Professional Documents
Culture Documents
Pada Kesempatan ini kami juga masih menerima masukan dari berbagai pihak untuk
penyempurnaan dokumen ini. Akhir kata, Pemerintah Kabupaten Asahan mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan telah membantu kelancaran penyusunan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk RANPERDA RDTR ini.
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
3.5
3.6
3.7
3.8
Personil ................................................................................................................................24
ii
5.2
5.2.1
5.2.2
5.2.3
5.3
5.3.1
5.3.2
iii
DAFTAR TABEL
4.1
4.2
4.3
4.4
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
iv
BABI
BAB
Bab
11
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Air
Joman,
sebagai
bagian
dari
sebuah
(mainstreaming)
prinsip-prinsip
pembangunan
3. DASAR HUKUM
Beberapa peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum
dalam penyusunan KLHS RDTR Kecamatan AirJoman Kawasan I adalah :
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Negara Republik
4. RUANG LINGKUP
Lingkup Wilayah
Lokasi pelaksanaan Penyusunan Dokumen KLHS adalah di Kecamatan
AirJoman dan kawasan pendukungnya. Kajian Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program (KRP) dokumen KLHS yaitu KRP dalam RDTR Kecamatan AirJoman.
Lingkup Materi
Lingkup materi kegiatan adalah melakukan penyusunan KLHS dengan
metode dan pendekatan yang dapat dipertanggung-jawabkan terhadap
kebijakan, rencana dan program yang tertuang dalam RDTR Kecamatan
AirJoman. Adapun lingkup materi sebagai berikut:
a. Pengkajian pengaruh RDTR terhadap kondisi lingkungan hidup di wilayah
wilayah
1. Survey Primer
2. Survey Sekunder
Survey sekunder ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang
bersifat sekunder, yaitu data-data yang dihasilkan atau dikumpulkan oleh
dinas-dinas maupun instansi sektoral yang terkait. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan wawancara, questioner maupun
dengan mereproduksi dari data yang ada.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data untuk
kegiatan penyusunan KLHS ini adalah:
1. Data yang sifatnya kuantitatif, diolah dan disusun dengan tabulasi, yang
Metode Kualitatif
Metode ini digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk non
numerik atau data yang tidak dapat diterjemahkan dalam bentuk angkaangka, misalnya data mengenai keadaan sosial masyarakat, politik,
kebijaksanaan, budaya dan kondisi fisik alam khususnya yang terkait
dengan isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan. Metode ini
digunakan karena dianggap praktis dan mudah dipahami. Kekurangan
metode ini kurang mampu menerangkan secara nyata dan sifatnya
kadang-kadang terlalu umum bagi sebagian masalah. Metode ini dapat
bersifat:
Deskriptif. Analisa yang memberikan gambaran pengertian dan
penjelasan
anggapan-
Analisa
dengan
menggunakan
asumsi-asumsi
atau
2)
Metode ini digunakan untuk memprediksi serta analisa lain yang sifatnya
kuantitatif. Teknik yang digunakan, yaitu:
Proyektif; menganalisa bahwa kebijakan, rencana dan/atau program
bukanlah
terdapat
di wilayah studi yang terkait dengan kebijakan, rencana
dan/atau program, misalnya dampak sosial ekonomi yang mungkin
ditimbulkan dari KRP tersebut.
Super-impose; menganalisis dengan melakukan overlay dari data,
misalnya
untuk mengetahui kemampuan lahan, dilakukan dengan melakukan
overlay peta.
1.7.
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan Akhir penyusunan dokumen KLHS RDTR
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan
tujuan, sasaran, ruang lingkup (lingkup wilayah, materi dan
waktu), definisi operasional, serta sistematika penulisan laporan
akhir.
BAB
II
KERANGKA TEORI
Bab
ini
menguraikan tentang
gambaran
umum
wilayah
Identifikasi
isu-isu
pengembangan
wilayah
III
METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang penapisan dan pengkajian
pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup.
BAB
IV
LINGKUP KAJIAN
Bab ini menguraikan tentang alternatif tujuan penataan, prinsip
penataan ruang, dan/atau program.
BAB
BAB
VI
REKOMENDASI
Bab
ini
menguraikan
tentang
Rekomendasi
KRP
RDTR
Kecamatan AirJoman.
Bab
Bab
22
BAB II
KERANGKA TEORI
KLHS,
aktivitas
tersebut
adalah
suatu
kajian
yang
sejak
awal
Program
(KRP),
memiliki
perbedaan
secara
umum
sebagai
berikut
pendapat
DEAT
dan
CSIR
(2000),
KLHS
adalah
proses
diperuntukan
bagi
kalangan
otoritas
yang
bertanggung
jawab
atas
10
rancangan kebijakan, dengan fokus telaahan di luar isu-isu yang semula merupakan
faktor pendorong lahirnya kebijakan baru.
