You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA PANEN


ACARA II
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT BUAH DAN SAYUR SELAMA CHILLING
DAN FREEZING

OLEH:
NAMA
NIM
KELOMPO
K

: EVI TRIANA
: J1A 013 037
: I (SATU)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 24 November 2015


Mengetahui,
Co. Assisten Praktikum Fisiologi dan
Teknologi Pasca Panen

Praktikan

Rina Heldiyanti
NIM. J1A 012 115

Evi Triana
NIM. J1A 013 088

ACARA II
MEMPELAJARI SIFAT-SIFAT BUAH DAN SAYUR SELAMA CHILLING
DAN FREEZING

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditi hasil pertanian merupakan kebutuhan hidup yang harus
terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan tambahan gizi atau sebagai
sumber gizi bagi tubuh manusia. Jenis komoditi hasil pertanian seperti buahbuahan dan sayur

setelah dipanen masih mengalami proses respirasi dan

transpirasi, sehingga bahan-bahan tersebut akan cepat mengalami keusakan.


. Salah satu upaya dalam penanganan bahan hasil pertanian untuk mencegah
kerusakan-kerusakan tersebut yang dapat menurunkan kualitas serta kuantitas
bahan hasil pertanian diperlukannya teknologi pasca panen dalam penanganan
bahan hasil pertanian tersebut. Salah satu teknologi pasca panen adalah teknik
penyimpanan bahan hasil pertanian yang dapat menghambat dan melindungi
bahan hasil pertanian dari kerusakan baik secara mekanis, biologis, fisika, dan lain
lain. Teknik penyimpanan yang diperlukan ialah penyimpanan dengan suhu yang
lebih rendah karena hal ini dapat menghambat laju respirasi dan metabolisme
(kegiatan biologis) maupun mengawetkan bahan hasil pertanian tersebut
(Muhammad, 2011)
Proses penyimpanan tidak dapat menjamin sepenuhnya bahwa komoditas
yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan. Hal ini terkait dengan sifat fisik dan
kimia komoditas dengan kondisi penyimpanannya. Chilling injury dan freezing injury
merupakan contoh kerusakan akibat penyimpanan pada suhu rendah. Keduanya
secara langsung dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia suatu komoditi. Oleh
karena itu perlu dilakukan praktikum mempelajari sifat-sifat buah dan sayur selama
Chilling injury dan freezing injury.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat
buah dan sayur selama chilling dan freezing.

TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi pada buah dan sayuran masih berlangsung setelah dipanen, sampai
buah dan sayuran tersebut membusuk. Untuk berlangsungnya respirasi diperlukan
suhu optimum, yaitu suhu dimana proses metabolisme (termasuk respirasi)
berlangsung dengan sempurna. Pada suhu yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
suhu optimum, metabolisme akan berjalan kurang sempurna bahkan berhenti sama
sekali pada suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah (Koswara, 2009).

Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku.


Pembekuan yang baik biasanya dilakukan pada suhu -12 sampai -24 0C,
Pembekuan cepat (quick freezing) dilakukan pada suhu -24 sampai -400C.
Pembekuan cepat ini dapat terjadi dalam waktu kurang dari 30 menit. Sedangkan
pembekuan lambat biasanya berlangsung selama 30 - 72 jam. Pembekuan cepat
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan cara lambat karena kristal
es yang terbentuk sehingga kerusakan mekanis yang terjadi lebih sedikit,
pencegahan pertumbuhan mikroba juga berlangsung cepat dan kegiatan enzim
juga cepat berhenti. Bahan makanan yang

dibekukan dengan cara cepat

mempunyai mutu lebih baik daripada pembekuan lambat (Mutiarawati, 2011).


Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan
pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar
18oC, meskipun umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini.
Pada kondisi suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak
dapat tumbuh dan enzim tidak aktif. Sayuran dan buah-buahan umumnya
diblansir dahulu untuk menginaktifkan enzim sebelum dibekukan (Winarno,
2007)
Chilling injury adalah peristiwa terjadinya kerusakan pada membran sel
atau kematian sel dan jaringan tanaman yang peka terhadap suhu dingin karena
terakumulasinya metabolit toksis seperti asetaldehid, etanol, oksalasetat, dan lainlain. Suhu terjadinya chilling injury pada buah-buahan tropis bervariasi 5 - 15 oC.
Berbagai symptom chilling injury adalah terjadinya luka pada permukaan buah,
nekrosis dan pitting (bercak-bercak dan bintik-bintik coklat hitam pada kulit

buah), perubahan warna yang tidak normal pada permukaan dan bagian dalam
buah, water soaking, kehilangan air dan berkerut, kerusakan tekstur dan flavor,
pembusukan

meningkat

karena

kebocoran

metabolit

yang

mendorong

pertumbuhan mikroorganisme khususnya jamur, mempercepat senesensi dan


produksi etilen akibat dari peroksidasi lipid meningkat, memperpendek umur
simpan, buah mengalami kegagalan pematangan dan pemasakan setelah keluar
dari pendingin (Partha, 2008).
Penyimpanan beku freezing injuries atau kerusakan/memar beku lebih
disebabkan oleh terbentuknya kristal es. Kerusakan akibat penyimpanan pangan
pada kelembaban tinggi (RH > 70%) dapat menyebabkan pangan menyerap air
sehingga pada tepung kering dapat menggumpal yang memicu kerusakan
mikrobiologis. Kerusakan akibat penyimpanan suhu tinggi (suhu >30C) pada
buah dan sayuran dapat menyebabkan dehidrasi dan keriput kulit akibat keluarnya
air dari jaringan. Sedangkan pengeringan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan
case hardening atau pengerasan kulit luar pangan akibat kerusakan sel (Samad,
2012).

PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 06 November 2015 di
Laboratorium Biokimia Pangan Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri
Universitas Mataram.
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan
analitik, lemari es, tempat buah, dan penetrometer.
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah
apel, buah pisang, wortel dan timun.
Prosedur Kerja
Ditimbang masing-masing bahan sebagai berat awal

Diukur tekstur dan diamati kenampakan masing-masing buah.

Dibagi masing-masing bahan menjadi 3 bagian penyimpanan :


- Suhu kamar
- Suhu dingin (didalam lemari es)
- Suhu beku (didalam freezer)

Diamati perubahan berat, tekstur dan kenampakan masingmasing bahan pada berbagai kondisi pada hari ke 3 dan ke 4.

Dihitung susut berat dengan rumus :


Berat awal-Berat akhir

Susut berat =
100

100%

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Hasil Pengamatan
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Hari Ke- 0
Berat
Kondisi
Komoditi
Awal
Kenampakan
Suhu
(gr)
Kamar
137,19
Hijau muda
Dingin
130,05
Banyak bercak hitam
Pisang
Beku
Kamar
98,25
Hijau kekuningan
Dingin
90,16
Hijau cerah
Apel
Beku
Kamar
133,00
Orange
Dingin
121,60
Orange,terdapat bercak hitam
Wortel
Beku
Kamar
283,21
Hijau tua
Dingin
270,87
Hijau
TImun
Beku

Tekstur
1,0
1,0
2
3
2
3,5
2,5
3

Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Perlakuan Hari ke-3 dan Hari ke-7
Komodi
ti

Hari
ke3

Pisang
7

Kondisi
Suhu

Berat
(Akhir) (%)

kamar

123,463

Dingin
Beku

120,66

kamar

99,87

Dingin
Beku
kamar

96,904

Dingin

89,49

Kenampakan
Bercak hitam, layu,
tumbuh khamir,
Coklat, lembek
Warna kulit hitam,
lembek

Tekstur

Susut
Berat
(%)

0,5

13,727

0,5

9,39

0,2

37,32
20,18

Terdapat bercak coklat


Mengalami
pencoklatan

1,346

0,67

4,76

2,12

25,097

Beku
Apel

kamar

93,49

Dingin

88,04

Beku
kamar

107,903

Wortel

Terdapat bercak
coklat, warna
menguning
Warna menjadi
semakin pucat
Warna orange, layu

