman sura atau bunyi.
f. Terjemahan dan tafsir.
3)

Kelompok III (pengaruh waktu)


Terhadap karya cipta yang aktulitasnya tidak begitu tahan,
perlindungan hukumnya berlaku selama 25 tahun,meliputi hak
cipta atas ciptaan :
a. Karya fotografi.
b. Program komputer atau komputer program.
c. Saduran dan penyusunan bunga rampai.

Pendaftaran Hak Cipta


Ciptaan tidak kalah pentingnya dengan benda-benda lain seperti
tanah, kendaraan bermotor, kapal, merk yang memerlukan pendaftaran.
Perlindungan suatu ciptaan timbul secara otomatis sejak ciptaan itu
diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Maksud dari pendaftaran itu
sendiri adalah hanya semata-mata mengejar kebenaran prosedur formal

saja, tetapi juga mempunyai tujuan untuk mendapatkan pengukuhan


hak cipta dan sebagai alat bukti awal di pengadilan apabila timbul
sengketa di kemudian hari terhadap ciptaan tersebut.. Pendaftaran hak
cipta yaitu di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Sifat pendaftaran ciptaan adalah bersifat kebolehan (fakultatip).
Artinya

orang boleh juga tidak mendaftarkan. Apabila tidak

mendaftarkan, tidak ada sanksi hukumnya. Dengan sifat demikian,


memang UUHC memberikan kebebasan masyarakat untuk melakukan
pendaftaran.

Hak dan Wewenang Menuntut


Penyerahan Hak Cipta atas seluruh ciptaan ke pihak lain tidak
mengurangi hak pencipta atau ahli waris untuk menuntut seseorang
yang tanpa persetujuannya :
a. Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan itu.
b. Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya.
c. Menggnti/mengubah judul ciptaan.
d. Mengubah isi ciptaan.

Undang-undang yang mengatur Hak Cipta:


1.

UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak


Cipta

2. UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI


Tahun 1982 Nomor 15)
3. UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6
Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1987
Nomor 42)
4. UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6
Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun
1987 (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 29)

2)

Hak Kekayaan Industri


Hak kekayaan industri terdiri dari :
a. Paten (patent)
Paten merupakan hak khusus yang diberikan negara kepada
penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuannya tersebut atau
memberikan pesetujuannya kepada orang lain untuk melaksanakannya.
(Pasal 1 Undang-undang Paten).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001:
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada
Inventor atas hasil inveNsinya di bidang teknologi, yang untuk selama
waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya
(Pasal 1 Ayat 1).
Paten diberikan dalam ruang lingkup bidang teknologi, yaitu
ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam proses industri. Di samping
paten, dikenal pula paten sederhana (utility models) yang hampir sama
dengan paten, tetapi memiliki syarat-syarat perlindungan yang lebih
sederhana. Paten dan paten sederhana di Indonesia diatur dalam
Undang-Undang Paten (UUP).
Jangka Waktu Paten
Bersadarkan pasal 8 UU No. 14 Tahun 2001 tentang paten,
paten diberikan untuk jangka waktu selama 20 tahun, terhitung sejak
tanggal penerimaan dan jangka waktu tidak dapat diperpanjang,
sedangkan untuk paten sederhana diberikan jangka waktu 10 tahun,
terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu tidak dapat

diperpanjang. Oleh karena itu, tanggal dimulai dan berakhirnya jangka


waktu paten dicatat dan diumumkan.

Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah


menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang
dimaksud dengan penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah
tertentu di bidang teknologi yang berupa :
a. proses;
b. hasil produksi;
c. penyempurnaan dan pengembangan proses;
d. penyempurnaan dan pengembangan hasil produksi;
Prosedur Pendaftaran Paten
1. Surat permintaan untuk mendapatkan paten;
2. Deskripsi tentang penemuan,yaitu penjelasan tertulis mengenai cara
melaksanakan suatu penemuan sehingga dapat dimengerti oleh
seseorang yang ahli di bidang penemuan tersebut;
3. Satu atau lebih klaim yang terkandung dalam penemuan. Klaim adalah
uraian tertulis mengenai inti penemuan atau bagian tertentu dari suatu
penemuan yang dimintakan perlindungan hukum dalam bentuk paten;
4. Satu atau lebih gambar yang disebut deskripsi yang diperlukan untuk
memperjelas;
5. Abstraksi tentang penemuan, yaitu uraian singkat mengenai suatu
penemuan yang merupakan ringkasan
Undang - undang yang mengatur tentang paten:
1. UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara RI
Tahun 1989 Nomor 39)
2. UU Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 6 Tahun
1989 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 30)

3. UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara RI


Tahun 2001 Nomor 109)
b. Merk (Trademark)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 :
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf,
angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur
tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa. (Pasal 1 Ayat 1)
Merek merupakan tanda yang digunakan untuk membedakan
produk (barang dan atau jasa) tertentu dengan yang lainnya dalam
rangka memperlancar perdagangan, menjaga kualitas, dan melindungi
produsen dan konsumen.
Istilah-istilah merek:
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersamasama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang
sejenis lainnya.
Merek

jasa

yaitu

merek

yang

digunakan

pada

jasa

yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersamasama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis
lainnya.
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa
dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa
orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan
dengan barang atau jasa sejenis lainnya.
Hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan negara kepada
pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka
waktu tertentu, menggunakan sendiri merek tersebut atau memberi izin
kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk menggunakannya.

Undang - undang yang mengatur tentang merek:


6. UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek (Lembaran Negara RI
Tahun 1992 Nomor 81)
7. UU Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 19 Tahun
1992 tentang Merek (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 31)
8. UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek (Lembaran Negara RI
Tahun 2001 Nomor 110)
c. Desain Industri (Industrial Design)
(Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang
Desain Industri) :
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,
konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna,
atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua
dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam
pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan
tangan. (Pasal 1 Ayat 1)
d. Rahasia Dagang (Trade Secret)
(Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
Dagang) :
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh
umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi
karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh
pemilik Rahasia Dagang.
e.

Indikasi Geografi (Geographical Indications)


(Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang
Merek) :
Indikasi-geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang
menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan
geografis termasuk faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari

kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan kualitas tertentu pada


barang yang dihasilkan.(Pasal 56 Ayat 1)
f. Denah Rangkaian (Circuit Layout)
Denah rangkaian yaitu peta (plan) yang memperlihatkan letak
dan interkoneksi dari rangkaian komponen terpadu (integrated circuit),
unsur yang berkemampun mengolah masukan arus listrik menjadi khas
dalam arti arus, tegangan, frekuensi, serta prmeter fisik linnya.
g. Perlindungan varietas Tanaman (PVT)
Perlindungan varietas tanamn adalah hak khusus yang diberikan
negara kepada pemulia tanaman dan atau pemegang PVT atas varietas
tanaman yang dihasilkannya untuk selama kurun waktu tertentu
menggunakan sendiri varietas tersebut atau memberikan persetujun
kepada orang atau badan hukum lain untuk menggunakannya.
3)

Pengaturan HKI
Pengaturan HKI di dunia internasional dan di Indonesia, yaitu :
Pengaturan HKI di dunia Internasional
Indonesia terlibat dalam perjanjian-perjanjian internasional di bidang
HKI. Pada tahun 1994, Indonesia masuk sebagai anggota WTO (World
Trade Organization) dengan meratifikasi hasil Putaran Uruguay yaitu
Agreement Estabilishing the World Trade Organization (Persetujuan
Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Salah satu bagian penting
dari Persetujuan WTO adalah Agreement on Trade Related Aspects of
intellectual Property rigets Including Trade In Counterfeit Goods.
(TRIPs). sejaln dengan TRIPs, Pemerintah Indonesia juga telah
meratifikasi konvensi-konvensi Internasional di bidang HKI, yaitu :
a)

Paris Convention for the protection of Industrial Property and


Convention

Estabilishing

the

World

intellectual

Property

Organizations, dengn Keppres No. 15 Tahun 1997 tentang Perubahan


Keppres No. 24 Tahun 1979.