Terpadu
Proses pelaksanaan kajian memastikan keserasian antar komponen lingkungan
hidup, yaitu sosial budaya, ekonomi, dan ekologi
Transparan
Proses pelaksanaan kajian dilakukan dengan terbuka, dan dokumentasi hasil
kajiannya menyajikan informasi yang jelas, mudah dimengerti, dan dapat
diakses oleh publik
Partisipatif
Proses pelaksanaan kajian dilakukan bersama-sama oleh seluruh pemangku
kepentingan yang relevan
Akuntabel
Proses pelaksanaan kajian dilakukan secara professional, sesuai prosedur,
terbuka, obyektif, seimbang dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan serta
diverifikasi oleh pihak lain
11
Iteratif
Proses pelaksanaan kajian bersifat adapif dan terbuka untuk dikaji ulang,
diperdalam analisisnya, dan dilakukan revisi
Evaluasi diri
Proses pelaksanaan kajian dilakukan dengan tidak diserahkan kepada pihak
ketiga.
Republik
Indonesia
Nomor
32
tahun
2009
tentang
atau
program
yang
mengintegrasikan
prinsip
pembangunan
berkelanjutan.
Struktur atau muatan yang dikaji dalam KLHS antara lain:
a) Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan
b) Perkiraan mengenai dampak dan resiko lingkungan hidup
c) Kinerja layanan/ jasa ekosistem
d) Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam
e) Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
f) Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
12
proses
pengambilan
keputusan,
yaitu
proses
13
langsung, dan sinergis. Oleh karena itu, keberadaan KLHS yang mengantisipasi
dampak lingkungan pada tahap hulu atau pada tahap KRP dianggap mampu menutupi
kekurangan tersebut. Karena sifat penanggulangannya di tahap awal yaitu tahap KRP,
KLHS dapat bersifat lintas batas dan lintas sektor, serta lebih bersifat keberlanjutan
karena mengatasi dampak di masa mendatang.
Dengan demikian, KLHS seharusnya dapat diartikan sebagai sebuah instrumen
yang mampu menjadikan implikasi pelaksanaan KRP sebagai sebuah pertimbangan
dalam setiap pengambilan keputusan sehingga keberlanjutan pembangunan dapat
lebih terjamin (Annandale dan Bailey 1999). Secara substansial, KLHS merupakan
upaya sistematis dan logis dalam memberikan landasan bagi terwujudnya
pembangunan
berkelanjutan
melalui
proses
pengambilan
keputusan
yang
berwawasan lingkungan.
14
Gambar 2.1 Relung KLHS pada Aras Kebijakan, Rencana, dan Program
(Partidario 1996: 656, dengan modifikasi)
Saat ini terdapat beragam langkah pelaksanaan KLHS yang telah dikenal dan
diterapkan selamaini .Setiap ragam memiliki ketepatan penggunaan pada kondisi
tertentu
dan
kekuatan
masing-masing.Umumnya
langkah-langkah
tersebut
mencakup:
a) Penapisan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menentukan apakah suatu
KRP perlu dilengkapi dengan KLHS atau tidak. Penentuan KRP telah memenuhi
criteria pelaksanaan KLHS dilakukan melalui kesepakatan pihak-pihak yang
berkepentingan.
b) Pelingkupan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menetapkan nilai penting
KLHS, tujuan KLHS, isu pokok, ruang lingkup KLHS, kedalaman kajian dan
kerincian penulisan dokumen, pengenalan kondisi awal, dan telah awal
kapasitas kelembagaan. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan sistematis
dan metodologis yang memenuhi kaidah ilmiah dan disertai konsultasi publik.
c) Pengkajianadalahrangkaianlangkah-langkah untuk melakukan kajian ilmiah
dan/atau pengujian secara metodologis, pemetaan kepentingan, dialog dan
konsultasi, serta penemuan pilihan-pilihan alternative rumusan maupun
perbaikan dan penyempurnaan terhadap rumusan yang sudah ada. Langkahlangkah
dalam
tahap
ini
memiliki
banyak
sekali
baikdarisegipendekatandanmetodanya,
ragam,
proses,
maupunlingkupdankedalamankajiannyasebagaikonsekuensikebutuhanpengam
bilankeputusandanketersediaanwaktudansumberdaya. Beberapa model KLHS
tidakhanyamenganjurkanpenemuanpilihandanalternatif,
tetapijugamenekankanpengujiannya,
sehinggaadabeberapalangkah
yang
bersifatberulang(iteratif) atausiklus.
d) Perumusandanpengambilankeputusanadalahrangkaianlangkahlangkahpersetujuanrekomendasihasil
KLHS
daninteraksiantarpihakberkepentingandalamrangkamempengaruhihasilakhir
KRP. Beberapa model pelaksanaanKLHS menetapkankeputusanperbaikan KRP
KLHS RANPERDA RDTR AIRJOMAN 2015
15
sebagaihasilakhirnya,
namunbeberapa
model
lain
menambahkanpenetapanrencanapengawasandanpemantauansebagaibagian
yang tidakdapatdipisahkandalamkeseluruhan proses KLHS
16
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB
3
17
ruang
wilayah
kabupaten/kota,
penetapan
kawasan
strategis
dan
pedoman
pengendalian
pelaksanaan
pengembangan
lingkungan/kawasan.
15. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.
18
16. Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari
kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu
disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan
di dalam RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang
sama dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
17. Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian
dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan
memiliki pengertian yang sama dengan subzona peruntukan sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang.
18. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
19. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
20. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
21. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.
22. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
19
23. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik
perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
24. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi
standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan
nyaman.
25. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain.
26. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik
yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara
tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana
jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan
rencana kota, dan memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
27. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan
subzona.
28. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik.
29. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik
tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang
bersangkutan.
30. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka
persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan
luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
tata ruang dan RTBL.
31. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase
perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang
20
Terbuka
Hijau
yang
selanjutnya
disingkat
RTH
adalah
area
21
atau
program
yang
mengintegrasikan
prinsip
pembangunan
berkelanjutan.
3.3 Keluaran
Output dari kegiatan ini adalah Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis terhadap
Ranperda Rencana Detail Tata Ruang Ibu Kota Kecamatan AirJoman 2014-2034.
Dokumen yang disusun harus mengacu berdasarkan :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
di Daerah.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 09
Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis
22
3.4
1. Data dan fasilitas yang disediakan oleh pengguna jasa dapat digunakan dan harus
dipelihara oleh penyedia jasa.
2. Beberapa data hasil studi ataupun data lain yang pernah dilakukan oleh instansi
pengguna jasa akan diberikan.
3. Akomodasi dan ruangan kantor berserta peralatan penunjang administrasi
perkantoran wajib disediakan oleh penyedia jasa sedangkan dana operasional atas
fungsionalisasi fasilitas tersebut dapat menggunakan dana pelaksanaan kegiatan
sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Pengguna jasa akan menyediakan kebutuhan lainnya secara terbatas yang
diperlukan dalam proses kegiatan ini berdasarkan kesepakatan antara penyedia
dan pengguna jasa.
3.5
1. Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan
Penyedia Jasa berwenang untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan
dari pengguna Jasa dalam rangka membantu terlaksananya kegiatan ini.
3.7
23
Personil
Pendidika
Jurusan
Pengalaman
n
a. Tenaga Ahli
1.
Team Leader
S1/S2
Semua
5 thn dan
Jurusan
bersertifikasi
Amdal
2.
Ahli Arsitektur
S1
Arsitektur
3 tahun
3.
Ahli Perencanaan
S1
Pertanian /
3 tahun
Wilayah/Planalogi
Kehutanan
/planalogi
b. Tenaga Pendukung
2.
3.
Surveyor/Enumerato Min D3
Semua
jurusan
Operator Komputer
Min D3
Semua
2 tahun
1 tahun
jurusan
24
Laporan
Laporan ini berisi metoda dan analisa yang akan digunakan, data-
Pendahuluan
Laporan
Antara
lingkup
(Interim
perundangan;
Report)
pekerjaan,
dimensi
perencanaan
dan
peraturan
Identifikasi
gambaran
umum
dan
karakteristik
wilayah
perencanaan;
SPMK diterbitkan.
25
NO
URAIAN KEGIATAN
1
2
3
4
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN ANTARA
PRESENTASI LAPORAN ANTARA (FGD)
DRAFT FINAL
PRESENTASI DRAFT FINAL (KONSULTASI
PUBLIK)
FINAL REPORT
5
6
NOPEMBER
I II I
I
I I
V
X
X
X
DESEMBER
I
I
I
X
X
X
26
sumber daya manusia yang dilandasi iman dan taqwa. Hal ini menjadi tanggung jawab
pemerintah untuk mengatasinya.
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas kesehatan, infrastruktur, sarana dan
prasarana lainnya.
Kuantitas dan kualitas Infrastruktur yang meliputi prasarana jalan, jembatan,
kesehatan dan pendidikan akan menunjang peningkatan kualitas hidup manusia. Saat
ini telah terjadi kesenjangan infrastruktur antara desa dan kota, yang mengakibatkan
desa semakin tertinggal. Desa-desa yang berada di wilayah perbatasan dan jauh dari
Ibukota Kabupaten Asahan memiliki infrastruktur yang rendah mengakibatkan
aksesibilitasnya rendah. Oleh karena itu daerah-daerah ini menjadi sasaran
pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana lainnya untuk mewujudkan
masyarakat yang sehat dan mandiri.
4. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Aset pembangunan yang sangat penting adalah sumberdaya manusia atau
masyarakat.
