Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Alzheimer adalah penyebab terbesar terjadinya demensia. Dimana
demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang
disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat
kesadaran. Pasien dengan demensia harus mempunyai gangguan memori selain
kemampuan mental lain seperti berpikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasa,
praksis dan visuospasial. Defisit yang terjadi harus cukup berat sehingga
mempengaruhi aktivitas kerja dan sosial secara bermakna.
Demensia merupakan suatu sindrom klinik yang bersifat progresif dan
sebagian besar bersifat irreversible yang ditandai oleh suatu gangguan mental
yang luas. Gejala demensia seperti kehilangan memori, gangguan berbahasa,
disorientasi, perubahan kepribadian, kesulitan dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari, pengabaian diri, gejala psikiatri dan perilaku diluar
karakter.1 Gangguan kognitif yang terjadi cukup mengganggu fungsi sosial
ataupun pekerjaan, gangguan ini dapat terjadi karena berbagai proses
neurodegenaratif dan proses iskemik.2
Definisi lain mengenai demensia adalah hilangnya fungsi kognisi secara
multidimensional dan terus-menerus, disebabkan oleh kerusakan organik sistem
saraf pusat, tidak disertai penurunan kesadaran secara akut seperti halnya terjadi
pada delirium.3
2.2 Epidemiologi
Penyakit alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara
epidemiologi terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia
kurang 58 tahun disebut sebagai early onset sedangkan kelompok yang menderita
pada usia lebih dari 58 tahun disebut sebagai late onset.
Penyakit alzheimer dapat timbul pada semua umur, 96% kasus dijumpai
setelah berusia 40 tahun keatas. Schoenburg dan Coleangus (1987) melaporkan
2.4 Etiologi
Demensia mempunyai banyak penyebab, tetapi demensia tipe Alzheimer
dan demensia vaskular sama-sama berjumlah 75% dari semua kasus. Penyebab
demensia lainnya yang disebutkan dalam DSM-IV adalah penyakit Pick, penyakit
Creutzfeldt-Jakob, penyakit Parkinson, Human Immunodeficiency Virus (HIV),
dan trauma kepala.
2.5 Klasifikasi
Demensia dari segi anatomi dibedakan antara demensia kortikal dan
demensia subkortikal. Dari etiologi dan perjalanan penyakit dibedakan antara
demensia yang reversibel dan irreversibel
Perbedaan demensia kortikal dan subkortikal
Ciri
Penampilan
Aktivitas
Sikap
Cara berjalan
Demensia Kortikal
Siaga, sehat
Normal
Lurus, tegak
Normal
Demensia Subkortikal
Abnormal, lemah
Lamban
Bongkok, distonik
Ataksia, festinasi, seolah
Gerakan
Output verbal
Normal
Normal
berdansa
Tremor, khorea, diskinesia
Disatria, hipofonik, volum
Berbahasa
Kognisi
suara lemah
Normal
Tak terpelihara (dilapidated)
Memori
Kemampuan visuo-spasial
memanipulasi pengetahuan)
Abnormal (gangguan belajar)
Abnormal (gangguan
Keadaan emosi
konstruksi)
Abnormal (tak memperdulikan,
gerakan)
Abnormal (kurang dorongan
Contoh
tak menyadari)
Penyakit Alzheimer, Pick
drive)
Progressive Supranuclear
Palsy, Parkinson, Penyakit
Wilson, Huntington.
Dikutip dari Guberman A. Clinical Neurology. Little Brown and Coy, Boston,
1994, 69.
4
berdasarkan
umur, perjalanan
Revesibel
Tipe alzheimer
Morbus Pick
Tipe non-Alzheimer
Morbus Jakob-Creutzfeldt
Demensia vaskular
Sindrom
Demensia
Lobus
frontal-
temporal
-
Demensia
terkait
HIV-AIDS
dengan
Gerstmann-
Straussler-Scheinker
-
Proin disease
Multiple sclerosis
Neurosifilis
Morbus Parkinson
Alzheimer
Morbus Huntington
vaskuler)
dan
demensia
Demensia propius
Pseudo-demensia
-
2.6 Patofisiologi
progresif
akhir Alzheimer
meskipun demikian,
Ga
A. Faktor Genetik
-
kasus, faktor
genetik dianggap
berperan
dalam
genetik adalah
tercatat
keluarga
melalui
dizigotik.
dengan
baik,
Dalam
beberapa
kasus
gangguan ditransmisikan
dominan,
yang
dalam
walau transmisi
prekusor
amiloid
dalam
deposit protein
sebagai
pada
penyebab
memiliki
kemungkinan
tiga
kali
lebih
besar daripada
klasik
pada
pasien
plak senilis,
kekusutan
serabut
pada
sel
saraf.