b)

Patent Cooperation Treaty (PCT) and Regulation under the PCT,


dengan Keppres No. 16Tahun 1997.

c)

Trademark Law Treaty (TLT) dengan Keppres No. 17 Tahun 1997.

d)

Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works


tanggal 7 Mei 1997 dengan Keppres No. 18 Tahun 1997 dan
dinotifikasikan ke WIPO tanggal 5 Juni 1997, Berne Convention
tersebut mulai berlaku efektif di Indonesia pada tanggal 5 September
1997.

e)

WIPO Copyright Treaty (WCT) dengan Keppres No. 19 Tahun


1997.
Memasuki milenium baru, HKI menjadi isu yang sangat penting

yang selalu mendapat perhatian baik dalam forum nasional maupun


internasional. Dimasukkannya TRIPs dalam paket Persetujuan Wto di
tahun 1994 menandakan dimulainya era baru perkembangan HKI di
seluruh dunia. Dengan demikian pada saat ini permasalahan HKI tidak
dapat dilepaskan dari dunia perdagangan dan investasi. Pentingnya HKI
dalam pembangunan ekonomi dan perdagangan telh memacu dimulainya
era baru pembangunan ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan.
Pengaturan HKI di Indonesia
Di tingkat nasional, pengaturan HKI secara pokok (dalam UU) dapat
dikatakan telah lengkap dan memadai. Lengkap, karena menjangkau ketujuh jenis HKI. Memadai, karena dalam kaitannya dengan kondisi dan
kebutuhan nasional, dengan beberapa catatan, tingkat pengaturan tersebut
secara substantif setidaknya telah memenuhi syarat minimal yang
dipatok di Perjanjian Internasional yang pokok di bidang HKI.
Sejalan dengan masuknya Indonesia sebagi anggota WTO/TRIPs
dan diratifikasinya beberapa konvensi internasional di bidang HKI
sebagaimana dijelaskan pada pengaturan HKI di internasional tersebut di
atas, maka Indonesia harus menyelaraskan peraturan perundang-undangan

di bidang HKI. Untuk itu, pada tahun 1997 Pemerintah merevisi kembali
beberapa peraturan perundangan di bidang HKI, dengan mengundangkan :
1)

Undang-undang No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas


Undang-undang No. 6 Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta

2)

Undang-undang No. 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas


Undang-undang No. 6 Tahun 1989 tentang Paten

3)

Undang-undang No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas


Undang-undang No. 19 Tahun 1992 tentang Merek

Selain ketiga undang-undang tersebut di atas, undang-undang HKI yang


menyangkut ke-tujuh HKI antara lain :
1) Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
2) Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
3) Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merk
4) Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
5) Undang-undang No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
6) Undang-undang No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu
7) Undang-undang No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman
Dengan pertimbangan masih perlu dilakukan penyempurnaan
terhadap undang-undang tentang hak cipta, paten, dan merek yang
diundangkan tahun 1997, maka ketiga undang-undang tersebut telah
direvisi kembali pada tahun 2001. Selanjutnya telah diundangkan:
1) Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten
2) Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek
(khusus mengenai revisi UU tentang Hak Cipta saat ini masih dalam
proses pembahasan di DPR)
4)