Masyarakat
harus
didorong
sebagai
inisiator
dan
motivator
pembangunan. Untuk itu masyarakat harus diberikan peluang dan kesempatan untuk
ikut serta secara aktif dalam setiap kegiatan pembangunan, khususnya di daerahnya
masing-masing.
5. Pengembangan budaya daerah dalam mendukung pembangunan yang
berwawasan lingkungan menuju kehidupan masyarakat yang berbudaya,
harmoni dalam keberagaman
Pengembangan budaya lokal merupakan amanat pembangunan di era otonomi
daerah. Pembangunan budaya lokal yang dimaksudkan meliputi pengembangan dan
pelestarian budaya daerah dan pengembangan objek wisata yang ada di Kabupaten
Asahan. Kabupaten Asahan memiliki penduduk dengan berbagai suku dan juga
memiliki banyak potensi objek wisata. Sehingga keterpaduan antara keduanya
diharapkan dapat mendukung pembangunan lingkungan yang berwawasan
lingkungan untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih harmoni.
KLHS RANPERDA RDTR AIRJOMAN 2015
27
28
BAB IV
BAB
BAB
14
LINGKUP KAJIAN
yang
terdiri
konsumen lainnya di wilayah kisaran dan Tanjung Balai. Pada tahun 2013 volume
ekspor Asahan mencapai 648.232 ton dengan nilai Rp. 1.978.754,41 juta.
Komoditi utama ekspor Asahan adalah Karet dan Pelet Kayu Karet yang mencapai
Rp. 1.632.749,99 juta dan Rp. 301.875 juta.
bergerak
di
sektor
rumah
makan,
hotel
dan
persen.
penginapan
sebesar
48,28
29
yaitu
27
buah.
Jumlah
tersebut
mampu
menyerap
734
anggota
dengan simpanan anggota sebesar 1,99 milliar rupiah dan volume usaha sebesar
1,992 milliar rupiah.
Depot Pertamina Kisaran pada tahun 2012 telah menyalurkan sekitar 60,35 juta
liter premium dan 52,36 juta liter solar kepada seluruh para pelanggannya
yang
terdiri dari SPBU, TNI/Polri dan konsumen lainnya di wilayah kisaran dan Tanjung
Balai. Pada tahun 2012 volume ekspor Asahan mencapai 617 371 ton dengan nilai Rp
1 884 654,50 juta. Komoditi utama ekspor Asahan adalah Karet dan Pelet Kayu Karet
yang mencapai Rp 1555 000,00 juta dan Rp 287 500,00 juta.
30
Depot Pertamina Kisaran pada tahun 2011 telah menyalurkan sekitar 56,17 juta liter
premium dan 48,30 juta liter solar kepada seluruh para pelanggannya yang terdiri dari
SPBU, TNI/Polri dan konsumen lainnya di wilayah kisaran dan Tanjung Balai. Pada
tahun 2011 volume ekspor Asahan mencapai 577 740,98 ton dengan nilai Rp 1 804
269,38 juta. Komoditi utama ekspor Asahan adalah Karet dan Pelet Kayu Karet yang
mencapai Rp 1 452 276,58 juta dan Rp264 753,60 juta.
1.
PDRB
A. PDRB (DATA Asahan dalam angka 2014)
Pada tahun 2013 PDRB Kabupaten Asahan atas dasar harga berlaku (adhb)
mencapai 17,525 triliun rupiah. Sektor pertanian merupakan kontibutor utama yang
memberikan peranan sebesar 36,18 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor
Industri (29,86 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
16,16
persen.
Sedangkan
sektor-sektor
lainnya
hanya
menyumbang
total
kontribusi sebesar 17,80 persen. Berdasarkan harga konstan (adhk) tahun 2000, PDRB
Kabupaten Asahan pada tahun 2013 mencapai 6,345 triliun rupiah. Pada tahun 2013
ini semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun 2012. Pada
tahun yang sama pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asahan mencapai 5,83
persen, pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor Keuangan, Usaha Persewaan
dan Jasa Perusahaan (10,25 persen). PDRB per kapita Kabupaten Asahan mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2012. Berdasarkan harga berlaku naik dari Rp.
22.683.043 menjadi Rp. 25.705.159 sedangkan adhk
peningkatan dari Rp. 8.844.690 tahun 2012 menjadi Rp. .306.698 pada tahun 2013.
31
2.
mencapai 13,650 triliun rupiah. Sektor pertanian merupakan kontibutor utama yang
memberikan peranan sebesar 36,29 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor
Industri (30,20 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar
16,00
persen.
Sedangkan
sektor-sektor
lainnya
hanya
menyumbang
total
kontribusi sebesar 17,51 persen. Berdasarkan harga konstan (adhk) tahun 2000, PDRB
Kabupaten Asahan pada tahun 2011 mencapai 5,679 triliun rupiah. Pada tahun 2011
KLHS RANPERDA RDTR AIRJOMAN 2015
32
ini semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun 2010. Pada
tahun yang sama pertumbuhan ekonomi Kabupaten Asahan mencapai 5,37
persen, pertumbuhan terbesar terjadi pada sektor listrik, gas dan air minum
(7,56
persen).