93,02

Pencoklatan, agak
lembek, tidak segar

28,58

kamar

83,95

Terdapat bercak
coklat, orange
kecoklatan

49,05

Dingin
Beku

73,60

48

kamar

275,52

7,69

Dingin

262,671

1,5

8,199

Beku
kamar
Dingin
Beku

270,80
253,02

2
2,3

12,41
17,85

Dingin
Beku
7

3
Timun
7

Warna hijau, agak


layu
Warna hijau, agak
lembek
Hijau kekuningan
Hijau

Hasil Perhitungan
a. Susut Berat Buah Pisang
- Hari ke-3 suhu kamar
Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=

137,19 -123,463

100

x 100%

100%

= 13,727 %
-

Hari ke-3 suhu dingin


Susut berat

Berat awal - Berat akhir


100

130,05 -120,66

100

x 100%

100%

= 9,39 %
-

Hari ke-3 suhu beku


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=
=

Hari ke-7 suhu kamar

x 100%

Susut berat

Berat awal - Berat akhir


100

137,19 -99,87

100

x 100%

100%

= 37,32 %
-

Hari ke-7 suhu dingin


Susut berat

Berat awal - Berat akhir


100

130,05 -109,87

100

x 100%

100%

= 20,18 %
-

Hari ke-7 suhu beku


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100

x 100%

=
=
b. Susut Berat Buah Apel
- Hari ke-3 suhu kamar
Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=

98,25 -96,904

100

x 100%

100%

= 1,346 %
-

Hari ke-3 suhu dingin


Susut berat

Berat awal - Berat akhir


100

90,16 -89,49

100

x 100%

100%

= 0,67 %
-

Hari ke-3 suhu beku


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=
=

x 100%

Hari ke-7 suhu kamar


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=

98,25 93,49

100

x 100%

100%

= 4,76 %
-

Hari ke-7 suhu dingin


Susut berat

Berat awal - Berat akhir


100

90,16 - 88,04

100

x 100%

100%

= 2,12 %
-

Hari ke-7 suhu beku


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100

x 100%

=
=
c. Susut Berat Buah Wortel
- Hari ke-3 suhu kamar
Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=

133,00 -107,903

100

x 100%

100%

= 25,097 %
-

Hari ke-3 suhu dingin


Susut berat

Berat awal - Berat akhir


100

121,60 -93,02

100

x 100%

100%

= 28,58 %

Hari ke-3 suhu beku


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100

x 100%

=
=
-

Hari ke-7 suhu kamar


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=

133,00 83,95

100

x 100%

100%

= 49,05 %
-

Hari ke-7 suhu dingin


Susut berat

Berat awal - Berat akhir


100

121,6 -73,60

100

x 100%

100%

= 48 %
-

Hari ke-7 suhu beku


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100

x 100%

=
=
d. Susut Berat Buah Timun
- Hari ke-3 suhu kamar
Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=

283,21 -275,52

100

x 100%

100%

= 7,69 %
-

Hari ke-3 suhu dingin


Susut berat

Berat awal - Berat akhir


100

270,87 -262,671

100

x 100%

100%

= 8,199 %
-

Hari ke-3 suhu beku


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100

x 100%

=
=
-

Hari ke-7 suhu kamar


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100
=

283,21 270,80

100

x 100%

100%

= 12,41 %
-

Hari ke-7 suhu dingin


Susut berat

Berat awal - Berat akhir


100

270,87 253,02

100

x 100%

100%

= 17,85 %
-

Hari ke-7 suhu beku


Berat awal - Berat akhir
Susut berat
=
100

x 100%

=
=

PEMBAHASAN
Bahan hasil pertanian merupakan bahan yang mudah rusak setelah panen.
Salah satu upaya dalam penanganan bahan hasil pertanian untuk mencegah
kerusakan kerusakan tersebut yang dapat menurunkan kualitas serta kuantitas
bahan hasil pertanian diperlukannya teknologi pasca panen dalam penanganan