Pelaksanaan HKI di Masa Sekarang

Peraturan perundangan yang berlaku sangat banyak, tetapi melihat


pelaksanaannya sekarang ini makin banyak pelanggaran-pelanggaran.
Umumnya pelanggaran hak cipta didorong untuk mencari keuntungan
finansial secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para pencipta dan
pemegang izin hak cipta. Hal ini bisa dibuktikan dengan semakin maraknya
pembajakan-pembajakan hasil karya ciptaan seseorang. Sebagai contoh yang
lebih konkret yaitu pembajakan kaset-kaset VCD. Faktor-faktor yang
mempengaruhi warga masyarakat untuk melanggar HKI, yaitu :
a. Dilakukan untuk mengambil jalan pintas guna mendapatkan keun-tungan
yang sebesar-besarnya dari pelanggaran tersebut.
b. Para pelanggar menganggap bahwa sanksi hukum yang dijatuhkan oleh
pengadilan selama ini terlalu ringan bahkan tidak ada tindakan preventif
maupun represif yang dilakukan oleh para penegak hukum.
c. Dengan melakukan pelanggaran, pajak atas produk hasil pelanggaran
tersebut tidak perlu dibayar kepada pemerintah.
d. Masyarakat tidak memperhatikan apakah barang yang dibeli tersebut asli
atau palsu (aspal), yang penting bagi mereka harganya murah dan
terjangkau dengan kemampuan ekonomi.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kedaulatan hukum, namun
dalam menegakkan hukum harus mendapat kontrol dan tekanan dari negara
asing. Tidak mengherankan apabila penegakan hukum di negeri ini tidak dapat
dilakukan secara konsisten. Salah satu contoh nyata adalah pada saat mulai
diberlakukannya Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pada
tanggal 29 Juli 2003, hampir seluruh pedangang CD, VCD dan DVD bajakan
tidak tampak di pinggir jalan. Namun beberapa minggu kemudian, sedikitdemi sedikit para pedagang tersebut mulai tampak menggelar kembali barang
dagangannya, dan hingga sampai saan ini mereka dengan sangat leluasa dan
terang-terangan berani menjual barang dagangannya di tempat keramaian.
Kondisi ini semakin diperburuk dengan tindakan para aparat penegak hukum
yang hanya melakukan razia terhadap para pedagang tetapi tidak terhadap
sumber produk bajakan tersebut, sehingga produksi barang bajakan terus

berlanjut. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah belum secara tuntas


menyelesaikan masalah pembajakan, oleh karena itu masih terdapat produsen
yang memproduksi barang bajakan tersebut yang belum tersentuh oleh aparat
penegak hukum. Jika memang niat pemerintah adalah untuk memberantas
praktek pembajakan, maka tanpa pengenaan cukai terhadap produksi
rekamanpun sebenarnya hal tersebut sudah dapat dilakukan sejak belakunya
UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Namun dalam kenyataannya,
praktek perdagangan barang ilegal tersebut bukan semakin berkurang,
malahan semakin marak diperdagangkan di kaki lima.
Contoh-contoh lain mengenai pelanggaran HKI yaitu :
1.

Jakarta Tahun 2009 mencatat hasil kurang


menggembirakan untuk urusan pembajakan software di Indonesia. Dari
hasil riset yang dikeluarkan IDC terungkap bahwa aktivitas pembajakan
software di Tanah Air justru kian melonjak. Dari riset itu Indonesia
ditempatkan di posisi ke12 sebagai negara dengan tingkat pembajakan
software terbesar di dunia.

2.

Pelanggaran

yang

merugikan

kepentingan

negara, misalnya mengumumkan ciptaan yang bertentangan dengan


kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan.
3.

Pelanggaran

yang

bertentangan

dengan

ketertiban umum dan kesusilaan, misalnya memperbanyak dan menjual


video compact disc (vcd) pomo.
4.

Melanggar perjanjian (memenuhi kewajiban


tidak sesuai dengan isi kesepakatan yang telah disetujui oleh kedua belah
pihak), misalnya dalam perjanjian penerbitan karya cipta disetujui untuk
dicetak sebanyak 2.000 eksemplar, tetapi yang dicetak/diedarkan di pasar
adalah 4.000 eksemplar. Pembayaran royalti kepada pencipta didasarkan
pada perjanjian penerbitan, yaitu 2.000 eksemplar bukan 4.000 eksemplar.
Ini sangat merugikan bagi pencipta

PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Dari tugas makalah Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ini penulis
dapat mengetahui dan lebih memahami mengenai hal-hal mengenai HKI, serta
penulis menyimpulkannya sebagai berikut :
1)

Bahwa dari sejarah di atas hari Hak kekayaan Intelektual sedunia


ditetapkan pada tanggal 26 April.

2)

Macam-macam HKI dikelompokkan menjadi dua yaitu, Hak Cipta


dan Hak Kekayaan Industri.