PDRB
per
kapita
Kabupaten
Asahan
mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2010. Berdasarkan harga berlaku naik dari Rp. 17
854 521 menjadi Rp. 20 236 936 sedangkan adhk 2000 juga mengalami peningkatan
dari Rp. 8 065 320 tahun 2010 menjadi Rp. 8420 068 pada tahun 2011.
berjumlah
2. E n e r g i
Kebutuhan listrik penduduk Kabupaten Asahan sebagian besar dipasok oleh PLN
Ranting Kisaran. Pada tahun 2013 di PLN Ranting Kisaran terdapat 59.050 pelanggan
dengan jumlah daya tersambung sebesar 63.098.805 KVA. Pada tahun 2013, PDAM
Kisarantelah menyalurkan air bersih khusus ke wilayah Kabupaten Asahan sebanya3.
KLHS RANPERDA RDTR AIRJOMAN 2015
33
berjumlah
2. E n e r g i
Kebutuhan listrik penduduk Kabupaten Asahan sebagian besar dipasok oleh
PLN Ranting Kisaran. Pada tahun 2012 di PLN Ranting Kisaran terdapat 62 285
pelanggan dengan jumlah daya tersambung sebesar 62 994405 KVA.
Pada tahun 2012, PDAM Kisaran telah menyalurkan air bersih khusus ke wilayah
Kabupaten Asahan sebanyak 3681 384 meter kubik. Jumlah pelanggan air bersih
sebanyak 15 172 pelanggan dan sebagian besar pelanggan berasal dari rumah tangga
dengan jumlah air yang disalurkan mencapai 3 123 684 meter kubik.
34
berjumlah
2. E n e r g i
Kebutuhan listrik penduduk
PLN Ranting Kisaran. Pada tahun 2011 di PLN Ranting Kisaran terdapat 66 639
pelanggan dengan jumlah daya tersambung sebesar 66 675 KVA. Pada tahun 2011,
PDAM Kisaran telah menyalurkan air bersih khusus ke wilayah Kabupaten Asahan
sebanyak 2608 536 meter kubik dengan nilai penjualan sekitar 581,5 juta
rupiah. Jumlah pelanggan air bersih sebanyak 15171 pelanggan dan sebagian besar
pelanggan berasal dari rumah tangga dengan jumlah air yang disalurkan
mencapai 2 159 039 meter kubik.
35
Penjelasan
[2]
Terletak di Asahan Bawah
98,74 Km2
Lintang Utara 200'00" - 300'00"
Bujur Timur 9900 - 10000
Terdiri dari 6 Desa dan 1 Kelurahan
5 7 meter
-Sebelah Utara dengan Kec.Silau Laut
- Sebelah Selatan dengan Kec. Sei
Dadap dan
Kec.Simp. Empat
- Sebelah Timur dengan Kota Tanjung
Balai
- Sebelah Barat dengan Kec. Kisaran
Timur dan Kec.
Rawang Panca Arga
Terdiri dari 2 musim yaitu Musim hujan
dan kemarau
1622 mm/tahun
Dataran rendah, tanah liat putih, tanah
liat merah
4. Daerah Administratif
5. Ketinggian dari permukaan laut
6. Batas batas wilayah
7. Iklim
8. Curah Hujan
9. Keadaan Alam
Sumber:Kantor Camat
luas
(km2)
[1]
Binjai Serbangan
Air Joman
Air Joman Baru
Punggulan
Pasar lembu
Banjar
Subur
Kec. Air Joman
[2]
15,25
14,00
12,00
7,00
10,20
7,10
33,19
98,74
%
[3]
15,44
14,19
12,15
7,09
10,33
7,19
33,61
100,00
penduduk
jumlah
%
[4]
[5]
15.191
32,50
6.148
13,15
4.367
9,34
9.235
19,76
3.514
7,52
4.301
9,20
3.982
8,52
46.738
100,00
Kepadatan
penduduk
[6]
996
439
364
1.319
344
606
120
473
36
Binjai
Serbangan
Air Joman
Air Joman Baru
Punggulan
Pasar lembu
Banjar
Subur
Kec.AirJoman
982
Lahan pertanian
Tegal/kebun Lading/huma Hutan
rakyat
[3]
[4]
[5]
106
-
1.072
963
347
899
578
3.113
7.954
Desa/kelurahan
Lahan pertanian
Tambak/kolam Padang
Sementara
rumput
tidak
diusahakan
[7]
[8]
[9]
-
perkebunan
[1]
[1]
Binjai
Serbangan
Air Joman
Air Joman Baru
LahPunggulan
Pasar lembu
Banjar
Subur
[2]
8
12
73
9
6
11
225
tambak
[6]
-
lainnya
jumlah
[10]
-
[11]
1.088
1.080
975
420
908
584
3.124
37
[2]
-
Kelapa
(Ha)
[3]
128
232
179
136
297
186
11
Perkebunan
Kelapa
Sawit (Ha)
[4]
998
932
874
291
452
474
281
Coklat (Ha)
[5]
16
21
18
19
22
10
6
38
BAB 5
POLA TATA RUANG
Bab
Bab
55
Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona peruntukan
yang antara lain meliputi : zona hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan
terhadap zona dibawahnya, zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan
dan jasa, perkantoran, industri, dan RTNH, ke dalam blok-blok. Rencana pola ruang
dimuat dalam peta yang juga berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi.