Kekusutan
serabut
neuron
adalah
ditemukan
konsentrasi
asetilkolin
pada
dan
asetilkolintransferase menurun.7
F. Penyebab potensial lainnya
menjelaskan
Teori
kausatif
perkembangan
lainnya
telah
diajukan
untuk
membran
yang kurang
cairan
yaitu,
lebih kaku
dibandingkan
dengan
spektroskopik
resonansi
molekular
(Molecular
Resonance
Onset
penyakit
ini
biasanya
sekitar
40-50 detik, dan orang dengan penyakit ini hidup rata-rata 11 tahun
setelah terjadinya gejala.7
-
protein pada sel neuron dan glial seperti pada Familial Multipel
System
Taupathy
dimana
protein
ini membunuh
sel-sel
otak.
Kelainan ini tidak berhubungan dengan plak senile pada pasien dengan
penyakit Alzheimer.3
- Demensia vaskuler
- Penyebabnya adalah penyakit vaskuler serebral yang multipel
yang menimbulkan gejala berpola demensia. Ditemukan umumnya pada
laki-laki,
khususnya
infark dan
Gambar 3 Makroskopis
korteks
serebral
pada potongan
Gambar 4
memerlukan
perawatan
mengalami
kemunduran
custodial.
perilaku,
Pasien
seperti
biasanya
menghisap
- Penyakit Binswanger
- Dikenal juga sebagai ensefalopati arteriosklerotik subkortikal,
ditandai dengan ditemukannya infark-infark kecil pada subtansia alba yang
juga mengenai daerah korteks serebri (Gambar 1.3). Dulu dianggap
penyakit yang jarang terjadi tapi dengan pencitraan yang canggih dan
kuatseperti resonansi magnetik (Magnetic Resonance
membuat penemuan kasus ini menjadi lebih sering.7
Imaging; MRI)
Gambar 6
Penyakit Pick
- Penyakit Pick ditandai atrofi yang lebih banyak dalam
daerah
frontotemporal.
Daerah tersebut
mengalami
kehilangan
perilaku,
dengan
fungsi
kognitif
lain
yang
relatif bertahan.
klinis mirip dengan penyakit Alzheimer dan sering ditandai oleh adanya
halusinasi,
gambaran Parkinsonisme,
Lewy
ditemukan
Inklusi
Jisim
di
daerah
korteks
serebri.
Insiden
lebih
Penyakit Huntington
-
penyakit
Huntington
menunjukkan perlambatan
Demensia pada
psikomotor
dan
penyakit.
Penyakit Parkinson
Sebagaimana pada penyakit Huntington, Parkinsonisme
mengalami
gangguan
kemampuan
1. Gangguan memori
-
hal-hal baru, atau lupa akan hal-hal yang baru saja dikenal, dikerjakan atau
dipelajari. Sebagian penderita demensia mengalami kedua jenis gangguan
memori tadi. Penderita seringkali kehilangan dompet dan kunci, lupa
bahwa sedang meninggalkan bahan masakan di kompor yang menyala, dan
merasa asing terhadap tetangganya. Pada demensia tahap lanjut, gangguan
memori menjadi sedemikian berat sehingga penderita lupa akan pekerjaan,
sekolah, tanggal lahir, anggota keluarga, dan bahkan terhadap namanya
sendiri.
2. Gangguan orientasi
-Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang,
tempat, dan waktu. Orientasi dapat terganggu secara progresif selama
perjalanan penyakit demensia. Sebagai contohnya, pasien dengan demensia
mungkin lupa bagaimana kembali ke ruangannya setelah pergi ke kamar
Apraksia
adalah
ketidakmampuan
untuk
melakukan
yang paling mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Pasien dengan
demensia
juga
mungkin
menjadi
introvert
dan
tampaknya
kurang
Gangguan Lain
dan kecemasan adalah gejala utama pada kira-kira 40 sampai 50 persen pasien
demensia, walaupun sindroma gangguan depresif yang sepenuhnya mungkin
hanya ditemukan pada 10 sampai 20 persen pasien demensia. Pasien dengan
demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis, yaitu
emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.
-
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
-
(HIV
atau
Sifilis),
gangguan
endokrin
c. Gangguan kognitif
-
alkoholisme
dan
merokok.
Riwayat
parkinson.
2. Pemeriksaan fisik
-
otonom,
koordinasi,
gangguan
penglihatan,
gerakan
Pemeriksaan
laboratorium
hanya
dilakukan
begitu
Resonance
Imaging)
telah
menjadi
pemeriksaan
rutin
dalam
spesifik dan pada sebagian besar EEG adalah normal. Pada Alzheimer
stadium lanjut dapat memberi gambaran perlambatan difus dan
kompleks periodik.
d. Pemeriksaan cairan otak
-
demensia
akut,
penyandang
dengan
imunosupresan,
dijumpai
neuropsikologis
penting
untuk
sebagai
penambahan
atau
proses
depresi.