3)

Indonesia masuk anggota WTO pada tahun 1994 dan telah


meratifikasi konvensi-konvensi Internasional.

4)

Pengaturan HKI di Indonesia telah disebutkan di dalam Undangundang yang mengatur ke-tujuh bidang HKI.

5)

Pelaksanaan Undang-undang HKI sekarang ini tidak konsisten


dengan kenyataanya sehingga masih banyak pelanggaran-pelanggaran
yang semakin meluas.

B.

SARAN
Ada beberapa saran yang penulis berikan , yaitu diantaranya sebagai
berikut :
1)

Hindari pembelian barang bajakan dan hati-hati terhadap


barang tiruan.

2)

Semoga aparat penegak hukum lebih tegas dalam menangani


kasus-kasus pelanggaran HKI.

3)

Patuhi Undang-undang yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
SUPRAMONO, Gatot.Tindak Pidana Hak Cipta: Masalah Penangkapan dalam
Tingkat Penyidikan,Pustaka Kartini,1989.
www.google.com :
http://www.blogster.com/dansur/sejarah-dan-perkembangan
http://prasetyohp.staff.hukum.uns.ac.id/hki-dan-perlindungan-pengetahuantradisional-di-indonesia/hki-dan-perlindungan-pengetahuan-tradisional-diindonesia/ (Penulis adalah Dosen Fakultas Hukum UNS, Dosen,Hukum HKI
Program Pascasarjana UNS, dan Kepala P3HKI LPPM UNS.)
http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_cipta
http://www.dgip.go.id:8080/article/articleview/36/1/9/
http://www.dgip.go.id:8080/article/articleview/96/1/22/
http://www.greasy.com/komparta/sejarah_dan_perkembangan.html
http://www.scribd.com/doc/12686190/Sekilas-Haki-Di-Indonesia-IndonesiaIntellectual-Property-Law-in-brief
http://iwanhafidz.bravehost.com/pembajakan.html
http://www.haki.lipi.go.id/utama.cgi?prestasi&1081822328&1

LAMPIRAN
1.

BENTUK-BENTUK PERATURAN PERUNDANGAN HKI :


A.

Pada Zaman Hindia Belanda


Hak Kekayaan Intelektual sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru
di Indonesia. Sejak jaman Pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia telah
mempunyai undang-undang tentang hak kekayaan Intelektual yang
sebenarnya merupakan pemberlakuan peraturan perundang-undangan
pemerintahan Hindia Belanda yang berlaku di negeri Belanda,
diberlakukan di Indonesia sebagai negara jajahan Belanda berdasarkan
prinsip konkordansi.
Pada masa itu bidang hak kekayaan Intelektual yang mendapat
pengaturan baru 3 (tiga) bidang hak kekayaan Intelektual yaitu bidang hak
cipta, merek dagang dan industri, dan paten. Adapun peraturan perundangundangan Belanda bidang HKI adalah sebagai berikut :
1)

Auterswet 1912 (UU Hak Pengarang 1912, UU Hak Cipata;


Staatsblad 1912-600)

2)

Reglement Industriele Eingendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak


Milik Industrial Kolonial 1912; Staatsblad 1912-545 jo.Staatsblad
1913-214)

3)

Octrooiwet 1910 (UU Paten 1910; Staatsblad 1910-33, yis


Staatsblad 1911-33, Staatsblad 1922-4).
UU Hak Cipta pertama di Belanda diundangkan pada tahun 1803,

yang kemudian diperbaharui dengan UU Hak Cipta tahun 1817 dan


diperbaharui lagi sesuai dengan konvensi Berne 1886 menjadi Auteurswet
1912, dan Indonesia (Hindia Belanda saat itu) sebagai negara jajahan

Belanda terikat dalam konvensi Berne tersebut, sebagaimana diumukan


dalam Staatsblad 1914797. Peraturan Hak Milik

Kolonial 1912

merupakan UU merk tertua di Indonesia, yang ditetapkan oleh pemerintah


Kerajaan Belanda berlaku sejak tanggal 1 Maret 1912 terhadap wilayahwilayah jajahannya yaitu Indonesia, Suriname, dan Curacao. UU Paten
1910 tersebut mulai berlaku tanggal 1 Juli 1912.
B.