Rencana pola ruang berfungsi sebagai :
a) Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan pelestarian
fungsi lingkungan dalam BWP;
b) Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
c) Dasar penyusunan RTBL; dan
d) Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana.
Rencana pola ruang dirumuskan berdasarkan :
a) Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dalam BWP; dan
b) Perkiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
pelestarian fungsi lingkungan.
Rencana pola ruang dirumuskan dengan kriteria :
a) Mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW;
b) Memperhatikan rencana pola ruang bagian wilayah yang berbatasan;
c) Memperhatikan mitigasi dan adaptasi bencana pada BWP, termasuk dampak
perubahan iklim; dan
d) Menyediakan RTH dan RTNH untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat.
Rencana pola ruang RDTR terdiri atas :
a) Zona lindung yang meliputi:
1) Zona hutan lindung;
KLHS RANPERDA RDTR AIRJOMAN 2015
39
40
Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan zona
khusus lainnya;
7) Zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang antara lain
meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona pariwisata; dan
8) Zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan fungsi
dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/ jasa,
perumahan, perdagangan/ jasa dan perkantoran.
5.2 ZONA LINDUNG
Tujuan dari penetapan zona lindung di Kawasan Perkotaan Air Joman selain untuk
melindungi sumber daya alam atau buatan yang ada di dalamnya, juga ditujukan
untuk mencegah berbagai kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian
lingkungan baik pada zona lindung maupun sekitarnya.
Rencana pemanfaatan zona lindung di Kawasan Perkotaan Air Joman berupa zona
perlindungan setempat, zona rawan bencana alam dan zona RTH (Ruang Terbuka
Hijau) kota.
5.2.1 Zona Perlindungan Setempat
Yang menjadi zona perlindungan setempat di Kawasan Perkotaan Air Joman adalah
sempadan rel kereta api. Jalur sempadan rel kereta api adalah kawasan sepanjang kiri
kanan rel kereta api. Perlindungan terhadap sempadan kereta api dilakukan untuk
membatasi interaksi antara kegiatan masyarakat dengan jalan rel kereta api.
5.2.2 Zona Rawan Bencana Alam
Bencana alam yang mungkin terjadi di Kawasan Perkotaan Air Joman adalah bencana
bahaya kebakaran terutama di kawasan permukiman kepadatan tinggi.
Zona rawan bahaya kebakaran di Kawasan Perkotaan Air Joman terdapat di kawasan
permukiman dengan kepadatan tinggi terutama disepanjang
didominasi oleh bangunan perdagangan jasa deret (ruko) dan rumah deret, yang tidak
dilengkapi dengan gang kebakaran ataupun tangga darurat portable (dapat dipindahpindah).
KLHS RANPERDA RDTR AIRJOMAN 2015
41
42
250 m. Lokasi taman berada pada radius kurang dari 300 m dari rumah-
43
Tabel 5.1
Rencana Kebutuhan serta Luas Taman RT dan Taman RW di Kawasan
Perkotaan Air Joman Tahun 2013 - 2033
No
Jenis
Sarana
Tahun 2014
Tahun 2018
Tahun 2023
Tahun 2028
Tahun 2033
Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas
(unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha)
Taman
Rukun
Tetangga
(RT)
101
2.53
107
2.69
116
2.91
126
3.14
136
3.40
Taman
Rukun
Warga (RW)
10
1.26
11
1.34
12
1.45
13
1.57
14
1.70
111
3.79
118
4.03
128
4.36
138
4.71
150
5.11
Jumlah
C. Kuburan/Pemakaman Umum
Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi
utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai
daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro
serta tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat
dan sebagai sumber pendapatan.
Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah
sebagai berikut :
a. Ukuran makam 1 m x 2 m;
b. Jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;
c. Tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/perkerasan;
d. Pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok
disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;
e. Batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan
pohon pelindung disalah satu sisinya;
KLHS RANPERDA RDTR AIRJOMAN 2015
44
f. Batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar
buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon pelindung;
g. Ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70%
dari total area pemakaman dengan tingkat liputan vegetasi 80% dari luas ruang
hijaunya.
