Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
NAMA
NIM
KELOMPO
K
: EVI TRIANA
: J1A 013 037
: I (SATU)
Praktikan
Rina Heldiyanti
NIM. J1A 012 115
Evi Triana
NIM. J1A 013 088
ACARA II
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT BUAH DAN SAYUR SELAMA CHILLING
DAN FREEZING
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditi hasil pertanian merupakan kebutuhan hidup yang harus
terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan tambahan gizi atau sebagai
sumber gizi bagi tubuh manusia. Jenis komoditi hasil pertanian seperti buahbuahan dan sayur
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat
buah dan sayur selama chilling dan freezing.
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi pada buah dan sayuran masih berlangsung setelah dipanen, sampai
buah dan sayuran tersebut membusuk. Untuk berlangsungnya respirasi diperlukan
suhu optimum, yaitu suhu dimana proses metabolisme (termasuk respirasi)
berlangsung dengan sempurna. Pada suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
suhu optimum, metabolisme akan berjalan kurang sempurna bahkan berhenti sama
sekali pada suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah (Koswara, 2009).
buah), perubahan warna yang tidak normal pada permukaan dan bagian dalam
buah, water soaking, kehilangan air dan berkerut, kerusakan tekstur dan flavor,
pembusukan
meningkat
karena
kebocoran
metabolit
yang
mendorong
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 06 November 2015 di
Laboratorium Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan
analitik, lemari es, tempat buah, dan penetrometer.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah
apel, buah pisang, wortel dan timun.
Prosedur Kerja
Ditimbang masing-masing bahan sebagai berat awal
Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan masingmasing bahan pada berbagai kondisi pada hari ke 3 dan ke 4.
Susut berat =
100
100%
Tekstur
1,0
1,0
2
3
2
3,5
2,5
3
Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Perlakuan Hari ke-3 dan Hari ke-7
Komodi
ti
Hari
ke3
Pisang
7
Kondisi
Suhu
Berat
(Akhir) (%)
kamar
123,463
Dingin
Beku
120,66
kamar
99,87
Dingin
Beku
kamar
96,904
Dingin
89,49
Kenampakan
Bercak hitam, layu,
tumbuh khamir,
Coklat, lembek
Warna kulit hitam,
lembek
Tekstur
Susut
Berat
(%)
0,5
13,727
0,5
9,39
0,2
37,32
20,18
1,346
0,67
4,76
2,12
25,097
Beku
Apel
kamar
93,49
Dingin
88,04
Beku
kamar
107,903
Wortel
Terdapat bercak
coklat, warna
menguning
Warna menjadi
semakin pucat
Warna orange, layu
93,02
Pencoklatan, agak
lembek, tidak segar
28,58
kamar
83,95
Terdapat bercak
coklat, orange
kecoklatan
49,05
Dingin
Beku
73,60
48
kamar
275,52
7,69
Dingin
262,671
1,5
8,199
Beku
kamar
Dingin
Beku
270,80
253,02
2
2,3
12,41
17,85
Dingin
Beku
7
3
Timun
7
Hasil Perhitungan
a. Susut Berat Buah Pisang
- Hari ke-3 suhu kamar
Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=
137,19 -123,463
100
x 100%
100%
= 13,727 %
-
130,05 -120,66
100
x 100%
100%
= 9,39 %
-
x 100%
Susut berat
137,19 -99,87
100
x 100%
100%
= 37,32 %
-
130,05 -109,87
100
x 100%
100%
= 20,18 %
-
x 100%
=
=
b. Susut Berat Buah Apel
- Hari ke-3 suhu kamar
Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=
98,25 -96,904
100
x 100%
100%
= 1,346 %
-
90,16 -89,49
100
x 100%
100%
= 0,67 %
-
x 100%
98,25 93,49
100
x 100%
100%
= 4,76 %
-
90,16 - 88,04
100
x 100%
100%
= 2,12 %
-
x 100%
=
=
c. Susut Berat Buah Wortel
- Hari ke-3 suhu kamar
Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=
133,00 -107,903
100
x 100%
100%
= 25,097 %
-
121,60 -93,02
100
x 100%
100%
= 28,58 %
x 100%
=
=
-
133,00 83,95
100
x 100%
100%
= 49,05 %
-
121,6 -73,60
100
x 100%
100%
= 48 %
-
x 100%
=
=
d. Susut Berat Buah Timun
- Hari ke-3 suhu kamar
Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=
283,21 -275,52
100
x 100%
100%
= 7,69 %
-
270,87 -262,671
100
x 100%
100%
= 8,199 %
-
x 100%
=
=
-
283,21 270,80
100
x 100%
100%
= 12,41 %
-
270,87 253,02
100
x 100%
100%
= 17,85 %
-
x 100%
=
=
PEMBAHASAN
Bahan hasil pertanian merupakan bahan yang mudah rusak setelah panen.