Pada Zaman Kemerdekaan


Setelah Indonesia merdeka, Menteri Kehakiman RI mengeluarkan
pengumuman No. JS 5/41 tanggal 14 Maret 1953 dan No. JG 1/2/17
tanggal 29 Agustus 1953 tentang Perdaftaran Sementara Paten. Berdasar
pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 tahun 1945, maka ketentuan peraturan peundangundangan HKI zaman Hindia Belanda, demi hukum diteruskan
kenberlakuannya, samapi dengan dicabut dan diganti dengan Undangundang baru hasil produk legislasi Indonesia. Kemudian Setelah 16 Tahun
Indonesia merdeka, Undang-undang tentang HKI meliputi :
1)

Undang-undang tentang Hak Merk Dagang dan Merk Perniagaan,


yaitu :

Tanggal 11 Oktober 1961, mengesahkan UU No. 21 tahun


1961 dan berlaku pada tanggal 11 November 1961.

Tahun 1992, mengganti UU No. 21 tahun 1961 dengan


UU No. 19 tahun 1992.

Tahun 1997, penyempuanaan UU No. 19 tahun 1992


dengan diundangkan dan diberlakukannya UU No. 14 tahun 1997.

Tahun 2001, UU No. 19 tahun 1992 jo. UU No. 14 tahun


1997 tersebut diubah dan disempurnakan serta diganti yaitu dengan
UU No. 15 tahun 2001.

2)

Undang-undang tentang Hak Cipta, yaitu:

Tahun 1982, yaitu UU No. 6 tahun 1982.

Tahun 1987, UU No. 6 tahun 1982 diubah dan


disempurnakan dengan diundangkan dan diberlakukannya UU No.
7 tahun 1987.

Tahun 1997, UU No. 12 tahun 1997 jo. UU No. 7 tahun


1987 tersebut diperbaharui dan disempurnakan dengan UU No. 12
tahun 1997.

Tahun 2001, UU No. 12 tahun 1997 jis. UU No. 7 tahun


1987, UU No. 6 tahun 1982 tersebut diubah dan disempurnakan
serta diganti dengan UU No. 19 tahun 2002.

3)

Undang-undang tentang Paten, yaitu :

Tahun 1989, UU No. 6 tahun 1989 mulai efektif berlaku


tahun 1991.

Tahun 1997, UU No. 6 tahun 1989 diperbaharui dengan


UU No. 13 tahun 1997.

Tahun 2001, UU No. 13 tahun 1997 jo. UU No. 6 tahun


1989 tersebut, diubah dan disempurnakan serta diganti dengan UU
No. 14 tahun 2001.

4)

UU tentang Perlindungan Varietas Tanaman yaitu UU No. 29 tahun


2000.

5)

UU tentang Rahasia Dagang yaitu UU No. 30 tahun 2000.

6)

UU tentang Desai Tata Letak Sirkuit Terpadu yaitu UU No. 31


tahun 2000.

7)

UU tentang Desain Industri yaitu UU No. 32 tahun 2000.

Peraturan Pemerintah tentang HKI, meliputi :


1)

Bidang Hak Cipta :


o

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 Tanggal


5 April 1989 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14
Tahun 1986 tentang Dewan Hak Cipta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989 Tanggal


14 Januari 1989 tentang Penterjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan

untuk Kepentingan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Penelitian dan


Pengembangan.
o

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1986 Tanggal


6 Maret 1986 tentang Dewan Hak Cipta.

2)

Bidang Paten
o

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1995 Tanggal


29 Agustus 1995 tentang Komisi Banding Paten.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1993 Tanggal


22 Februari 1993 tentang Bentuk dan Isi Surat Paten.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1991 Tanggal


11 Juni 1991 tentang Pendaftaran Khusus Konsultan Paten.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 1991 Tanggal


11 Juni 1991 tentang Tata Cara Permintaan Paten

3)

Bidang Merk
o

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1995


Tangga1 29 Agustus 1995 tentang Komisi Banding Merk.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1993


Tangga1 31 Maret 1993 tentang Tata Cara Permintaan Pendaftaran
Merk.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993


Tangga1 31 Maret 1993 tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi
Pendaftaran Merk

Keputusan Dirjen HKItentang HKI, yaitu Keputusan Direktur Jenderal Hak


Kekayaan

Intelektual

no.