Untuk memenuhi kebutuhan pemakaman Kawasan Perkotaan Air Joman 20 tahun
mendatang direncanakan perluasan pemakaman di lokasi pemakaman eksisting
tepatnya di sub blok A13, A23, C14, C41.
5 orang anggota keluarga yang membutuhkan 1 unit rumah, maka pada tahun
Rumah Sedang
Rumah Kecil
45
Untuk menampung jumlah rumah yang dibutuhkan di Kawasan Perkotaan Air Joman
di masa yang akan datang, maka distribusinya harus mengikuti ketentuan distribusi
yang telah ditetapkan dengan mengacu pada klasifikasi kepadatan penduduk.
Rencana zona perumahan di Kawasan Perkotaan Air Joman dibedakan atas
perumahan dengan kepadatan tinggi, kepadatan sedang dan perumahan dengan
kepadatan rendah. Adapun lokasi peruntukannya yaitu:
Perumahan dengan kepadatan tinggi terdapat di sub blok C13, C14, C21, C22, C23,
C24, C34, C35, C36, C43, C44, C45, C46, C55, C56, C57;
Perumahan dengan kepadatan sedang terdapat di A21, A22, A23, A24, B11, B12,
B13, B14, B21, B22, B23, B53, B54, C11, C12, C31, C32, C33, C34, C35, C36,C41,
C42, C43, C44, C51, C52, C53, C54, C55, C56, C57, C58, C59;
Perumahan dengan kepadatan rendah terdapat di A11, A12, A13, A14, A31, A32,
A33, A34, A41, A42, A43, A44, A45, A46, B31, B32, B33, B34, B41, B42, B43B51,
B52, B53, B54.
Tabel 5.2
Rencana Kebutuhan Rumah di Kawasan Perkotaan Air Joman Tahun 2013 - 2033
No
Jenis
Rumah
Tahun 2014
Tahun 2018
Tahun 2023
Tahun 2028
Tahun 2033
Jumlah
(unit)
Luas
(Ha)
Jumlah
(unit)
Luas
(Ha)
Jumlah
(unit)
Luas
(Ha)
Jumlah
(unit)
Luas
(Ha)
Jumlah
(unit)
Luas
(Ha)
505
20.21
537
21.50
581
23.24
629
25.14
681
27.23
Besar
Sedang
1,516
30.31
1,612
32.25
1,743
34.86
1,886
37.72
2,042
40.84
Kecil
3,031
27.28
3,225
29.02
3,486
31.37
3,772
33.94
4,084
36.76
5,052
77.81
5,374
82.77
5,810
89.47
6,286
96.81
6,807
104.82
Jumlah
46
47
Tabel 5.3
Rencana Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa di Kawasan Perkotaan
Air Joman Tahun 2013 - 2033
Tahun 2014
No
Jenis Sarana
Warung
2
3
Tahun 2018
Tahun 2023
Tahun 2028
Tahun 2033
Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas
(unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha)
101
1.01
107
1.07
116
1.16
126
1.26
136
1.36
Pertokoan
1.26
1.34
1.45
1.57
1.70
Pasar Kecamatan
0.84
0.90
0.97
1.05
1.13
106
3.12
113
3.31
122
3.58
132
3.88
143
4.20
Jumlah
48
utama;
d) Perkantoran komersial pengembangan lokasinya pada ruas jalan utama,
mempunyai lahan parkir di luar badan jalan yang memadai;
e) Perbankan diarahkan dibangun di kawasan pusat kegiatan perdagangan dan
jasa yang lokasinya mudah dijangkau kegiatan perekonomian lainnya;
2. Pengembangan kegiatan komersial dengan skala pelayanan unit lingkungan
perumahan meliputi :
1) Pertokoan;
2) Warung.
b. Sektor Informal
1. Pedagang kaki lima (PKL) yang saat ini tersebar disepanjang Jl. Protokol,
menempati jalur pejalan kaki dan badan jalan akan dialokasikan disekitar pasar
kecamatan dan disepanjang kedua sisi jaringan jalan di pusat perdagangan
kecuali pada jalan-jalan utama;
2. Perbaikan kondisi bangunan pasar untuk menampung pedagang kaki lima
disekitarnya;
3. Perlengkapan yang digunakan PKL harus memperhatikan aspek keindahan;
4. Perlengkapan yang digunakan PKL bersifat mudah bergerak, seperti gerobak dan
mudah dipindahkan.
Luasan zona perdagangan dan jasa di Kawasan Perkotaan Air Joman adalah
sebesar 188,32 Ha.