bahan hasil pertanian tersebut. Salah satu teknologi pasca panen adalah teknik
penyimpanan bahan hasil pertanian pada suhu rendah.
Penyimpanan suhu rendah merupakan suatu upaya untuk memperpanjang
umur simpan suatu komoditi hasil pertanian. Penyimpanan suhu rendah dibagi
menjadi dua yaitu penyimpanan dingin dan penyimpanan beku. Pendinginan adalah

penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan yaitu -2 sampai + 10 C,


sedangkan pembekuan adalah penyimpanan yang biasanya dilakukan pada suhu -12
sampai -24 C. Pendinginan yang biasa dilakukan sehari-hari dalam lemari es pada
o

umumnya mencapai suhu 58oC. Meskipun air murni membeku pada suhu OoC,
tetapi beberapa makanan ada yang tidak membeku sampai suhu 2 oC atau di
bawah, hal ini terutama disebabkan oleh pengaruh kandungan zat-zat dalam
makanan tersebut.
Penggunaan suhu rendah dalam penyimpanan bahan tidak dapat
menyebabkan kematian mikroba sehingga bila bahan pangan dikeluarkan dari
tempat penyimpanan dan dibiarkan mencair kembali (thawing) pertumbuhan
mikroba pembusuk dapat berjalan dengan cepat. Proses penyimpanan selain
diharapkan dapat memperpanjang umur simpan, juga dapat mempertahankan
mutunya. Namun penggunaan suhu rendah terutama untuk beberapa hasil

pertanian tertentu perlu mendapat perhatian kerena kerusakan fisiologis dapat


lebih cepat terjadi terutama justru pada suhu . Chilling dan freezing injury
merupakan contoh kerusakan akibat penggunaan suhu rendah.

Kenampakan dan tekstur terlihat paling jelas perubahannya saat


mengamati pengaruh perlakuan chilling dan freezing injury terhadap komoditi
hasil pertanian selama penyimpanan. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui
bahwa pada hari ke-0 buah pisang berwarna hijau muda dengan nilai tekstur 1,0.
Pada hari ke 3 pengamatan dalam suhu ruang, warnanya terdapat bercak hitam,
layu dan tumbuh khamir dengan nilai tekstur 0,5. Sedangkan pada suhu dingin
warnanya menjadi coklat, lembek dengan nilai tekstur 0,5. Penyimpanan pada hari
ke 7 menyebabkan pisang menjadi lembek dan warna kulit hitam dengan tekstur
0,2.

Berdasarkan hasil pengamatan tekstur dari semua sampel seiring dengan


lamanya penyimpanan, tekstur bah semakin menurun atau lebih lunak. Menurut
Rachmawati (2009) perubahan tekstur buah disebabkan oleh aktifitas enzim
pektin metilesterase dan poligalakturose yang merombak senyawa pektin yang
tidak larut dalam air (protopektin) menjadi senyawa pektin yang larut dalam air
sehingga tekstur buah menjadi lunak. Semakin tinggi suhu dan semakin lama
penyimpanan pektin yang larut dalam air semakin banyak sehingga tekstur cabai
menurun. Selain itu kenampakan dari sampel semakin lama peyimpanan,
kenampakannya semakin tidak baik dan mengalami chilling injury. Menurut
Partha (2008) menyatakan bahwa peristiwa chilling injury disebabkan terjadinya
kerusakan/kematian sel-sel dan jaringan yang peka karena terakumulasinya
metabolit toksis seperti asetaldehid, etanol, oksalasetat, dan lain-lain, akibatnya
terjadi perlukaan (injury), nekrosis dan pitting (bercak-bercak dan bintik-bintik
coklat-hitam), perubahan warna pada permukaan dan bagian dalam dari buah,
buah mengalami kegagalan pemasakan, berkembangnya off flavor (flavor yang
tidak dikehendaki),