Sebaiknya
syarat
pemeriksaan
Mini (MMSE) adalah test yang paling banyak dipakai tetapi sensitif untuk
mendeteksi gangguan memori ringan. Pemeriksaan status mental MMSE
Folstein adalah test yang paling sering dipakai saat ini, penilaian dengan
nilai maksimal 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognisi,
menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognisi dalam kurun
waktu tertentu. Nilai di bawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan
gangguan kognisi yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi.10,11
-
MMSE paling rendah 24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah
ini mengidentifikasikan resiko untuk demensia..10,11
-
Clinical
Dementia
Rating
(CDR)
merupakan
suatu
pemeriksaan umum pada demensia dan sering digunakan dan ini juga
merupakan suatu metode yang dapat menilai derajat demensia ke dalam
beberapa tingkatan. Penilaian fungsi kognitif pada CDR berdasarkan 6
kategori antara lain gangguan memori, orientasi, pengambilan keputusan,
aktivitas sosial/masyarakat, pekerjaan rumah dan hobi, perawatan diri.
Nilai yang dapat pada pemeriksaan ini adalah merupakan suatu derajat
penilaian fungsi kognitif yaitu; Nilai 0, untuk orang normal tanpa
gangguan kognitif. Nilai 0,5, untuk Quenstionable dementia. Nilai 1,
menggambarkan derajat demensia ringan, Nilai 2, menggambarkan suatu
derajat demensia sedang dan nilai 3, menggambarkan suatu derajat
demensia yang berat.10,11
-
Riwayat dan
gejala
Awitan
mendadak
Deteriorasi
bertahap
Perjalanan
klinis
fluktuatif
Kebingungan
malam hari
Kepribadian
relative
terganggu
Depresi
Keluhan
somatic
Emosi labil
Riwayat
hipertensi
Riwayat
penyakit
serebrovasku
ler
Arteriosklero
sis penyerta
Keluhan
neurologi
fokal
Gejala
neurologi
fokal
G
e
j
a
l
a
Demen
sia
Vaskula
r
TIA,
Stroke,
factor
k
l
i
n
i
k
R
i
w
P
e
n
y
a
k
it
A
l
z
h
e
i
m
e
r
K
u
r
a
y
a
t
resiko
Atheros
clerosis
seperti
Diabete
s
Melitus
,
Hiperte
nsi
p
e
n
y
a
k
i
t
A
t
h
e
r
o
s
k
l
e
r
o
s
i
s
O
n
s
e
t
P
r
o
g
a
n
g
Menda
dak
atau
bertaha
p
Perlaha
n atau
bertaha
p
B
e
rt
a
h
a
p
P
e
n
u
r
e
s
i
v
i
t
a
s
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
n
e
u
r
o
seperti
tangga
Defisit
neurolo
gi
r
u
n
a
n
p
e
rl
a
h
a
n
d
a
n
p
r
o
g
r
e
s
if
N
o
r
m
a
l
l
o
g
i
L
a
n
g
k
a
h
Selalu
tergang
gu
M
e
m
o
r
i
Kemun
duran
ringan
pada
fase
awal
F
u
Dini
dan
B
i
a
s
a
n
y
a
n
o
r
m
a
l
P
r
o
m
i
n
e
n
p
a
d
a
f
a
s
e
a
w
a
l
K
e
n
g
s
i
e
k
s
e
k
u
t
i
f
S
k
o
r
i
s
k
e
m
i
k
N
e
u
r
o
i
m
a
g
i
n
g
kemund
uran
yang
nyata
Infark
atau
lesi
substan
sia alba
m
u
n
d
u
r
a
n
l
a
m
b
a
t
N
o
r
m
a
l
a
t
a
u
a
tr
o
fi
h
i
p
o
k
a
m
p
u
s
-
2.9 Penatalaksanaan
Pemberian
cholinergic-enhancing
agents
pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi
yang mengganggu sistem kardiovaskular.
b. Choline dan lecithin
-
sering digunakan dalam terapi demensia, ialah nicergoline dan codergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Codergocrine
mesylate
memperbaiki
perfusi
serebral
dengan
cara
e. Dihydropyridine
-
2.10 Prognosis
Ketiga faktor ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling
BAB III
KESIMPULAN
dan sebagin besar bersifat irreversible yang ditandai oleh suatu gangguan mental
yang luas yang disebabkan oleh kerusakan organik system saraf pusat, tidak
disertai penurunan kesadaran secara akut seperti halnya terjadi pada delirium
-
disebabkan oleh penyakit yang lain separti HIV, trauma kepala, parkinson, henti
jantung, hipoksia otak, ensefalitis muncul tiba-tiba.
-
tipikal,
antipsikotik
atipikal,
antidepresan,
mood
stabilizer,
1.
DAFTAR PUSTAKA