Salah satu upaya dalam penanganan bahan hasil pertanian untuk mencegah
kerusakan kerusakan tersebut yang dapat menurunkan kualitas serta kuantitas
bahan hasil pertanian diperlukannya teknologi pasca panen dalam penanganan
bahan hasil pertanian tersebut. Salah satu teknologi pasca panen adalah teknik
penyimpanan bahan hasil pertanian pada suhu rendah.
Penyimpanan suhu rendah merupakan suatu upaya untuk memperpanjang
umur simpan suatu komoditi hasil pertanian. Penyimpanan suhu rendah dibagi
menjadi dua yaitu penyimpanan dingin dan penyimpanan beku. Pendinginan adalah
umumnya mencapai suhu 58oC. Meskipun air murni membeku pada suhu OoC,
tetapi beberapa makanan ada yang tidak membeku sampai suhu 2 oC atau di
bawah, hal ini terutama disebabkan oleh pengaruh kandungan zat-zat dalam
makanan tersebut.
Penggunaan suhu rendah dalam penyimpanan bahan tidak dapat
menyebabkan kematian mikroba sehingga bila bahan pangan dikeluarkan dari
tempat penyimpanan dan dibiarkan mencair kembali (thawing) pertumbuhan
mikroba pembusuk dapat berjalan dengan cepat. Proses penyimpanan selain
diharapkan dapat memperpanjang umur simpan, juga dapat mempertahankan
mutunya. Namun penggunaan suhu rendah terutama untuk beberapa hasil
tumbuhnya
jamur
pembusukan.
Buah apel pada hari ke-0 penyimpanan berwarna hijau kekuningan atau
hijau cerah dengan nilai tekstur tertinggi 3. Pada hari ke 3 dalam penyimpanan
ruang dan penyimpanan dingin, terdapat bercak coklat atau mengalami
pencoklatan dengan nilai tekstur 2 pada suhu ruang dan suhu dingin. Wortel pada
hari ke-0 berwarna oranye dengan nilai tekstur tertinggi 3,5. Pada hari ke-7
penyimpanan, dalam suhu ruang warnanya menjadi oranye kecoklatan dengan
nilai tekstur 2. Timun pada hari ke-0 berwarna hijau tua dengan nilai tekstur 3
setelah penyimpanan 7 hari warna menjadi hijau kekuningan dengan nilai tekstur
tertinggi 2,3 pada penyimpanan suhu dingin.
Penurunan berat atau susut berat juga terjadi pada komoditas hasil pertanian
yang mengalami chilling dan freezing injury. Buah pisang pada penyimpanan hari ke0 memiliki berat rata-rata 133,62 gr, buah apel memiliki berat rata-rata 94,205 gr,
wortel memiliki berat rata-rata 45,7 gr dan mentimun memiliki berat rata-rata 277,04
gr. Masing-masing komoditi ini mengalami susut berat dengan nilai yang berbeda-
beda. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada hari ke-3 penyimpanan
buah pisang dalam suhu kamar terjadi penyusutan berat sebesar 13,727 %. Nilai
penyusutan ini adalah yang terbesar dibandingkan dengan buah pisang yang disimpan
dalam suhu dingin yaitu 9,39%. Selanjutnya pada penyimpanan hari ke-7, buah
pisang yang disimpan dalam suhu kamar
bertekstur lembek dan mengalami susut berat 37,32%, dimana nilai tersebut lebih
besar dibandingkan dengan pisang yang disimpan pada suhu dingin yaitu 20,18%.