tumbuhnya

jamur

pada permukaan dan terjadinya

pembusukan.
Buah apel pada hari ke-0 penyimpanan berwarna hijau kekuningan atau
hijau cerah dengan nilai tekstur tertinggi 3. Pada hari ke 3 dalam penyimpanan
ruang dan penyimpanan dingin, terdapat bercak coklat atau mengalami
pencoklatan dengan nilai tekstur 2 pada suhu ruang dan suhu dingin. Wortel pada
hari ke-0 berwarna oranye dengan nilai tekstur tertinggi 3,5. Pada hari ke-7
penyimpanan, dalam suhu ruang warnanya menjadi oranye kecoklatan dengan
nilai tekstur 2. Timun pada hari ke-0 berwarna hijau tua dengan nilai tekstur 3
setelah penyimpanan 7 hari warna menjadi hijau kekuningan dengan nilai tekstur
tertinggi 2,3 pada penyimpanan suhu dingin.
Penurunan berat atau susut berat juga terjadi pada komoditas hasil pertanian
yang mengalami chilling dan freezing injury. Buah pisang pada penyimpanan hari ke0 memiliki berat rata-rata 133,62 gr, buah apel memiliki berat rata-rata 94,205 gr,
wortel memiliki berat rata-rata 45,7 gr dan mentimun memiliki berat rata-rata 277,04
gr. Masing-masing komoditi ini mengalami susut berat dengan nilai yang berbeda-

beda. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada hari ke-3 penyimpanan
buah pisang dalam suhu kamar terjadi penyusutan berat sebesar 13,727 %. Nilai
penyusutan ini adalah yang terbesar dibandingkan dengan buah pisang yang disimpan
dalam suhu dingin yaitu 9,39%. Selanjutnya pada penyimpanan hari ke-7, buah
pisang yang disimpan dalam suhu kamar

memiliki warna kulit yang hitam ,

bertekstur lembek dan mengalami susut berat 37,32%, dimana nilai tersebut lebih
besar dibandingkan dengan pisang yang disimpan pada suhu dingin yaitu 20,18%.
Buah apel pada penyimpanan hari ke-3 mengalami susut berat tertinggi pada
penyimpanan dalam suhu ruang yaitu 1,346% , begitu juga dengan penyimpanan pada
hari ke-7, penyimpanan dalam suhu ruang memiliki nilai tertinggi yaitu 4,76%. Pada
wortel, penyimpanan pada hari ke-3 dengan kondisi penyimpanan pada suhu ruang
dan dingin mengalami susut berat sebanyak 25,097% dan 28,58%, begitu pula dengan
hari ke-7 penyimpanan pada suhu kamar dan suhu dingin mengalami penyusutan
berat sebesar 49,05% dan 58%. Hal yang sama juga terjadi pada mentimun,
penyimpanan hari ke-3 dengan kondisi suhu kamar dan dingin wortel mengalami
susut berat sebanyak 7,69% dan 8,199%, sedangkan pada penyimpanan hari ke-7
dengan kondisi suhu kamar dan dingin wortel mengalami susut berat sebanyak
12,41% dan 1,785%.Hal yang sama juga terjadi pada wortel dan mentimun pada
penyimpanan hari ke 7 dalam suhu ruang dan suhu beku. Pada penyimpanan hari ke3, wortel mengalami penyusutan dalam penyimpanan ruang yaitu 2,31 %. Sementara
itu pada penyimpanan hari ke-7, susut berat tertinggi terjadi pada penyimpanan dalam
suhu dingin yaitu 8,78 %. Penyimpanan pada hari ke-7, meyebabkan buah wortel
yang disimpan dalam suhu ruang dan suhu beku mengalami kerusakan. Mentimun
mengalami penyusutan tertinggi diantara semua buah pada penyimpanan hari ke-3
yaitu 54,7 %. Pada penyimpanan hari ke-7 di dalam suhu ruang dan beku, mentimun
mengalami kerusakan, sedangkan dalam suhu dingin susut beratnya adalah sebesar
5,58 %.
Berdasarkan hasil pengamatan susut berat pada suhu kamar lebih tinggi
dibandingkan dengan susut berat pada suhu dingin Penyimpanan pada suhu ruang
akan memacu tranpirasi dan respirasi berjalan lebih cepat, sebaliknya penyimpanan
pada suhu rendah atau dingin akan memperlambat proses respirasi dan transpirasi,
sebab pada suhu rendah senyawa-senyawa air di dalam bahan akan membeku secara

