Professional Documents
Culture Documents
.
"Ada seseorang beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara
dirinya dengan surga hanya tinggal satu hasta, tapi catatan (takdir)
mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka lantas ia
memasukinya."
8. Tidak semestinya manusia berputus harapan. Sebab, adakalanya manusia
melakukan kemaksiatan dalam masa yang panjang, kemudian Allah
memberi hidayah kepadanya, sehingga mendapat-kan petunjuk di akhir
usianya.
Kisah tentang si pembunuh 100 jiwa, kisah ini terjadi pada zaman bani israil
dan Rasulullah menceritakannya pada umat nya agar diambil pelajaran :
Kisah ini menceritakan tentang orang yang telah membunuh 99 jiwa lalu dia menyesal
dan bertaubat serta bertanya tentang ahli ilmu yang ada ketika itu. Kemudian
ditunjukkan kepadanya seorang ahli ibadah.
Ternyata ahli ibadah itu hanyalah ahli ibadah, tidak mempunyai ilmu. Rahib tersebut
menganggap besar urusan itu sehingga mengatakan: Tidak ada taubat bagimu. Lakilaki pembunuh itu marah lantas membunuh ahli ibadah tersebut. Lengkaplah korbannya
menjadi 100 jiwa.
Kemudian dia tanyakan lagi tentang ahli ilmu yang ada di masa itu. Maka
ditunjukkanlah kepadanya seorang yang alim. Lalu dia bertanya, apakah ada taubat
baginya yang telah membunuh 100 jiwa? Orang alim itu menegaskan: Ya. Siapa yang
bisa menghalangimu untuk bertaubat? Pintu taubat terbuka lebar. Tapi pergilah,
tinggalkan negerimu menuju negeri lain yang di sana ada orang-orang yang beribadah
kepada Allah Subhanahu wa Taala, dan jangan pulang ke kampungmu, karena
negerimu adalah negeri yang buruk.
Akhirnya, lelaki itu pun pergi berhijrah. Dia berangkat meninggalkan kampung
halamannya yang buruk dalam keadaan sudah bertaubat serta menyesali perbuatan
dan dosa-dosanya. Dia pergi dengan satu tekad meninggalkan dosa yang dia lakukan,
memperbaiki diri, mengisi hari esok dengan amalan yang shalih sebagai ganti
kezaliman dan kemaksiatan yang selama ini digeluti.
Di tengah perjalanan menuju kampung yang baik, dengan membawa segudang asa
memperbaiki diri, Allah Subhanahu wa Taala takdirkan dia harus mati.
Maka berselisihlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang dia.
Malaikat rahmat mengatakan: Dia sudah datang dalam keadaan bertaubat,
menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya.
Sementara malaikat azab berkata: Sesungguhnya dia belum pernah mengerjakan satu
amalan kebaikan sama sekali.
Datanglah seorang malaikat dalam wujud seorang manusia, lalu mereka jadikan dia
(sebagai hakim pemutus) di antara mereka berdua. Maka kata malaikat itu: Ukurlah
jarak antara (dia dengan) kedua negeri tersebut. Maka ke arah negeri mana yang lebih
dekat, maka dialah yang berhak membawanya.
Lalu keduanya mengukurnya, dan ternyata mereka dapatkan bahwa orang itu lebih
dekat kepada negeri yang diinginkannya. Maka malaikat rahmat pun segera
membawanya.
Takdir dan kehendak Allah Subhanahu wa Taala jua yang berlaku. Itulah rahasia dari
sekian rahasia Allah Yang Maha Bijaksana. Tidak mungkin ditanya mengapa Dia
berbuat begini atau begitu. Tetapi makhluk-Nya lah yang akan ditanya, mengapa
mereka berbuat begini dan begitu. Allah Subhanahu wa Taala Maha melakukan apa
saja yang Dia inginkan.
Adapun secara rinci, maka diterangkan dalam hadits Sahl bin Saad di atas, yaitu
bahwa amalan baik yang diamalkan oleh penghuni neraka itu hanya lahiriahnya saja
yang baik, akan tetapi hati orang tersebut bertentangan dengan amalannya, dimana
kejelekan hatinya ini tidak diketahui oleh orang lain. Dan kejelekan hatinya inilah yang
kemudian mendominasi dirinya, dan kejelekan hatinya ini muncul di akhir umurnya
dengan dia melakukan kejelekan, sehingga dia akhirnya meninggal dengan su`ul
khatimah. Sebaliknya, seorang penghuni surga terkadang melakukan banyak kejelekan
akan tetapi sebenarnya di dalam hatinya ada suatu sifat kebaikan yang tidak diketahui
oleh orang lain. Kemudian, sifat baik ini mendominasi dirinya dan baru muncul buahnya
di akhir hidupnya dengan dia berbuat kebaikan. Sehingga dia akhirnya meninggal
dengan husnul khatimah. (Iqazh Al-Himam Al-Muntaqa min Jami Al-Ulum wa Al-Hikam
hal. 94)
Intinya seorang muslim wajib beriman kepada takdir dan tidak larut mempertanyakan
atau memperbincangkan takdir. Karena takdir adalah rahasia Allah dimana tidak ada
seorangpun makhluk yang mengetahuinya. Dan sudah dimaklumi bersama bahwa
membicarakan sesuatu yang tidak diketahui adalah pekerjaan yang buang-buang waktu
dan tidak akan menghasilkan kebaikan apa-apa.