Buah apel pada penyimpanan hari ke-3 mengalami susut berat tertinggi pada
penyimpanan dalam suhu ruang yaitu 1,346% , begitu juga dengan penyimpanan pada
hari ke-7, penyimpanan dalam suhu ruang memiliki nilai tertinggi yaitu 4,76%. Pada
wortel, penyimpanan pada hari ke-3 dengan kondisi penyimpanan pada suhu ruang
dan dingin mengalami susut berat sebanyak 25,097% dan 28,58%, begitu pula dengan
hari ke-7 penyimpanan pada suhu kamar dan suhu dingin mengalami penyusutan
berat sebesar 49,05% dan 58%. Hal yang sama juga terjadi pada mentimun,
penyimpanan hari ke-3 dengan kondisi suhu kamar dan dingin wortel mengalami
susut berat sebanyak 7,69% dan 8,199%, sedangkan pada penyimpanan hari ke-7
dengan kondisi suhu kamar dan dingin wortel mengalami susut berat sebanyak
12,41% dan 1,785%.Hal yang sama juga terjadi pada wortel dan mentimun pada
penyimpanan hari ke 7 dalam suhu ruang dan suhu beku. Pada penyimpanan hari ke3, wortel mengalami penyusutan dalam penyimpanan ruang yaitu 2,31 %. Sementara
itu pada penyimpanan hari ke-7, susut berat tertinggi terjadi pada penyimpanan dalam
suhu dingin yaitu 8,78 %. Penyimpanan pada hari ke-7, meyebabkan buah wortel
yang disimpan dalam suhu ruang dan suhu beku mengalami kerusakan. Mentimun
mengalami penyusutan tertinggi diantara semua buah pada penyimpanan hari ke-3
yaitu 54,7 %. Pada penyimpanan hari ke-7 di dalam suhu ruang dan beku, mentimun
mengalami kerusakan, sedangkan dalam suhu dingin susut beratnya adalah sebesar
5,58 %.
Berdasarkan hasil pengamatan susut berat pada suhu kamar lebih tinggi
dibandingkan dengan susut berat pada suhu dingin Penyimpanan pada suhu ruang
akan memacu tranpirasi dan respirasi berjalan lebih cepat, sebaliknya penyimpanan
pada suhu rendah atau dingin akan memperlambat proses respirasi dan transpirasi,
sebab pada suhu rendah senyawa-senyawa air di dalam bahan akan membeku secara
Menurut
pendinginan
Rachmawati
dapat
(2009)
menyatakan
memperlambat
bahwa
perlakuan
kecepatan
reaksi
Apabila
transpirasi
tetap
berlangsung,
maka
proses
Terjadinya
peningkatan
susut
berat
selama
KESIMPULAN
3. Pisang setelah 7 hari penyimpanan memiliki nilai tekstur yang paling rendah
yaitu 0,2 dan warna kulit hitam dan lembek dibandingkan dengan apel, wortel
dan timun
4. Wortel yang disimpan setelah 7 hari pada suhu kamar memiliki nilai susut
berat yang paling tinggi yaitu 49,05%
5. Nilai susut berat terendah terdapat pada buah apel yang disimpan pada suhu
dingin yaitu sebesar 0,67%.
DAFTAR PUSTAKA
Koswara, S., 2009. Pengolahan Pangan Dengan Suhu Rendah. E-Book Pangan.
Muhammad, 2011. Chilling Injury. http://muhammadsubchi.wordpress.com/
(Diakses pada 23 November 2015).
Mutiarawati, T., 2011. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Universitas
Padjajaran. Bandung.
Rachmawati, Defiani dan Suriani, 2009. Pengaruh Suhu Dan Lama Penyimpanan
Terhadap Kandungan Vitamin C Pada Cabai Rawit Putih (Capsicum
Frustescens) Effect Of Temperature And Length Of Storage On Vitamin C
Concentration Of Chilli (Capsicum Frustescens). Jurnal Biologi XIII (2) .
Hal 36 40.
Partha, Suparmo dan Wasono, 2008. Efektivita S Poliamin Terhadap
Penghambatan Chilling Injury Pada Beberapa Tingkat Kematangan Dan
Kemasakan Buah Pisang Mas (Musa Paradisiaca, L.). Jurnal Agritech. Vol
28(1). Hal 15-20.
Samad, M. Y., 2012. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu
Komoditas Hortikultura. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Agroindustri. Jakarta.
Winarno, F.G. dan M. Aman, 2007. Fisiologi Lepas Panen. Sustra Hudaya. Bogor.