perlahan serta menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen yang mampu


merusak bahan, sehingga susut berat akan lebih banyak terjadi pada komoditas yg
disimpan pada suhu ruang dibandingkan suhu dingin .

Menurut
pendinginan

Rachmawati
dapat

(2009)

menyatakan

memperlambat

bahwa

perlakuan

kecepatan

reaksi

metabolisme. Hal ini disebabkan oleh proses transpirasi dan


respirasi berjalan lambat sehingga jumlah H2O yang hilang relatif
kecil

Apabila

transpirasi

tetap

berlangsung,

maka

proses

transpirasi semakin meningkat dimana diuapkan cukup besar


sehingga laju kehilangan air meningkat sehingga susut berat
meningkat. Selama penyimpanan, buah dan sayuran masih
melakukan aktivitas yang memanfaatkan cadangan makanan
yang tersisa. Reaksi metabolisme dalam bahan dikatalis oleh
enzim-enzim yang terdapat di dalam buah secara alami sehingga
terjadi proses autolisis yang berakhir dengan kerusakan dan
pembusukan

Terjadinya

peningkatan

susut

berat

selama

penyimpanan disebabkan juga oleh proses fisiologis, adanya


mikroba patogen dan luka mekanis.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan


sebagai berikut:
1. Cara Pengawetan pangan dengan suhu rendah ada 2 macam yaitu
pendinginan (cooling) dan pernbekuan (freezing).
2. Chilling dan freezing injury merupakan contoh kerusakan akibat penggunaan
suhu rendah yang dapat mengakibatkan perubahan pada kenampakan, tekstur,
dan susut berat komoditi hasil pertanian.

3. Pisang setelah 7 hari penyimpanan memiliki nilai tekstur yang paling rendah
yaitu 0,2 dan warna kulit hitam dan lembek dibandingkan dengan apel, wortel
dan timun
4. Wortel yang disimpan setelah 7 hari pada suhu kamar memiliki nilai susut
berat yang paling tinggi yaitu 49,05%
5. Nilai susut berat terendah terdapat pada buah apel yang disimpan pada suhu
dingin yaitu sebesar 0,67%.

DAFTAR PUSTAKA

Koswara, S., 2009. Pengolahan Pangan Dengan Suhu Rendah. E-Book Pangan.
Muhammad, 2011. Chilling Injury. http://muhammadsubchi.wordpress.com/
(Diakses pada 23 November 2015).
Mutiarawati, T., 2011. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Universitas
Padjajaran. Bandung.
Rachmawati, Defiani dan Suriani, 2009. Pengaruh Suhu Dan Lama Penyimpanan
Terhadap Kandungan Vitamin C Pada Cabai Rawit Putih (Capsicum
Frustescens) Effect Of Temperature And Length Of Storage On Vitamin C
Concentration Of Chilli (Capsicum Frustescens). Jurnal Biologi XIII (2) .
Hal 36 40.
Partha, Suparmo dan Wasono, 2008. Efektivita S Poliamin Terhadap
Penghambatan Chilling Injury Pada Beberapa Tingkat Kematangan Dan
Kemasakan Buah Pisang Mas (Musa Paradisiaca, L.). Jurnal Agritech. Vol
28(1). Hal 15-20.
Samad, M. Y., 2012. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu
Komoditas Hortikultura. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Agroindustri. Jakarta.
Winarno, F.G. dan M. Aman, 2007. Fisiologi Lepas Panen. Sustra Hudaya. Bogor.

You might also like