49
3. Kantor polisi yang ada memiliki skala pelayanan kecamatan, terletak di sub blok C35.
Arahan rencana pengembangan kegiatan pusat pemerintahan Kawasan Perkotaan Air
Joman adalah sebagai berikut :
a. Untuk kelancaran dan efisiensi kegiatan perkantoran dan pelayanan umum skala
kecamatan, lokasi sarana perkantoran Kawasan Perkotaan Air Joman dipertahankan
di sub blok C35 dan C36;
b. Lokasi pusat pemerintahan Kawasan Perkotaan Air Joman harus bersifat strategis
dan memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga mudah dijangkau oleh seluruh
masyarakat dari sub blok-sub blok yang lain;
c. Untuk
mendukung
kelengkapan
pusat
pemerintahan
sebagai
pelayanan
50
Tabel 5.4
Rencana Kebutuhan Sarana Pendidikan di Kawasan Perkotaan Air Joman
Tahun 2012 - 2032
Tahun 2013
No
Jenis
Sarana
Tahun 2017
Tahun 2022
Tahun 2027
Tahun 2032
TK
25
1.26
27
1.34
29
1.45
31
1.57
34
1.70
SD
1.26
1.34
1.45
1.57
1.70
SMP
1.01
1.07
1.16
1.26
1.36
SMU
1.68
1.79
1.94
2.10
2.27
Jumlah
31
5.22
33
5.55
36
6.00
39
6.50
42
7.03
51
52
Tabel 5.5
Rencana Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kawasan Perkotaan Air Joman Tahun
2014 - 2033
Tahun 2014
No Jenis Sarana
Tahun 2018
Tahun 2023
Tahun 2028
Tahun 2033
Posyandu
25
2.02
27
2.15
29
2.32
31
2.51
34
2.72
Puskesmas
Pembantu
25
2.53
27
2.69
29
2.91
31
3.14
34
3.40
Puskesmas
10
1.01
11
1.07
12
1.16
13
1.26
14
1.36
Jumlah
61
5.56
64
5.91
70
6.39
75
6.91
82
7.49
data
struktur
penduduk
menurut
umur
dan
jenis
kelamin,
jenis
53
agama/kepercayaan
yang
dianut
dan
cara
atau
pola
melaksanaakan
agama/kepercayaannya.
Kebutuhan akan sarana peribadatan sampai tahun 2033 di Kawasan Perkotaan Air
Joman sebanyak 53 unit, dengan luas lahan yang dibutuhkan 2,41 Ha.
Arahan lokasi untuk penambahan sarana peribadatan diarahkan pada blok yang masih
kekurangan fasilitas peribadatan, namun perlu juga diperhatikan/mempertimbangkan
jumlah pemeluk agama tersebut pada blok yang direncanakan ditambah fasiltitas
peribadatannya. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana kebutuhan sarana
peribadatan di Kawasan Perkotaan Air Joman dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6
Rencana Kebutuhan Sarana Peribadatan di Kawasan Perkotaan Air Joman
Tahun 2012 - 2032
No
Jenis
Sarana
Tahun 2013
Tahun 2017
Tahun 2022
Tahun 2027
Tahun 2032
Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas Jumlah Luas
(unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha) (unit) (Ha)
Langgar
25
0.25
27
0.27
29
0.29
31
0.31
34
0.34
Mesjid
0.63
0.67
10
0.73
10
0.79
11
0.85
Gereja
0.63
0.67
0.73
0.79
0.85
Kuil
0.13
0.14
0.15
0.17
0.18
Vihara
0.13
0.14
0.15
0.17
0.18
Jumlah
40
1.79
42
1.90
46
2.05
49
2.22
53
2.41
54
Tabel 5.7
Rencana Luas Zona di Kawasan Perkotaan Air Joman Sampai
Tahun 2033
No
Luas (Ha)
Rasio (%)
4.68
0.30
35.51
2.25
Kuburan/Pemakaman Umum
25.12
1.59
Kolam Retensi
13.02
0.82
Zona Lindung
1
Zona Budidaya
1
Zona Perumahan
1146.94
72.63
188.32
11.93
Zona Perkantoran
0.35
0.02
20.75
1.31
Infrastruktur (jalan)
110.09
6.97
Industri
7.73
0.49
23.36
1.48
Telekomunikasi
3.29
0.21
1,579.16
100.00
Total Luas
55
BAB VI
BAB
6
REKOMENDASI
Studi dokumen yang dilaksanakan terkait KLHS ini merujuk pada dokumen RDTR yang
telah disusun sehingga dapat mendorong pengelolaan lingkungan yang lebih baik.
Mengenai kajian lingkungan hidup strategis yang berkenaan dengan di Kecamatan
AirJoman Berdasarkan dokumen Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang telah disusun
maka diketahui :
1. Perlu adanya penataan kota AirJoman untuk menjadi Ibukota Kecamatan
2. Mengingat jalan lintas Kisaran AirJoman TanjungBalai adalah jalan
Provinsi sebaiknya pemerintah Kabupaten Asahan harus menyikapinya
dengan mengusulkan pelebaran jalan 2 jalur sehingga akses untuk jalan
bisa lebih baik
3. Kecamatan
AirJoman
diharapkan
dapat
menjadi
suatu
kawasan
56