H-08-PR.07.10

tahun

2000

tentang

Petunjuk

Pelaksanaan Penerimaan Permohonan Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual


melalui Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia (8 Desember 2000)

2.

BENTUK PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA


A.

Zaman Hindia Belanda

Setelah bubarnya VOC pada tanggal 31 desember 1799 karena


korupsi, tanggal 1 Januari 1800 semua aset dan kewenangannya diambil
alih pemerintah Hindia Belanda. Kekuasaan ini berakhir pada tanggal 9
Maret 1942, jatuh atas serbuan Jepang. Pada kurun waktu tertentu
berlakulah hukum positif Hindia Belanda. Ada 3 peraturan pokok di
zaman Hindia Belanda :

Al Gemene Bepalingen Van Wet Gelvino Nederlands India (AB)

Regerings Reglement (RR)

Indische Staats of Regerings (IS)

RR dan IS merupakan peraturan pokok (UUD Hindia Belanda).


B.

Zaman Penjajahan Jepang


Bala tentara Jepang tidak sempat membuat aturan selengkapnya
kerena situasi perang dunia, hukum dan peraturan perundangan yang
berlaku pada waktu itu adalah tata hukum pemerintah Hindia Belanda,
sesudah itu dikurangi dan ditambah sesuai kepentingan Jepang. Jepang
mengeluarkan Osama Silaint yang mengatur beberapa bidang tugas. Pusat
perhatian

Jepang

adalah

mengerahkan

segenap

kekuatan

untuk

memenangkan perang Asia Timur Raya. Pemimpin-pemimpin pergerakan


Indonesia berkelompok menjadi dua bagian, sebagian kooperasi dengan
Jepang dan sebagian non kooperasi dengan Jepang.Sesudah kemenangan
Jepang di Pearl Harbour, Jepang semakin kepepet di medan tempur.
Tanggal 15 agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
C.

Zaman Kemerdekaan
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Setelah
proklamasi, mulai saat itu sekaligus terbentuk 3 lembaga yaitu :

Negara Kesatuan Republik Indonesia proklamasi kemerdekaan 17


Agustus 1945.

Bangsa Indonesia

Tata Hukum Indonesia

Tata hukum Indonesia seperti halnya negara baru tidak sempat


menyusun tata hukumnya sendiri secara formal. Tata Hukum Indonesia
memberlakukan tata hukum pemerintah sebelumnya setelah ditambah
dan dikurangi sesuai kepentingan Indonesia.
Bentuk-bentuk peraturan

perundangan di Indonesiameliputi

pemberlakuan UUD yaitu antara lain :


1)

UUD 45 ( 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949 )

2)

Komolitas RIS ( 27 Desember 1949 17 Agustus 1950 )

3)

UUDS 50 ( 17 Agustus 1950 5 Juli 1959 )

4)

UUD 45 ( 17 Agustus 1950 sampai sekarang )


Bentuk-bentuk peraturan perundangan di Indonesia pada zaman

kemerdekaan, yaitu :
I.

UUD 45
1)

Undang-undang (UU)

2)

Peraturan Pemerintah Penganti UU (Perpu)

3)

Peraturan Pemerintah (PP)

II.

Konstitusi RIS
1) Undang-undang Federal (UUF)
a. UUF yang dibuat oleh Pemerintah Federal bersama DPR
Federal dan Senat.
b. UUF yang dibuat oleh Pemerintah Federal bersama DPR
Federal.
2) Undang-undang Darurat Federal
3) Peraturan Pemerintah Federal

III.

UUDS 50
1)

Undang-undang

2)

Undang-undang Darurat

3)

Peraturan Pemerintah

You might also like